Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam


kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem
koloid yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan
cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana
lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan
es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.

Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem
emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah
juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan
emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya
emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya
sebagai penstabil emulsi.

1 | Makalah Emulsi Farmasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI EMULSI

Emulsi adalah suatu sistem termodinamik yang stabil, suatu system


heterogen yangterdiri dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, dimana
salah satunya sebagai fase dalam fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara
seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase
eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok.

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari


bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )

 Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )
 Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman 9 )
 Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi, formulasi
suspensi dan emulsi Halaman 56 )

Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa


emulsiadalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat
pengemulsi/surfaktan yang cocok.

Adapun keuntungan Sediaan Emulsi :

1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak
menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila
diformulasikan menjadi emulsi.
2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut
diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.

2 | Makalah Emulsi Farmasi


3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila
diinginkan.
4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran
(greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara
intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar
daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat
fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang
dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan
biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan
tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama
kemanjuran dan penampilan tidak dirusak.\

Adapun kerugian emulsi :

1. Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan


khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai
sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan
menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan.
( Lachman : 1031)

Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga


mempunyai nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut:

a. Emulsi gas (aerosol cair )

Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa


fase cair dan medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya
hairspray, dimana dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena
adannya bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol

b. Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun
pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena
kedua fase bersifat polar dan non polar.Emulsi ini dapat digolongkan

3 | Makalah Emulsi Farmasi


menjadi 2 jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari
lemak sebagai fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air
atau emulsi air dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak
jadi butiran air dalam minyak.

c. Emulsi padat

Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair


dengan fase pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang
dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan
partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya
membentuk ikatan kovalen yang kuat.

Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat
contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat
dibuat secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena
penambahan HCl pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul –
molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk
gel.

Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :

1. Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak

Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil


dalam minyak yang hidrofobik.

4 | Makalah Emulsi Farmasi


2. Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air

Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga


dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan.
Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau
terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan
penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan
permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi
bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi
bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.

Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor


lain yaitu, ditentukan gaya – gaya:

 Gaya tarik – menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya
ini menyebabkan partikel – partikel koloid membentuk
gumpalan lalu mengendap
 Gaya tolak – menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda
elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan.

5 | Makalah Emulsi Farmasi


Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri
ada beberapa macam yaitu sebagai berikut :

 Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase


tidak tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –
flok atau sebuah agregat
 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul
sehingga terjadi pencampuran
 Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat
pada daerah permukaan dan dasar
 Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya
perubahan viskositas
 Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan
sehingga hilang karena pengaruh suhu.
(Ladytulipe, 2009)

Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat


mengalami kerusakan (Demulsifikasi) dimana rusaknya emulsi ini
disebabkan faktor suhu, rusaknya emulgator sendiri, penambahan
elektrolit sehingga semua ini akan dapat menyebabkan timbulnya
endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk krim.Contoh
penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna
pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam
asetat. (Nuranimahabah,2009)

6 | Makalah Emulsi Farmasi


2.2 KOMPONEN EMULSI
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri atas :
 Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat
cair lain.

 Fase kontinue / fase external / fase luar


Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut

 Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.

2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), anti oksidan. Preservative yang digunakan antara
lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan
klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain – lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propil gallat , asam galla

2.3 MACAM-MACAM EMULSI

1) Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak
enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam
tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.

7 | Makalah Emulsi Farmasi


2) Topikal

Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang
penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.

3) Injeksi

Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi
dalam bentuk emulsi.

(Syamsuni, 2006)

2.4 TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI

Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung
banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang
dikehendaki.

2.5 KESTABILAN EMULSI

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan
air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa
berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan,
maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi
emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat .

8 | Makalah Emulsi Farmasi


Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

a) Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya
ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap.
b) Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda
elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.

Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :

 Tegangan antarmuka rendah.


 Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
 Tolakkan listrik double layer
 Relatifitas phase pendispersi kecil
 Viskositas tinggi.

2.6 METODE PEMBUATAN EMULSI


1. Metode Gom Basah

Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau gom
yang tidak larut sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih
lembab dan tidak sebaik metode kontinental. Penting juga digunakan jika
emulgator yang tersedia hanya dalam bentuk air atau harus dilarutkan lebih
dahulu sebelum digunakan.

Caranya : Gom dibuat dengan jumlah kecil lalu sejumlah kecil minyak
di tambahkan dengan pengadukan teratur. Setelah emulsi sangat visko,
ditambahkan lagi dengan pengadukan teratur sampai semua minyak
tercampur. Setelah semua minyak ditambahkan, campuran dicukupkan
volumenya dengan air.

2. Metode gom kering

Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom kering.
Caranya : Gom kering (dengan jumlah setara dari 1 – 4 dari jumlah minyak),
dideskripsikan sekaligus dengan pengadukan teratur sampai semua minyak
tercampur dengan volume air ½ X jumlah minyak. Ditambahkan sekaligus

9 | Makalah Emulsi Farmasi


dengan pengadukan teratur. Perbandingan 4 bagian dari minyak, 2 bagian air
dan 1 bagian emulgator. Kemudian pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan
tinggi menggunakan gerakan spiral sampai terbentuk emulsi utama yang
kembali, suara khas akan terdengan saat emulsi utama yang stabil telah jadi.

3. Metode Botol

Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak


menguap dan minyak encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik

Caranya : Minyak dimasukkan dulu dalam botol besar lalu segera


ditambahkan gom kering dan dikocok dengan cepat. Penting untuk
menambahkan air dengan segera setelah gom terdispersi. Emulsi utama akan
dibentuk melalui pengocokan.

4. Metode Botol

Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis
emulgator (ada yang larut air dan ada yang larut minyak.

Caranya : Masing – masing emulgator dimasukkan dalam beker


terpisah diatas water batch dan dipanaskan sampai suhunya 70o C. setelah itu
kedua emulgator mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan
dalam fase eksternal dengan pengadukan dan terus diaduk sampai minyaknya
hampir dingin, kalau tidak, maka lapisan minyak akan naik kepermukaan
campuran dan memadat membentuk cake, maka sedapat mungkin terdispersi
secara seragam

sampai sediaan jadi. HLB adalah nilai perbandingan antara sejumlah


molekul lepofilik dan hidrofilik.

(Prescription : 221)

10 | Makalah Emulsi Farmasi


Nilai-nilai HLB yang diperlukan oleh lemak-lemak yang umum
digunakan.

Bahan Kimia Emulsi M/A Emulsi


A/M

1. Cetil alcohol 15 -
2. Stearil alcohol 14 -
3. Asam stearate e 15 -
4. Lanolin anhidrat 10 8
5. Minyak mineral, ringan dan 12 -
berat 10 5
6. Minyak biji kapas 12 5
7. Pertolatum 12 4
8. Malam tawanLilin parafin 11 4

Rps 18th : 305

11 | Makalah Emulsi Farmasi


Bahan Kimia Emulsi M/A Emulsi
A/M
Asam stearat - 17
Alkohol setil - 13
Lording anhidrat 8 15
Minyak kapas - 7,5
Minyak mineral ringan 4 10-12
Minyak mineral berat 4 10,5
Lilin tawan 5 10-16
Mirokristali - 9,5
Parafin - 9

Manfaat atau kegunaan HLB yaitu :


Nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi, misalnya minyak, lilin dan
lain-lain harus dipertimbangkan pertama adalah penentuan HLB apa yang
cocok dari emulgator atau campuran emulgator yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emulsi yang stabil.(Lachman : 1055 )

12 | Makalah Emulsi Farmasi


2.7 CARA PEMURNIAN KOLOID

Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu


pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan
atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :

1. DIALISIS

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan


yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan
selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil
melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya
bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat
mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan
memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru
kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu
jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati
pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut


dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator
adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan
ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan
molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti
sel-sel darah merah.

2. ELEKTODIALISIS

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh


medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua
layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-
partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat

13 | Makalah Emulsi Farmasi


digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena
elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. PENYARING ULTRA

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring,


karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-
partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa
seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas
saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.

Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini


termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini.
Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-
partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan
menggunakan penyaring ultra bertahap.

