Assalamu’alaikum.wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas limpahan rahmat, berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan “Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang” yang berlangsung pada
Periode 1 Juli sampai dengan 31 Juli 2022 dengan baik dan lancar.
Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal
Achmad Yani.
Penulis menyadari bahwa selama menjani praktek dan penulisan laporan ini
banyak mengalami kendala, sehingga bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak apt. Oliv Fabia, S.Farm., selaku BM (Business Manager) Kimia
Farma Unit Bisnis Bandung.
2. Bapak Dr. apt. Fahrauk Faramayuda, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu apt. Linda P.Suherman, S.Farm., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Dr. apt. Mira Andam Dewi., M.Si., selaku koordinator Praktik Kerja
Profesi Apoteker di Apotek, Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas
Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Bapak apt. Robby Ramdani, S.Farm., M.Farm selaku Pembimbing Praktik
Kerja Profesi Apoteker di Apotek, Program Studi Apoteker yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian laporan dan memberikan arahan
serta pengetahuan selama melaksanakan PKPA.
6. apt. Yulia Rusmawan, S. Si. selaku Preseptor Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang atas semua dukungan,
v
masukan dan ilmu yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan
laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini.
7. Apoteker pendamping, Tenaga teknis kefarmasian serta seluruh staff dan
karyawan Apotek Kimia Farma 1077 Soreang yang telah memberi ilmu serta
pengalaman PKPA yang menyenangkan
8. Kedua Orang Tua yang tidak pernah berhenti memberikan semangat,
motivasi, kasih sayang, dukungan materi, serta Do’a yang tulus.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Profesi Apoteker Universitas Jenderal
Achmad Yani.
10. Segenap Staf dan Karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
11. Rekan-rekan PKPA di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang dan Mahasiswa
Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah
memberi pengalaman dan motivasi.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas bantuannya.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….. ii
3.1 Pendahuluan...................................................................................................... 23
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3. 1 Diagram Kartesius Pelayanan Resep BPJS Kimia Farma 1077 Soreang
..................................................................................................................................... 31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat secara meluas dan merata, sedangkan apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, Pemerintah mengkategorikan
pekerjaan kefarmasian dalam berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, Pelayanan obat atas resep dokter, Pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam pelaksanaannya, salah satu
sarana pelayanan kefarmasian tempat melaksanakan pekerjaan kefarmasian adalah di
apotek.
Apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 9 Tahun 2017 tentang
apotek, menyatakan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Disamping itu, apotek juga berperan sebagai sarana
pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga
kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang besar tentang obat dan turut
meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Kepmenkes RI, 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 tentang pelayanan kefarmasian di apotek menyatakan bahwa apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tugas
kefarmasian oleh apoteker. Adapun fungsi apotek sebagai tempat pengabdian Apoteker
yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sebagai sarana farmasi untuk melakukan
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana
penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata. Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien.
Berdasarkan perundangan-undangan apotek harus dikelola oleh apoteker.
Pengelola apotek disebut sebagai Apoteker Penanggung Jawab (APA), dalam
2
melaksanakan pelayanan kefarmasian APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping
(APING) dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan oleh APA di Apotek harus sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 yaitu pelayanan
farmasi klinik meliputi pengkajian Resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO),
konseling, Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care), Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan Monitoring Efek Samping
Obat (MESO).
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan keprofesiannya harus mampu mengelola
apotek dengan manajemen yang baik, dapat mengembangkan strategi untuk kemajuan
apotek, mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
mampu mengelola SDM secara efektif, belajar sepanjang karier, membantu memberi
pendidikan dan peluang untuk meningkat pengetahuan, serta mampu berkomunikasi
antar profesi baik dengan staf karyawan apotek, dokter praktek, perawat atau bidan serta
masyarakat sebagai konsumen dan pasien (Kemenkes, 2017).
Untuk dapat melaksanakan peran tersebut dibutuhkan apoteker yang ahli dan
terampil serta menguasai dan memahami segala aspek yang berhubungan dengan
pengelolaan apotek. Apoteker sebagai seorang manager di apotek dituntut untuk
memiliki kredibilitas yang tinggi dapat menjalankan perannya dengan baik. Mengingat
akan pentingnya hal tersebut serta upaya untuk pemberian dukungan terhadap
membentuk dan menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai
kompetensi menjadi faktor penting dalam menghasilkan apoteker masa depan yang
profesional dan berwawasan serta keterampilan yang baik maka Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi bekerja sama
dengan Apotek Kimia Farma 1077 Soreang dalam menyelenggarakan Praktik Kerja
Profesi Apoteker yang dilaksanakan pada bulan Juni 2022 merupakan pembelajaran
langsung di lapangan terkait bentuk pelayanan maupun pekerjaan kefarmasian di apotek
yang dilakukan oleh apoteker, hal ini untuk mempersiapkan apoteker masa depan yang
3
kompeten di bidangnya. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan
sarana untuk mempersiapkan calon apoteker agar dapat memahami peran dan fungsi
apoteker di apotek dan dapat mempraktikkan pelayanan kefarmasian diapotek sesuai
etika kefarmasian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan umum dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
1077 Soreang antara lain:
1. Dapat memberikan gambaran mengenai organisasi, struktur, cara, situasi dan
kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan di bidang farmasi sehingga mendapat
gambaran mengenai fungsi, peran, dan tugas seorang farmasis/apoteker.
2. Dapat mempersiapkan calon Apoteker untuk menjalankan profesinya secara
professional, kompeten, berwawasan luas, mandiri, dan handal sebagai bekal
pengabdian kerja untuk menghadapi tantangan dan persaingan di bidang farmasi
dimasa mendatang serta melaksanakan kewajibannya sesuai standar kompetensi
farmasi di Indonesia dan undang-undang yang berlaku.
3. Mahasiswa profesi apoteker dapat mengetahui alur, tata cara dan standar pelayanan
kefarmasian meliputi pengkajian dan pelayanan resep, PIO, konseling di Apotek
Kimia Farma 1077 Soreang.
4. Mahasiswa profesi apoteker dapat mengetahui alur dan tata cara Pengelolaan
Sediaan Farmasi yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang.
5. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan BPJS dari 5 dimensi yang tertinggi.
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada tanggal 1 Juli sampai 31
Juli di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang yang beralamat di Jl. Raya Soreang No. 373
Soreang, Kabupaten Bandung.
4
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
APOTEK KIMIA FARMA 1077 SOREANG BANDUNG
Apotek Kimia Farma Soreang merupakan salah satu cabang dari anak perusahaan
Kimia Farma Apotek (KFA). Apotek Kimia Farma 1077 Soreang berada dibawah
koordinasi Business Manager Unit Bandung (BM Bandung). Apotek Kimia Farma
Soreang 1077 terletak di Jalan Raya Soreang No. 373, Cingcin, Kec. Soreang,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang telah berdiri sejak 5 September 2018. Lokasi
apotek terletak didaerah yang cukup strategis dekat dengan pemukiman warga dan
akses jalan dua arah yang ramai dilewati kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Apotek ini didirikan dengan tujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar
dengan waktu operasional dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 22.00
WIB setiap harinya. Waktu operasional tersebut terbagi menjadi 2 (dua) shift kerja yaitu
shift pagi (pukul 07.00-14.00) dan shift siang (14.00-22.00). Apotek Kimia Farma
Soreang juga melayani resep BPJS dimana pelayanan mulai dilakukan pada pukul 08.00
WIB hingga pukul 16.00 WIB setiap harinya, kecuali pada hari minggu dan tanggal
merah.
2.1.1 Bangunan dan Ruangan Apotek
Bangunan apotek Kimia Farma 1077 Soreang terdiri dari satu lantai. Tata letak
ruangan di Apotek diatur agar mempermudah pelanggan dalam menemukan dan
membeli obat. Area dalam apotek sendiri terdiri dari area swalayan, ruang penyimpanan
obat, ruang penerimaan resep, ruang dokter, tempat penyerahan obat, meja pelayanan
informasi obat (PIO), kasir, area ruang tunggu, toilet dan mushola. Selain itu apotek
juga memiliki area parkir yang luas, hal ini dilakukan untuk kenyamanan pelanggan
saat berkunjung ke Apotek Kimia Farma 1077 Soreang.
5
2.1.2 Sumber Daya Manusia
Apotek Kimia Farma 1077 Soreang memiliki 6 orang karyawan yang terdiri dari 2
apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 non TTK untuk operasional dan
kebersihan. Apotek Kimia Farma 1077 Soreang dipimpin oleh apt.Yulia Rusmawan,
S.Si selaku Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) yang mempunyai tanggung
jawab dalam kegiatan manajerial serta pelayanan farmasi klinik. APA mempunyai tugas
untuk memimpin, merencanakan, menentukan kebijaksanaan, mengorganisasikan,
melakukan kegiatan untuk pengembangan dan pengawasan kegiatan di apotek agar
sesuai dengan regulasi yang berlaku. Seorang Apoteker Penanggung jawab Apotek
(APA) dibantu oleh apoteker lain yaitu apt. Nurmilfa Indah Sari, S.Farm selaku
Apoteker Pendamping (APING).
Apoteker Pendamping (APING) mempunyai tugas dalam membantu praktek
pelayanan kefarmasian di apotek. Apoteker Pendamping harus mempunyai Surat Izin
Praktek Apoteker (SIPA) dan menggunakan baju praktik serta tanda pengenal. Tugas
Apoteker Pendamping diantaranya melakukan pengkajian resep, melakukan penyerahan
obat disertai Pemberian Informasi Obat (PIO), konseling, edukasi pasien, dan
monitoring penggunaan obat. Seorang apoteker pendamping dapat bertugas
mendampingi apoteker APA dan dapat menggantikan ketika APA tidak ada di apotek
(Depkes, 2009).
Tenaga Teknis Kefarmasian yang membantu pekerjaan di apotek, memiliki
tanggung jawab dalam menjalani pekerjaan kefarmasian seperti menerima resep dan
memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian,
memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi berdasarkan resep yang diterima,
melakukan pelayanan obat jadi dan obat racikan sesuai dengan resep dokter, memeriksa
kebenaran obat yang akan diserahkan ke pasien.
6
2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
7
3. Klasifikasi C : 55% jumlah persediaan barang menghasilkan nilai jual sebesar
5% dari seluruh nilai penjualan.
b. Data defekta
Data defekta adalah data yang memuat tentang perbekalan farmasi yang akan
dipesan. Buku ini memiliki fungsi untuk melihat stok barang dan mengingatkan
barang-barang yang akan dipesan (Saputra et al., 2004). Apotek Kimia Farma 1077
Soreang secara otomatis dapat melihat jumlah persediaan barang di apotek melalui
sistem yang terdapat dikomputer. Terlihat dari keluar masuknya stok obat yang
telah di entry kedalam sistem komputer apotek. Hasil defekta tersebut kemudian
dijadikan bahan acuan dalam pemesanan atau perencanaan barang di apotek.
2.2.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan
melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan kesehatan (Saputra et al., 2004). Untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan perbekalan farmasi yaitu :
a. Apotek hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah
memiliki izin edar atau nomor registrasi.
b. Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang terjamin.
c. Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan jalur resmi, yaitu
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah strategi berikut :
a. Legalitas, misalnya surat izin resmi.
b. Ketersediaan dan kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungkan jawabkan.
c. Kondisi barang, mencakup luasnya potongan harga (diskon) yang diberikan.
d. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu (service level).
8
e. After sales service yang baik, misalnya dalam barang yang telah kadaluwarsa.
f. Cara pembayaran, biasanya dipilih yang jangka waktu pembayarannya relatif lama.
9
pelanggan obat sehingga meningkatkan kepuasaan konsumen. Beberapa sistem
pengadaan non rutin yang ada di apotek Kimia Farma 1077 Soreang meliputi
pengadaan, pengadaan cito, pembelian mendesak, pengadaan konsinyasi dan
pengadaan khusus.
1. Dropping
Dropping suatu sistem pengadaan yang dapat dilakukan oleh apotek Kimia
Farma dengan meminta obat dan perbekalan farmasi ke apotek Kimia Farma
lainnya tanpa melalui Bussines Management (BM). Untuk menghindari obat
atau resep dan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan,
maka Apotek Kimia Farma membuat bon permintaan barang apotek (BPBA)
yang merupakan permintaan obat dan perbekalan farmasi lainnya ke Apotek
Kimia Farma lainnya.
2. Pengadaan Cito
Pengadaan cito adalah pengadaan yang dilaksanakan dengan segera karena
kondisi mendesak/darurat dan sesuai kebutuhan untuk mengatasi kondisi
mendesak/darurat atau kondisi yang akan membahayakan jiwa, tanpa melalui
perencanaan karena keadaan mendesak. Pengadaan ini tidak dapat dipenuhi
dengan penurunan antar Apotek Kimia Farma karena permintaan barang dalam
jumlah besar. Pada saat pengadaan cito Apotek membuat pesanan sesuai
permintaan apotek barang (BPBA) yang kemudian dikirim melalui sistem ke
Bussines Manager (BM) untuk selanjutnya BM membuat surat pemesanan (SP)
kepada pedagang besar farmasi (PBF) untuk memesan barang tersebut. BPBA
yang dibuat apotek harus dibuat dan dikirimkan kepada BM kurang dari pukul
12.00 WIB. Selanjutnya barang akan dikirim langsung ke Apotek yang
memesan dan dilakukan penerimaan barang.
3. Pembelian Mendesak
Pembelian mendesak dilakukan kepada apotek pihak yaitu apotek lain selain
apotek kimia farma. Pembelian barang mendesak dapat dilakukan tanpa
melalui BM. Pembelian barang mendesak dapat dilakukan apabila stok di
10
Apotek Kimia Farma lain kosong dan kosong. Pengadaan ini dilakukan dengan
membeli barang ke Apotek lain di luar kimia farma dengan cara pembelian
tunai. Barang yang datang kemudian dimasukkan ke pembelian barang
mendesak agar dapat melakukan transaksi penjualan.
4. Pengadaan Konsinyasi
Pengadaan Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek
Kimia Farma 1077 Soreang dengan suatu perusahaan pemilik produk
(Principal) yang ingin menyewa gondola untuk menitipkan produk yang akan
di apotek. Setiap bulan dilakukan pengecekan dari pihak Prinsipal untuk
mengetahui jumlah produk yang terjual. Penagihan dilakukan per bulan dan
untuk pembayaran dilakukan oleh BM sesuai dengan produk yang terjual.
5. Pengadaan Khusus
Pengadaan khusus dilakukan untuk pengadaan Narkotika, Psikotropika,
obat-obat tertentu (OOT) dan prekursor. Pengadaan obat tersebut dilakukan
oleh Apoteker penanggung jawab di Apotek. Pengadaan khusus ini
menggunakan SP khusus yang dibuat langsung oleh apotek yang bersangkutan.
2.2.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kedatangan barang dengan surat
pesanan sesuai dengan jenis obat maupun jumlah yang dipesan. Penerimaan merupakan
kegiatan untuk menjamin jenis spesifikasi, jumlah, waktu, dan harga yang tercantum
dalam surat pesanan dengan fisik yang diterima (Saputra et al., 2004). Penerimaan obat
dari PBF dilakukan dengan pengecekan faktur yang diterima, pengecekan nomor surat
pemesanan, nama pemesan, nama apotek, nama obat, nomor batch, kadaluarsa obat.
Jika terdapat perbedaan antara surat pemesanan dengan faktur yang diterima dapat
dikembalikan kepada PBF tersebut.
2.2.4 Penyimpanan
Sediaan farmasi yang diterima, kemudian disimpan di tempat masing-masing dan
dicatat tanggal, kode dan jumlah barang yang masuk pada kartu stok. Penyimpanan
barang di kimia farma soreang disusun berdasarkan kategori terapi, generik, paten,
11
bentuk serdiaan, apotek. Penyimpanan narkotika dan psikotropika diletakan terpidah
dilemari khusus dengan kunci ganda. Untuk barang-barang Over the counter (OTC) di
swalayan farmasi disusun berdasarkan farmakologi, grup, dan bentuk sediaan agar
memudahkan konsumen untuk mencari obat yang diinginkan. Penyimpanan pada
lemari etik disusun berdasarkan farmakologi, bentuk sediaan dan alfabet serta setiap
barang di lemari etik yang masuk dan keluar harus dilakukan pencatatan pada kartu
stok. Sistem penyimpanan dilakukan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
2.2.5 Pemusnahan
Pemusnahan adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan resep, obat, kemasan,
dan/atau label yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat,
mutu, dan label sehingga tidak dapat digunakan lagi (BPOM RI, 2019). Pemusnahan
yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 1077 Soreang antara lain pemusnahan resep
dan pemusnahan obat.
a. Pemusanahan Resep
Pemusnahan terhadap resep dapat dilakukan setelah resep disimpan dalam
jangka waktu minimal 5 (lima) tahun. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
menyaksikan oleh sedikitnya petugas lain di apotek dengan cara pembakaran atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 dan selanjutnya dilaporkan dinas kesehatan kota, BPOM,
arsip di apotek (Kemenkes, 2016). Apotek Kimia Farma 1077 Soreang tercatat
belum ada pemusnahan dikarenakan berdiri ± 4 tahun.
b. Pemusnahan Obat
Pemusnahan juga dilakukan terhadap obat-obat yang telah melewati tanggal
kadaluarsa, rusak, berubah warna, atau memenuhi kriteria untuk dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan dengan cara merusak atau bagian kemasan obat serta
menghancurkan dilarutkan lalu untuk obat bentuk sediaan tablet, kapsul dan serbuk,
dilarutkan dan diencerkan untuk obat dengan sediaan sirup, injeksi ampul, dan
dikubur untuk sediaan salep atau krim. Pemusnahan obat dilakukan oleh Apoteker
12
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik dan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1. Berita acara
pemusnahan obat dibuat 4 rangkap dan dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesahatan
Kota, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip di apotek
(Kemenkes, 2016).
2.2.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persedian obat
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Adanya pengendalian obat ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, memperbaiki, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan serta mengatasi obat. Tindakan pengendalian yang dilakukan di Kimia
Farma melalui:
a. Kartu Stok
Kartu stok merupakan pencatatan pergerakan transaksi keluar masuk suatu
obat atau barang pada apotek. Kartu stok menjadi pengontrol dokumen,
penyimpanan obat di apotek karena setiap obat yang masuk atau keluar akan
dicatat di kartu stok, melalui kartu stok dapat dilihat jumlah barang atau obat yang
masuk dan keluar setiap hari dengan menuliskan tanggal, nomor dokumen, nomor
batch, barang masuk dan keluar, serta paraf yang menulis. Kartu stok tercantum
pada Lampiran 10.
b. Uji Petik
Uji petik merupakan pengecekan barang yang biasa dilakukan setiap hari
sebagai bentuk pengecekan obat. Uji petik dilakukan setiap hari minimal 20 item,
10 item etis, 10 item swalayan sebagai salah satu upaya pengendalian. Uji petik
dilakukan dengan menyesuaikan antara jumlah fisik obat, dengan stok kartu dan
database di komputer. Bila hasilnya berbeda, selanjutnya akan mengakibatkan
penyebab atau kesalahannya.
13
c. Stock Opname
Stock Opname merupakan pengecekan terhadap barang yang biasa dilakukan
setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan stock opname dilakukan untuk semua jenis
persediaan obat, hal ini dilakukan untuk memeriksa jumlah persediaan barang
yang ada dengan jumlah yang tertera di kartu stok dan untuk menghindari
terjadinya kehilangan barang. Pencatatan nilai stok dilakukan dengan cara menulis
jumlah stok pada blanko stock opname, mengisi kartu stock pada tanggal kolom
keterangan dengan tanggal stock opname, kolom keterangan dengan stock
opname, kolom sisa dengan jumlah stok fisik yang ada dan kolom keterangan.
2.2.7 Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data obat yang masuk dan keluar
dalam periode waktu tertentu, sedangkan pelaporan adalah kumpulan catatan dan
pendataan kegiatan administrasi yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan
(Saputra et al., 2004). Pencatatan di apotek Kimia Farma dilakukan pada setiap
proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi:
1. Pencatatan Rekap Resep
Pencatatan rekap resep dilakukan setiap hari dimana resep dikumpulkan
dan dipisahkan berdasarkan tanggal transaksi resep di apotek. Resep asli
beserta struk harga obat disimpan sebagai arsip. Untuk resep yang
mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika direkap secara
terpisah, dan diberi tanda khusus atau lembar terpisah, yang akan digunakan
untuk keperluan pembuatan laporan penggunaan narkoba dan psikotropika.
2. Pencatatan Kartu Stok
Pencatatan kartu stok dilakukan dengan mengisi kartu stok yang tersedia
dalam setiap rak obat pada saat penambahan atau pengurangan jumlah obat
serta jumlah sisa obat yang tersedia. Namun dengan adanya sistem POS
dimana setiap penjualan dan penerimaan barang dimasukan kembali setiap
14
hari di komputer, maka secara otomatis mengurangi atau menambah stok
masing-masing item barang, sehingga terdapat database mengenai jumlah stok
obat atau perbekalan farmasi lainnya di apotek, yang dapat digunakan sebagai
alat kontrol selain kartu stok.
3. Pencatatan Penolakan
Mencatat semua obat yang tidak terpenuhi pada saat melakukan pelayanan,
dalam pencatatan yang perlu dicatat tanggal, nama obat, item atau jumlah
yang tidak terpenuhi. Pencatatan ini penting untuk mempermudah
pengawasan terhadap persediaan dan kebutuhan masing-masing obat.
termasuk obat
b. Pelaporan
Apotek Kimia Farma wajib melakukan pelaporan dalam pelaksanaan bisnis
apotek. Pelaporan yang dilakukan berupa pelaporan harian, harian dan tahunan.
Kegiatan pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang
meliputi:
1. Laporan Bukti Setoran Kas Apotek (BSK)
BSK berisi jumlah penerimaan uang yang berasal dari penjualan obat
dengan resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan dan dari
bagian swalayan. Kemudian uang disetorkan ke bank yang terletak dekat
dengan kimia farma yaitu bank Mandiri yang ditunjuk oleh Bussines Manager
(BM) yang nantinya akan menjadi bukti setoran kas Apotek Kimia Farma
Unit BM Bandung. Penyetoran uang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
2. Laporan Ikhtisar Pendapatan Harian (LIPH)
LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari
penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep maupun
non resep (UPDS) yang selanjutnya dilaporkan ke Bussines Manager (BM)
Bandung setiap harinya. Unsur-unsur yang terdapat dalam LIPH antara lain:
penjualan tunai, penjualan kredit, pengeluaran, dan total penerimaan uang
setelah dikurangi pengeluaran.
15
3. Laporan Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika
Laporan penggunaan obat narkotik dan psikotropik dilakukan pada laman
Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropika (SIPNAP). SIPNAP adalah
sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkoba dan psikotropika dari
unit layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Bandung dengan menggunakan pelaporan elektronik
selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Bandung melaporkan ke tingkat
yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi atau Ditjen Binfar dan Alkes) melalui
mekanisme pelaporan online. Apotek Kimia Farma 1077 Soreang setiap bulan
sebelum tanggal melakukan pelaporan penggunaan obat Narkotika dan
Psikotropika melalui laman "SIPNAP" tersebut.
2.3 Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Pengelolaan Narkotika, psikotropika dan preskursor diatur pada Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 3 tahun 2015. Pengelolaan Narkotika dan psikotropika diatur secara
khusus, mulai dari pengadaan, sampai penyimpanan sampai pemusnahan untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan obat tersebut (Kemenkes, 2015). Pelaksanaan
obat narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia Farma meliputi:
2.3.1 Pemesanan
Pemesanan dilakukan secara tertulis dengan surat pesanan khusus (Form N9)
sesuai ketentuan yang berlaku. Kemudian surat pesanan Narkotika yang sudah ditanda
tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dikirim ke pedagang besar farmasi
Kimia Farma yaitu PT Kimia Farma Trading & Distribution selaku distributor tunggal
dengan membuat surat pesanan (SP) khusus narkotik dibuat rangkap empat, yang
masing-masing menyerahkan ke PBF yang bersangkutan (SP asli dan dua lembar
lembar SP), dan satu lembar sebagai arsip apotek, satu obat narkotik hanyauntuk satu
SP. Sedangkan pemesanan obat golongan psikotropika dibuat sedikitnya rangkap 2 dan
dapat ditulis beberapa nama obat dalam satu SP.
16
2.3.2 Penerimaan
Penerimaan dari PBF harus diterima oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau
dilakukan sepengetahuan Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan faktur meliputi nama obat, jenis obat, jumlah obat, nomor
batch, tanggal kadaluarsa obat.
2.3.3 Penyimpanan
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus,
terpisah dengan obat lainnya dengan ketentuan yaitu ukuran 40 x 80 x 100 cm, terbuat
dari bahan kayu yang kuat, memiliki 2 pintu dan 2 kunci yang berbeda. Satu kunci
lemari hanya boleh dikuasai oleh apoteker yang bertanggung jawab. Obat prekursor di
simpan dilemari yang aman berdasarkan analisis risiko. Kunci dari lemari khusus
disimpan atau dipegang oleh Apotek Pengelola Apotek (APA), jika berhalangan dapat
didelegasikan kepada Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberi
wewenang.
2.3.4 Pelayanan
Apotek Kimia Farma 1077 Soreang hanya melayani Narkotika dengan resep asli
dan psikotropika dengan resep asli atau copy resep yang dibuat oleh Apotek Kimia
Farma 1077 Soreang sendiri.
2.3.5 Pelaporan
Data yang diperoleh dari resep-resep yang dimuat dalam laporan penggunaan
narkoba dan laporan penggunaan psikotropika. Untuk resep dan faktur obat narkotika
dan psikotropika disimpan pada tempat yang berbeda dengan resep dan faktur obat non
narkotika dan psikotropika. Pelaporan dilakukan secara berani melalui situs Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Waktu pelaporannya adalah awal
bulan sebelum tanggal 10 setiap bulannya.
2.3.6 Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan terhadap obat-obat yang telah melewati tanggal
kadaluwarsa, rusak, berubah warna, atau memenuhi kriteria untuk dimusnahkan.
17
Prosedur pemusnahan obat Narkotika dan Psikotropik dilakukan sebagai berikut:
1. Apoteker Pengelola Apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk
pemusnahan Narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak
dan tidak memenuhi syarat.
2. Surat permohonan yang telah ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
dikirim ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
3. Pemusnahan disaksikan oleh perwakilan apotek (TTK atau apoteker pendamping),
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas
Obat dan Makanan.
4. Bila pemusnahan telah dilaksanakan, maka dibuat berita acara pemusnahan, yang
berisi: Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan; nama Apoteker Pengelola Apotek;
nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut; Nama
dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan; Cara pemusnahan dan Tanda tangan
penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut akan
dikirimkan kepada Kepala Balai Besar POM Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab/Kota dan arsip pada apotek (Kemenkes,
2015).
Prosedur pemusnahan obat-obatan selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh APA dan disaksikan oleh perwakilan apotek (TTK atau apoteker pendamping).
Sedangkan untuk pemusnahan resep dilakukan tiap lima tahun, dilakukan oleh APA
dan disaksikan oleh perwakilan apotek (TTK atau apoteker pendamping) dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain dengan melaporkan Berita Acara Pemusnahan
Resep pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Namun, Apotek Kimia Farma
1077 Soreang merupakan apotek yang baru berdiri selama 4 tahun, sejak tahun 2018.
Sehingga apotek belum pernah melaksanakan kegiatan pemusnahan.
2.4 Pelayanan Klinik Farmasi
Menurut Permenkes 73 tahun 2016 pelayanan farmasi klinik di apotek meliputi
pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan
18
kefarmasian dirumah, pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek samping
obat (MESO).
2.4.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis masalah terkait dengan resep. Jika
ada ketidaksesuaian pada resep maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis
resep. Pengkajian resep ini meliputi kajian administratif, kecocokan farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a. Kajian administratif meliputi :
1. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf dokter
3. Tanggal penulisan resep
b. Kajian ke farmasetik meliputi :
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
c. Kajian pertimbangan klinis meliputi :
1. Ketepatan indikasi, ketepatan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan
obat
2. Duplikasi dan/atau polifarmasi
3. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
4. Kontra Indikasi
5. Interaksi obat.
2.4.2 Dispensing
Kegiatan dispensing yang dilakukan di Apotek Kimia Farma meliputi penyiapan
(termasuk peracikan obat), penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah
dilakukan pengkajian resep, selanjutnya obat dibuat sesuai permintaan resep yaitu
dengan menghitung jumlah kebutuhan obat sesuai resep, mengambil obat di rak
19
penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, kekuatan, jumlah, bentuk sediaan,
tanggal kadaluwarsa dan fisik obat. Selanjutnya melakukan peracikan obat bila
diperlukan (resep racikan), kemudian obat dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi
etiket. Etiket warna putih untuk obat dalam/oral, etiket warna biru untuk obat luar,
serta memberikan label keterangan yang sesuai untuk masing-masing sediaan
(misalnya "kocok dahulu" pada sediaan emulsi atau suspensi) hal ini bertujuan untuk
menjaga mutu obat serta menghindari penggunaan obat yang tidak tepat. Khusus
penggunaan obat Antibiotik, diberi label berwarna merah dengan tulisan "Antibiotik,
pastikan obat diminum sampai habis dalam waktu yang sama dan terbagi rata".
Apoteker ataupun TTK melakukan pemeriksaan kembali sebelum diserahkan
kepada pasien, dengan mencocokkan antara resep dengan obat yang disiapkan, dan
struk pembeliaan dimana pemeriksaan dilakukan penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat yang disediakan. Selanjutnya,
pemanggilan nama pasien serta memeriksa identitas dan alamat pasien, kemudian
diserahkan dengan pemberian informasi obat serta penawaran resep dan kwitansi
apotek (bila diminta oleh pasien; obat di serahkan sebagian; persediaan beberapa obat
pada resep kosong; ataupun bila terdapat tanda keterulangan pada resep), setelah itu
resep dapat disimpan pada tempatnya sebagai arsip apotek.
2.4.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam mempersembahkan informasi mengenai obat yang tidak memihak, kritis dengan
segala bukti terbaik dalam aspek penggunaan obat profesi lain, pasien atau masyarakat.
Adapun pelayanan informasi obat di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh apoteker.
Pelayanan informasi obat oleh apoteker dilakukan pada saat menyerahkan obat
yang bersifat dua arah atau pada saat pasien bertanya saat pelayanan swamedikasi.
Pada saat memberikan PIO, informasi obat yang disampaikan kepada pasien berupa
nama obat, kegunaan obat, cara pemakaian (jika memerlukan cara penggunaan
khusus), dosis dan waktu minum obat cara penyimpanan serta efek samping obat.
20
2.4.4 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga
pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan penyelesaian masalah yang
dihadapi pasien. Namun konseling di apotek kimia farma masih belum dilaksanakan.
Konseling dilakukan jika pasien meminta karena keterbatasan tempat atau tidak ada
ruang konseling khusus yang memungkinkan. Kriteria pasien untuk konseling adalah:
1. Pasien kondisi khusus (geriatri, pediatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil, ibu
menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang (Diabetes mellitus, TB, AIDS)
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan insulin,
inhaler).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin,
teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi .
6. Pasien dengan kepatuhan rendah.
2.4.5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan
Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di
rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker meliputi :
a. Pencarian/penilaian (asessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan
b. Identifikasi kepatuhan pasien
c. Pendampingan pengelolaan obat dan atau alkes di rumah, contohnya seperti cara
obat pemakaian asma dan penyimpanan insulin.
d. Konsultasi masalah obat dan kesehatan secara umum
e. Pemantauan pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat
21
2.4.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan efek samping.
Sedangkan Monitoring efek samping (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis. PTO dan MESO di Apotek Kimia Farma dilaksanakan
dengan metode Telefarma. Telefarma adalah lanjutan terhadap pasien yang telah
mendapatkan obat sebagai bentuk tindak lanjut terkait pengobatan lewat telepon.
Telefarma bertujuan untuk melihat pengobatan pasien yang berhasil atau tidak serta
melihat terjadinya efek samping yang merugikan penggunaan obat.
22
BAB III
TUGAS KHUSUS
PEMBUATAN KUESIONER TENTANG PELAYANAN BPJS DI APOTEK KIMIA
FARMA 1077 SOREANG
3.1 Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma dari drug
oriented menjadi patient oriented yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pelayanan yang bermutu selain mengurangi risiko terjadinya medication error,
juga memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga masyarakat akan
memberikan persepsi yang baik terhadap apotek terutama kecepatan pelayanan dan
ketersediaan obat yang di butuhkan (Handayani et al., 2009).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apotek adalah saranan pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Standar Pelayanan Kefarmasian merupakan pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di
apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Dalam
konteks pelayanan kefarmasian apotek, kepuasan pasien merupakan perasaan senang
yang muncul di dalam diri seorang setelah mendapat pelayanan yang diterima atau
dialami secara langsung.
Apotek Kimia Farma 1077 Soreang merupakan apotek yang cukup besar dan ramai
terletak di daerah yang ramai dan strategis yang mendistibusikan obat untuk melayani
resep maupun tanpa resep ke masyarakat. Apotek Kimia Farma 1077 Soreang menjalin
kerja sama dengan BPJS untuk menerima resep dari pasien BPJS yang berobat di
Rumah sakit Soreang. Resep BPJS yang diterima oleh apotek kimia Farma 1077
Soreang terdiri dari resep kronis dimana apotek kimia farma 1077 hanya dapat
23
memberikan obat selama 23 hari, dan pihak rumah sakit soreang yang memberikan
obat-obat resep selama 7 hari dan resep PRB yang artinya pasien rujuk balik dari rumah
sakit yang dapat menerima obat-obat sesuai jumlah yang tertera di resep.
24
b. Faktor Metode
Saat jam sibuk (09.30 – 14.00) jumlah petugas instalasi farmasi yang bertugas di
apotek tidak sebanding dengan jumlah resep yang masuk, tidak melakukan pembagian
kerja, kerja sama dan cara kerja yang baik, tidak/kurang peduli terhadap kepentingan
pasien, dan kemampuan manajerial kepala instalasi masih kurang memadai.
c. Faktor Tempat
Ruangan kerja kurang tertata dengan baik, ruang tunggu kurang nyaman,tempat
duduk pasien kurang, dan pasien yang menunggu melebihi kapasitas ruangan.
d. Faktor materi/Bahan obat
Persediaan obat di apotek kadang habis, perencanaan dan persediaan obat tidak
akurat.
Dalam konteks pelayanan kefarmasian di apotek, kepuasan pasien merupakan
perasaan senang yang timbul di dalam diri seseorang setelah mendapat pelayanan yang
diterima atau dialami secara langsung. Analisis kepuasan pelanggan dilakukan
berdasarkan lima dimensi kualitas pelayanan, yakni:
1. Bukti Fisik (Tangible) antara lain keterjangkauan lokasi Apotek, kecukupan tempat
duduk diruang tunggu, kebersihan dan kenyamanan ruang tunggu (Yuniar, 2016).
2. Kehandalan (Reliability) adalah kemampuan petugas farmasi untuk melakukan
pelayanan kefarmasian sesuai waktu yang telah ditetapkan, secara cepat, tepat dan
memuaskan.
3. Ketanggapan (Responsiveness) adalah kemampuan petugas farmasi tanggap
terhadap masalah pasien dan memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang
diresepkan.
4. Jaminan (Assurance) adalah kemampuan petugas farmasi dalam memberikan
pelayanan informasi terhadap obat yang diserahkan., kesopanan dalam memberikan
pelayanan, keterampilan dalam memberikan keamanan bahwa obat yang diserahkan
telah sesuai.
5. Empati (Emphaty) dalam pelayanan antara lain keramahan petugas Apotek.
25
d. Penyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian
g. Pencatatan dan Pelaporan
2. Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian resep
b. Dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat
d. Konseling
e. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacycare)
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
g. Monitoring Efek samping Obat (MESO) (Permenkes, 2016).
3.2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
BPJS kesehatan merupakan badan hukum yang bersifat nirlaba dan bertanggung
jawab kepada presiden. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
(MENKES,2011). BPJS sebagai penyelenggara jaminan sosial terdiri atas dewan
pengawas dan direksi. Mekanisme jaminan kesehatan BPJS merupakan suatu
mekanisme asuransi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan bersama atau prinsip
gotong-royong dimana setiap peserta menanggung bersama beban biaya jaminan sosial
yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan
tingkat gaji, upah, atau penghasilannya (Wibowo, 2014).
BPJS sebagai penyelenggara harus berprinsip nirlaba dimana pengelolaan usaha
yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat
sebesar-besarnya untuk peserta BPJS sepenuhnya adalah milik negara dan BPJS tidak
boleh menjual satu saham pun kepada perseorangan atau Badan Undang-Undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS diwajibkan mengumumkan kinerja keuangan
dan kinerja pelayanan yang meliputi akses biaya satuan per group pelayanan atau
diagnosis, kepuasan peserta kota/kabupaten (Thabrany, 2013).
26
3.3 Hasil
Perempuan 25 50%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa banyaknya responden untuk karakteristik
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 25 orang dengan persentase 50% dan
perempuan sebanyak 25 orang dengan persentase 50%.
27
Tabel III. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa banyaknya jumlah responden untuk
karakteristik berdasarkan usia yaitu dengan rentang umur 17- 24 tahun sebanyak 4 orang
dengan persentase 8%, umur 25-34 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 12%, umur
35-49 tahun sebanyak 16 orang dengan persentase 32%, umur 50-64 tahun sebanyak 20
orang dengan persentase 40% dan umur >65 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase
8%, total jumlah responden sebanyak 50 orang.
Wirausaha 7 14%
Lain-lain 20 40%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa banyaknya jumlah responden untuk
karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu pelajar/mahasiswa sebanyak 3 orang dengan
persentase 6%, pegawai negeri sipil sebanyak 7 orang dengan persentase 14%, pegawai
28
swasta 13 orang dengan persentase 26%, wirausaha sebanyak 7 orang dengan persentase
14% dan yang terakhir lain-lain 20 orang dengan persentase 40%.
No Pertanyaan Rata-rata
Kenyataan Harapan
Tangible
P1. Alur pelayanan obat resep BPJS sudah
3.76 4.63
jelas
P2. Nomer antrian diperoleh dengan mudah
3.98 4.38
dan jelas
P3. Bangunan Apotek terlihat indah dan bersih 4.00 4.23
P4. Ruang tunggu apotek memiliki ruang
3.98 4.30
tunggu yang bersih dan nyaman
P5. Penampilan tenaga medis rapid dan bersih 4.30 4.39
Reliability (Keandalan)
P6. Jam buka pelayanan obat BPJS di Apotek
4.06 4.54
tepat sesuai jadwal (08.00-16.00 WIB)
P7. Pelayanan obat resep BPJS di Apotek
3.94 4.30
mudah dan cepat
P8. Staff Apotek memberikan pelayanan teliti
4.08 4.55
dan tepat waktu
P9. Tenaga kefarmasian memberikan informasi
kepada pasien sebelum pelayanan 3.94 4.43
diberikan
P10 Apoteker memberikan pelayanan yang baik
. dengan menjelaskan informasi obat
4.20 4.54
meliputi nama obat, cara pakai obat dan
efek samping.
Responsiveness (Daya Tanggap)
P11 Apoteker tanggap terhadap komplain obat
3.94 4.48
. yang diterima
P12 Apoteker melayani dengan baik saat pasien
4.08 4.56
. minta penjelasan terkait obat
P13 Apoteker dan tenaga kefarmasian apotek
3.88 4.37
. menyiapkan obat dengan segera
P14 Apoteker tanggap terhadap keluhan pasien
3.80 4.47
. terkait pelayanan
P15 Terjadi komunikasi yang baik antara
3.96 4.52
. pasien dengan petugas apotek
29
Assurance (Jaminan)
P16 Apoteker menyiapkan obat dengan benar
4.26 4.49
. dan teliti
P17 Apoteker menanyakan nomor antrian dan
4.20 4.21
. identitas pasien saat menyerahkan obat
P18 Obat yang di terima dalam kemasan yang
4.34 4.21
. baik
P19 Tenaga kefarmasian apotek menyediakan
3.92 4.42
. obat-obat BPJS yang lengkap
P20 Tenaga kefarmasian apotek cekatan serta
4.12 4.23
. menghargai pasien/keluarga pasien
Empathy (Empati )
P21 Pelayanan di apotek sopan dan ramah
4.18 4.23
.
P22 Pelayanan di apotek sama (tidak
4.00 4.46
. membedakan pasien BPJS dan Umum)
P23 Apoteker mendengarkan dengan sabar
. pertanyaan dan keluhan pasien atau 4.04 4.52
keluarga pasien
P24 Apoteker memahami kebutuhan pasien dan
3.88 4.60
. memberikan solusi
P25 Apoteker memberikan pelayanan yang
4.16 4.52
. cukup kepada pasien/keluarga pasien
30
Berdasarkan hasil rata-rata antara kenyataan dan harapan pasien
terhadap pelayanan resep BPJS di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang didapatkan
diagram kartesis berikut:
Kuadran A Kuadran B
Kuadran C Kuadran D
Gambar 3. 1 Diagram Kartesius Pelayanan Resep BPJS Kimia Farma 1077 Soreang
Tabel III. 5 Distribusi Pertanyaan Tiap Dimensi
31
B P12
C P13
D -
Assurance (Jaminan)
A -
B P16
C P19
D P17,P18,P20
Empathy (Empati )
A P22,P24
B P23,P25
C -
D P21
3.4 Pembahasan
Distribusi sampel berdasarkan analisis kuisioner menunjukkan bahwa kebanyakan
pelanggan yang datang mengunjungi apotek Kimia Farma 1077 Soreang untuk kategori
jenis kelamin, baik perempuan atau laki-laki memiliki persentase yang sama yaitu
sebanyak 50% dari total kuisioner pelanggan dengan kategori usia yang paling banyak
berada pada umur 50-64 tahun yaitu sebanyak 20 responden (40%). Pelanggan apotek
Kimia Farma Soreang memang kebanyakan adalah pasien BPJS untuk penyakit Kronis.
32
Hasil dari analisis diagram kartesius pada tingkat kepuasan pasien di Kimia Farma
1077 Soreang yang berisikan lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu Tangible,
Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Dimensi yang memiliki tingkat
kepuasan tertinggi dan dapat dipertahankan kinerjanya adalah Reliability. Dimensi
Reliability memiliki tingkat kepuasan tertinggi (kuadran B), terutama pada pernyataan
“Jam buka pelayanan obat BPJS di Apotek tepat sesuai jadwal (P6)”; “Staff Apotek
memberikan pelayanan teliti dan tepat waktu (P8)”; “Apoteker memberikan pelayanan
yang baik dengan menjelaskan informasi obat meliputi nama obat, cara pakai obat dan
efek samping (P10)”. Dimensi Reliability berisikan hal-hal yang berhubungan dengan
aspek keandalan yang mana berarti dimata pelanggan, petugas apotek telah melakukan
pekerjaan kefarmasian dengan baik dan dapat diandalkan dalam proses pelayanan.
Pelanggan memiliki kepuasan terhadap pelayanan pegawai apotek Kimia Farma 1077
Soreang.
Sedangkan dimensi Responsiveness merupakan dimensi yang memiliki tingkat
kepuasan terendah dan perlu perhatian khusus, diantaranya pada pernyataan “Apoteker
tanggap terhadap komplain obat yang diterima (P11)”; “Apoteker tanggap terhadap
keluhan pasien terkait pelayanan (P14)” dan “Komunikasi yang baik antara pasien
dengan petugas apotek (P15)”. Dimensi Responsiveness khususnya pada tiga
pernyataan (P11,P14 dan P15) menjadi indikator prioritas perbaikan bagi apotek Kimia
Farma 1077 Soreang. Pegawai apotek telah melakukan pelayanan dengan baik, akan
tetapi beberapa poin masalah kadang tidak menemukan komunikasi yang pas, sehingga
dapat terjadi beberapa kesalahpahaman dan ketidakpuasan dari pelanggan. untuk itu,
petugas apotek kedepannya dapat memberikan komunikasi disertai pemahaman dan
solusi terkait keluhan pasien baik mengenai pelayanan atau komplain obat sehingga
dapat terbentuk komunikasi yang baik antara pasien dan petugas apotek.
Dimensi berikutnya yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki adalah
pernyataan-pernyataan yang menempati kuadran C, diantaranya pernyataan “Nomer
antrian diperoleh dengan mudah dan jelas” (P2), “Bangunan Apotek terlihat indah dan
bersih” (P3), “Ruang tunggu apotek memiliki ruang tunggu yang bersih dan nyaman”
33
(P4). Kuadran C sendiri menunjukkan bahwa beberapa pernyataan tersebut memang
kurang menjadi perhatian pelanggan, dimana manfaat yang dirasakan oleh pelanggan
sangat kecil (Suhendra.,et.al. 2020).
Sedangkan Kuadran D termasuk dalam faktor dengan tingkat pelayanan yang
kurang penting menurut pelanggan, namun pelanggan tetap merasa puas atas
pelayanannya.
3.5 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di
Apotek Kimia Farma 1077 Soreang dapat disimpulkan :
1. Mahasiswa memiliki gambaran mengenai organisasi, struktur, cara, situasi dan
kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan di bidang farmasi sehingga dapat
memahami mengenai fungsi, peran, dan tugas seorang farmasis/apoteker.
2. Calon Apoteker dapat menjalankan profesinya secara professional, kompeten,
berwawasan luas, mandiri, dan handal sebagai bekal pengabdian kerja untuk
menghadapi tantangan dan persaingan di bidang farmasi dimasa mendatang serta
melaksanakan kewajibannya sesuai standar kompetensi farmasi di Indonesia dan
undang-undang yang berlaku.
3. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui alur, tata cara dan standar pelayanan
kefarmasian meliputi pengkajian dan pelayanan resep, PIO, konseling di Apotek
Kimia Farma 1077 Soreang.
4. Mahasiswa profesi apoteker mengetahui alur dan tata cara Pengelolaan Sediaan
Farmasi yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi di Apotek Kimia Farma 1077 Soreang.
5. Dari lima dimensi kualitas layanan, keandalan (Reliability) menempati tingkat
kepuasan tertinggi, sedangkan daya tanggap (Rensponsiveness) menempati tingkat
kepuasan terendah yang dirasa oleh pasien.
34
DAFTAR PUSTAKA
Bayang. (2014): Faktor Penyebab terjadinya Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu
Kabupaten Bantaeng. Tesis. Pascasarjana. Makassar : Universitas Hasanudin.
BPOM RI. (2019): Pengaturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2019
Tentang Penarikan dan Pemusnahan Obat yang Tidak Memenuhi Standard an/atau
Persyaratan Keamanan, Khasiat, Mutu, dan Label. Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 1- 19
Depkes RI. (2009): Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun. 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dewi, Shinta Kurnia., et.al. (2020). Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah. Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Handayani, R.S., Raharni, dan Gitawati, R. (2009): Persepsi Konsumen Apotek terhadap
Pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia. Jurnal Makara Kesehatan, 13 (1).
IAI. (2015): Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
35
Königbauer, I. (2007): Advertising and Generic Market Entry. Journal of Health
Economics, 26 (1) : 286-305.
Linarni, J., Hasan B., M. (2012): Mutu Pelayanan Farmasi di Puskesmas Kota Padang.
Tesis. Yogyakarta : Working Paper KMPK Universitas Gajah Mada.
Liu, Y.M., Yang, Y.H.K., Hsieh, C., R. (2009): Financial Incentives and Physicians
Prescription Decisions on the Choice Between Brand Name and Generic Drugs:
Evidence from Taiwan. Journal of Health Economics. 28 (1) : 341-349
Menkes RI. (2014): Permenkes RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
Menkes RI. (2014): Permenkes RI nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2015): Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekusor Farmasi.
Menteri Kesehatan RI. (2016): Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Muhammadi, E., Aminullah, and Soesilo, B. (2001): Analisis Sistem Dinamis : Lingkungan
Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Press.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Apotek.
36
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta : MenKes.
Saputra, M. H., Pt, H., Putera, E., Schroeder, M. (2004): Artikel Pengelolaan Persediaan
Obat di Apotek. 1-5.
Suhendra.,et.al. 2020: Kajian Tingkat Kepuasan Pengguna Trans Metro Bandung Koridor 2
Menggunakan Pendekatan Importance-Performance Analysis. Institut Teknologi
Nasional.
Silvia et al. (2011): Concomitant Prescribing and Dispensing Errors at a Brazilian Hospital:
a descriptive Study, Clinical Science P, 1691- 1697.
Yuniar, Y., & Handayani, R. S. (2016). Kepuasan pasien peserta Program Jaminan
Kesehatan Nasional terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 39-48.
37
LAMPIRAN 1
APOTEK KIMIA FARMA 1077 SOREANG
38
LAMPIRAN 2
DENAH APOTEK KIMIA FARMA 1077 SOREANG
10 7 7 6
9 5
11 8
4
12
3
1 2
Ket :
39
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 1077 SOREANG
Apoteker Pendamping
40
LAMPIRAN 4
SURAT PESANAN NARKOTIK DAN PSIKOTROPIKA
41
LAMPIRAN 5
SURAT PESANAN PREKURSOR
42
LAMPIRAN 6
SURAT PESANAN OBAT-OBAT TERTENTU (OOT)
43
LAMPIRAN 7
SURAT PESANAN
44
LAMPIRAN 8
SURAT LAPORAN IKHTISAR PENDAPATAN HARIAN
45
LAMPIRAN 9
ALUR PELAYANAN RESEP TUNAI
Skrining Akhir
1. Kesesuaian obat dengan resep
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
46
LAMPIRAN 10
ALUR PELAYANAN RESEP KREDIT
Skrining Akhir
3. Kesesuaian obat dengan resep
4. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
47
LAMPIRAN 11
ETIKET OBAT
48
LAMPIRAN 12
LEMBAR SALINAN RESEP
49
LAMPIRAN 13
LEMBAR KARTU STOK
50
LAMPIRAN 14
BLANKO PENGAMBILAN/PENGANTAR OBAT
51
LAMPIRAN 15
BLANKO KWITANSI
52
LAMPIRAN 16
PENYIMPANAN OBAT DI APOTEK KIMIA FARMA 1077 SOREANG
53
54
55
56
LAMPIRAN 17
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUISIONER
P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P0 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pearson 1 .45 .46 .36 .45 .42 .58 .66 .51 .51 .54 .52 .59 .61 .43 .38 .38 .38
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 7 9 3 1 6 4 2 9 9 1 1 6 5 4 7 6 1
P01 Sig. (2- .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 1 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 6 6 6
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .45 1 .52 .33 .51 .37 .37 .37 .35 .31 .24 .45 .24 .11 .18 .42 .27 .31
** ** * ** ** ** ** * * ** ** *
Correlation 7 6 8 7 7 5 6 7 1 1 5 0 0 9 4 7 8
P02 Sig. (2- .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .01 .02 .09 .00 .09 .44 .18 .00 .05 .02
tailed) 1 0 6 0 7 7 7 1 8 2 1 4 8 9 2 1 4
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .46 .52 1 .73 .56 .60 .60 .49 .47 .53 .37 .40 .23 .35 .23 .39 .42 .35
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * ** ** *
Correlation 9 6 0 5 7 3 4 3 6 0 9 2 4 6 7 8 3
P03 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .10 .01 .09 .00 .00 .01
tailed) 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8 3 4 2 9 4 2 2
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .36 .33 .73 1 .58 .60 .54 .43 .46 .36 .46 .41 .40 .40 .33 .37 .33 .26
** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * ** *
Correlation 3 8 0 9 7 0 3 7 7 9 4 7 6 5 6 1 9
P04
Sig. (2- .01 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .01 .00 .01 .05
tailed) 0 6 0 0 0 0 2 1 9 1 3 3 3 7 7 9 9
57
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .45 .51 .56 .58 1 .57 .34 .37 .29 .38 .44 .44 .23 .21 .18 .31 .34 .35
** ** ** ** ** * ** * ** ** ** * * *
Correlation 1 7 5 9 3 9 5 3 0 1 9 2 2 8 1 0 1
P05 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .01 .00 .03 .00 .00 .00 .10 .13 .19 .02 .01 .01
tailed) 1 0 0 0 0 3 7 9 6 1 1 5 9 1 8 6 2
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .42 .37 .60 .60 .57 1 .40 .41 .29 .41 .40 .53 .34 .24 .27 .50 .52 .49
** ** ** ** ** ** ** * ** ** ** * ** ** **
Correlation 6 7 7 7 3 4 0 7 6 2 2 8 4 2 7 6 9
P06 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .03 .00 .00 .00 .01 .08 .05 .00 .00 .00
tailed) 2 7 0 0 0 4 3 6 3 4 0 3 8 6 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .58 .37 .60 .54 .34 .40 1 .61 .49 .37 .40 .42 .54 .44 .39 .27 .37 .32
** ** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** *
Correlation 4 5 3 0 9 4 2 8 8 8 5 9 1 1 6 8 3
P07 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .05 .00 .02
tailed) 0 7 0 0 3 4 0 0 7 3 2 0 1 5 2 7 2
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .66 .37 .49 .43 .37 .41 .61 1 .68 .58 .67 .58 .58 .62 .44 .53 .44 .41
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 2 6 4 3 5 0 2 1 1 3 9 2 2 0 0 6 7
P08 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 7 0 2 7 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .51 .35 .47 .46 .29 .29 .49 .68 1 .60 .56 .58 .64 .69 .57 .41 .47 .39
** * ** ** * * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 9 7 3 7 3 7 8 1 2 9 7 0 8 2 2 9 1
P09 Sig. (2- .00 .01 .00 .00 .03 .03 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 1 1 1 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 5
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
58
Pearson .51 .31 .53 .36 .38 .41 .37 .58 .60 1 .62 .68 .51 .63 .57 .54 .50 .51
** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 9 1 6 7 0 6 8 1 2 9 6 9 8 3 1 0 1
P10 Sig. (2- .00 .02 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 8 0 9 6 3 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .54 .24 .37 .46 .44 .40 .40 .67 .56 .62 1 .64 .69 .65 .56 .54 .51 .48
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 1 1 0 9 1 2 8 3 9 9 9 4 9 4 7 5 2
P11 Sig. (2- .00 .09 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 2 8 1 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .52 .45 .40 .41 .44 .53 .42 .58 .58 .68 .64 1 .69 .57 .60 .54 .53 .49
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 1 5 9 4 9 2 5 9 7 6 9 1 1 3 8 3 5
P12 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 1 3 3 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .59 .24 .23 .40 .23 .34 .54 .58 .64 .51 .69 .69 1 .78 .72 .45 .42 .46
** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 6 0 2 7 2 8 9 2 0 9 4 1 7 5 3 2 6
P13 Sig. (2- .00 .09 .10 .00 .10 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 4 4 3 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .61 .11 .35 .40 .21 .24 .44 .62 .69 .63 .65 .57 .78 1 .67 .36 .32 .39
** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * **
Correlation 5 0 4 6 2 4 1 2 8 8 9 1 7 0 3 9 3
P14 Sig. (2- .00 .44 .01 .00 .13 .08 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .01 .02 .00
tailed) 0 8 2 3 9 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .43 .18 .23 .33 .18 .27 .39 .44 .57 .57 .56 .60 .72 .67 1 .48 .32 .49
P15 ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** * **
Correlation 4 9 6 5 8 2 1 0 2 3 4 3 5 0 8 2 0
59
Sig. (2- .00 .18 .09 .01 .19 .05 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .02 .00
tailed) 2 9 9 7 1 6 5 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .38 .42 .39 .37 .31 .50 .27 .53 .41 .54 .54 .54 .45 .36 .48 1 .74 .81
** ** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 7 4 7 6 1 7 6 0 2 1 7 8 3 3 8 2 2
P16 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .02 .00 .05 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .01 .00 .00 .00
tailed) 6 2 4 7 8 0 2 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .38 .27 .42 .33 .34 .52 .37 .44 .47 .50 .51 .53 .42 .32 .32 .74 1 .77
** ** * * ** ** ** ** ** ** ** ** * * ** **
Correlation 6 7 8 1 0 6 8 6 9 0 5 3 2 9 2 2 4
P17 Sig. (2- .00 .05 .00 .01 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .02 .02 .00 .00
tailed) 6 1 2 9 6 0 7 1 0 0 0 0 2 0 2 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .38 .31 .35 .26 .35 .49 .32 .41 .39 .51 .48 .49 .46 .39 .49 .81 .77 1
** * * * ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 1 8 3 9 1 9 3 7 1 1 2 5 6 3 0 2 4
P18 Sig. (2- .00 .02 .01 .05 .01 .00 .02 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 6 4 2 9 2 0 2 3 5 0 0 0 1 5 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .50 .24 .39 .39 .15 .29 .49 .39 .58 .39 .52 .48 .67 .64 .59 .53 .56 .54
** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 8 7 7 0 8 7 4 5 7 9 4 2 3 3 8 3 8 0
P19 Sig. (2- .00 .08 .00 .00 .27 .03 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 4 4 5 4 6 0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .43 .20 .35 .42 .26 .40 .34 .59 .67 .57 .65 .55 .63 .64 .57 .66 .60 .63
** * ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 8 8 1 5 1 1 9 0 6 3 5 3 0 5 4 3 9 6
P20
Sig. (2- .00 .14 .01 .00 .06 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 1 8 2 2 8 4 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .45 .26 .39 .47 .42 .39 .39 .53 .51 .58 .57 .52 .53 .62 .57 .58 .44 .63
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 8 6 5 7 0 5 9 8 9 5 2 8 7 6 6 1 7 5
P21 Sig. (2- .00 .06 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 1 2 4 0 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .33 .13 .46 .66 .38 .38 .38 .50 .64 .54 .56 .45 .48 .59 .45 .40 .43 .46
* ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 4 5 2 3 2 1 9 1 8 1 0 7 8 1 2 7 7 1
P22 Sig. (2- .01 .34 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 8 9 1 0 6 6 5 0 0 0 0 1 0 0 1 3 2 1
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .43 .27 .45 .61 .33 .39 .43 .39 .58 .64 .55 .64 .59 .62 .54 .52 .54 .48
** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 0 0 0 2 9 2 6 2 5 6 1 6 2 9 9 7 2 6
P23 Sig. (2- .00 .05 .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 2 8 1 0 6 5 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .46 .36 .55 .63 .34 .48 .51 .45 .68 .63 .54 .67 .66 .66 .62 .50 .53 .48
** ** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 8 4 4 8 4 5 3 2 5 4 9 8 2 1 2 1 4 0
P24 Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 1 9 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Pearson .45 .30 .45 .56 .38 .36 .41 .33 .54 .52 .55 .58 .61 .62 .57 .53 .52 .58
** * ** ** ** ** ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Correlation 2 1 0 0 9 6 3 3 0 7 8 7 2 9 9 4 7 2
P25 Sig. (2- .00 .03 .00 .00 .00 .00 .00 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 1 4 1 0 5 9 3 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
61
.69 .48 .66 .68 .54 .61 .65 .73 .77 .75 .76 .78 .77 .76 .69 .70 .68 .69
Pearson ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
7 4 0 1 5 6 3 6 5 5 9 3 5 1 6 8 4 1
Correlation
Total
Sig. (2- .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
tailed) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.960 25
62