Masyarakat_______________
BAB XIV
PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pentingnya penerapan pengetahuan sosiologi
dalam kehidupan sehari-hari,
2. Memberikan contoh bentuk-bentuk penerapan pengetahuan
sosiologi dalam kehidupan sehari-hari.
A. PENDAHULUAN
a. Kemiskinan
Dalam masyarakat modern yang rumit, kemiskinan
menjadi masalah sosial. Kemiskinan dianggap sebagai kegagalan
yang disebabkan oleh tidak berfungsinya lembaga-lembaga
perekonomian. Kemiskinan bagi masyarakat modern juga bukan
lagi diartikan sebagai kekurangan pangan, pakaian, atau
perumahan, melainkan diukur dengan tuntutan hidup yang
semakin tinggi. Orang-orang modern merasa miskin apabila
belum memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
pokok maupun bukan.
Kemiskinan yang menjadi pusat perhatian sosiologi
terutama berkaitan dengan kekurangan pangan dan rendahnya
tingkat kesejahteraan yang banyak dialami masyarakat. Untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan diperlukan berbagai
upaya nyata, dan agar upaya yang dilakukan tidak salah arah
atau salah sasaran, perlu pengetahuan yang memadai mengenai
masalah kemiskinan yang dihadapi. Kemiskinan akibat
kegagalan panen, tidak sama dengan kemiskinan akibat bencana
alam. Untuk menerapkan cara dan langkah yang tepat sesuai
kenyataan yang ada, perlu penelitian sosiologis. Di sinilah
bentuk nyata penerapan pengetahuan sosiologi dalam upaya
mengatasi kemiskinan.
b. Kejahatan
Mengapa penebang liar bebas membabat hutan? Apa
akibat yang akan timbul dan bagaimana cara mengatasi itu
semua? Pengetahuan sosiologi dapat membantu
memecahkannya. Kejahatan adalah bentuk masalah sosial tertua.
Kejahatan timbul karena orang berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan cara melanggar norma hukum dan moral.
Sementara itu, hukum mengatur perilaku orang agar tidak
merugikan masyarakat. Tingkat kejahatan di masyarakat
dipengaruhi oleh komposisi penduduk dan konflik dalam
masyarakat; baik konflik budaya, ekonomi, maupun ras.
c. Peperangan
Masalah sosial yang paling merusak adalah peperangan.
Semakin maju masyarakat, maka semakin canggih teknologi
peperangan, sehingga semakin besar kerusakan yang
ditimbulkan. Perang merupakan wujud nyata adanya konflik
terbuka antara dua masyarakat atau lebih. Apabila konflik tidak
menemukan jalan lain untuk pemecahannya, maka perang
dijadikan jalan keluarnya.
Apabila salah satu pihak ada yang kalah, barulah terjadi
akomodasi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa perang senantiasa
menimbulkan berbagai dampak buruk di berbagai bidang
kehidupan. Berbagai infrastruktur sosial ekonomi menjadi rusak,
kehidupan sosial menjadi porak-poranda, berbagai produk
kebudayaan hancur, dan banyak keluarga kehilangan
anggotanya.
Perang sebagai bentuk konflik antar masyarakat dapat
dikaji sebab dan prosesnya secara sosiologis. Mengapa suatu
masyarakat terjadi konflik; faktor apa yang mendorong konflik
tersebut; kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat
ditempuh untuk menyelesaikan masalah itu; bagaimana pula
cara mengatasi dampak yang diakibatkan? Semua itu
memerlukan kajian sosiologi. Setelah pengetahuan mengenai hal
itu diperoleh, barulah langkah mengatasinya dapat dilakukan.
d. Pelanggaran Norma
Norma-norma masyarakat mengatur perilaku setiap
orang agar tidak merugikan diri sendiri atau pihak lain. Setiap
norma atau peraturan didasarkan pada nilai-nilai sosial tertentu
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Namun, sering terjadi
warga masyarakat tidak mampu memenuhi tuntutan moral yang
ada dan melakukan pelanggaran. Masalah sosial sebagai wujud
pelanggaran norma-norma masyarakat antara lain berupa
pelacuran, kenakalan anak, penyalahgunaan narkotika dan zat
adiktif (NAZA), dan homo seksualitas.
a. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial (social engineering) merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
modern. Semakin maju suatu masyarakat, kesadaran akan
perencanaan sosial semakin tinggi. Masyarakat sudah menyadari
sepenuhnya bahwa arah perubahan sosial dapat direkayasa atau
direncanakan. Dengan perencanaan sosial, bentuk masyarakat
yang diinginkan pada masa depan dapat dilaksanakan.
Hal seperti ini berbeda dengan keyakinan masyarakat
pada masa lampau. Pada masa itu, orang menganggap bahwa
perkembangan masyarakat terjadi sebagai akibat kekuatan-
kekuatan dari luar kekuasaan manusia. Masyarakat hanya dapat
pasif menerima apa saja yang terjadi, tanpa perlu berbuat apa-
apa. Akan tetapi, kemajuan pengetahuan sosiologi telah
b. Pembangunan
Bila keempat syarat tersebut telah terpenuhi, maka
perencanaan sosial dapat diterapkan. Salah satu wujud
perencanaan sosial adalah program pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah. Pembangunan merupakan suatu
proses perubahan disegala bidang kehidupan. Tujuan
pembangunan adalah menciptakan masyarakat yang lebih
sejahtera, baik secara jasmani (material) maupun rohani
(spritual).
Suatu proses yang terencana, pembangunan mencakup
tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada
setiap tahap tersebut, pengetahuan sosiologi selalu diterapkan.
Penjelasan berikut ini akan menunjukkan bagaimana penerapan
pengetahuan sosiologi dalam program pembangunan yang
dibuat pemerintah.
1) Tahap Perencanaan
Sebelum pembangunan dilaksanakan, mula-mula para
pemimpin (pemerintah) menyerap aspirasi masyarakat yang
menghendaki peningkatan taraf hidup menjadi lebih baik. Di
samping itu, para pemimpin juga memiliki visi jauh ke depan
untuk memajukan masyarakat. Perpaduan aspirasi masyarakat
dan visi para pemimpin (pemerintah) kemudian dituangkan
dalam rencana pembangunan nasional.
Lembaga yang bertugas membuat rencana pembangunan
adalah Bappenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional). Di
sinilah banyak ahli sosiologi berkumpul. Mereka
menyumbangkan pemikiran dan pengetahuan sosiologinya
untuk membuat rencana pembangunan yang baik. Mereka
berkerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang lain,
sehingga rencana yang dibuat bersifat menyeluruh. Di Bappenas
inilah pengetahuan sosiologi benar-benar diaplikasikan
dalam proses pembangunan.
Bappenas membuat rencana pembangunan secara
nasional, meliputi rencana jangka pendek (satu tahun), jangka
menengah (lima tahun), dan jangka panjang (25 tahun). Setiap
pemerintahan biasanya membuat istilah berbeda untuk program
pembangunan yang dibuat.
Pemerintah Orde Lama membuat program pembangunan
yang disebut Recana Pembangunan Lima Tahun (1956 hingga
1961) dan dilanjutkan dengan Rencana Pembangunan Semesta
(1961 hingga 1968). Pemerintah Orde Baru merancang
pembangunan dalam bentuk sebagai berikut.
a) rencana pembangunan jangka panjang (PJP) dengan
periode 25 tahun;
b) rencana pembangunan jangka menengah dengan periode
lima tahun (Repelita), dan
3) Tahap Evaluasi
Semua usaha pembangunan harus diukur
keberhasilannya. Untuk mengetahui apakah suatu proses
pembangunan telah berhasil atau belum, diperlukan evaluasi.
Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap akibat perubahan
sosial yang terjadi sebagai hasil pembangunan. Dari evaluasi,
dapat diketahui dan diidentifikasi aspek-aspek yang kurang,
macet, mundur, atau merosot. Apabila hal itu terjadi, maka
diadakan upaya perbaikan. Evaluasi juga memberikan informasi
mengenai keberhasilan-keberhasilan pembangunan.
Ada tiga indikator keberhasilan usaha pengembangan
masyarakat, yaitu produktivitas, efisiensi, dan partisipasi
masyarakat. Usaha pembangunan dikatakan berhasil bila
produktivitas masyarakat secara umum meningkat. Peningkatan
itu harus disertai dengan efisiensi pelaksanaan pembangunan.
Tingkat efisiensi dapat dicapai dengan peningkatan penguasaan
teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Adapun partisipasi masyarakat merupakan indikator
keberhasilan otonomi daerah. Dengan tingginya partisipasi
masyarakat, maka terjaminlah kesinambungan pelaksanaan
usaha pembangunan
.
Ketiga tahap pembangunan di atas mutlak membutuhkan
dukungan pengetahuan sosiologi. Tahap perencanaan
membutuhkan pengetahuan sosiologi karena sebuah rencana
yang baik harus didasari dengan data dan fakta sosial yang
akurat. Data yang dibutuhkan untuk membuat rencana yang
baik meliputi pola interaksi sosial, kelompok-kelompok sosial,
kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.