SUCI ALMUNAWARAH N1C121101 MARLINDA DWI UTAMI N1C121075 MIRA N1C121079 FERY SURYA PUTRA N1C121111 SARI SAHARANI N1C121116 NOVAL YERICO NIC121085 WA NINGSIH N1C121045 SITI NUR AISYAH N1C121099 LA ODE MUHAMMAD DARMIN N1C121071 MARSIAWATI N1C121076 LELIN N1C121072 NURJANA PUTRI SAKTI N1C119030
PROGRAM STUDY ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022 Judul buku : pengantar sejarah indonesia baru 1500-1900 : dari Emporium sampai Imperium Pengarang : Sartono Kartodirdjo : jilid 1 Penerbit, tahun terbit : Jakarta:gramedi pustaka utama,1999 Jenis buku : Non fiksi Tebal buku : 406 halaman
No BAB 2 JUDUL INFORMASI PENTING
cirebon Pada awal abad ke-16 cirebon memiliki hubungan yang sangat erat dengan kerajaan Demak hal in sesuai dalam tradisi yang tertera dalam hitoriografi tradisional yaitu pendiri kerajaan Cirebon Sunan Kalijati. Menurut Pires ada suatu daerah di pesisir jawa tengah antara Cirebon dan Demak terdapat 3 pelabuhan sebagai pusat pengeksplor beras yaitu pelabuhan Losari Tegal dan Semarang.
Bahwasanya Cirebon pada awal abad 16 pula
sudah mempunyai perdagangan ramai dan hubungan erat dengan malaka hal ini terbukti pula dari keterangan pires yang meyebutkan nama Syahbandal koloni Cirebon di Upih Malaka , ialah patekadir. Dia sangat terkemuka dan mempunyai hubungan baik dengan raja.
Sementara dalam sumber-sumber tradisional
lainnya menunjukan hubungan pendiri Cirebon dengan toko-toko utama di jawa timur seperti Raden Rahmat, dinasti di pasundan,antara lain raja legendaris dari padjajaran dan galuh, Aria Bangah sebagai saudaranya.
Menurut tradisi seperti tertera dalam
historiografi tradisional pendiri kerajaan Cirebon ialah Sunan Gunung Jati sedangkan dalam sejarah Banten namanya ialah Faletehan atau Tagaril.Sumber-sumber tradisional, setengahnya menunjukkan hubungan pendiri Cirebon dengan tokoh-tokoh agama di Jawa Timur seperti Raden Rahmat, setengahnya hubungan dengan dinasti di Pasundan, antara lain disebutkan bahwa raja legendaris dari pajajaran dan galuh
kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15
dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.
Sunan Gunung Jati melanjutkan estafet
pemerintahan dari tahun 1479 hingga 1568. Pada kepemimpinannya, Kesultanan Cirebon memasuki masa kejayaan. Semua sektor berkembang dengan pesat mulai dari agama, politik, hingga perdagangan. Persebaran agama Islam juga sangat pesat. Dakwah digaungkan di berbagai daerah secara berkelanjutan. Islam semakin dikenal dan penganutnya bertambah banyak.
Pada bidang politik, terjadi perluasan daerah.
Berkerja sama dengan Kerajaan Islam Demak, Kesultanan Cirebon mampu menduduki Pelabuhan Sunda Kelapa pada 1527 M dengan tujuan untuk mencegah masuknya pengaruh Portugis ke wilayah tersebut.
Sunan Gunung Jati sukses menggunakan sistem
politik dengan asas desentralisasi berpola kerajaan pesisir. Strategi politik ini menerapkan program pemerintah dengan tumpuan intensitas pengembangan dakwah ke seluruh daerah di tanah Sunda. Sementara itu, pada sistem ekonomi, Kesultanan Cirebon pada saat itu melakukan aktivitas kerja sama perdagangan dengan bangsa Campa, Malaka, India, China, dan Arab. 2 Bab 2 Demak Pendiri kerajaan Demak ialah Raden Patah, seorang putra raja majapahit dan istri cina yang di hadiahkan kepada Raja Palembang. Salah satu tokoh yang menyebutkan demak dalam sejarah yaitu Tom Pires, dia menyebutkan Pate Rodin sebagai raja ke 3 Demak, sedangkan menurut Serat Kandha raja ke 3 kerajaan demak ialah pangeran Sebrang Lord dan menurut tradisi jawa barat Sumangsang lah raja ke 3 kerajaan Demak. Ekspansi Demak ke Jawa Barat di mulai dengan ekspedisi Syeh Nurullah atau yang kemudian di kenal dengan Sunan Gunung Jati, yang berhasil berturut-turut mendirikan kerajaan di Cirebon dan Banten. Bersamaan dengan ekspansi itu terjadilah proses islamisasi daerah-daerah tersebut serta pengembangan kebudayaan jawa. Selain melakukan ekspansi ke daerah jawa demak juga melakukan ekspansi ke beberapa wilayah diantaranya Banyumas dan Bagelan, selain tempat tersebut demak juga melakukan ekspansi ke kejaraan majapahit yaitu pada tahun 1527 dan pada tahun ini pula tuban berhasil di taklukan oleh Demak. Letak Demak yang tidak terlalu jauh dari pantai menjadikan kota ini banyak dikunjungi oleh para pedagang, diperkirakan sudah sejak abad ke-14. Namun hingga sekarang pengetahuan kita tentang kota Demak hanya terbatas pada kedudukannya sebagai pusat politik kerajaan Islam pertama di Jawa. Dan belum banyak hal yang diungkapkan tentang perannya dalam jalur rempah Catatan dari Tomé Pires juga memperlihatkan bahwa kota ini ramai disambangi orang-orang asing. Orang Persia, Arab, Gujarat, Melayu, dan Cina. Selain itu, banyak sekali orang Muslim yang ada di kota Demak kala Pires berkunjung ke sana. Demak tumbuh besar dan menjadi salah satu kota terkaya di pesisir utara Pulau Jawa (Cortesao 1967). Orang-orang asing yang datang umumnya adalah para saudagar. Sebagian dari mereka memutuskan menetap dan kawin-mawin dengan orang sekitar. Sarana peribadatan, terutama masjid, semakin banyak ditemui di Demak. Tak heran bila Walisongo menjadikan kota ini sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Apalagi, menurut sejarahnya, Islam dan pedagang
Islam adalah hasil peradaban kota. Oleh karena itu dapat dimengerti mengapa orang-orang Islam yang datang ke Demak dan kota-kota pantai di Jawa umumnya adalah pedagang, atau menjalankan dua aktivitas sekaligus, yaitu menyebarkan agama dan berniaga. Sebagai satu-satunya ibukota kerajaan di Jawa Tengah yang terletak di pesisir, Demak sudah unggul secara geografis. Inilah yang menarik orang-orang berdatangan, terutama orang-orang Islam. Di samping itu menarik untuk diketahui bahwa ketika Demak runtuh, raja-raja Mataram tidak lagi memilih pusat pemerintahannya di wilayah pesisir, melainkan di pedalaman. Demak jelas menjadi semakin kuat di pesisir. Kemudian, pada abad ke-16 Demak juga menjadi tempat penimbunan komoditi perdagangan padi yang berasal dari daerah-daerah pertanian di sekitarnya. Peranan Demak sebagai pusat kegiatan ekonomi pertanian menjadi semakin penting, terutama ketika kota Juwana yang terletak di sebelah timurnya dihancurkan oleh penguasa Majapahit terakhir sekitar tahun 1513. Juwana semula merupakan kota Pelabuhan dengan Pati sebagai ibukotanya. Sama seperti halnya kota pelabuhan Jepara dengan Demak sebagai ibukotanya. Pires menyebutkan bahwa surplus hasil panen kerajaan Demak diangkut ke Malaka dengan kapal jung dan pangajava (Cortesao 1967:186). Dengan demikian cukup jelas bahwa kedua jenis angkutan air tersebut mempunyai ukuran yang cukup besar dan kedua-keduanya dapat masuk kategori perahu-muatan-barang (kargo). Tentang wilayah dan penduduk Demak pada awal abad ke-16 terdapat sedikit keterangan dari Pires. Disebutkan bahwa wilayah Demak tergolong lebih besar daripada kota-kota pantai lain di sekitarnya. Kotanya memiliki delapan sampai sepuluh ribu rumah (Cortesao 1967:184). Berdasarkan keterangan ini, tentu tidak dapat segera diperkirakan jumlah penduduknya, tetapi jika diandaikan setiap rumah terdiri dari 5 orang, maka penduduk Demak pada waktu itu berkisar antara 40.000 hingga 50.000 orang, suatu jumlah yang cukup masuk akal untuk kota Demak pada waktu itu (Rahardjo & Ramelan, 1997). 3 Bab 2 Banten Pada awal abad XVI di jawa barat terdapat pusat kekuasaan yang berkedudukan di pakuan ato yang seperti d beritakan oleh potugis, Dayo sebagai ibu kota Pajajaran. Menurut historiografi Banten, Hasanudin dianggap sebagai pendiri kerajaan Banten. Dia menikah dengan seorang putri demak, ialah putri ultan Trenggana, menurut dugaan perkawinan itu terjadi pada tahun 1552. Ekspansi Banten di bawah pimpinan Sultan Hasanudin juga di kenal dalam tradisi rakyat banten sebagai pangeran saka kingking, kemudian mencapai Lampung yang juga penting peranannya sebagai penghasil lada.
Banten, sekitar 500 tahun lalu, pernah menjadi
bandar terbesar di pulau Jawa. Bangsa Portugis, bukanlah pedagang asing pertama yang mencari lada dan rempah-rempah lainnya di Karangantu, pelabuhan Banten. Karena jauh sebelumnya, mereka didahului saudagar-saudagar Cina, Arab, Gujarat, dan Turki yang mengangkut rempah- rempah dari bandar Karangantu yang ramai melalui Teluk Parsi. Kemudian mereka menjualnya kepada pembeli Eropa yang sangat berhasrat.
Lada, saat itu bukan untuk dijadikan bumbu
masak. Melainkan untuk memelihara kesehatan badan: ‘menghangatkan perut dan mengurangi sakit perut yang disebabkan oleh cuaca dingin dan angin
Kesultanan Banten adalah sebuah
kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526,ketika kesultananCirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m.
Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati
berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mengembangkan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.Pernah menjadi pusat perdagangan besar di Asia Tenggara , terutama lada , kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17. Pada akhir abad ke-17 pentingnya dibayangi oleh Batavia , dan akhirnya dianeksasi ke Hindia Belanda pada tahun 1813.
Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi
Indonesia dari Banten . Saat ini, di Banten Lama , Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri.
Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan
penghasil rempah-rempah lada yang menjadi komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan Banten menjadi bandar perdagangan yang lebih besar. Setelah Sultan Maulana Yusuf berkuasa, menggantikan Maulana Hasanuddin, sektor pertanian juga dikembangkan untuk mendukung perekonomian rakyatnya.
Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat. 4 Bab 2 Peran para sufi Suatu faktor yang turut mendorong. Proses dalam proses islamsisasi di Indonesia ialah aliran sufisme atau mistik yang melembaga dalam tarekat- islamisasi tarwekat erta kesastraan suluk di jawa. Beberapa wali, antara lain Sunan Bonang, Sunan Panggung, dan Syeh Siti Jenar, mencampur ajaran islam dengan mistik, sehingga timbul suatu sinkritisme. Kalau pada tahap awal proses Islamisasi agama Islam adalah fenomenon kota, kemudian lewat sufisme dan tarekatnya penyebaran meliputi daerah pedesaan juga. Contoh jenis tarekat- tarekat yang ada dan tersebar luas di Sumatra dan Jawa misalnya tarekat Kadiriyah, Naksabandiyah, Syatariah. Salah satu ulama atau tokoh yang paling berpengaruh pada awal abad ke 17 ialah Syamsudin dari pasai.
Mereka bersedia memakai unsur-unsur kultur
pra-Islam dalam menyebarkan agama Islam. Ajaran Jawa dipertahan kan sedang tokoh- tokoh diberi nama Islam, seperti halnya dengan cerita Bimasuci yang disadur menjadi Hikayat Syeh Maghribi. Lewat kesastraan suluk dengan mudah diadakan penyesuaian tentang konsep dan gambaran mengenai hidup ang telah berakar dalam kebudayaan pra-Islam. Kalau pada shap awal proses Islamisasi agama Islam adalah fenomenon kata, kemudian lewat sufisme dan tarekatnya penyebaran meliputi daerah pedesaan juga. Tarekat-tarekat Kadiriyah, Naksibandiyah, Syatariyah tersebar luas di Sumatra dan Jawa.
Karangan Syamsudin tidak ortodoks dan
mendapat perlindungan Sultan Iskandar Muda, Penyebaran karangan kedua tokoh sangat luas dan tersebar juga banyak salinannya di Jawa.
Penyebaran serta pengenalan karya-karya itu
antara lain dilakukan oleh ar-Raniri dan Gamaludin, Jelaslah dari uraian di atas bahwa Aceh sebagai pusat perdagangan yang kemudian diperkuat peranannya oleh keltuasaan politik menjadi pusat penyebaran agama Islam. Proses ini terutama terbatas di daerah pantai, sedang daerah pedalaman (Batak-Tapanuli-Minangkabau) baru menyusul kemudian. Sebaliknya hubungan langsung ke Jawa memper luas jangkauan proses Islamisasi dari pusat itu.
Penyebaran agama Islam ke Indonesia Timur
juga melalui hubungan perdagangan, untuk daerah Maluku khususnya jalah melalui hubungannya dengan Jawa. Gresik dengan Sunan Giri-nya rupanya merupakan pusat penyebaran itu. Sejak abad XV Sulawesi Selatan di-Islam-kan konon oleh Dato'n' Bandang dari Minangkabau. Pengaruh Lingga-Riau sangat besar di Kalimantan Barat dan daerah Lampung, dari Makassar tersebarlah Islam ke kepulauan Nusa Tenggara.
Sejarah masuknya tasawuf tak lepas dari
proses Islamisasi di kawasan Nusantara dan ada-Nya paham tasawuf di Nusantara dalam sejarah mengaitkan soal penyebaran Islam di Nusantara. Tasawuf paling tidak padaNya berasal dari Islam. Di dalam ajaran tasawuf corak kemurnian Islam terlihat dari ada Nya tradisi seorang sufi dalam mengabstrakisasi ajaran-Nya pada suatu cara praktis (Thompson, D'Arcy, 1999). Kebutuhan para pemula atau yang awam untuk bagaimana mudah dalam mengimplementasikan ajaran tasawuf seorang sufi (mursyid) sangat diperlukan. Ada-Nya tarekat dalam perkembangan tasawuf adalah alternatif dari kebutuhan untuk bagaimana mudah bagi para pemula atau yang awab untuk menjalankan suatu ajaran tasawuf Penyingkapan atas ajaran sawuf tertentu pada suatu cara praktis lahir atas dasar usaha untuk mewujudkan rasa kemenyatuan dengan yang ada (Allah SWT). Berdasarkan historis fase perkembangan modern tasawuf di Nusantara melahirkan spirit cinta kasih kepada yang hidup dari reflektifis kehendak atas penyingkapan saran tasawuf. 5 Bab 2 Kedatangan bangsa Kedatangan bangsa Portugis sebagai orang Portugis di Maluku Peranggi tidak dapat dipandang terlepas dari konteks perkembangan sistemdunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi Barat salak akhir abad XV. Lagi pula hubungan ekonomis dan politik bangsa Berat, khususnya bangsa Portugis, dengan gsa-bangsa Timur, khususnya bangsa-bangsa Timur tidak terlepas pula dari dampak Perang Salib. dari sudut penglihatan itu bangsa Barat dengan Dipagusnya dalam Abad Pertengahan melihat setiap arang Moor sebagai musuhnya maka harus diperangiriya sikap Moor adalah sebutan bagi kaum muslimin, terutama dari Timur Tengah dan Afrika Utara).. Lagi pula persaingan akan mempertajam konflik. Konfrontasi itu erheb nula oleh usaha Kristianisasi yang dilakukan oleh misionaris yang mengikuti ekspedisi Portugis.
Peta politik abad XVI menampilkan kerajaan-
kerajaan Islam muda dan hubungan-hubungan antara mereka yang sering kali merupakan aliansi dalam menghadapi penetrasi Portugis. Kehadiran Portugis ternyata mengganggu proses perkembangan hegemoni, terutama karena sumber ekonomi khususnya terhadap negeri pelabuhan sebagian jatuh ke tangan Portugis. Baru dalam abad XVII mulai muncul kerajaan- kerajaan yang berhasil memusatkan kekuasaan serta mengintegrasikan wilayah yang cukup luas, antara lain Aceh dan Mataram.
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada
bulan Agustus 1511, Sultan Mahmud mengungsi ke Pahang untuk kemudian tinggal di Muar dan di Pulau Bintang. Dari sana Sultan Mahmud tidak henti-hentinya melakukan serangan terhadap Malaka. Untuk menghadapi Sultan Mahmud itu, Albuquerque berusaha membuat persahabatan dengan raja Kampar dan Pasai. Di dalam kota Malaka sendiri terdapat unsur-unsur penduduk, antara lain koloni Jawa yang besar, yang bersikap bermusuhan terhadap Portugis.
Pada akhir 1518 pasukan pendudukan Portugis
sangat dikurangi, maka Sultan Mahmud melakukan serang an langsung terhadap Malaka tetapi tidak berhasil merebut nya kembali. Kontak Portugis dengan Pasai, Pedir, Aceh, dan Baros terjadi karena perdagangannya untuk memperoleh lada dan emas. Insiden terjadi pada waktu kapal Portugis kandas di dekat Pulau Ganir (1519), dalam serangan oleh orang Aceh ada anak kapal yang mati dan ada yang ditawan. Hanya dengan uang tebusan, mereka itu dapat dibebaskan.
Politik bersahabat Portugis dengan Pasai, antara
lain karena hasil ladanya, menyebabkan keterlibatannya dalam perebutan kekuasaan pada tahun 1521. Zainal, seorang yang merasa berhak atas tahta Pasai, telah diusir oleh pamannya, raja Aru. Untuk merebut tahta itu Zainal mencari bantuan Sultan Mahmud dan sementara itu tetap bersahabat dengan Portugis. Seorang calon lain ialah putra raja, di bawah asuhan Maulana, mengharapkan bantuan Portugis. Akhirnya Portugis terpaksa memihak dan membantu yang terakhir karena membalas jasa ayah calon tersebut seki da 1814) membantu Portugis dalam menghadapi tennys Dalam pertikaian yang berikut berhasillah Portugis meng usir semua lawannya dan mendudukkan putra raja tersebut di tahta. Konsenti yar.g diperoleh ialah: 1. mendirikan benteng di tepi Sungai Parai; 2. hak dagang lada
Untuk mempertahankan kedudukannya yang
strategis di Malaka dan membuka saluran perdagangannya, bang Portugis menjadi agresif dan menjalankan praktek sebagai komprador.
Sesudah kegagalan Pate Unus untuk merebut
Malaka pada tahun 1513, masih ada serangan berkali-kali dari Jawa, yaitu pada tahun 1535, 1551, 1574, tetapi kesemuanya gagal. Maka dari itu pedagang Jawa terpaksa menyesuaikan diri dan berdamai dengan Portugis. Aceh pun, sejak kekalahannya pada tahun 1537 di Aru, terus- menerus melakukan serangan terhadap Malaka, yaitu pada tahun 1539, 1547,.1568, 1573, dan 1575.
Di wilayah sekitar Selat Malaka perkembangan
politik dalam abad XVI dipengaruhi oleh kehadiran Portugis sebagai faktor politik dan ekonomis. Di dalam bidang politik Portugis tidak bertujuan memegang hegemoni dengan menjadikan kerajaan-kerajaan di wilayah itu sebagai vasal nya, maka tidak memegang peranan aktif menentukan dalam erebutan hegemoni. Akibatnya ialah bahwa timbul polarisa si, yaitu antara lingkungan kekuasaan di bawah Aceh yang di bawah Johor Selama Portugis menduduki Malaka, maka kedudukan ekonominya sangat strategis dan n.enjadi penghalang bag ekspansi baik Aceh maupun Johor. Pada satu pihak Aceh mendapat manfaat dari pendudukan Portugis atas Malaka oleb karena memberi alternatif bagi para pedagang muslimin yang hendak menghindari Maiaka; pada lain pihak kedu dukan politik Johor tetap lemah apabila Malaka di bawah Portugis menyerap sebagian besar perdagangan inter nasional itu. Dalam menghadapi Malaka, Aceh sudah mem. punyai kedudukan lebih menguntungkan daripada Johor. Bagi Aceh, penguasaan Aceh akan memberi pukulan hebat kepada Johor, sedang yang terakhir ini hendak merebut Malaka untuk memulihkan kedudukan ekonominya. Seba liknya, bagi Portugis, Johor tidak hanya musuh yang terde kat tetapi lebih gigih untuk merebut kembali Malaka. Pada tahun 1585 ada aha lagi dari pihak Johor, baik lewat tipu muslihat maupun serangan senjata, untuk menguasai Malaka Mengingat kekuatan Malaka itu, maka pada tahun 1587 Portugis mendekati Aceh untuk bersekutu dan bersama-sama meng hancurkan Johor.
6 Bab 2 Perlawanan terhadap Pada akhir 1512 Albuquerque mengirim
bangsa portugis di ekspedisi ke daerah Maluku dan seanteronya, Maluku antara lain ke kepulauan Aru, Ambon, dan Banda. Ekspedisi kedua menuju ke Ternate dan Tidore, di mana orang-orang Portugis diterima oleh para sultan dengan ramah. Ekspedisi ketiga baru dilakukan pada tahun 1518.
Diantara kerajaan-kerajaan di maluku yang
menonjol ialah Ternate, Tidore, Jilolo dan Bacan. Mengenai hubungan antara kerajaan- kerajaan itu sejak kuno ada polarisasi yaitu kelompok ulilima dan ulisiwa. Yang pertama ada d bawah Ternate, sedangkan yang kedua d bawah Tidore. Faktor agama juga memperkeruh persetuan mereka, kita ketahui bahwa ternate sudah menjadi kerajaan islam sejak abad XV. Sementara itu Tidore dengan ulisiwanya tida memeluk islam. Nah faktor agama ini juga menentukan corak hubungan dengan Portugis.
Campur tangan Portugis dalam soal-soal intern
membawa mereka terlibat dalam pertikaian politik anatar kerajaan, pada umumnya lebih banyak merugikan daripada yang menguntungkan. Lagi pula kecurigaan dan kebencian rakyat terhadap portugis semakin menjadi-jadi dan pada tanggal 27 Mei 1531 para pemberontak melancarkan serangan dan membunuh panglima portugis.