Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BACAAN

DOSEN PENGAMPUH
SUHARNI SUDDIN, S.Pd., M.Pd

OLEH KELOMPOK : 3

 SAIFUL KASLAN N1C121015


 SUCI ALMUNAWARAH N1C121101
 MARLINDA DWI UTAMI N1C121075
 MIRA N1C121079
 FERY SURYA PUTRA N1C121111
 SARI SAHARANI N1C121116
 NOVAL YERICO NIC121085
 WA NINGSIH N1C121045
 SITI NUR AISYAH N1C121099
 LA ODE MUHAMMAD DARMIN N1C121071
 MARSIAWATI N1C121076
 LELIN N1C121072
 NURJANA PUTRI SAKTI N1C119030

PROGRAM STUDY ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Judul buku : pengantar sejarah indonesia baru 1500-1900 : dari Emporium
sampai Imperium
Pengarang : Sartono Kartodirdjo : jilid 1
Penerbit, tahun terbit : Jakarta:gramedi pustaka utama,1999
Jenis buku : Non fiksi
Tebal buku : 406 halaman

No BAB 2 JUDUL INFORMASI PENTING


cirebon Pada awal abad ke-16 cirebon memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kerajaan
Demak hal in sesuai dalam tradisi yang tertera
dalam hitoriografi tradisional yaitu pendiri
kerajaan Cirebon Sunan Kalijati. Menurut Pires
ada suatu daerah di pesisir jawa tengah antara
Cirebon dan Demak terdapat 3 pelabuhan
sebagai pusat pengeksplor beras yaitu
pelabuhan Losari Tegal dan Semarang.

Bahwasanya Cirebon pada awal abad 16 pula


sudah mempunyai perdagangan ramai dan
hubungan erat dengan malaka hal ini terbukti
pula dari keterangan pires yang meyebutkan
nama Syahbandal koloni Cirebon di Upih
Malaka , ialah patekadir. Dia sangat terkemuka
dan mempunyai hubungan baik dengan raja.

Sementara dalam sumber-sumber tradisional


lainnya menunjukan hubungan pendiri Cirebon
dengan toko-toko utama di jawa timur seperti
Raden Rahmat, dinasti di pasundan,antara lain
raja legendaris dari padjajaran dan galuh, Aria
Bangah sebagai saudaranya.

Menurut tradisi seperti tertera dalam


historiografi tradisional pendiri kerajaan
Cirebon ialah Sunan Gunung Jati sedangkan
dalam sejarah Banten namanya ialah Faletehan
atau Tagaril.Sumber-sumber tradisional,
setengahnya menunjukkan hubungan pendiri
Cirebon dengan tokoh-tokoh agama di Jawa
Timur seperti Raden Rahmat, setengahnya
hubungan dengan dinasti di Pasundan, antara
lain disebutkan bahwa raja legendaris dari
pajajaran dan galuh

kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15


dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga
merupakan pangkalan penting yang
menghubungkan jalur perdagangan antar pulau.
Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara
pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara
wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini
membuat Kesultanan Cirebon menjadi
pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2
kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.

Sunan Gunung Jati melanjutkan estafet


pemerintahan dari tahun 1479 hingga 1568.
Pada kepemimpinannya, Kesultanan Cirebon
memasuki masa kejayaan. Semua sektor
berkembang dengan pesat mulai dari agama,
politik, hingga perdagangan. Persebaran agama
Islam juga sangat pesat. Dakwah digaungkan di
berbagai daerah secara berkelanjutan. Islam
semakin dikenal dan penganutnya bertambah
banyak.

Pada bidang politik, terjadi perluasan daerah.


Berkerja sama dengan Kerajaan Islam Demak,
Kesultanan Cirebon mampu menduduki
Pelabuhan Sunda Kelapa pada 1527 M dengan
tujuan untuk mencegah masuknya pengaruh
Portugis ke wilayah tersebut.

Sunan Gunung Jati sukses menggunakan sistem


politik dengan asas desentralisasi berpola
kerajaan pesisir. Strategi politik ini
menerapkan program pemerintah dengan
tumpuan intensitas pengembangan dakwah ke
seluruh daerah di tanah Sunda. Sementara itu,
pada sistem ekonomi, Kesultanan Cirebon pada
saat itu melakukan aktivitas kerja sama
perdagangan dengan bangsa Campa, Malaka,
India, China, dan Arab.
2 Bab 2 Demak Pendiri kerajaan Demak ialah Raden Patah,
seorang putra raja majapahit dan istri cina yang di
hadiahkan kepada Raja Palembang. Salah satu
tokoh yang menyebutkan demak dalam sejarah
yaitu Tom Pires, dia menyebutkan Pate Rodin
sebagai raja ke 3 Demak, sedangkan menurut
Serat Kandha raja ke 3 kerajaan demak ialah
pangeran Sebrang Lord dan menurut tradisi jawa
barat Sumangsang lah raja ke 3 kerajaan Demak.
Ekspansi Demak ke Jawa Barat di mulai dengan
ekspedisi Syeh Nurullah atau yang kemudian di
kenal dengan Sunan Gunung Jati, yang berhasil
berturut-turut mendirikan kerajaan di Cirebon dan
Banten. Bersamaan dengan ekspansi itu terjadilah
proses islamisasi daerah-daerah tersebut serta
pengembangan kebudayaan jawa. Selain
melakukan ekspansi ke daerah jawa demak juga
melakukan ekspansi ke beberapa wilayah
diantaranya Banyumas dan Bagelan, selain tempat
tersebut demak juga melakukan ekspansi ke
kejaraan majapahit yaitu pada tahun 1527 dan
pada tahun ini pula tuban berhasil di taklukan oleh
Demak.
Letak Demak yang tidak terlalu jauh dari pantai
menjadikan kota ini banyak dikunjungi oleh para
pedagang, diperkirakan sudah sejak abad ke-14.
Namun hingga sekarang pengetahuan kita tentang
kota Demak hanya terbatas pada kedudukannya
sebagai pusat politik kerajaan Islam pertama di
Jawa. Dan belum banyak hal yang diungkapkan
tentang perannya dalam jalur rempah
Catatan dari Tomé Pires juga memperlihatkan
bahwa kota ini ramai disambangi orang-orang
asing. Orang Persia, Arab, Gujarat, Melayu, dan
Cina. Selain itu, banyak sekali orang Muslim yang
ada di kota Demak kala Pires berkunjung ke sana.
Demak tumbuh besar dan menjadi salah satu kota
terkaya di pesisir utara Pulau Jawa (Cortesao
1967).
Orang-orang asing yang datang umumnya adalah
para saudagar. Sebagian dari mereka memutuskan
menetap dan kawin-mawin dengan orang sekitar.
Sarana peribadatan, terutama masjid, semakin
banyak ditemui di Demak. Tak heran bila
Walisongo menjadikan kota ini sebagai pusat
penyebaran agama Islam.

Apalagi, menurut sejarahnya, Islam dan pedagang


Islam adalah hasil peradaban kota. Oleh karena itu
dapat dimengerti mengapa orang-orang Islam
yang datang ke Demak dan kota-kota pantai di
Jawa umumnya adalah pedagang, atau
menjalankan dua aktivitas sekaligus, yaitu
menyebarkan agama dan berniaga.
Sebagai satu-satunya ibukota kerajaan di Jawa
Tengah yang terletak di pesisir, Demak sudah
unggul secara geografis. Inilah yang menarik
orang-orang berdatangan, terutama orang-orang
Islam. Di samping itu menarik untuk diketahui
bahwa ketika Demak runtuh, raja-raja Mataram
tidak lagi memilih pusat pemerintahannya di
wilayah pesisir, melainkan di pedalaman. Demak
jelas menjadi semakin kuat di pesisir.
Kemudian, pada abad ke-16 Demak juga menjadi
tempat penimbunan komoditi perdagangan padi
yang berasal dari daerah-daerah pertanian di
sekitarnya. Peranan Demak sebagai pusat kegiatan
ekonomi pertanian menjadi semakin penting,
terutama ketika kota Juwana yang terletak di
sebelah timurnya dihancurkan oleh penguasa
Majapahit terakhir sekitar tahun 1513. Juwana
semula merupakan kota Pelabuhan dengan Pati
sebagai ibukotanya. Sama seperti halnya kota
pelabuhan Jepara dengan Demak sebagai
ibukotanya.
Pires menyebutkan bahwa surplus hasil panen
kerajaan Demak diangkut ke Malaka dengan kapal
jung dan pangajava (Cortesao 1967:186). Dengan
demikian cukup jelas bahwa kedua jenis angkutan
air tersebut mempunyai ukuran yang cukup besar
dan kedua-keduanya dapat masuk kategori
perahu-muatan-barang (kargo).
Tentang wilayah dan penduduk Demak pada awal
abad ke-16 terdapat sedikit keterangan dari Pires.
Disebutkan bahwa wilayah Demak tergolong lebih
besar daripada kota-kota pantai lain di sekitarnya.
Kotanya memiliki delapan sampai sepuluh ribu
rumah (Cortesao 1967:184). Berdasarkan
keterangan ini, tentu tidak dapat segera
diperkirakan jumlah penduduknya, tetapi jika
diandaikan setiap rumah terdiri dari 5 orang, maka
penduduk Demak pada waktu itu berkisar antara
40.000 hingga 50.000 orang, suatu jumlah yang
cukup masuk akal untuk kota Demak pada waktu
itu (Rahardjo & Ramelan, 1997).
3 Bab 2 Banten Pada awal abad XVI di jawa barat terdapat pusat
kekuasaan yang berkedudukan di pakuan ato yang
seperti d beritakan oleh potugis, Dayo sebagai ibu
kota Pajajaran. Menurut historiografi Banten,
Hasanudin dianggap sebagai pendiri kerajaan
Banten. Dia menikah dengan seorang putri demak,
ialah putri ultan Trenggana, menurut dugaan
perkawinan itu terjadi pada tahun 1552. Ekspansi
Banten di bawah pimpinan Sultan Hasanudin juga
di kenal dalam tradisi rakyat banten sebagai
pangeran saka kingking, kemudian mencapai
Lampung yang juga penting peranannya sebagai
penghasil lada.

Banten, sekitar 500 tahun lalu, pernah menjadi


bandar terbesar di pulau Jawa. Bangsa Portugis,
bukanlah pedagang asing pertama yang mencari
lada dan rempah-rempah lainnya di Karangantu,
pelabuhan Banten. Karena jauh sebelumnya,
mereka didahului saudagar-saudagar Cina, Arab,
Gujarat, dan Turki yang mengangkut rempah-
rempah dari bandar Karangantu yang ramai
melalui Teluk Parsi. Kemudian mereka
menjualnya kepada pembeli Eropa yang sangat
berhasrat.

Lada, saat itu bukan untuk dijadikan bumbu


masak. Melainkan untuk memelihara kesehatan
badan: ‘menghangatkan perut dan mengurangi
sakit perut yang disebabkan oleh cuaca dingin dan
angin

Kesultanan Banten adalah sebuah


kerajaan Islam yang pernah berdiri di
wilayah Banten, Indonesia. Berawal sekitar
tahun 1526,ketika kesultananCirebon dan
kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke
kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan
menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan
kemudian menjadikannya sebagai pangkalan
militer serta kawasan perdagangan sebagai
antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan
Sunda dan Portugis tahun 1522 m.

Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati


berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah
penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin
mengembangkan benteng pertahanan yang
dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M)
menjadi kawasan kota pesisir yang kemudian hari
menjadi pusat pemerintahan setelah Banten
menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.Pernah
menjadi pusat perdagangan besar di Asia
Tenggara , terutama lada , kerajaan ini mencapai
puncaknya pada akhir abad ke-16 dan pertengahan
abad ke-17. Pada akhir abad ke-17 pentingnya
dibayangi oleh Batavia , dan akhirnya dianeksasi
ke Hindia Belanda pada tahun 1813.

Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi


Indonesia dari Banten . Saat ini, di Banten Lama ,
Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi
wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia
dan dari luar negeri.

Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan


penghasil rempah-rempah lada yang menjadi
komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan
untuk mengembangkan Banten menjadi bandar
perdagangan yang lebih besar. Setelah Sultan
Maulana Yusuf berkuasa, menggantikan Maulana
Hasanuddin, sektor pertanian juga dikembangkan
untuk mendukung perekonomian rakyatnya.

Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak


kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk
memajukan Kesultanan Banten di antaranya,
sebagai berikut. Memajukan wilayah perdagangan
Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera
dan Kalimantan Banten dijadikan tempat
perdagangan internasional yang memertemukan
pedagang lokal dengan pedagang Eropa
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam
Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan
bantuan arsitektur Lucas Cardeel Membangun
armada laut untuk melindungi perdagangan dari
kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa Selain
itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja
yang gigih menentang pendudukan VOC di
Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan
politik dan angkatan perang Banten maju pesat.
4 Bab 2 Peran para sufi Suatu faktor yang turut mendorong. Proses
dalam proses islamsisasi di Indonesia ialah aliran sufisme
atau mistik yang melembaga dalam tarekat-
islamisasi
tarwekat erta kesastraan suluk di jawa.
Beberapa wali, antara lain Sunan Bonang,
Sunan Panggung, dan Syeh Siti Jenar,
mencampur ajaran islam dengan mistik,
sehingga timbul suatu sinkritisme. Kalau pada
tahap awal proses Islamisasi agama Islam
adalah fenomenon kota, kemudian lewat
sufisme dan tarekatnya penyebaran meliputi
daerah pedesaan juga. Contoh jenis tarekat-
tarekat yang ada dan tersebar luas di Sumatra
dan Jawa misalnya tarekat Kadiriyah,
Naksabandiyah, Syatariah. Salah satu ulama
atau tokoh yang paling berpengaruh pada
awal abad ke 17 ialah Syamsudin dari pasai.

Mereka bersedia memakai unsur-unsur kultur


pra-Islam dalam menyebarkan agama Islam.
Ajaran Jawa dipertahan kan sedang tokoh-
tokoh diberi nama Islam, seperti halnya
dengan cerita Bimasuci yang disadur menjadi
Hikayat Syeh Maghribi. Lewat kesastraan
suluk dengan mudah diadakan penyesuaian
tentang konsep dan gambaran mengenai
hidup ang telah berakar dalam kebudayaan
pra-Islam. Kalau pada shap awal proses
Islamisasi agama Islam adalah fenomenon
kata, kemudian lewat sufisme dan tarekatnya
penyebaran meliputi daerah pedesaan juga.
Tarekat-tarekat Kadiriyah, Naksibandiyah,
Syatariyah tersebar luas di Sumatra dan Jawa.

Karangan Syamsudin tidak ortodoks dan


mendapat perlindungan Sultan Iskandar
Muda, Penyebaran karangan kedua tokoh
sangat luas dan tersebar juga banyak
salinannya di Jawa.

Penyebaran serta pengenalan karya-karya itu


antara lain dilakukan oleh ar-Raniri dan
Gamaludin, Jelaslah dari uraian di atas bahwa
Aceh sebagai pusat perdagangan yang
kemudian diperkuat peranannya oleh
keltuasaan politik menjadi pusat penyebaran
agama Islam. Proses ini terutama terbatas di
daerah pantai, sedang daerah pedalaman
(Batak-Tapanuli-Minangkabau) baru
menyusul kemudian. Sebaliknya hubungan
langsung ke Jawa memper luas jangkauan
proses Islamisasi dari pusat itu.

Penyebaran agama Islam ke Indonesia Timur


juga melalui hubungan perdagangan, untuk
daerah Maluku khususnya jalah melalui
hubungannya dengan Jawa. Gresik dengan
Sunan Giri-nya rupanya merupakan pusat
penyebaran itu. Sejak abad XV Sulawesi
Selatan di-Islam-kan konon oleh Dato'n'
Bandang dari Minangkabau. Pengaruh
Lingga-Riau sangat besar di Kalimantan
Barat dan daerah Lampung, dari Makassar
tersebarlah Islam ke kepulauan Nusa
Tenggara.

Sejarah masuknya tasawuf tak lepas dari


proses Islamisasi di kawasan Nusantara dan
ada-Nya paham tasawuf di Nusantara dalam
sejarah mengaitkan soal penyebaran Islam di
Nusantara. Tasawuf paling tidak padaNya
berasal dari Islam. Di dalam ajaran tasawuf
corak kemurnian Islam terlihat dari ada Nya
tradisi seorang sufi dalam mengabstrakisasi
ajaran-Nya pada suatu cara praktis
(Thompson, D'Arcy, 1999). Kebutuhan para
pemula atau yang awam untuk bagaimana
mudah dalam mengimplementasikan ajaran
tasawuf seorang sufi (mursyid) sangat
diperlukan. Ada-Nya tarekat dalam
perkembangan tasawuf adalah alternatif dari
kebutuhan untuk bagaimana mudah bagi para
pemula atau yang awab untuk menjalankan
suatu ajaran tasawuf Penyingkapan atas
ajaran sawuf tertentu pada suatu cara praktis
lahir atas dasar usaha untuk mewujudkan rasa
kemenyatuan dengan yang ada (Allah SWT).
Berdasarkan historis fase perkembangan
modern tasawuf di Nusantara melahirkan
spirit cinta kasih kepada yang hidup dari
reflektifis kehendak atas penyingkapan saran
tasawuf.
5 Bab 2 Kedatangan bangsa Kedatangan bangsa Portugis sebagai orang
Portugis di Maluku Peranggi tidak dapat dipandang terlepas dari
konteks perkembangan sistemdunia yang
semakin meluas sebagai akibat ekspansi Barat
salak akhir abad XV. Lagi pula hubungan
ekonomis dan politik bangsa Berat, khususnya
bangsa Portugis, dengan gsa-bangsa Timur,
khususnya bangsa-bangsa Timur tidak terlepas
pula dari dampak Perang Salib. dari sudut
penglihatan itu bangsa Barat dengan Dipagusnya
dalam Abad Pertengahan melihat setiap arang
Moor sebagai musuhnya maka harus
diperangiriya sikap Moor adalah sebutan bagi
kaum muslimin, terutama dari Timur Tengah dan
Afrika Utara).. Lagi pula persaingan akan
mempertajam konflik. Konfrontasi itu erheb nula
oleh usaha Kristianisasi yang dilakukan oleh
misionaris yang mengikuti ekspedisi Portugis.

Peta politik abad XVI menampilkan kerajaan-


kerajaan Islam muda dan hubungan-hubungan
antara mereka yang sering kali merupakan
aliansi dalam menghadapi penetrasi Portugis.
Kehadiran Portugis ternyata mengganggu proses
perkembangan hegemoni, terutama karena
sumber ekonomi khususnya terhadap negeri
pelabuhan sebagian jatuh ke tangan Portugis.
Baru dalam abad XVII mulai muncul kerajaan-
kerajaan yang berhasil memusatkan kekuasaan
serta mengintegrasikan wilayah yang cukup luas,
antara lain Aceh dan Mataram.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada


bulan Agustus 1511, Sultan Mahmud mengungsi
ke Pahang untuk kemudian tinggal di Muar dan
di Pulau Bintang. Dari sana Sultan Mahmud
tidak henti-hentinya melakukan serangan
terhadap Malaka. Untuk menghadapi Sultan
Mahmud itu, Albuquerque berusaha membuat
persahabatan dengan raja Kampar dan Pasai. Di
dalam kota Malaka sendiri terdapat unsur-unsur
penduduk, antara lain koloni Jawa yang besar,
yang bersikap bermusuhan terhadap Portugis.

Pada akhir 1518 pasukan pendudukan Portugis


sangat dikurangi, maka Sultan Mahmud
melakukan serang an langsung terhadap Malaka
tetapi tidak berhasil merebut nya kembali.
Kontak Portugis dengan Pasai, Pedir, Aceh, dan
Baros terjadi karena perdagangannya untuk
memperoleh lada dan emas. Insiden terjadi pada
waktu kapal Portugis kandas di dekat Pulau
Ganir (1519), dalam serangan oleh orang Aceh
ada anak kapal yang mati dan ada yang ditawan.
Hanya dengan uang tebusan, mereka itu dapat
dibebaskan.

Politik bersahabat Portugis dengan Pasai, antara


lain karena hasil ladanya, menyebabkan
keterlibatannya dalam perebutan kekuasaan pada
tahun 1521. Zainal, seorang yang merasa berhak
atas tahta Pasai, telah diusir oleh pamannya, raja
Aru. Untuk merebut tahta itu Zainal mencari
bantuan Sultan Mahmud dan sementara itu tetap
bersahabat dengan Portugis. Seorang calon lain
ialah putra raja, di bawah asuhan Maulana,
mengharapkan bantuan Portugis. Akhirnya
Portugis terpaksa memihak dan membantu yang
terakhir karena membalas jasa ayah calon
tersebut seki da 1814) membantu Portugis dalam
menghadapi tennys Dalam pertikaian yang
berikut berhasillah Portugis meng usir semua
lawannya dan mendudukkan putra raja tersebut
di tahta. Konsenti yar.g diperoleh ialah:
1. mendirikan benteng di tepi Sungai Parai;
2. hak dagang lada

Untuk mempertahankan kedudukannya yang


strategis di Malaka dan membuka saluran
perdagangannya, bang Portugis menjadi agresif
dan menjalankan praktek sebagai komprador.

Sesudah kegagalan Pate Unus untuk merebut


Malaka pada tahun 1513, masih ada serangan
berkali-kali dari Jawa, yaitu pada tahun 1535,
1551, 1574, tetapi kesemuanya gagal. Maka dari
itu pedagang Jawa terpaksa menyesuaikan diri
dan
berdamai dengan Portugis. Aceh pun, sejak
kekalahannya pada tahun 1537 di Aru, terus-
menerus melakukan serangan terhadap Malaka,
yaitu pada tahun 1539, 1547,.1568, 1573, dan
1575.

Di wilayah sekitar Selat Malaka perkembangan


politik dalam abad XVI dipengaruhi oleh
kehadiran Portugis sebagai faktor politik dan
ekonomis. Di dalam bidang politik Portugis tidak
bertujuan memegang hegemoni dengan
menjadikan kerajaan-kerajaan di wilayah itu
sebagai vasal nya, maka tidak memegang
peranan aktif menentukan dalam erebutan
hegemoni. Akibatnya ialah bahwa timbul
polarisa si, yaitu antara lingkungan kekuasaan di
bawah Aceh yang di bawah Johor Selama
Portugis menduduki Malaka, maka kedudukan
ekonominya sangat strategis dan n.enjadi
penghalang bag ekspansi baik Aceh maupun
Johor. Pada satu pihak Aceh mendapat manfaat
dari pendudukan Portugis atas Malaka oleb
karena memberi alternatif bagi para pedagang
muslimin yang hendak menghindari Maiaka;
pada lain pihak kedu dukan politik Johor tetap
lemah apabila Malaka di bawah Portugis
menyerap sebagian besar perdagangan inter
nasional itu. Dalam menghadapi Malaka, Aceh
sudah mem. punyai kedudukan lebih
menguntungkan daripada Johor. Bagi Aceh,
penguasaan Aceh akan memberi pukulan hebat
kepada Johor, sedang yang terakhir ini hendak
merebut Malaka untuk memulihkan kedudukan
ekonominya. Seba liknya, bagi Portugis, Johor
tidak hanya musuh yang terde kat tetapi lebih
gigih untuk merebut kembali Malaka.
Pada tahun 1585 ada aha lagi dari pihak Johor,
baik lewat tipu muslihat maupun serangan
senjata, untuk menguasai Malaka Mengingat
kekuatan Malaka itu, maka pada tahun 1587
Portugis mendekati Aceh untuk bersekutu dan
bersama-sama meng hancurkan Johor.

6 Bab 2 Perlawanan terhadap Pada akhir 1512 Albuquerque mengirim


bangsa portugis di ekspedisi ke daerah Maluku dan seanteronya,
Maluku antara lain ke kepulauan Aru, Ambon, dan
Banda. Ekspedisi kedua menuju ke Ternate dan
Tidore, di mana orang-orang Portugis diterima
oleh para sultan dengan ramah. Ekspedisi ketiga
baru dilakukan pada tahun 1518.

Diantara kerajaan-kerajaan di maluku yang


menonjol ialah Ternate, Tidore, Jilolo dan
Bacan. Mengenai hubungan antara kerajaan-
kerajaan itu sejak kuno ada polarisasi yaitu
kelompok ulilima dan ulisiwa. Yang pertama ada
d bawah Ternate, sedangkan yang kedua d
bawah Tidore. Faktor agama juga memperkeruh
persetuan mereka, kita ketahui bahwa ternate
sudah menjadi kerajaan islam sejak abad XV.
Sementara itu Tidore dengan ulisiwanya tida
memeluk islam. Nah faktor agama ini juga
menentukan corak hubungan dengan Portugis.

Campur tangan Portugis dalam soal-soal intern


membawa mereka terlibat dalam pertikaian
politik anatar kerajaan, pada umumnya lebih
banyak merugikan daripada yang
menguntungkan. Lagi pula kecurigaan dan
kebencian rakyat terhadap portugis semakin
menjadi-jadi dan pada tanggal 27 Mei 1531 para
pemberontak melancarkan serangan dan
membunuh panglima portugis.

Anda mungkin juga menyukai