Anda di halaman 1dari 2

Sekilas Tentang Home Schooling

Belajar adalah kebutuhan, bukan hanya bagi si anak, melainkan juga bagi bangsa.
Tapi sebagian anak memiliki keterbatasan tertentu untuk bersekolah di sekolah
konvensional. Einstein kecil, misalnya, adalah seorang anak dengan keterbatasan
tertentu. Sehingga ia dikeluarkan dari sekolah. Agar peristiwa di DO-nya Eintein
tidak terulang, maka saat ini mulai tumbuh pemikiran tentang sekolah alternatif.
Salah-satunya adalah Home Schooling alias sekolah rumah. Beberapa contoh dari
kalangan selebriti seperti Nia Ramadhani, Kak Seto, dan Neno Warisman memilih
alternatif ini.

“Pendidikan, terutama peletakan dan pembangunan tata-nilai, pada dasarnya


berpusat di rumah,” katanya. Karena itu, Home School Harmonis secara berkala
mengundang para orangtua selaku mitra pengajar. Biasanya pertemuan
berlangsung hari Minggu. Ada anak yang bercita-cita ingin jadi psikolog,
misalnya, maka dia merasa tidak perlu untuk belajar kimia dan fisika. Masalahnya,
target kurikulum tak dapat diabaikan begitu saja. Maka homeschooling menyiasati
dengan model pembelajaran interaktif.
Ketika belajar membuat tempe goreng, misalnya, siswa belajar bahwa kandungan
air dalam adonan pembungkus tempe menjadi kering dan habis sama-sekali pada
suhu sekian; zat apa yang membuat gorengan menjadi garing, dsb. Sehingga
peserta homeshooling akhirnya bisa mengikuti ujian kesetaraan, dan mempunyai
ijazah. Itu diakui pemerintah. Contoh lain ketika anak belajar menanam. Orangtua
bisa mengajar anak sejak bangun tidur dan kapan pun anak mau belajar. Sehingga
belajar bukan lagi merupakan kewajiban melainkan sudah menjadi kebutuhan
anak. Mereka mendapat modul dan modul pembelajaran untuk orang tua.Jadi
dalam hal ini orang tua terjun langsung. Kalau orangtua kekurangan informasi
akademis, mereka bisa panggil tutor. Alokasi waktu bisa lebih banyak, dan belajar
sangat menyenangkan buat mereka karena memang didasari oleh kebutuhan. Tapi
kalau kedua orangtua bekerja maka lebih baik ke School Home komunitas.
Sifatnya tutorial. Dalam hal ini mereka mesti hadir di kegiatan komunitas.
Pendidikan bukan hanya soal menambah ilmu-pengetahuan di segala bidang,
namun ada hal yang perlu juga seperti interaksi dengan kawan-kawan lainnya.
Sosialisasi anak-anak homeshooling begitu terjaga. Kita mengajak mereka ke
pasar. Kita perkenalkan juga kepada anak-anak pasar. Lalu kita bawa juga mereka
ke alam terbuka dan ke rumah singgah. Yang paling penting juga adalah kita
memberikan kemandirian, yaitu dalam belajar dan mengambil keputusan. Kita juga
memberikan wawasan mengenai kewirausahaan. Jadi sejak dini mereka sudah
dilatih bagaimana bisa bermanfaat bagi orang lain.
Di Indonesia ada homeschooling paket A setara dengan Sekolah Dasar (SD), paket
B setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan paket C setara Sekolah Menengah
Atas (SMA). Homeschooling memberikan masing-masing peserta didik kebebasan
memilih pelajaran, tapi tidak terlepas dari kurikulum. Karena di ujung sana ada
ujian kesetaraan. Seorang remaja yang merasa tidak nyaman di kelas dua sekolah
formal, misalnya, dapat pindah ke kelas tiga di homeshooling. Karena berdasarkan
prinsip Diknas, homeshooling adalah multientri dan multiexit. Mudah masuk dan
mudah keluar. Legalitasnya sendiri juga sudah dijamin pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai