Anda di halaman 1dari 4

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA

MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara yang memiiki banyak sumber daya alam, salah
satunya adalah perkebunan kelapa. Pada dasarnya tanaman kelapa termasuk
golongan tanaman tahunan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dikarenakan
semua bagian dari tumbuhan kelapa dapat dimanfaatkan seperti daunnya,
buahnya, batangnya, serta akarnya bahkan tempurung kelapanya dapat diolah
menjadi cendramata. Bagi warga yang khususnya daerah pesisir pantai pohon
kelapa dianggap sebagai tumbuhan serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pangan maupun non pangan, dikarenakan tanaman kelapa dimanfaatkan
sebagai kebutuhan sehari-hari karena kelapa mempunyai nilai ekonomi, sosial
maupun budaya yang tinggi.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW hadis tentang
menanam serta merawat pohon yang berbunyi:

ً‫ة َش َج َرة‬ ‫ُْل ه‬


َ ً ‫ صلى َّللا عليَ ّسلن َه ْي‬- ِ‫َّللا‬
َ ‫َص‬ َ َ‫عي رجل هي أصحاب الٌبي ق‬
َ ‫ال سوعت َرس‬
‫ص َدقَتٌ ِع ٌْ َد‬ َ ‫صبَ َر َعلَى ِح ْف ِظَِا َّ ْالقِيَ ِام َعلَ ْيَِا َحتهى تُ ْث ِو َر َكاىَ لََُ فِى ُكلِّ َش ْى ٍء ي‬
َ ‫ُصابُ ِه ْي ثَ َو ِرَُا‬ َ َ‫ف‬
‫َّللاِ َع هز َّ َج هل رّاٍ أحود‬ ‫ه‬

Artinya: “Dari salah seorang sahabat ra, ia mendengar Rasulullah saw bersabda,
„Siapa saja yang menanam pohon lalu sabar menjaga dan merawatnya hingga
berbuah, maka setiap peristiwa yang menimpa buahnya akan bernilai sedekah bagi
penanamnya di sisi Allah,” (HR Ahmad).
Pemanfaatan serta pembudidayaan tumbuhan kelapa oleh masyarakat
tradisional sangat penting karena selain menambah sumber nabati yang
bermanfaat dapat juga membantu melestarikan tanaman kelapa di lingkungan
sekitar. Tetapi pembudidayaan tanaman kelapa tidaklah mudah, dikarenakan ada
banyak hama yang dapat mengganggu pertumbuhan kelapa tersebut. Salah satu
diantaranya adalah kumbang kelapa. (Ningrum, 2019)
Kumbang kelapa merupakan salah satu hama yang serius menyerang
tumbuhan kelapa. Kumbang ini diyakini asli Indonesia dan dilaporkan pertama
kali dari kepulauan Aru (Kep. Maluku) pada tahun 1885. Hama tersebut telah
menyebar ke Negara Negara di Asia, Australia,dan kepulauan Pasifik. Pada
awalnya hama ini tidak menimbulkan masalah yang serius dan hanya pada
beberapa wilayah tertentu saja, namun karena mobilitasnya yang sangat tinggi dan
sulit dikendalikan hama ini hampir menyebar keseluruh perkebunan kelapa di
Indonesia dikarenakan dia hanya makan dan hidup pada janur kelapa.
Serangan hama pada tanaman kelapa berdampak sangat serius terhadap
pertumbuhan kelapa serta produksi buah kelapa, yang merupakan ancaman serius
bagi petani kelapa. Kerusakan yang disebabkan hama ini dapat menurunkan
produksi hingga 30-40% setiap pohonnya. (Y, David Santiago Almeida Prócel,
2013) Pengendaian hama ini pun sudah diakukan secara hayati dengan
menggunakan counter alaminya seperti parasitoid yang mampu menekan
pertumbuhan atau perkembangan populasi hama. Ada beberapa counter alami
yang dapat mengendalikan hama ini, yaitu parasitoid Tetrastichus brontispae Ferr,
Asecodes hispanarum Boucek, jamur entomophatogen M. anisoplliae dan B.
bassiana. T. brontispae merupakan agens hayati yang termasuk golongan
parasitoid, yang menyerang stadium larva tua dan pupa mudah dari hama
kumbang janur kelapa. Parasitoid ini merupakan counter alami untuk mengatasi
kedua stadium hama ini dikarenakan daya parasitasinya yang tinggi. (Intan, 2010)
Faktor diatas menjadi salah satu penyebab menurunnya produktivitas kelapa
di Indonesia, walaupun ada faktor lainnya seperti tanaman kelapa yang berusia tua
dan diduga yang paling utama yaitu terbatasnya ketersediaan bibit kelapa unggul
yang dibutuhkan. Pada umumnya petani kelapa menyediakan bibit kelapa yang
berasal dari biji, dikarenakan pembibitan menggunakan biji dapat mudah
dikerjakan serta biaya yang murah dan hanya membutuhkan waktu sekitar 4 bulan
dari persemaian. Namun, bibit yang dihasilkan dari persemaian juga dapat
terjangkit penyakit bawaan dari induknya yang menyebabkan bibit menjadi
terinfeksi dan tidak bagus untuk pertumbuhnnya dan dapat menyebabkan
kematian pada saat ditanam. Dikarenakan pembibitan meggunakan biji kurang
efektif ada alternatif lain yang dapat digunakan untuk memperbanyak produksi
bibit kelapa dengan menggunakan teknik kultur in vitro.
Kultur in vitro merupakan metode alternatif untuk memperbanyak tumbuhan
secara masal maupun kualiatas benih sama dengan induknya. Salah satu teknik
kutur in vitro yang digunakan untuk memperbanyak bibit kelapa adalah dengan
menggunakan metode embryogenesis sometik. Embriogenesis somatik merupakan
suatu proses dimana sel somatik berkembang menyerupai embrio zigo,
berkembang dari sel non zigotik tanpa koneksi vascular dengan jaringan sel.
Teknik ini dapat dilakukan dengan melalui tahapan diantaranya inisiasi kalus,
proliferasi kalus, pembentukan dan pematangan embrio somatik, perkecambahan
atau persemaian benih. Dengan teknik ini para petani bisa mendapatkan bibit
unggul dengan mudah dan banyak. (Ump, 2016)
Dari uraian diatas penulis mengambil judul “Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Dengan Metode Forward Chaining”
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada para petani
dampak dari serangan kumbang kelapa yang dapat mempengaruhi produktivitas
kelapa itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana pengaruh serangan kumbang kelapa terhadap pertumbuhan
kelapa.
 Bagaimana menghasilkan bibit unggul bagi para petani.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyakit yang terdapat
pada tanaman kelapa yang bermanfaat bagi petani agar dapat menghasikan pohon
yang sehat serta buah yang berkualitas.
1.4 Batasan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah penyakit pada tanaman kelapa
sehingga pokok permasalahan yang diteliti akan dibatasi pada penyakit pada
tanaman kelapa yaitu:
1. Sistem pakar mendiagnosa gejala fisik pada tanaman kelapa .
2. Penelitian ini menggunakan metode forward chaining.

Anda mungkin juga menyukai