2.8 EMULGATOR

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan antar


muka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase
terdispersi. ( Parrot : 313 )

A. Adapun Sifat-sifat Emulgator Yang diinginkan


1. Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka
sampai di bawah 10 dyne/cm.
2. Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan
kental mengadheren yang dapat mencegah koalesensi
3. Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya listriknya cukup
sehingga terjadi saling tolak-menolak
4. Harus meningkatkan viskositas emulsi
5. Harus efektif pada konsentrasi rendah

14 | Makalah Emulsi Farmasi


6. Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi syarat sifat-sifat ini pada
tingkat yang sama, nyatanya tidak semua emulgator yang baik perlu
memiliki sifat di atas. (RPS 18 th: 300)

B. Mekanisme Kerja Emulgator


1. Penurunan Tegangan Permukaan

Walaupun pengurangan tegangan permukaan energi bebas


antarmuka yang dihasilkan pada dispersi. Peranan zat pengemulsi
sebagai batang antarmuka adalah yang paling penting. Ini dapat dilihat
dengan jelas bila seseorang memperhatikan bahwa banyak polimer dan
padatan yang terbagi halus, tidak efisien dalam menurunkan tegangan
antarmuka, membentuk pembatas antarmuka yang baik sekali,
bertindak untuk mencegah penggabungan dan berguna sebagai zat
pengemulsi.

2. Pembentuk Lapisan Antarmuka

Pembentukan lapisan – lapisan oleh suatu pengemulsi pada


permukaan tetesan air atau minyak tidak dipelajari secara terperinci.
Pengertian dari suatu lapisan tipis monomolekuler yang terarah dari zat
pengemulsi tersebutpada permukaan fase dalam suatu emulsi. Cukup
beralasan untuk mengharapkan molekul amfifilik untuk mengatur
dirinya pada suatu antarmuka air, minyak dan bagian hidrofilik pada
fase air. Juga sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif permukaan
cenderung berkumpul pada antarmuka, dan pengemulsi diabsorbsi
pada antar muka minyak dan air sebagai lapisan monomolekuler. Jika
kensentrasi zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk suatu
lapisan yang kaku antara fase – fase yang tidak saling bercampur
tersebut, yang bertindak sebagai suatu penghalang mekanik. Baik
terhadap adhesi maupun menggabungnya tetesan – tetesan emulsi.

2.9 PENERAPAN DALAM PERISTIWA SEHARI DAN INDUSTRI


a) Penerapan dalam kehidupan sehari-hari

15 | Makalah Emulsi Farmasi


Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari
adalah penggunaan detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen
merupakan suatu emulgator yang akan menstabilkan emulsi minyak (pada
kotoran) dan air. Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik,
minyak akan terikat pada bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian
luar dari minyak akan menjadi hidrofilik secara keseluruhan, sehingga
terbentuk emulsi minyak dan air, dimana kotoran akan terbawa lebih mudah
oleh air.

b) Penerapan dalam bidang industri

Dalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah
industri saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana
asam cuka bersifat hidrofilik dan minyak yang bersifat hidrofobik, dengan
mengocok minyak dan cuka. Pada awalnya akan mengandung butiran minyak
yang terdispersi dalam larutan asam cuka setelah pengocokan dihentikan,
maka butiran-butiran akan bergabung kembali membentuk partikel yang lebih
besar sehingga asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini
kembali stabil maka dapat ditambahkan emulagator misalnya kuning telur
yang mengandung lesitin. Sistem koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

16 | Makalah Emulsi Farmasi


Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa
fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun
gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat
bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi
spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat
disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti
putih telur.

Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat –


sifat emulsi, stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang
membuat emulsi tidak stabil sehingga kita akan dapat menentukan zat
pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang
digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator yang
dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah
lepas dari pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus
salad, saus salad dari asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat
pengocokan namun setelah pengocokan dihentikan kedua fase akan terpisah
lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.

DAFTAR PUSTAKA

17 | Makalah Emulsi Farmasi


http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm

Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://blogkita.info/tag/emulsi/

Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry


http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/

Ladytulipe, 4 januari 2009 , Emulsi


http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/

Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)


http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-
larutan-kimia/

Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada
University press, Jogjakarta.

Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4.


Jakarta : UI-Press

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES


RI

Departemen Farmakologi dan Teraupetik, 2009. Farmakologi Dan


Terapi Edisi V. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Lachman, Leon dkk, 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta
: UI-Press

Kibbe arthur, 1986. Hand Book Of Pharmaceutical Excipient. London :


United Kingdom

Sean C, Sweetman, 2009. Martindale The Complete Drug Reference.


London : United Kingdom

18 | Makalah Emulsi Farmasi


Wartel, Lund, 1994. Codex The Pharmacuetical. London : Press

19 | Makalah Emulsi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai