Anda di halaman 1dari 9

1.

Diazepam termasuk dalam golongan benzodiazepin dimana


mekanisme kerjanya yaitu meningkatkan ikatan antara y-aminobutyric
acid (GABA) dengan reseptor GABA, serta penguatan konduktansi
ion klorida yang dipicu oleh interaksi dengan GABA dan reseptor
GABAA Kanal klorida yang terbuka menyebabkan banyak ion
klorida yang masuk ke dalam sel dan mengakibatkan hiperpolarisasi
sehingga mengurangi kemampuan sel untuk dirangsang (Eugen, 2009,
Katzung et al., 2007).

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2007. Farmakologi Dasar


dan Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC, hal 355-368.

Eugen, Trinka. 2009. Benzodiazepines used Primarily for Emergency


Treatment (Diazepam, Lorazepam and Midazolam), Innsbruck: Wiley
Blackwell, pp 431-446.

2.
A. 5 mg dua kali sehari.
B. dosis awal berkisar antara 5-15 mg sebelum tidur.
(Katzung et al., 2007)

3.
A. Inhibitor/penghambat aktivitas enzim cyp450
B. Meningkatkan
C. Memperpanjang dan memperkuat efek kafein sebagai stimulan.
Interaksi Makanan-Obat - U.S. Pharmacist https://g.co/kgs/DMQxSC

4. Rifampisin, Fenitoin, Karbamazepin, Fenobarbital, Modafinil


https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/pmc/articles/
PMC2584094/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

5. Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya, sedangkan Durasi adalah lama obat menghasilkan suatu
efek terapi.
Katzung, G.B., Farmakologi Dasar Dan
Klinik. Penerjemah: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. hal.
457-458, 2002.

6.
- Tramadol memiliki 2 mekanisme kerja, yaitu sebagai opioid dan
monoaminergik (Schug, 2014). efek agonis pada reseptor opioid.
terutama pada reseptor u (mu), dengan efek yang minimal pada
reseptor (kappa) dan (sigma). Tramadol mengaktivasi reseptor
monoaminergik serta menghambat ambilan noradrenalin dan juga
serotonin sinaptosomal, sehingga akan menghasilkan efek analgesia
(Katzung, 2014). Tramadol terikat secara stereospesifik pada reseptor
nyeri di sistem saraf pusat, dan menghambat re-uptake noradrenalin
dan serotonin dari sistem saraf aferen (Wojciech L, 2010)
- Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik yang setara
dengan OAINS. Sebagai analgesik, paracetamol menghambat
prostaglandin dengan cara berperan sebagai substrat dalam siklus
peroksidase enzim COX-1 dan COX-2 dan menghambat peroksinitrit
yang merupakan aktivator enzim COX. Sebagai antipiretik,
paracetamol menghambat peningkatan konsentrasi prostaglandin di
sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal yang disebabkan oleh
pirogen.
- Mekanisme kerja asam mefenamat adalah menghambat kerja enzim
sikloogsigenase
(Goodman, 2007).
Asam mefenamat (mefenamic acid) bekerja dengan menghambat
enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin.
Prostaglandin akan memicu munculnya gejala dan tanda radang saat
tubuh mengalami cedera atau luka. Jika produksi prostaglandin
dihambat, gejala radang, seperti nyeri, kemerahan, bengkak dapat
mereda.

https://www.alodokter.com/asam-mefenamat#:~:text=Asam
%20mefenamat%20(mefenamic%20acid)%20bekerja,%2C
%20kemerahan%2C%20bengkak%20dapat%20mereda.
7.
- efek samping Paracetamol, pada dosis yang lebih besar, dapat terjadi
pusing bergoyang. eksitasi, dan diorientasi. Dosis lebih dari 4 g/hari
biasanya tidak dianjurkan dan riwayat alkoholisme merupakan
kontraindikasi, bahkan pada dosis ini. Gejala awal kerusakan hati
adalah mual, muntah, diare, dan nyeri abdomen (Katzung, 2014).
Metabolisme parasetamol mengeluarkan N-asetil-p-
benzoquinoneimine (NAPQI), apabila jika tidak terjadi detoksifikasi
akan mengikat hepatosit dan menyebabkan sel nekrosis. Ikatan ini
akan menyebabkan keracunan dan kelemahan hati pada kasus
overdosis parasetamol. Terbukti juga hubungan antara hipertensi dan
parasetamol, yang mungkin disebabkan oleh sejumlah besar natrium
pada masing-masing tablet parasetamol yang terkandung (Samir et al,
2015).
- Efek samping yang bisa timbul dari penggunaan tramadol secara
umum adalah mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit
kepala (Sulistia, 2012).
- Efek samping asam mefenamat yang utama dan berbahaya adalah
perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, efek samping hematologi, dan
kardiovaskular. Efek samping umum lainnya seperti perut kembung,
mual dan muntah, diare atau malah sembelit, sakit maag, atau pusing.

8. Asam mefenamat adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)


yang dapat meningkatkan risiko pendarahan dalam saluran cerna.
Mekanisme utama yang terlibat dalam peningkatan risiko pendarahan
ini adalah sebagai berikut:
A. Penghambatan enzim COX (Cyclooxygenase): Asam mefenamat
dengan bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX). Enzim
ini berperan dalam produksi prostaglandin, yang merupakan senyawa
yang memainkan peran penting dalam merespons peradangan,
regulasi aliran darah, perlindungan mukosa lambung, dan pembekuan
darah.
B. Mengurangi Prostaglandin: Dengan menghambat COX, asam
mefenamat mengurangi produksi prostaglandin. Ini dapat mengurangi
perlindungan mukosa lambung dan mengganggu keseimbangan antara
prostaglandin pro-inflamasi dan prostaglandin antiinflamasi dalam
tubuh.
C. Kerusakan Mukosa Lambung: Kegagalan prostaglandin tersebut
dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Prostaglandin
membantu melindungi lapisan lambung dari asam lambung yang kuat.
Ketika produksi prostaglandin berkurang, mukosa lambung menjadi
lebih rentan terhadap kerusakan oleh asam lambung, yang dapat
menyebabkan iritasi dan luka pada lambung (gastritis) atau bahkan
pendarahan.

Asam mefenamat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)


lainnya, dapat berkontribusi pada risiko gagal ginjal dalam beberapa
mekanisme berikut:
1. Vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal: Asam mefenamat
menghambat produksi prostaglandin melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX). Prostaglandin memiliki peran dalam menjaga
aliran darah ke ginjal dan menjaga keseimbangan fungsi ginjal.
Dengan mengurangi prostaglandin, asam mefenamat dapat
menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah ginjal,
yang dapat mengurangi aliran darah ke ginjal. Ini dapat mengganggu
fungsi ginjal dan mempengaruhi filtrasi darah.
2. Pengurangan aliran darah ke ginjal: Ketika aliran darah ke ginjal
berkurang, tekanan darah dalam ginjal juga bisa turun. Hal ini dapat
mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring limbah dan
mengukur keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
3. Toksisitas langsung pada sel ginjal: Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa OAINS, termasuk asam mefenamat, dapat
memiliki efek toksik langsung pada sel ginjal. Ini dapat menyebabkan
kerusakan selular dan gangguan fungsi ginjal.
4. Dehidrasi: Pada beberapa kasus, asam mefenamat dan OAINS
lainnya dapat menyebabkan dehidrasi sebagai efek samping.
Dehidrasi dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal karena dapat
membuat darah lebih kental, sehingga ginjal harus bekerja lebih keras
untuk menyaring darah.

beberapa efek samping hematologi. Mekanisme umum yang dapat


berkontribusi pada efek samping ini adalah sebagai berikut:
1. Penghambatan COX (Cyclooxygenase): Asam mefenamat dengan
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX), yang
bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin. Prostaglandin
berperan penting dalam regulasi aliran darah dalam tubuh dan
pembekuan.
2. Gangguan agregasi trombosit: Prostaglandin mempengaruhi
agregasi trombosit, yaitu kemampuan trombosit (sel darah yang
terlibat dalam pembekuan darah) untuk berikatan bersama dan
membentuk gumpalan. Penghambatan prostaglandin oleh asam
mefenamat dapat mengganggu fungsi normal trombosit dan
memperlambat pembekuan darah. Ini dapat meningkatkan risiko
pendarahan dan memperlambat kondisi hematologi.
3. Pendarahan: Penggunaan asam mefenamat, terutama dalam dosis
tinggi atau dalam jangka waktu yang lama, dapat meningkatkan risiko
pendarahan, seperti pendarahan gastrointestinal (pencernaan) atau
pendarahan dari luka. Hal ini terkait dengan pengaruh asam
mefenamat terhadap regulasi pembekuan darah.

beberapa efek samping yang mempengaruhi saluran pencernaan dan


sistem tubuh lainnya. Berikut adalah beberapa efek samping umum
yang mungkin terjadi dan mekanismenya:
1. Perut Kembung: Asam mefenamat dapatmengganggu
keseimbangan prostaglandin dalam saluran pencernaan. Prostaglandin
berperan dalam mengatur pergerakan otot polos dalam saluran
pencernaan. Ketidakseimbangan prostaglandin dapat menyebabkan
otot polos saluran pencernaan berkontraksi lebih lambat atau terlalu
kuat, yang dapat menyebabkan perasaan kembung.
2. Mual dan Muntah: Penggunaan asam mefenamat dapat mengiritasi
lambung dan selaput lendirnya. Ini dapat menyebabkan rasa mual dan
bahkan muntah sebagai reaksi perlindungan tubuh terhadap iritasi
yang terjadi.
3. Diare atau Sembelit: Beberapa orang dapat mengalami perubahan
dalam pola buang air besar saat menggunakan asam mefenamat. Ini
bisa termasuk diare atau sembelit. Pengaruh asam mefenamat pada
saluran pencernaan dapat mempengaruhi gerakan usus dan konsistensi
tinja.
4. Sakit Maag: Asam mefenamat dapat merusak lapisan mukosa
lambung dan usus, yang dapat menyebabkan iritasi dan bahkan luka
(gastritis). Ini dapat menghasilkan rasa sakit pada perut yang sering
disebut sebagai "sakit maag".
5. Pusing: Meskipun pusing bukan efek samping utama yang terkait
dengan asam mefenamat, dalam beberapa kasus, penggunaan OAINS
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah atau dehidrasi, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan gejala pusing.

9. Obat yang memiliki efek analgesik terendah hingga tertinggi


sebagai berikut :
1. Paracetamol: Paracetamol memiliki efek analgesik yang relatif
lebih rendah dibandingkan dengan tramadol dan asam mefenamat.
2. Asam mefenamat: Asam mefenamat memiliki efek analgesik yang
sedikit lebih kuat daripada paracetamol.
3. Tramadol: Tramadol adalah obat analgesik yang memiliki efek
analgesik tertinggi dalam kelompok ini. Ini adalah obat opioid yang
digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat.

10. Efek sedatif terendah biasanya pada obat CTM


(Chlorpheniramine), yang merupakan antihistamin generasi pertama.
CTM biasanya memiliki sedikit dampak sedatif.
Di sisi lain, Diazepam adalah obat golongan benzodiazepine yang
dikenal memiliki efek sedatif yang lebih kuat. Jadi, dalam hal efek
sedatif, CTM biasanya memiliki efek lebih rendah dibandingkan
dengan Diazepam.
Maka urutannya ialah tanpa obat, CTM, lalu diazepam.

11.
a. dosis yang diterima mencit dengan berat badan 20mg Rumus:
# dosis konversi = dosis x FK = 500mg x 0.0026 = 1,3 mg
# Dosis Konversi/20 gram x BB mencit
>> Mencit 1 = 1,3 mg/20 gram x 22 gram 1,43 mg
>> Mencit 2 = 1,3 mg/20 gram x 23 gram = 1,495 mg
>> Mencit 3 = 1,3 mg/20 gram x 25 gram 1,625 mg
>>Mencit 4 = 1,3 mg/20 gram x 24 gram = 1,56 mg
>> Mencit 5 = 1.3 mg/20 gram x 21 gram = 1,365 mg
>> Mencit 6 = 1.3mg/20 gram x 20 gram = 1,3 mg
dosis yang diterima mencit dengan berat badan 20 gram adalah 1,3
mg.

b. konsentrasi stok paracetamol yang harus dibuat


Rumus: Dosis Sebenarnya / VAO x 5 ml
>> Mencit 1 = 1, 43mg / 0.5 ml x 5 ml = 14,3 ml
>> Mencit 2 = 1,49 mg/0,5 ml x 5 ml = 14,95 ml
>> Mencit 3 = 1,62 mg/0,5 ml x 5 ml = 16,25 ml
>> Mencit 4 = 1.56mg / 0.5 ml x 5 ml = 15,6 ml
>>Mencit 5 = 1,36 mg/0,5ml x 5 ml = 13,65 ml
>> Mencit 6 = 1,3 mg/0,5 ml x 5 ml = 13 ml

c. volume pejanan yang diterima masing-masing mencit Rumus:


Dosis Sebenarnya / Dosis Konversi x VAO
>>Mencit 1 = 1,43 mg/1,3 mg x 0,5 ml = 0,55 ml
>> Mencit 2 = 1.49mg /1,3 ml x 0,5ml = 0,575 ml
>> Mencit 3 = 1,62 mg/1,3 mg x 0,5 ml = 0,625 ml
>> Mencit 4 = 1.56mg /1,3 mg x 0,5 ml = 0,6 ml
>> Mencit 5 = 1,36 mg /1,3 mg x 0,5 ml = 0,525 ml
>> Mencit 6 = 1, 3cog /1,3ml x 0,5 ml = 0, 5 ml

12.
A. dosis yang diterima mencit dengan berat badan 20mg
Rumus:
# dosis konversi = dosis x FK = 4 mg x 0.0026 = 0,0104 mg
# Dosis Konversi/20 gram x BB mencit
>> Mencit 1 = 0,0104 mg/20 gram x 22 gram = 0,0114 mg
>> Mencit 2 = 0,0104 mg/ 20 gram x 23 gram = 0,0119 mg
>> Mencit 3 = 0,0104 mg/20 gram x 25 gram = 0,013 mg
>> Mencit 4 = 0,0104 mg/20 gram x 24 gram = 0,0124 mg
>> Mencit 5 = 0,0104 mg/ 20 gram x 21 gram = 0,010mg
>> Mencit 5 = 0,0104 mg/20 gram x 20 gram = 0,0104 mg
Maka dosis yang di terima mencit dengan berat badan 20 gram ialah
0,0104 mg

b. konsentrasi stok lidokain yang harus dibuat


Rumus: Dosis Sebenarnya / VAO x 5 ml
>> Mencit 1 = 0,0114 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,228 mg
>> Mencit 2 = 0,0119 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,238 mg
>> Mencit 3 = 0,013 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,26 mg
>> Mencit 4 = 0,0124 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,248 mg
>> Mencit 5 = 0,01 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,2 mg
>> Mencit 6 = 0,0114 mg/0,25 ml x 5 ml = 0,208 mg

c. volume pejanan yang diterima masing-masing mencit Rumus:


Dosis Sebenarnya / Dosis Konversi x VAO
>> Mencit 1 = 0,0114 mg/0,0104 mg x 0,25 ml = 0,274 ml
>> Mencit 2 = 0,0119 mg/0,0104 mg x 0,25 ml = 0,286 ml
>> Mencit 3 = 0,026 mg/0,0104 mg x 0,25 ml = 0,625 ml
>> Mencit 4 = 0,0124 mg / 0,0104 mg x 0,25 ml = 0,298 ml
>> Mencit 5 = 0,010 mg/0,0104 mg x 0,25 ml = 0,24 ml
>> Mencit 6 = 0,0104 mg/0,0104 mg x 0,25 ml = 0,25 ml

13. urutan rute pemberian obat berdasarkan kecepatan


permulaannya(onset) sebagai berikut:
1. Intravena (IV): Rute ini memberikan obat langsung ke dalam aliran
darah, sehingga memiliki permulaan paling cepat.
2. Subkutan (SC): Rute subkutan biasanya lebih lambat daripada rute
IV, tetapi lebih cepat daripada rute peroral. Kecepatan onsetnya
tergantung pada obat yang diberikan.
3. Peroral (oral): Pemberian obat melalui mulut (oral) memiliki onset
yang lebih lambat dibandingkan IV dan SC karena obat harus
melewati saluran pencernaan sebelum diserap ke dalam aliran darah.

14. Mekanisme kerja amitriptilin dalam menimbulkan efek


antidepresan melibatkan beberapa proses:
1. Peningkatan konsentrasi neurotransmitter: Amitriptilin
meningkatkan konsentrasi neurotransmitter tertentu di otak, seperti
serotonin dan norepinefrin, dengan menghambat reuptake mereka. Ini
berarti lebih banyak neurotransmitter yang tetap beredar di otak, yang
dapat membantu mengatasi gejala depresi.
2. Interaksi dengan reseptor: Amitriptilin juga berinteraksi dengan
berbagai reseptor di otak, termasuk reseptor serotonin dan
norepinefrin. Ini dapat mempengaruhi aktivitas saraf dan perasaan,
membantu mengurangi gejala depresi.
3. Efek sedatif: Beberapa trisiklik, termasuk amitriptilin, memiliki
efek sedatif yang dapat membantu pasien tidur lebih baik. Gangguan
tidur seringkali terkait dengan depresi, sehingga tidur yang lebih baik
dapat membantu mengurangi gejala depresi.

15. Prostaglandin merupakan mediator nyeri, inflamasi, dan demam,


yang juga memiliki fungsi fisiologis dalam tubuh manusia sebagai
peregulasi tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai