Anda di halaman 1dari 3

Sektor konstruksi menjadi sektor andalan Pemerintah terutama dalam mendorong Pemulihan

Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi covid-19. Untuk itu sebagaimana arahan Presiden RI,

Pemerintah akan terus melanjutkan Pembangunan Infrastruktur dan pembangunan sumber daya
manusia sebagaimana yang telah dicanangkan pada pelantikan Presiden RI periode kedua. Di tengah

upaya tersebut muncul isu di tengah masyarakat tentang ‘membanjir’nya Tenaga Kerja Asing (TKA)
yang bekerja di sektor konstruksi di Indonesia.

Sektor konstruksi merupakan bidang pekerjaan yang masih perlu menggunakan TKA mengingat

adanya kebutuhan akan kompetensi khusus terutama yang berkaitan dengan teknologi yang

rumit/kompleks. Patut diakui, masih terdapat kekurangan SDM dari Indonesia yang mampu

mengoperasikannya. Salah satu contohnya adalah pada pengerjaan proyek-proyek infrastruktur

berteknologi tinggi seperti pengerjaan proyek Moda Raya Terpadu (MRT). Selain itu, penggunaan TKA
ditentukan pada pekerjaan yang sumber dananya berasal dari investasi seperti pekerjaan kereta cepat

Jakarta-Bandung yang investornya berasal dari China. Sehingga sumber daya pembangunannya baik

teknologi, material, maupun tenaga ahli dipastikan sesuai dengan standar yang dimiliki oleh investor

tersebut. Untuk itu, Pemerintah meminta investor agar melatih dan melakukan transfer teknologi

kepada tenaga kerja Indonesia.

Terkait dengan jumlah TKA yang masuk ke Indonesia, berdasarkan data Kementerian
Ketenagakerjaan, jumlah penggunaan tenaga kerja asing (TKA) terus mengalami penurunan dalam tiga

tahun terakhir. Hingga Mei 2021, tercatat sebanyak 92.058 TKA, sementara pada tahun 2020

sebanyak 93.374 TKA dan pada tahun 2019 terdapat sebanyak 95.168 TKA yang bekerja di Indonesia.
Hal ini karena penggunaan TKA dimungkinkan dengan diberlakukannya berbagai regulasi yang berisi

persyaratan dan kriteria yang ditetapkan. Dengan menurunnya angka penggunaan TKA maka

diperlukan peningkatan kapasitas TKK Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kompetensi khusus

dalam rangka pembangunan infrastruktur.

Beberapa contoh proyek konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi dan melibatkan peran tenaga

kerja asing diantaranya seperti: Pertama, jembatan suramadu yang menggunakan teknologi cable

stayed. Kedua, pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), yang merupakan salah satu
Proyek Strategis Nasional (PSN), dimana pekerjaan ini telah berhasil membangun struktur layang

bertipe continuous beam yang merupakan konstruksi terpanjang pada pekerjaan KCJB dengan tingkat

kesulitan tinggi. Ketiga, pengawasan pembangunan pada paket pekerjaan LRT Jabodebek yang berasal

dari Singapura dan Jepang. Pekerjaan ini mengadopsi teknik isolasi seismik, termasuk lead rubber

bearing (LRB), dimana teknologi ini belum pernah ada sebelumnya untuk proyek perkeretaapian di
Indonesia dan jarang terlihat di seluruh dunia. (sumber: kompas.com)
Undang-Undang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan

Tenaga Kerja Asing, mengatur bahwa TKA hanya dapat dipekerjakan di Indonesia dalam hubungan

kerja untuk jabatan tertentu dan selama jangka waktu tertentu serta memiliki kompetensi sesuai

dengan jabatan yang akan diduduki. Perizinan kerja merupakan kewenangan ketenagakerjaan dan

menjadi dasar bagi keimigrasian untuk menerbitkan izin masuk dan izin tinggal di Indonesia. Perizinan

kerja tersebut diajukan oleh pemberi kerja dalam bentuk rencana penggunaan tenaga kerja asing

(RPTKA) sebelum mempekerjakan TKA.

Pengesahan perizinan kerja tidak lagi membutuhkan rekomendasi dari Kementerian/Lembaga Teknis

terkait, sehingga dalam rangka menjamin terpenuhinya kompetensi TKA di sektor konstruksi maka

Kementerian PUPR mengeluarkan kebijakan tentang penyetaraan kompetensi dan pencatatan tenaga

kerja konstruksi asing. Kebijakan tersebut dikenakan kepada TKA setelah proses perizinan

ketenagakerjaan dan keimigrasian selesai namun sebelum mereka memulai layanan pekerjaan

konstruksi.

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) memastikan terpenuhinya persyaratan TKA dengan

memeriksa dokumen ijazah minimal S1 (Sarjana), pengalaman minimal 5 (lima) tahun, dan sertifikat

kompetensi atau bukti pengakuan kompetensi yang diakui oleh negara asalnya, yang sesuai dengan

kualifikasi, klasifikasi, dan subklasifikasi pada jabatan yang diduduki TKA. Penetapan hasil

penyetaraan kompetensi akan menjadi bukti pengakuan kompetensi terhadap TKK Asing dalam

melakukan layanan Jasa Konstruksi sesuai perizinan penggunaan TKA yang telah disahkan sesuai
ketentuan ketenagakerjaan. Namun bila terdapat ketidaksesuaian, maka LPJK dapat menyampaikan

rekomendasi kepada pemberi kerja terkait perlunya pertimbangan kembali terhadap penggunaan TKK

Asing yang bersangkutan dan pemberi kerja perlu bertanggung jawab penuh atas penugasannya lebih

lanjut.

Dalam melakukan pengawasan, Kementerian PUPR berkoordinasi dengan Pengawas Ketenagakerjaan

berkompeten dari Kementerian Ketenagakerjaan. Pemantauan dan evaluasi atas pemenuhan

kesesuaian kualifikasi, klasifikasi, dan subklasifikasi Tenaga Kerja Konstruksi Asing terhadap jabatan

kerja yang diduduki, penggunaan Tenaga Kerja Pendamping TKA, serta pelaksanaan alih pengetahuan

dan alih teknologi menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR untuk dilakukan paling sedikit 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) tahun dan melalui kerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan.*

 P R E V ( / I N D E X - B E R I TA / 1 1 6 2 - D I TJ E N - B I N A - KO N S T R U K S I - S I A P K A N -
P E N C E TA K A N - A S E S O R -VO K A S I O N A L - DA N - I N D U S T R I - J A S A - KO N S T R U K S I -
U N T U K - D U K U N G - KO N T I N U I TA S - L AYA N A N - S E R T I F I K A S I - KO N S T R U K S I )

Anda mungkin juga menyukai