Anda di halaman 1dari 7

Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem pemerintahan


parlementer dan presidensial. Pada umumnya, negara-negara di dunia
menganut salah satu dari sistem pemerintahan tersebut. Adanya sistem
pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari dua sistem
pemerintahan di atas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari
negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Bahkan, Inggris
disebut sebagai “mother of parliaments” (induk parlementer), sedangkan
Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem
pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan
ciri-ciri yang ideal dari sistem pemerintahan yang dijalankannya. Inggris
adalah negara pertama yang menjalankan model pemerintahan parlementer.
Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam menjalankan
prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara tersebut,
kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain di belahan
dunia.

Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di mana
parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini
parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan
parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden
presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.

Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem


parlementer ini adalah kelanjutan dari bentuk negara Monarchi
Konstitusionil, di mana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu
dalam sistem parlementer, raja atau ratu dan presiden, kedudukannya
adalah sebagai kepala negara. Contoh kedudukan ratu di Inggris, raja di
Muangthai dan presiden di India.

Selanjutnya yang disebut eksekutif dalam sistem parlementer adalah


kabinet itu sendiri. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menteri-

1
menteri, bertanggung jawab sendiri satau bersama-sama kepada parlemen.
Kesalahan yang dilakukan oleh kabinet tidak dapat melibatkan kepala
negara. Karena itulah di Inggris dikenal istilah “the king can do no wrong”.
Pertanggung jawaban menteri kepada parlemen tersebut dapat berakibat
kabinet meletakkan jabatan dan mengembalikan mandat kepada kepala
negara manakala parlemen tidak lagi mempercayai kabinet.

Sebagai catatan, bahwa dalam pemerintahan kabinet parlementer,


perlu dicapai adanya keseimbangan melalui mayoritas partai untuk
membentuk kabinet atas kekuatan sendiri. Kalau tidak, maka dibentuk
suatu kabinet koalisi berdasarkan kerjasama antara beberapa partai yang
bersama-sama mencapai mayoritas dalam badan legislatif. Beberapa
negara, seperti Negera Belanda dan negara-negara Skandinavia, pada
umumnya berhasil mencapai suatu keseimbangan, sekalipun tidak dapat
dielakkan suatu “dualisme antara pemerintah dan dewan perwakilan
rakyat”.

a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer


Beberapa ciri dari sistem pemerintahan parlementer, adalah
sebagai berikut:
1) Raja/ratu atau presiden adalah sebagai kepala negara. Kepala negara
ini tak bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil
oleh kabinet.
2) Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan adalah perdana menteri. Kepala negara tak memiliki
kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebagai simbol
kedaulatan dan keutuhan negara.
3) Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang
anggotanya dipilih lansung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan
lembaga legislatif.
4) Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut
sebagai eksekutif di sini adalah kabinet. Kabinet harus meletakkan
atau mengembalikan mandatnya kepada kepala negara, manakala
parlemen mengeluarkan mosi tidak percaya kepada menteri tertentu
atau seluruh menteri.
5) Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet
dan sekaligus sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik
yang memenangkan pemilu. Sedangkan partai politik yang kalah
akan berlaku sebagai pihak oposisi.

2
6) Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk
kabinet secara koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan
kepercayaan dari parlemen.
7) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan kepala
negara beranggapan kabinet berada dalam pihak yang benar, maka
kepala negara akan membubarkan parlemen. Dan menjadi tanggung
jawab kabinet untuk melaksanakan pemilu dalam tempo 30 hari
setelah pembubaran itu. Sebagai akibatnya, apabila partai politik
yang menguasai parlemen menang dalam pemilu tersebut, maka
kabinet akan terus memerintah. Sebaliknya, apabila partai oposisi
yang memenangkan pemilu, maka dengan sendirinya kabinet
mengembalikan mandatnya dan partai politik yang menang akan
membentuk kabinet baru.
Dalam hal terjadinya suatu krisis kabinet karena kabinet tidak lagi
memperoleh dukungan dari mayorits badan legislatif, kadang-kadang
dialami kesukaran untuk membentuk suatu kabinet baru, oleh karena
pandangan masing-masing partai tidak dapat dipertemukan. Dalam keadaan
semacam ini terpaksa dibentuk suatu kabinet ekstra-parlementer, yaitu
suatu kabinet yang dibentuk tanpa formateur kabinet merasa terikat pada
konstelasi kekuatan politik dalam badan legislatif.

Dengan demikian bagi formateur kabinet cukup peluang untuk


menunjuki menteri berdasarkan keahlian yang diperlukan tanpa
menghiraukan apakah dia mempunyai dukungan partai. Kalaupun ada
menteri yang merupakan anggota pertai, maka secara formil dia tidak
mewakili partainya. Biasanya suatu kabinet ekstra-parlementer mempunyai
program kerja yang terbatas dan mengikat diri untuk menangguhkan
pemecahan masalah-masalah yang bersifat fundamental.

b. Kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem Pemerintahan Parlementer


Kelebihan Kekurangan
Pembuatan kebijakan dapat Kedudukan badan
ditangani secara cepat karena eksekutif/kabinet sangat
mudah terjadi penyesuaian tergantung pada mayoritas
pendapat antara eksekutif dan dukungan parlemen sehingga
legislatif. Hal ini karena sewaktu-waktu kabinet dapat
kekuasaan legislatif dan dijatuhkan oleh parlementer
eksekutif berada pada satu partai Kelangsungan kedudukan badan
atau koalisi partai. eksekutif atau kabinet tak bisa

3
 Garis tanggung jawab dalam ditentikan berakhir sesuai
pembuatan dan pelaksanaan dengan masa jabatannya karena
kebijakan publik jelas sewaktu-waktu kabinet dapat
 Adanya pengawasan yang kuat bubar
dari parlemen terhadap kabinet Kabinet dapat mengendalikan
sehingga kabinet menjadi parlemen. Hal ini terjadi bila
berhati-hati dalam menjalankan para anggota kabinet adalah
pemerintahan. anggota parlemen dan berasal
darin partai mayoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar di
parlemen dan partai, anggota
kabinet pun dapat menguasai
parlemen
 Parlemen menjadi tempat
kaderisasi bagi jabatan-jabatan
eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan menjadi bekal
penting untuk menjadi menteri
atau jabatan eksekutif lainnya.

Sistem Pemerintahan Presidensial


Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tak
tergantung pada badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari
kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat. Sebagai
kepala eksekutif, seorang presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang
akan memimpin departemennya masing-masing dan mereka itu hanya
bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet itu tak
tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak memerlukan dukungan
kepercayaan dari badan perwakilan rakyat, maka menteri-pun tak bisa
diberhentikan olehnya.

Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaran


Montesquieu, di mana kedudukan tiga kekuasaan negara yaitu legislatif,
eksekutif dan legislatif, terpisah satu sama lain secara tajam dan saling
menguji serta saling mengadakan perimbangan (check and balance).
Kekuasaan membuat undang-undang ada di tangan congress, sedangkan
presiden mempunyai hak veto terhadap undang-undang yang sudah dibuat
itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpin-pemimpin
departemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung jawab pada

4
parlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka sebagai kepala
eksekutif ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat.

Pelaksanaan kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab


Supreme Court (Mahkamah Agung), dan kekuasaan legislatif berada di
tangan DPR atau Konggres (Senat dan Parlemen di Amerika). Dalam
Praktiknya, sistem presidensial menerapkan teori Trias Politika
Montesqueu secara murni melalui pemisahan kekuasaaan (Separation of
Power ).

a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial


1) Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tak
dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu
dewan/majelis
2) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet
bertanggung jawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab
kepada parlemen/legislatif
3) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak
dipilih oleh parlemen
4) Presiden tak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem
parlementer
5) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai
lembaga perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat
6) Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen

b. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem Pemerintahan Presidensial


Kelebihan Kekurangan
 Badan eksekutif lebih stabilKekuasaan eksekutif di luar
kedudu-kannya karena tidak pengawasan langsung legislatif
tergantung pada parlemen sehingga dapat menciptakan
 Masa jabatan badan eksekutif kekuasaan mutlak
lebih jelas dengan jangka waktu Sistem pertanggung jawabannya
tertentu. Misalnya, masa jabatan kurang jelas
presiden Amerika Serikat Pembuatan keputusan/kebijakan
adalah 4 tahun dan presiden publik umumnya hasil tawar-
Indonesia selama 5 tahun menawar antara eksekutif dengan
 Penyusunan program kerja legislatif sehingga dapat terjadi

5
kabinet mudah disesuaikan keputusan tidak tegas dan
dengan jangka waktu masa memakan waktu yang lama.
jabatannya
 Legislatif bukan tempat
kaderisasi untuk jabatan-jabatan
eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk
anggota parlemen sendiri.

Menyadari adanya kelemahan dari masing-masing sistem


pemerintahan, negara-negara pun berusaha memperbaharui dan berupaya
mengkombinasikan dalam sistem pemerintahannya Hal ini dimaksudkan
agar kelemahan tersebut dapat dicegah atau dikendalikan. Misalnya, di
Amerika Serikat yang menggunakan sistem presidensial, maka untuk
mencegah kekuasaan presiden yang besar, diadakanlah mekanisme cheks
and balance, terutama antara eksekutif dan legislatif.

Sistem Pemerintahan Referendum


Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan
presidensial adalah sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di
mana tugas pembuat Undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk
referendum yang terdiri dari referendum obligatoir, referandum fakultatif,
dan referandum konsultatif.

a. Referandum Obligatoir
adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan
langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu
diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat,
karena dianggap sangat penting. Contoh, adalah persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undang-undang dasar.

b. Referendum Fakultatif
adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu
sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah
orang tertentu yang punya hak suara menginginkan diadakannya
referandum. Dalam hal ini apabila referandum menghendaki undang-
undang tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku.

6
Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut,
maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.

c. Referandum Konsultatif
adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat
sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang dimintakan
persertujuaannya.

Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang


terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada
rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini dipilih oleh
bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih
kembali.

Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap


masalah negara rakyat langsung ikut serta menanggulanginya. Akan tetapi
kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat mampu
menyelesaikannya karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang
cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Sistem ini tak bisa
dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan paham antara rakyat dan
eksekutif yang menyangkut kebijaksanaan politik. Keuntungan yang lain
ialah, bahwa kedudukan pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat
pemerintah akan memperoleh pengalaman yang baik dalam
menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai