UNIVERSITAS MEGAREZKY
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .........................................................................................................
B. Klasifikasi .........................................................................................................
C. Etiologi .........................................................................................................
D. Manifestasi Klinis...............................................................................................
E. Stadium Limfoma...............................................................................................
F. Patologi ..........................................................................................................
G. Komplikasi.........................................................................................................
H. Pencegahan…....................................................................................................
I. Pemeriksaan Penunjang….................................................................................
J. Penatalaksanaan….............................................................................................
A. Pengkajian Keperawatan…..............................................................................
B. Data Fokus........................................................................................................
C. Diagnosa .........................................................................................................
ii
D. Rencana Keperawatan…..................................................................................
F. Mapping….......................................................................................................34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan
daerah asal korban trafficking, baik untuk dalam maupun di luar negeri.
melainkan subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-
sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah”
terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.
Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus
1945 pasal 34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
jalanan. Padahal sebenarnya hal itu bukanlah solusi, karena akar dari
permasalahan anak jalanan itu sendiri adalah kemiskinan. Jadi kalau ingin
tidak ada anak jalanan ataupun gepeng pemerintah harusnya memikirkan cara
hal yang sulit, alternatif lain dengan cara meningkatkan pendidikan pada
anak jalanan, karena mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak
lain.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Jalanan
c. Mengetahui Tanda-tanda Trafficking dan Anak Jalanan
Jalanan
2. Tujuan khusus
Anak Trafficking
trafficking.
Anak Narapidana
narapidana.
dukungan rehabilitasi.
Anak Jalanan
c.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TRAFFCKING
1. DEFINISI
Traffcking merupakan perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau kekerasan
atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan
kebohongan merupakan wujud dari penyalahgunaan kekuasaan yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan agar bisa memperoleh
persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain dengan cara
mengeksploitasi. ( pasal 3 protokol PBB).
Fenomena human trafficking (perdagangan manusia) merupakan
salah satu masalah kontemporer yang tengah mendapat perhatian serius.
Karakteristiknya bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia
(individu atau kelompok). Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang
ditimbulkan, membuat isu human trafficking diklasifikasikan sebagai
bentuk kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO)
mendefenisikan human traficcking sebagai tindakan perekrutan,
penampungan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan
seseorang. Modus sindikat perdagangan manusia termanifestasi dalam
beragam bentuk yaitu penculikan, penggunaan kekerasan, penyekapan,
penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan, memberi bayaran
hingga penjeratan utang. Secara sederhana, perdagangan manusia dapat
dipahami sebagai suatu bentuk intimidasi terhadap nilai dan kebebasan
hak-hak dasar manusia. (Farhana 2010)
2. PENYEBAB
a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan di Indonesia adalah fenomena sosial yang
sampai detik ini penanganannya dan solusinya yang secara konkrit
belum ada. Hal ini bukanlah persoalan yang baru bagi republik ini
karena persoalan kemiskinan adalah persoalan fenomena yang
nampaknya menjadi bagian dari kompleksnya berbagai persoalan di
negeri ini.
Dari berbagai macam alasan dan penyebab kemiskinan yang
timbul diantaranya minimnya lapangan kerja, minimnya pengetahuan
dan wawasan masyarakat akan dunia ketenagakerjaan dan dunia usaha,
juga persoalan faktor karena banyaknya anggota keluarga yang tidak
seimbang dengan penghasilan yang didapatnya, jelas beberapa hal
diatas sangat mempengaruhi akan adanya kemiskinan. Semakin
meningkatnya jumlah pengangguran dan minimnya lapangan
pekerjaan, membuat masyarakat kita memutuskan untuk mencari
sumber penghidupan di luar negeri dengan menjadi imigran.
b. Rendahnya tingkat pendidikan
Dalam hal ini pendidikan dirasakan sangat memegang peranan
penting, disamping perlunya sebuah ijazah pendidikan yang sangat
tinggi sebagai suatu persyaratan pendidikan yang cukup membuat
seseorang dapat memperoleh wawasan yang luas dan pengetahuan
yang cukup dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah,
meskipun bukan jaminan namun dengan modal tersebut seseorang
tidak mudah ditipu atau lebih kecil kemungkinannya untuk dapat
dikelabuhi, terutama jika menyangkut soal dokumen, karena telah
mempunyai kemampuan untuk membaca dokumen tersebut dan
mempelajarinya, meskipun awam akan prosedur administrasi, akan
tetapi dapat meminimalisir adanya penipuan atau kecurangan.
Adanya fenomena masalah rendahnya tingkat pendidikan ini
efek negatifnya dalam hal migrasi ditandai atau dapat dilihat, dimana
didalam negeri sendiri saja banyak ijazah yang tidak laku, apabila
hanya pada tingkat lulusan pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama) atau SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) yang
ijazahnya sering tidak laku untuk dijadikan syarat suatu pekerjaan di
tanah air, selain itu rendahnya tingkat pendidikan terlebih lagi bila
hanya pada lulusan SD/sederajat, bahkan lebih parah lagi malah buta
huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali,
sehingga hal ini sangat rawan dengan terjadinya penipuan, pemalsuan
dokumen, dan akan lebih memudahkan menjebak dan menjerat korban,
sesuai dengan tujuan si pelaku untuk mengeksploitasi atau bahkan
memperdagangkan sesuai keinginannya atau sesuai dengan pesanan
penadah atau pihak yang berkepentingan dengan hal tersebut
(eksploitasi dan perdagangan).
c. Dipaksa dengan kekerasan
Ini lebih condongnya anarkis secara terang-terangan, beban
psikologis lebih membekas, lapisan yang lebih biadab yaitu
ditampilkan pada korban secara paksa mereka mengikuti perintah yang
tidak sesuai dengan perkembangan pada umumnya mereka, sedangkan
perempuan kebanyakan sebagai budak seks dalam gerakan pagar besi,
mucikari, germo, majikan, dan lain-lain.
d. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tetang trafficking (perdagangan manusia), pada
beberapa waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi
isu yang aktual, baik dalam lingkup domistik maupun yang telah
bersifat lintas batas negara. Perdagangan manusia yang paling
menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan dengan perempuan daan
kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi perhatian masyarakat
melalui media massa pada beberapa tahun terkhir ini. Kemungkinan
terjadi dalam skala kecil, atau dalam suatu kegiatan yang teroganisir
dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari alasan-alasan yang
membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik media massa
pada masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia,
Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan
kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek terebut membawa perubahan
pula dalam segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh
berbagai kemudahan informasi. Dampak negatif dari perubahan dan
kemudahan tersebut menjadi konsekuensi bagi munculnya
permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada perempuann dan
anak, salah satunya adalah berkembangnya perdagangan seks pada
anak. (Kebendaan, 2017)
B. NARAPIDANA
1. DEFINISI
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau
sanksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang
yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di lembaga pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12
Tahun 1995). Narapidana yang diterima atau masuk kedalam lembaga
pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib dilapor yang
prosesnya meliputi : pencatatan putusan pengadilan, jati diri, barang dan
uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto,
pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima terpidana.
Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan
dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.
Pihak- Pihak yang menahan adalah Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan
mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan hanya dapat
dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk
pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai
110 hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.
2. PENYEBAB
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seorang menjadi narapidana
adalah:
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk
memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk
kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-
perubahan harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.
3. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak,
mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-
waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu
muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap,
pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke
tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat
anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengangguran adalah faktor yang paling penting.
b. Faktor Mental
1. Kepercayaan
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis
bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah
meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor- faktor
negatif, memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang
secara teratur diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya
bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk
melawan kecenderungan-kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke- 18,
lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi,
buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan
penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian
ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung
dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si
pembaca. Harian- harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada
umumnya juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping bacaan-
bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir- akhir
ini.
c. Faktor Pribadi
1. Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi
faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian-
pengertian netral bagi kriminologi. Artinya hanya dalam
kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru
memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat
antisocial bertambah selama masih sekolah dan memuncak antara
umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu
meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang
tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran,
walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga
merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada
krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi
dan revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar
karena perang, kepemilikan senjata api menambah bahaya akan
terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.
4. JENIS-JENIS NARAPIDANA
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan
pada lembaga pemasyarakatan, yaitu :
a. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan
wanita yang dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam
pengasuhan orang lain (terpisah dari anak), korban penganiayaan dan
kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan
kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup maksimal untuk
memenuhi kebutuhan mereka seperti pemeriksaan ginekologi untuk
wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC menawarkan
ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :
LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk
pemeriksaan ginekologi secara koprehensif.
Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi,
korban dari penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai
orang tua dan pemakaian obat- obatan dan alcohol.
b. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat
mereka harus ikut dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini
akan menghalagi pemenuhan kebutuan untuk berkembang seperti
perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja
ini akan mempunyai masalah-masalah kesehatan seperti kekerasan
seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan bunuh diri.
Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling
rentan terkena masalah kesehatan.
5. PENGOBATAN NARAPIDANA
a) Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b) Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari
empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
c) Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang
masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan
untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung
pada pertolongan orang lain (Riyadidan Purwanto, 2009).
C. ANAK JALANAN
1. DEFINISI
Departemen Sosial RI mendefinisikan, “anak jalanan adalah anak
yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah
atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat lainnya”.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child
are those who have abandoned their homes, school and immediate
communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a
nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah
16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang
berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena
adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi
fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka
adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan
mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka
harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung
berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan
kepribadiannya.
Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana
labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan
yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar
masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar,
anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus
diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan
memicu perasaanalineatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan
kepribadian introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial.
Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus
bangsa untuk masa mendatang.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. TRAFFECKING
1. Pengkajian
Pada pengkajian adapun yang perlu dikaji, yaitu: Identitas pasien, Riwayat
kesehatan pasien, Riwayat kesehatan keluarga, Keluhan utama,
Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan: Ansietas
3. Intervensi keperawatan
B. NARAPIDANA
1. Pengkajian
3. Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Harga Diri Setelah dilakukan Manajemen Perilaku
Rendah tindakan keperawatan
Situasiona Observasi
selama 3x24 jam Identifikasi harapan untuk
l diharapkan Harga Diri mengendalikan prilaku
Rendah Situasional Terapeutik
pada pasien dapat 1. Diskusikan tanggung jawab
teratasi dengan : terhadap prilaku
KH : 2. jadwal kegiatan terstruktur
Harga Diri 3. Tingkatkan aktifitas fisik sesuai
kemampuan
1. Penilaian diri positive
4. Cegah prilaku pasif dan agresif
meningkat
Promosi Harga Diri (1.09307)
2. Perasaaan memiliki Terapeutik
kelebihan/kemampuan 1. Motivasi menerima tantangan atau
meningkat hal baru
2. Diskusikan pengalaman untuk
3. Minat mencoba hal
meningkatkan harga diri klien
baru meningkat
3. Diskusïkan Bersama keluarga
4. Perasaan bersalah untuk menetapkan harapan dan
menurun Batasan yang jelas
4. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas
5. Postur tubuh berjalan
yang meningkatkan harga diri
tegak meningkat
Edukasi
(tidak menunduk)
1. Anjurkan mengevaluasi prilaku
2. Ajarkan cara mengatasi bullying
2 Isolasi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
sosial tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
diharapkan isolasi 1. Identifikasi defisit tingkat aktifitas
sosial pada pasien 2. Identifikasi kemampuan
dapat teratasi dengan : berpartisipasi dalam aktifitas
KH : tertentu
Keterlibatan sosial 3. Identifikasi sumber aktivitas yang
1. Minat interaksi diinginkan
meningkat 4. Monitor respon emosional, fisik,
2. Minat terhadap social dan spiritual terhadap
aktifitas meningkat aktifitas
3. Prilaku Menarik diri
menurun Terapeutik
4. Afek sedih menurun Berikan penguatan positive atas
5. Prilaku sesuai harapan partisipasi dalam aktifitas
orang lain membaik Libatkan keluarga dalam aktifitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktifitas fisik
sehari-hari
2. Ajarkan cara melakukan aktifitas
yang dipilih
3. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan positive
dan partisipasi dalam aktifitas
4. Implementasi dan Evaluasi
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Harga Diri Manajemen Perilaku S: Pasien
Rendah mengatakan
Situasional Observasi mampu
Mengdentifikasi harapan untuk mengendalikan
mengendalikan prilaku perilaku
Terapeutik
1. Mendiskusikan tanggung jawab O: pasien mampu
terhadap perilaku mengendalikan
2. Menjadwal kegiatan terstruktur perilaku, pasien
3. Meningkatkan aktifitas fisik mampu
sesuai kemampuan meningkatkan
4. Mencegah prilaku pasif dan aktivitas fisik
agresif
A: Harga Diri
Promosi Harga Diri (1.09307)
Rendah
Terapeutik
Situasional belum
1. Memotivasi menerima tantangan
teratasi
atau hal baru
2. Mendiskusikan pengalaman P: Pertahankan
untuk meningkatkan harga diri intervensi
klien
3. Mendiskusïkan Bersama keluarga
untuk menetapkan harapan dan
Batasan yang jelas
4. Memfasilitasi lingkungan dan
aktifitas yang meningkatkan
harga diri
Edukasi
1. Menganjurkan mengevaluasi
prilaku
2. mengjarkan cara mengatasi
bullying
2 Isolasi Sosial Terapi Aktivitas S: Pasien
mengatakan
Observasi mampu
1. Mengidentifikasi defisit tingkat berpartisipasi
aktifitas dalam aktivitas
2. Mengidentifikasi kemampuan tertentu, Pasien
berpartisipasi dalam aktifitas mengatakan
tertentu mampu
memahami
3. Mengidentifikasi sumber metode aktivitas
aktivitas yang diinginkan yang diajarkan
4. Memonitor respon emosional,
fisik, social dan spiritual terhadap O: pasien mampu
aktifitas berpartisipasi
dalam aktivitas
Terapeutik tertentu, pasien
Memberikan penguatan positive atas tampak antusias
partisipasi dalam aktifitas terhadap aktivitas
Libatkan keluarga dalam aktifitas yang diberikan,
pasien mampu
Edukasi melakukan
1. Menjelaskan metode aktifitas aktivitas yang
fisik sehari-hari dipilih
2. Mengajarkan cara melakukan A: Isolasi Sosial
aktifitas yang dipilih teratasi
3. Mengnjurkan keluarga untuk
P: Hentikan
memberikan penguatan positive
Intervensi
dan partisipasi dalam aktifitas
C. ANAK JALANAN
1. Pengkajian
3. Intervensi Keperawatan
NO. SDKI SLKI SIKI
1 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
Perawatan tindakan keperawatan Observasi
Diri selama 3x24 jam 1. Identifikasi kebiasaan
diharapkan defisit aktivitas perawatan diri
perawatan diri pada sesuai usia
pasien dapat teratasi 2. Monitor tingkat kemandirian
dengan : 3. Identifikasi kebutuhan alat
KH: bantu kebersihan diri,
1. Kemampuan mandi berpakaian, berhias, dan
meningkat makan
2. Kemampuan Teraupetik
mengenakan pakaian 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat teraupetik
3. Kemampuan toileting 2. Siapkan keperluan pribadi
(BAB/BAK) 3. Dampingi dalam melakukan
meningkat perawatan diri sampai
4. Mempertahankan mandiri
kebersihan mulut 4. Jadwalkan perawatan
meningkat perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya tindakan kejahatan akibat faktor ekonomi rendah, faktor mental dan
sukar diajak berkomunikasi dan memiliki pribadi yang tidak stabil. Secara
garis besar anak jalanan dikelompokkan menjadi dua, yaitu Kelompok anak
jalanan yang bekerja dan hidup di jalan dan Kelompok anak jalanan yang
bekerja di jalanan.
B. Saran
yang lebih maksimal lagi kepada seluruh masyarakat khususnya pada wanita
dan anak-anak yang ada agar tidak ada lagi yang menjadi korban trafficking.
pemerintah menciptakan lebih banyak lapangan kerja agar tidak terjadi banyak
seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13.
Jakarta:EGC
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di IndonesiaJakarta:
SinarGrafika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Graha Ilmu
Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking
TerhadapPerempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lappera
Pustaka Utama
Maryatun S, Hamid AYS, Mustikasari. Logoterapi meningkatkan harga diri
narapidana perempuan pengguna narkotika. J Keperawatan Indonesia.
2014;17(2):48–56.
Nilamastuti MT. Hubungan Tingkat Spiritual dengan Tingkat Stres Pada
Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kabupaten Jember.
Universitas Jember; 2016.
Windistiar DE. Hubungan Dukungan Sosial dengan Stress Narapidana Wanita.
Universitas Muhammadyah Malang; 2016.
Segarahayu RD. Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Penurunan Tingkat Stres
Pada Narapidana di LPW Malang. J Psikol [Internet]. 2013;1–16.
Available from: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikelDEB
288149FBAA98C9CB27EB18035D95A.pdf
Nur AL, Shanti K LP. Kesepian pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kedungpane Semarang ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan status
perkawinan. J Psikol. 2011;IV(2):67–80.
Astri, Herlina. kehidupan anak jalanan di Indonesia, factor penyebab,
tatanan dan kerentanan berprilaku menyimpang. jurnal vol. 5 no. 2.
desember 2014.
Dina, Hergo. skipsi. prilaku sosial anak jalanan (studi kasus anak jalanan
Bandar Lampung). 14 januari 2019.