KATA PENGANTAR
P
aket pekerjaan
Perencanaan Teknik Pembangunan Jalan Handuk (Indabri) – Ujehek Distrik Mi
yang dikerjakan oleh konsultan
perencana CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTANadalah salah satu paket
perencanaan teknis jalan yang dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Papua Barat. Hasil akhir dari suatu perencanaan yang diharapkan
adalah tersedianya desain konstruksi jalan yang memenuhi syarat dari segi teknis
peraturan perencanaan yang berlaku dan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
sebagaimana diatur dalam kontrak.
Kami sangat berterima kasih kepada pemberi pekerjaan yang telah member
kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan perencanaan teknis Jalan
ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat member gambaran umum rencana
pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
DAFTAR ISI
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.3. SASARAN...............................................................................................................................2
BAB V. PENUTUP.............................................................................................................................68
5.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................68
5.2 SARAN..................................................................................................................................69
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sistem transportasi Provinsi Papua Barat adalah tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman yang terdiri dari transportasi darat (angkutan jalan,
sungai, danau dan penyeberangan), tranportasi laut dan transportasi udara, masing-
masing terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk satu
system pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien dalam jaringan
transportasi yang terpadu secara serasi dan harmonis di Provinsi Papua Barat yang
mendukung dan mengacu pada Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) dan
Sistem Transportasi Wilayah (SISTRAWIL) sebagai hirarki diatasnya, serta
pengembangannya berdasarkan tata ruang wilayah Provinsi Papua Barat.
Jalan sebagai salah satu prasarana utama sektor perhubungan mempunyai peranan
penting dalam mendukung kegiatan pengembangan sector produksi, jasa serta
pengembangan suatu wilayah sehingga terwujud keselarasan pembagian dan
kesesuaian pertumbuhan wilayah regional, perkotaan dan pedesaan yang
diselenggarakan secara holistik, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan
memberdayakan masyarakat dalam mendukung kegiatan perekonomian yang secara
tidak langsung turut mendukung bidang - bidang lain seperti kesehatan, pendidikan
dan bidang lainnya.
1.3. SASARAN
Sasaran yang dicapai dari pekerjaan
Perencanaan Teknik Pembangunan Jalan Handuk (Indabri) –
ini adalah :
a) Tersedianya perencanaan teknik jalan pada ruas-ruas jalan di Provinsi Papua
Barat.
b) Terwujudnya hasil perencanaan teknik pembangunan jalan yang matang,
ekonomis, dan berwawasan lingkungan.
c) Ketersediaan Dokumen Perencanaan Teknik pembangunan Jalan serta
Dokumen Pelelangan pada lokasi yang ditetapkan dalam dokumen kontrak
pekerjaan.
• Pemasangan Patok BM
• Penentuan trase dan alinyemen
• Penentuan posisi/letak bangunan pelengkap.
2. Melaksanakan survey detail untuk mendapatkan data-data lebih rinci yang
diperlukan dalam tahapan perencanaan pembangunan jalan seperti :
• Data topografi/situasi lokasi perencanaan (survey topografi)
• data hidrologi (survey hidrologi)
• data geoteknik berupa cbr lapangan berdasarkan DCP (survey
penyelidikan tanah)
• data sumber material/quarry site, harga material dan upah di lokasi
rencana
3. Melaksanakan perencanaan teknis pembangunan jalan
4. Menyiapkan Dokumen Perencanaan sesuai dengan produk perencanaan yang
diatur dalam kontrak.
V. PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan kegiatan yang telah dilaksanakan dan
saran–saran terhadap proses pelaksanaan selama masa kegiatan.
Tenaga Ahli
1. Ir. Nurokhman, MT Team Leader
Staf Pendukung
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Papua Barat
Paket : Perencanaan Teknik Pembangunan Jalan Handuk (Indabri) – Ujehek Distrik Minyambouw Kabupaten Pegaf
Konsultan : CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
Direktur
Supriyono Kebes, ST
CAD Operator
Elia Aprianto, ST
Team Leader
Ir, Nurokhman MT
Highway Engineer
Adik Suwarsono, ST
Geodetic Engineer
Dudy Mintarya, ST
Geodetic Surveyor
Leonardo Gusti Rambak, ST
KecepatanRencana Km/Jam 30 - 60
Jarak Pandang
Jarak pandang henti minimum m 75
Jarak pandang menyiap minimum m 250
(iundivided)
Alinyemen horizontal terdiri dari bagian garis lurus (tangen) dan bagian garis
lengkung (tikungan). Dengan mempertimbangkan factor keselamatan dan kelelahan
pengemudi, maka panjang bagian lurus dari alinyemen horizontal harus bila
ditempuh tidak lebih dari 2,5 menit.
Desain alinyemen horizontal jalan dilakukan diatas peta topografi skala 1 : 1.000
dengan interval garis tinggi (kontur) satu meter. Komponen-komponen yang perlu
dicantumkan dalam penggambaran desain meliputi lokasi stationing (Sta), nomor
titik control horisontal/vertikal, dan semua data-data penting lainnya yang perlu
diketahui sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan desain jalan.
Selain itu dalam menentukan rencana centre line jalan diusahakan sedekat mungkin
dengan jalur titik-titik poligon, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
Bagian Lurus
Perhitungan Tikungan
Perubahan Kemiringan pada tikungan (superelevasi)
1. Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu 2,5 menit
(sesuai VR) dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat kelelahan.
Fungsi (m)
Dari TPGJAK
Bentuk tikungan yang dipergunakan dalam perencanaan jalan ini yaitu yang
biasa dipergunakan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa jenis tikungan
yang dipergunakan.
a. Full Circle
FC (Full Circle), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu
lingkaran saja. Tikungan FC digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang
besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan
superelevasi yang besar.
VR
(km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Dari TPGJAK
2
1
= 2 - 1
TC = RC.tan (/2)
EC = TC.tan (/4)
LC = /360.(2..RC)
Rc = Jari-jari lingkaran
c = 1/3. s – Cs
(Rc + p )
7. Et = - Rc
Cos ( / 2 )
8. Tt = (Rc + p) . tan ( / 2 ) + k
9. LT = Xs – Ys / tan s
10. St = YT / Sin
11. c = - 2 . s
12. Lc = c . Rc /
13. Tc = Rc . tan (c/2)
14. Ec = Tc. Tan (c/4)
Keterangan gambar tikungan Spiral – Circle – Spiral :
Ts = Awal pertemuan tangent dengan spiral.
SC = Awal pertemuan spiral dengan circle.
Cs = Akhir pertemuan dengan spiral.
ST = Akhir pertemuan spiral dengan tangen.
Tt = Panjang Tangen Total = Jarak TS ke PI.
P = pergeseran tangen terhadap lingkungan.
K = Absis dari p pada garis tangen spiral
Xs = Absis titik SC pada garis tangen.
Ys = Ordinat titik SC pada garis yang tegak lurus tangrn
s = Sudut Spiral
Tabel 3. 4 Panjang Busur Tikungan Minimum Pada Tikungan Minimum (Lc Min)
Ls = m.(emax + enormal) . b
Dimana :
Harga m dicari dengan menggunakan data V (kecepatan rencana), dengan
argumen V tersebut dari daftar standar perencanaan geometrik jalan diperoleh
harga 1/m = landai relatif, sehingga diperoleh harga m. e max dan enormal dalam
satuan % ( m/m ), dalam pekerjaan ini e normal = 0,04 m / m. b adalah lebar tepi
perkerasan jalan.
4. Pencapaian Superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada
bagian jalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
Pada tikungan Spiral – Lingkaran – Spiral, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear, diawali dari bentuk normal sampai lengkung peralihan (TS) pada
bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan (SC).
Pada tikungan Full Circle, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, yang
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran
penuh sepanjang 1/3 Ls.
pekerjaan tanah (galian dan timbunan). Rencana alinyemen vertical digambar pada
standar sheet dibawah gambar rencana alinyemen horisontal, dengan
memperhatikan pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Alinyemen vertikal di gambar dengan skala horisontal 1 : 1.000 dan skala vertikal 1 :
100.
2. Kelandaian Maksimum
Kelandain maksimum yang ditentukan untuk berbagai variasi kecepatan rencana,
dimaksudkan agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan
berarti. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuh mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan
semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kelandaian 3 3 4 5 8 9 10 14
Maksimum (%)
3. Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, maka perlu dibuat
kelandaian minimum 0,5% untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena
kemiringan melintang jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air
kesamping.
4. Panjang Kritis Suatu Kelandaian
Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum agar
pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh VR.
Tabel 3. 6 Panjang Kritis
Kecepatan Pada Awal Kelandaian (%)
Tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
5. LengkungVertikal
Lengkung vertical direncanakan untuk merubah secara bertahap perubahan dari dua
macam kelandaian arah memanjang jalan pada setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian dan
menyediakan jarak pandang henti yang cukup untuk keamanan dan kenyamanan.
Lengkung vertical terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :
Lengkung Cembung
Lengkung Cekung
A . Lv
Ev = (dalam meter)
800
A
Yi = . Xi2
200 Lv
Keterangan :
Tx = TPLV + g1 . X / 100 + Y
Dimana :
g1 = Kelandaian ( dalam % )
X = Jarak horisontal suatu titik pada lengkungan dari titik PLV
A
Y = . Xi2 (dalam meter)
200 Lv
Tabel-tabel berikut ini menunjukan harga minimum untuk beberapa elemen yang
diperbolehkan.
Alinyemen horisontal dan alinyemen vertical terletak pada satu phase, dimana
alinyemen horisontal sedikit lebih panjang dari alinyemen vertical, demikian pula
tikungan horisontal satu phase dengan tanjakan vertical.
Tikungan tajam yang terletak diatas lengkung vertical cembung atau di bawah
lengkung vertical akan dihindari, hal ini karena akan menghalangi pandangan mata
pengemudi pada saat memasuki tikungan pertama dan juga jalan terkesan putus.
Pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang, tidak akan dibuat lengkung vertical
cekung, karena pandangan pengemudi akan terhalang oleh puncak alinyemen
vertical, sehingga sulit untuk meperkirakan alinyemen di balik puncak.
Tikungan tajam yang terletak di antara bagian jalan yang lurus dan panjang
dihindarkan
Komposisi lapis perkerasan yang dapat dilihat seperti dalam gambar di bawah ini.
Nn
W 18=∑ LHR j ×VDF j ×D D×D L×365
N1
dimana :
W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single Axle Load.
mengalikan traffic design pada jalur rencana selama setahun dengan besaran
kenaikan lalu-lintas (traffic growth). Secara numerik rumusan lalu-lintas
kumulatif ini sebagai berikut :
W t =W 18×( 1+g )n
dimana :
Prinsip– prinsip desain yang diuraikan didalam Pedoman Nomor 04/SE/Db/2017 ini
menggunakan bagan desain berikut ini:
Umur rencana jalan untuk bagian pelebaran ditentukan berdasarkan Tabel di atas
dengan melihat jenis perkerasan yang direncanakan, yaitu menggunakan perkerasan
lentur dengan elemen perkerasan dari lapisan aspal, sehingga umur rencanauntuk
lapis permukaan jalan pada bagian pelebaran adalah 20 tahun dan untuk pondasi
jalan ditetapkan 40 tahun.
Catatan:
Tingkat kesulitan: 1. Kontraktor kecil– medium
2. kontraktor besar dengan sumber daya yang memadai
3. membutuhkan keahlian dan tenaga ahli khusus–dibutuhkan
kontraktor spesialis Burda
B. Jenis Kendaraan
Tabel 4. 3 Golongan dan Kelompok Jenis Kendaraan
tidak ada maka pada Tabel 4. 4 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum
untuk desain digunakan sebagai nilai minimum.
2011–2020 >2021–2030
Jalan desa(%) 1 1
Karena diperoleh data factor pertumbuhan penduduk (i) untuk Ruas Jalan Isim –
Tuhugesa - Neney, maka factor pertumbuhan lalu lintas (i) dalam perencanaan
ini diambil dari Data BPS Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Pegaf dengan
memperhatikan bahwa fungsi jalan rencana ruas jalan ini adalah jalan Arteri dan
tahun perencanaan konstruksi perkerasan selama 20 Tahun maka factor
pertumbuhan lalu lintas (i) diambil sebesar 11%.
Kapasitas (RVK) yang harus dipenuhi. Kapasitas lajur maksimum agar mengacu
pada MKJI.
(%
1 100
terhadappopulasikendaraannia
2 80
3 60
4 50
Tipe jalan Ruas Indabri - Ujehek Kab. Pegaf 2/2 UD (2 lajur/ 2 arah tak terbagi)
maka jumlah lajur untuk masing masing arah adalah 1 lajur sehingga Faktor
Distribusi Lajur (DL) kendaraan niaga pada lajur desain adalah 100 % terhadap
populasi kendaraan niaga.
Data yang diperoleh dari metode 1,2 atau 4 harus menujukkan konsistensi
dengan data pada Tabel 5.14. Jika survey beban lalu lintas menggunakan
system timbangan portabel, system harus mempunyai kapasitas beban satu
pasangan roda minimum 18 ton atau kapasitas beban satu sumbu minimum 35
ton. Data yang diperoleh dari sistem Weigh in Motion hanya bias digunakan bila
alat timbang tersebut telah dikalibrasi secara menyeluruh terhadap data
jembatan timbang.
Data Faktor Ekivalen Beban/ VDF (Vehicle Damage Factor) ditentukan
berdasarkan Tabel Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas, dalam
hal ini Spesifikasi Penyediaan Jalan ruas jalan yang direncanakan adalah Jalan
Sedang maka sumber data beban lalu lintas dapat diperoleh dari Nomor 1, 2, 3
dan 4. Dikarenakan tidak adanya jembatan timbang sepanjang ruas jalan ini dan
belum tersedianya data WIM regional untuk wilayah ini maka data VDF diambil
dari sumber nomor 3 atau dari table 4.8.
F. Pengendalian Beban Sumbu
Untuk keperluan desain, tingkat pembebanan saat ini (aktual) diasumsikan
berlangsung sampai tahun 2020. Setelah tahun 2020, diasumsikan beban
berlebih terkendali dengan beban sumbu nominal 120 kN. Bina Marga dapat
menentukan waktu implementasi efeketif alternatif dan mengendalikan beban
ijin kapan saja.
Tabel 4. 7 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah (Kasus Beban Berlebih)
uhanlalulintaskumulatif
Kendberat(%darilalu
KendaraanBerat
desainIndikatif
(overloaded)
(Pangkat 4)
Overloaded
ESA/HVAG
Kelompok
Kumulatif
Pertumb
duaarah
Sumbu/
Pertum
lintas)
HVAG
DeskripsiJalan
LHRT
Lalin
(%)
Jalan desa minor
dengan akses
kendaraan Berat 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5x104
terbatas
Perhitungan lalu lintas untuk desain perkerasan harus meliputi semua kelas
kendaraan dalam daftar dengan sub kelompok muatan seperti yang dicantumkan.
Dalam desain ini didasarkan pada penggunaan nilai CESA pangkat 4 dan 5 yang
sesuai. Karena itu sangat penting untuk menggunakan nilai CESA yang benar
sebagai masukan dalam penggunaan desain.
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
3
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
IV.2.2.4 Analisis
Berdasarkan data- data di atas kemudian dilakukan perhitungan tebal lapis
perkerasan jalan dengan menggunakan Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun
2018.
A. Perhitungan Lalu Lintas Rencana
Ruas jalan yang direncanakan ini merupakan pembangunan jalan eksisting yang
lalu lintas kendaraan yang melaluinya sudah cukup besar sehingga jenis
perkerasan yang digunakan adalah jenis perkerasan stuktural. Berikut ini adalah
perhitungan Repetisi Beban Lalu Lintas Komulatif rencana yang bekerja pada
ruasjalan yang akan direncanakan.
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
4
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
LAPORAN PERENCANAAN
No. of Growth
Year R AADT ESA per Year CESA
Year Rate
1 2 3 4 5 6 7
0 2018 3.50 0.000 0 - 0
1 2019 3.50 1.000 18 584.00 584.00
2 2020 3.50 2.035 37 1,188.44 1,772.44
3 2021 3.50 3.071 55 1,793.60 3,566.04
4 2022 3.50 4.107 74 2,398.78 5,964.81
5 2023 3.50 5.144 93 3,003.96 8,968.77
6 2024 3.50 6.180 111 3,609.14 12,577.91
7 2025 3.50 7.216 130 4,214.32 16,792.23
8 2026 3.50 8.253 149 4,819.50 21,611.73
9 2027 3.50 9.289 167 5,424.68 27,036.41
10 2028 2.50 10.232 184 5,975.62 33,012.03
11 2029 2.50 11.256 203 6,573.39 39,585.42
12 2030 2.50 12.281 221 7,172.33 46,757.75
13 2031 2.50 13.307 240 7,771.31 54,529.06
14 2032 2.50 14.333 258 8,370.28 62,899.34
15 2033 2.50 15.358 276 8,969.26 71,868.60
16 2034 2.50 16.384 295 9,568.23 81,436.83
17 2035 2.50 17.410 313 10,167.21 91,604.04
18 2036 2.50 18.435 332 10,766.18 102,370.22
19 2037 2.50 19.461 350 11,365.15 113,735.37
20 2038 2.50 20.487 369 11,964.13 125,699.50
21 2039 2.50 21.512 387 12,563.10 138,262.60
22 2040 2.50 22.538 406 13,162.08 151,424.68
23 2041 2.50 23.563 424 13,761.05 165,185.73
24 2042 2.50 24.589 443 14,360.03 179,545.76
25 2043 2.50 25.615 461 14,959.00 194,504.76
26 2044 2.50 26.640 480 15,557.98 210,062.74
27 2045 2.50 27.666 498 16,156.95 226,219.69
28 2046 2.50 28.692 516 16,755.92 242,975.61
29 2047 2.50 29.717 535 17,354.90 260,330.51
30 2048 2.50 30.743 553 17,953.87 278,284.38
31 2049 2.50 31.769 572 18,552.85 296,837.23
32 2050 2.50 32.794 590 19,151.82 315,989.05
33 2051 2.50 33.820 609 19,750.80 335,739.84
34 2052 2.50 34.845 627 20,349.77 356,089.61
35 2053 2.50 35.871 646 20,948.74 377,038.36
36 2054 2.50 36.897 664 21,547.72 398,586.08
37 2055 2.50 37.922 683 22,146.69 420,732.77
38 2056 2.50 38.948 701 22,745.67 443,478.44
39 2057 2.50 39.974 720 23,344.64 466,823.08
40 2058 3.50 41.399 745 24,177.06 491,000.14
Total = 491,000.14
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
5
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Zona iklim diperlukan untuk mengetahui pengaruh temperatur pada modulus lapisan
aspal.
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
6
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Uraian Curah
Zona Lokasi hujan(mm/tahu
(HDM4types) n)
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
7
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Besarnya modulus bahan berbutir lepas tergantung dari tegangan yang bekerja.
Dengan alas an tersebut modulus yang tercantum di dalam Tabel 4.13 menurun
apabila ketebalan dan kekakuan lapisan aspal diatasnya membesar.
Tabel 4. 13 Karakteristik modulus bahan berbutir lepas yang digunakan untuk
pengembangan bagan desain dan untuk analisis mekanistik
Ketebalan lapisan Modulus bahan lapis atas berpengikat (MPa)
atas bahan
berpengikat 900 (HRS WC/ 1100 (AC WC) 1200 (AC
HRS Base) BC)atau AC Base
40mm 3 350 350
75mm 3 350 350
100mm 5
3 350 350
125mm 5
3 300 300
150mm 2 250 250
175mm 8
2 250 250
5
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
8
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
1 0,36
K= (6918(0,856Vb+1,08)/E
4
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
9
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
C. Koreksi Temperatur
Modulus mengasumsikan temperature perkerasan rata – rata (siang dan malam,
pada kedalaman rata – rata) sebesar 41C yang umumnya dapat diterima untuk iklim
Indonesia. Data temperatur PUSJATAN untuk lokasi tertentu dapat digunakan.
Sebagai perkiraan interim, factor penyesuaian tebal berikut dapat digunakan untuk
nilai tebal dari desain untuk perkerasan beraspal. Faktor pengali ini berlaku pada
total tebal lapis beraspal.
Tabel 4. 15 Faktor koreksi temperature perkerasan interim untuk tebal lapis beraspal
dari desain – MAPT standar 41C
Temperatur perkerasan 34- 38 39- 43 44- 48
rata- rata MAPT(Celsius)
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
0
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Apabila drainase bawah permukaan tidak dapat diberikan yang umumnya terjadi
pada daerah perkotaan,harus digunakan koefisien drainase “m” pada desain
ketebalan lapis pondasi berbutir sesuai dengan aturan AASHTO 93 pasal 2.4.1 dan
table 4.16. Faktor m tersebut digunakan untuk design check dengan metode
AASHTO 1993. Tebal lapis pondasi berbutir dari desain 3 harus disesuaikan dengan
membagi tebal desain lapis berbutir dengan factor m. Nilai yang didapat menjadi
tebal desain lapis pondasi berbutir.
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
1
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Desain dalam manual ini mengasumsikan drainase dalam kondisi baik. Jika kondisi
drainase m dibawah 1, maka tebal lapis berbutir harus dinaikkan dengan formula :
Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagan desain) / ‘m’
Koefisien drainase “m” lebih besar dari 1 tidak boleh digunakan kecuali ada
keyakinan bahwa kualitas pelaksanaan yang disyaratkan dapat terpenuhi.
.
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain
Aggregate base B
.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
nase melintang dari sub base pada 0.9
jarak < 10 m atau pada titik terendah.
Tiga factor yang paling berpengaruh pada desain perkerasan adalah analisis lalu
lintas, evaluasi tanah dasar dan penilaian efek kelembaban. Analisis lalu lintas
dibahas di dalam Sub Bab3. Daya dukung tanah dasar dan toleransi terhadap efek
kelembaban akan dibahas dalam sub bab ini. Pada perkerasan berbutir dengan
lapisan permukaan aspal tipis (≤100 mm), kesalahan dalam evaluasi tanah dasar
dapat menyebabkan perbedaan daya dukung lalu linta ssampai 10 kali lipat (contoh:
perkiraan CBR 6% namun kenyataan hanya 4%). Masalah tersebut tidak akan
memberikan perbedaan yang begitu besar pada perkerasan dengan lapisan aspal
yang tebal (≥100 mm), tetapi perbedaan tersebut masih tetap signifikan. Artinya
penetapan nilai kekuatan tanah dasar yang akurat dan solusi desain pondasi jalan
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
3
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Kerusakan perkerasan banyak terjadi selama musim penghujan. Kecuali jika tanah
dasar tidak dapat dipadatkan seperti tanah asli pada daerah tanah lunak, maka daya
dukung tanah dasar desain hendaknya didapat dengan perendaman selama 4 hari,
dengan nilai CBR pada 95% kepadatan kering maksimum atau menggunakan Bagan
Desain1.
Berdasarkan criteria tersebut, CBR untuk timbunan biasa dan tanah dasar dari tanah
asli di Indonesia umumnya 4% atau berkisar antara 2,5%-7%. Desainer sering
berasumsi bahwa dengan material setempat dapat dicapai CBR untuk lapisan tanah
dasar sebesar 6%, yang sering kali hal ini tidak tercapai. Karena itu perlu dilakukan
pengambilan sampel dan pengujian yang memadai.
Pada kegiatan konstruksi, untuk dapat melaksanakan pemadatan yang benar pada
setiap lapis pekerasan, maka sangat penting untuk mengendalikan kadar air tanah
dasar menggunakan system drainase, pelapisan bahu jalan, dan geometric jalan
(Sub Bab 7 dan 10).
Musim hujan yang cukup panjang serta curah hujan yang tinggi membuat pekerjaan
pemadatan tanah dasar relative lebih sulit. Oleh sebab itu, Bagan Desain 1 dan
Bagan Desain 2 memberikan solusi konservatif yang sesuai, Untuk semua kasus
kecuali yang membutuhkan lapis penopang, maka tingkat pemadatan yang
disyaratkan harus dapat dicapai baik untuk tanah dasar atau pada timbunan.
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
4
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Pemadatan tanah dasar sering kali diabaikan di Indonesia. Kontraktor dan Supervisi
harus memberikan perhatian lebih pada masalah ini.
Pada perkerasan kaku diatas lapisan tanah dasar alluvial lunak, ada ketentuan
tambahan untuk mencegah retak yang berlebih. Masalah ini dijelaskan lebihl anjut
pada sub bab 10. Dalam hal tertentu bias terja distruktur pondasi jalan perkerasan
kaku yang dibutuhkan melebihi pondasi jalan perkerasan lentur (merujuk Bagan
Desain 1).
Perkerasan kaku mudah terpengaruh oleh erosi, yaitu terjadinya migrasi butiran
halus tanah dasar melalui sambungan akibat air dan tegangan dinamik. Maka dari itu
pondasi jalan, lapis drainase dan lapis pondasi bawah (subbase) harus didesain
untuk meminimalkan masalah ini.
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
5
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
B. Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan rendah (kurang dari 3m)
diatas tanah lunak alluvial jenuh. Prosedur laboratorium untuk penentuan
CBR tidak dapat digunakan untuk kasus ini, karena optimasi kadar air dan
pemadatan secara mekanis tidak mungkin dilakukan dilapangan. Lebih
lanjutnya, tanah asli akan menunjukkan kepadatan rendah dan daya dukung
yang rendah sampai kedalaman yang signifikan yang membutuhkan prosedur
stabilisasi khusus.
C. Kasus yang sama dengan kondisi B namun tanah lunak alluvial dalam kondisi
kering. Prosedur laboratorium untuk penentuan CBR memiliki validitas yang
terbatas karena tanah dengan kepadatan rendah dapat muncul pada
kedalaman pada batas yang tidak dapat dipadatkan dengan peralatan
konvensional. Kondisi ini membutuhkan prosedur stabilisasi khusus.
D. Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut.
Prosedur desain untuk setiap kondisi kecuali tanah gambut akan dibahas pada
bagian selanjutnya. Gambar 4.3 menggambarkan proses desain untuk desain
pondasi jalan untuk tanah selain gambut, dan Bagan Desain 2 menyajikan solusi
pondasi jalan minimum selain kasus khusus untuk perkerasan kaku diatas tanah
lunak.
1. Metode A untuk tanah normal
Kondisi A1: Apabila tanah tanah dasar bersifat plastis atau berupa lanau,
tentukan nilai batas-batas Atterberg (PI), gradasi, nilai Potens Pengembangan
(Potential Swell), letak muka air tanah, zona iklim, galian atau timbunan dan
tetapkan nilai CBR dari Bagan Desain 1 atau dari uji laboratorium perendaman
4 hari.
Kondisi A2: Apabila tanah dasar bersifat berbutir atau tanah residual tropis
(tanah merah, laterit), nilai desain daya dukung tanah dasar harus dalam
kondisi 4 hari rendaman, pada nilai 95% kepadatan kering modifikasi.
Untuk kedua kondisi, pilih tebal perbaikan tanah dasar dari Bagan Desain 2.
2. Metode B untuk tanah alluvial jenuh
Lakukan survey DCP atau survey resistivitas dan karakterisasi tanah untuk
mengidentifikasi sifat dan kedalaman tanah lunak dan daerah yang
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
6
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
7
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
a) Jika lapis atas dapat dipadatkan menggunakan pemadat pad foot roller,
maka tebal lapis penopang dari Bagan Desain 2 dapat dikurangi sebesar
200mm.
b) Digunakan metode pemadatan dalam terbaru missal High energy Impact
Compaction (HEIC) atau pencampuran tanah dalam yang dapat
mengurangi kebutuhan lapis penopang.
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
8
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
5
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
9
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
c) Bila set data kurang dari 16 bacaan maka nilai wakil terkecil dapat
digunakan sebagai nilai CBR dari segmen jalan. Nilai yang rendah yang
tidak umum dapat menunjukkan daerah tersebut membutuhkan
penanganan khusus, sehingga dapat dikeluarkan, dan penanganan yang
sesuai harus disiapkan.
Nilai CBR karakteristi kuntuk desain adalah nilai minimum sebagaimana
ditentukan diatas untuk data valid dari:
a. data CBR laboratorium rendaman 4 hari, atau
b. data DCP yang disesuaikan dengan musim, atau
c. Nilai CBR yang ditentukan dari batas atterberg Bagan Desain1.
3. Alternatif Pengukuran Daya Dukung
Hasil-hasil pengujian DCP hanya dapat digunakan secara langsung untuk
memperkirakan nilai CBR bila saat pengujian kadar air tanah mendekati kadar
air maksimum. Tidaklah selalu dimungkinkan untuk merencanakan program
pengujian selama musim hujan, maka untuk menentukan nilai CBR sebaiknya
digunakan hasil uji CBR laboratorium rendaman dari contoh lapangan. Kecuali
untuk tanah dengan kondisi berikut:
a. Tanah rawa jenuh mempunyai sifat sulit untuk dipadatkan di lapangan.
Untuk kasus tanah rawa jenuh, CBR hasil laboratorium tidak relevan.
Pengukuran CBR dengan DCP akan menghasilkan estimasi yang lebih
handal.
b. Lapisan lunak atau kepadatan rendah (umumnya 1200 – 1500 kg/m3)
yang terletak di bawah lapisan keras yang terletak di bawah muka tanah
dasar desain. Kondisi ini sering terjadi pada daerah alluvial kering
terkonsolidasi. Kondisi ini harus diidentifikasi dengan pengujian DCP dan
harus diperhitungkan dalam penentuan desain.
Data lendutan dapat juga digunakan untuk menentukan modulus tanah dasar
dari tanah dasar yang dipadatkan sebelumnya.misalnya dengan menggunakan
data LWD (light weight deflectometer), yang dikalibrasibaik dengan metode
AASHTO atau metode mekanistik dengan perhitungan mundur.Tapi metode ini
harus digunakan dengan hati – hati dan harus didukung dengan pengujian
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
0
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
CBR langsung 4.Jika modulus tanah dasar diestimasi dengan DCP atau data
lendutan maka sangat penting untuk menyesuaikan modulus yang didapat
dengan variasi musiman.Perbedaan antara modulus musim kering dan musim
hujan dapat bervariasi sebesar tiga kali lipat atau lebih.Faktor penyesuaian
harus diestimasi dengan data lendutan musim kemarau dan musim
hujan.Faktor penyesuaian dari Tabel 4.17 dapat digunakan sebagai nilai
minimum.Penyelidikan sangat diutamakan untuk dilaksanakan setelah musim
hujan yang panjang untuk mengurangi ketidakpastian terkait dengan
penentuan pada musim kemarau.
Nilai desain (CBR/lendutan)= (hasil bacaan DCP atau data lendutan)x facto
rpenyesuaian
Pendekatan umum untuk desain pondasi harus diambil konservatif, yang
mengasumsikan kondisi terendam pada tingkat pemadatan yang disyaratkan.
E. Perbaikan Tanah Dasar dengan Stabilisasi
Termasuk dalam perbaikan tanah dasar adalah penggunaan material
timbunan pilihan, stabilisasi kapur, ataus tabilisasi semen. Pekerjaan
pelebaran perkerasan pada area galian sering terjadi pada daerah yang sempit
atau tanah dasar yang dibentuk tak teratur,yang sulit untuk distabilisasi.Dalam
kasus ini maka timbunan pilihan lebih diutamakan.
Jika stabilisasi kapur atau semen digunakan daya dukung dari material
stabilisasi yang digunakan untuk desain harus diambil konservatif dan tidak
lebih dari nilai terendah dari
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
1
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
F. Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Tinggi minimum tanah dasar diatas muka air tanah dan muka air banjir
ditentukan dalam Tabel 4.18 berikut.
Tabel 4. 18 Tinggi minimum tanah dasar diatas muka air tanah dan muka air banjir
CBR yang merupakan parameter daya dukung tanah dasar jalan dari hasil survey
DCP adalah sangat bervariasi, tapi untuk itu dilakukan pengelompokan nilai CBR
lapangan dari hasil survey DCP tersebut sehingga dapat diketahui nilai CBR yang
mewakili adalah sebagai berikut:
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
3
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
REKAPITULASI
SCALE DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST
LINK. NAME : JALAN HANDUK (INDABRI) - UJEHEK PROVINCE : Papua Barat
TESTED BY :- DATE OF TESTING
: Juli 2021
(Mulai dari STA. 0+000 - STA. 5+000)
CBR(%) CBR
NO. STA.
Average Terpilih
1 0 + 000 3.4725 3.4725
2 0 + 200 4.0726 4.0726
3 0 + 400 3.8464 3.8464
4 0 + 600 3.9440 3.9440
5 0 + 800 4.0730 4.0730
6 1 + 000 3.6881 3.6881
7 1 + 200 3.8244 3.8244
8 1 + 400 3.0879 3.0879
9 1 + 600 4.0296 4.0296
10 1 + 800 3.9248 3.9248
11 2 + 000 3.5077 3.5077
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
4
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
5
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) – UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW
LAPORAN PERENCANAAN
KABUPATEN PEGAF
B. Bagan Desain
Tabel 4. 21 Bagan Desain – 3A: Desain Perkerasan Lentur HRS
Catatan:
1. Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku
2. Ukuran Gradasi LPA nominal maksimum harus 20 mm untuk tebal
lapisan 100 – 150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 – 150 mm
3. Pilih Bagan 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang
rendah
4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap
peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan
6
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
9
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
Struktur Perkerasan diambil dari hasil bagan Desain 3 di atas struktur perkerasan
yang digunakan untuk desain adalah:
1. HRS - Base : 50 mm
2. LPA : 150 mm
3. LPB : 150 mm
4. TimbunanPilihan : 150 mm
7
CV. FAKTOR REKAYASA KONSULTAN
0
PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HANDUK (INDABRI) –
LAPORAN PERENCANAAN
UJEHEK DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGAF
BAB V. PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis data yang menjadi parameter perencanaan pada pekerjaan
Perencanaan Teknik Pembangunan Jalan Handuk (Indabri) – Ujehek Distrik Minyambouw Kabupaten Peg
, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kriteria
Perencanaan Teknik Pembangunan Jalan Handuk (Indabri) – Ujehek Distrik Minyambouw
adalah sebagai berikut:
HRS - Base : 50 mm
LPA : 150 mm
LPB : 150 mm
TimbunanPilihan : 150 mm
V.2 SARAN
1. Dalam pelaksaan pekerjaan lapis perkerasan hendaknya memperhatikan
material yang memenuhi kualifikasi seperti yang telah ditentukan.
2. Selain material yang di ambil dari quarry yang direkomendasikan dalam
perencanaan ini hendaknya juga dicari alternatif lokasi quarry yang lain yang
tentunya harus memenuhi kualifikasi seperti yang telah ditentukan