Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

SEMESTER GANJIL 2022/2023


Identifikasi Menggunakan Spektroskopi Inframerah

Hari / Jam Praktikum : Jumat / 13.00-15.50

Tanggal Praktikum : 30 September 2022

Kelompok :5

Asisten :1. Jacko Abiwaqash Harmonis

2. Josephine Apriliadewi Dyah


Kusumawardhani

SHIFT A - 2021
Kelompok 5

Yuni Nurjanah 260110210013

Maitsa Alya Fakhirah 260110210014

Siti Nunung Nurulaini 260110210015

LABORATORIUM ANALISIS DASAR DAN FISIKOKIMIA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2022
I. Tujuan
Untuk mengetahui spektrum serapan inframerah dari senyawa glibenklamid, asam
salisilat, dan gliklazid.

II. Prinsip
2.1 Spektrofotometri IR
Spektrofotometri infrared (IR) merupakan salah satu metode pengukuran yang
digunakan untuk mendeteksi struktur molekul suatu senyawa melalui identifikasi
gugus fungsi penyusun senyawa, dimana spektrum yang dihasilkan berupa grafik
yang menunjukkan transmitan yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi
inframerah (Ismail dan Kanitha, 2020).

2.2 Absorbansi
Absorbansi merupakan rasio intensitas sinar yang diserap dengan intensitas
sinar datang. Nilai absorbansi bergantung pada jumlah molekul yang ada pada sampel
(Neldawati et al, 2013).

2.3 Vibrasi Molekul


Vibrasi molekul merupakan kemampuan suatu ikatan gugus fungsi untuk
bergetar ketika dikenai oleh sinar radiasi inframerah. Dengan kata lain, vibrasi
molekul adalah peristiwa terjadinya frekuensi getaran atom pada suatu molekul ketika
molekul tersebut menyerap energi (Fessenden dan Fessenden, 1982).

III. Teori Dasar


Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia dengan menggunakan
radiasi inframerah. Sinar radiasi inframerah yang dipancarkan sebagian akan diserap oleh
senyawa atau mengalami absorbansi dan sebagian akan diteruskan atau ditransmisikan
(Harmita, 2006). Berdasarkan definisi lain, spektroskopi inframerah adalah suatu metode
yang dilakukan untuk mengamati interaksi molekul yang terjadi pada radiasi
elektromagnetik tepatnya di daerah dengan panjang gelombang 0,75 μm - 100 μm serta
bilangan gelombang 13.000 cm-1 - 10 cm-1 . (Yudhapratama et al, 2010).
Pada dasarnya, Spektroskopi inframerah dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu spektrofotometri IR dan spektrofotometer FTIR. Secara garis besar,
spektrofotometri FTIR lebih baik dibandingkan dengan spektrofotometri IR. Berikut
spesifikasi dan kelebihan dari spektroskopi FTIR :
a. Terdapat cermin yang dapat membiaskan variabel sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat
b. Mampu menganalisis lapisan tipis, cairan, padatan, pasta, atau bentuk
lainnya, sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk sediaan.
c. Sistem optik yang digunakan yaitu interferometer. Interferometer
berfungsi untuk menguraikan radiasi yang berasal dari infrared menjadi
komponen frekuensi.
d. Hasil yang didapat dari spektrometri FTIR tidak ada celah.
e. Memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan spektrometri IR
karena adanya inferometer pada sistem optik dalam spektrometri FTIR.
(Yudhapratama et al, 2010).
Prinsip yang digunakan dalam spektrofotometri Inframerah khususnya FTIR
adalah prinsip vibrasi molekul, dimana elektron dalam suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi), dan bergetar (vibras) jika dikenai dengan suatu energi.
Apabila terkena cahaya atau sinar radiasi inframerah, maka elektron dalam atom atau
ikatan hanya akan bergetar (Neldawati et al, 2013). Vibrasi molekul sendiri dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu ikatan gugus fungsi untuk bergetar ketika dikenai
oleh sinar radiasi inframerah. Dengan kata lain, vibrasi molekul adalah peristiwa
terjadinya frekuensi getaran atom pada suatu molekul ketika molekul tersebut menyerap
energi (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Terdapat dua jenis vibrasi molekul dalam spektrofotometri inframerah sebagai
berikut :
1. Vibrasi regangan
Vibrasi regangan merupakan suatu jenis gerak getaran dimana jarak antar
inti atom yang terikat bertambah dan berkurang sepanjang sumbu ikatan.
2. Vibrasi lentur
Vibrasi lentur merupakan suatu jenis gerak getaran dimana posisi ikatan
perubahan molekul sehubungan dengan atom yang terikat serta jarak atom tetap
tidak berubah.
(Ndana et al, 2013).
Disamping itu, prinsip lain dari spektrofotometri IR adalah adanya absorbansi dan
transmisi cahaya. Absorbansi merupakan perbandingan intensitas sinar yang diserap
dengan intensitas sinar datang, dimana hal ini bergantung pada konsentrasi zat di dalam
sampel. Transmisi adalah cahaya yang dihamburkan saat terjadinya proses pemancaran
sinar radiasi inframerah atau saat terjadinya proses spektroskopi inframerah (Gandjar dan
Rahman, 2007). Banyaknya sinar yang diabsorbsi sebanding dengan banyaknya molekul
yang menyerap sinar. Sinar yang diteruskan merupakan cahaya yang tidak diabsorbsi oleh
sampel sehingga menghasilkan nilai transmisi atau nilai T. Hasil dari spektroskopi
inframerah berupa spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang menunjukkan
keberadaan gugus fungsi (Amrillah, 2015). Pola absorbansi yang diserap oleh tiap
senyawa akan berbeda, sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat dibedakan dan
dikuantifikasikan (Sjahfirdi et al, 2015).
Berbagai macam sampel dapat diidentifikasi menggunakan metode analisis
instrumen spektroskopi inframerah, seperti glibenklamid, asam salisilat, dan gliklazid.
Pada dasarnya, glibenklamid merupakan suatu obat golongan sulfonilurea dan derivat
korinetoksin yang menjadi obat dari diabetes melitus. Obat ini bekerja dengan cara
melakukan stimulasi pengeluaran dari hormon insulin (Akash et al, 2013). Ditinjau
berdasarkan susunan gugus fungsinya, glibenklamid memiliki gugus fungsi dan
karakteristik pita sebagai berikut :

Gugus Fungsi Bilangan gelombang Karakteristik pita

C-O 1050-1300 Kuat

C=C (cincin aromatik) 1500-1600 Variable

C=O 1690-1760 Kuat

C-N 1180-1360 Kuat

N-H 3300-3500 Medium


C-H (alkana) 2850-2970 Kuat

C-H (aromatik) 3010-3100 Medium

690-900 Kuat
(Christian, 1994).
Asam salisilat merupakan suatu senyawa dengan rumus kimia C7H6O3 yang
memiliki efek keratolitik, antiinflamasi, analgesik, dan lain sebagainya (Sulistyaningrum,
2013). Berikut gugus fungsi dan karakteristik pita dari senyawa asam salisilat :

Gugus Fungsi Bilangan gelombang Karakteristik pita

C-O 1050-1300 Kuat

C=C (cincin aromatik) 1500-1600 Variable

C=O 1690-1760 Kuat

C-H (alkana) 2850-2970 Kuat

O-H 2500-2700 Broad


(Christian, 1994).
Gliklazid merupakan senyawa dengan rumus kimia C15H21N3O3S yang digunakan
sebagai antihiperglikemik pada penderita diabetes melitus tipe NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus) (NCBI, 2022).

Gugus Fungsi Bilangan gelombang Karakteristik pita

C-N 1180-1360 Kuat

C=C (cincin aromatik) 1500-1600 Variable

C=O 1690-1760 Kuat

C-H (alkana) 2850-2970 Kuat

N-H 13300-3500 Medium


(Christian, 1994)
IV. Alat dan Bahan
5.1 Alat

a. Kertas perkamen b. Komputer c. Mortir dan Alu

d. Pencetak pellet e. Pinset f. Pompa untuk


mencetak pellet

g. Spatel h. Spektroskopi i. Timbangan


inframerah analitik

5.2 Bahan
a. Asam salisilat
b. Glibenklamid
c. Gliklazid
d. Kalium bromid
V. Prosedur
Ditimbang 2 mg glibenklamid dan 198 mg serbuk KBr, serta 200 mg serbuk KBr.
Setelah itu, dihaluskan serbuk KBr. Ditambahkan glibenklamid ke dalam serbuk KBr
yang sudah halus dan dispersi hingga homogen. Kemudian, dicetak campuran hingga
menjadi pellet. Dicetak pula serbuk KBr sebanyak 200 mg sebagai blanko. Lalu,
dilakukan analisis pellet menggunakan spektroskopi inframerah pada bilangan
gelombang 4000-400 cm-1

VI. Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil

1. Menimbang 2 mg analit Telah ditimbang 2 mg glibenklamid


(glibenklamid/asam salisilat/gliklazid) dan 198 serbuk KBr, serta 200 mg
dan 198 mg serbuk KBr KBr untuk blanko
2. Menghaluskan serbuk KBr Telah dihaluskan serbuk KBr

3. Menambahkan analit ke dalam serbuk Telah ditambahkan glibenklamid ke


KBr yang sudah halus dan dispersikan dalam serbuk KBr 198 mg yang
hingga homogen. sudah halus dan dispersikan hingga
homogen.

4. Mencetak campuran hingga menjadi Telah dicetak campuran hingga


pellet menjadi pellet

5. Mencetak pula serbuk KBr sebanyak 200 Telah dicetak pula serbuk KBr
mg sebagai blanko sebanyak 200 mg sebagai blanko

6. Melakukan analisis pellet menggunakan Telah dilakukan analisis pellet


spektroskopi inframerah pada bilangan menggunakan spektroskopi
gelombang 4000-400 cm-1 inframerah pada bilangan gelombang
4000-400 cm-1

Blanko KBr :
Glibenklamid :

VII. Perhitungan
-

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui spektrum serapan inframerah dari
senyawa glibenklamid, asam salisilat, dan gliklazid. Spektrum serapan inframerah dapat
dilihat menggunakan spektrofotometri inframerah. Spektrofotometri inframerah adalah
salah satu metode pengukuran yang digunakan untuk mendeteksi struktur molekul suatu
senyawa melalui identifikasi gugus fungsi penyusun senyawa, dimana spektrum yang
dihasilkan berupa grafik yang menunjukkan transmitan yang bervariasi pada setiap
frekuensi radiasi inframerah (Ismail dan Kanitha, 2020).

Prinsip dari analisis menggunakan spektrofotometri inframerah yaitu jika cahaya,


baik monokromatik maupun campuran, jatuh pada suatu medium homogen maka
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap dalam
medium itu lalu sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.

Sinar inframerah dapat membuat ikatan kimia dalam molekul lebih bervariasi atau
berpindah ke tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi. Untuk dapat mengabsorpsi sinar IR,
molekul harus mempunyai perubahan momen dipol pada saat bervibrasi. Terdapat dua
jenis vibrasi molekul, yaitu vibrasi tekuk (bending) dan vibrasi ulur (stretching).

Spektroskopi inframerah dibagi menjadi dua, yaitu spektrofotometri IR dan


spektrofotometer FTIR. Perbedaan antara keduanya yaitu, pada spektrofotometri FTIR
terdapat cermin yang dapat membiaskan variabel sehingga hasil yang didapatkan bisa
lebih baik dan lebih akurat jika dibandingkan spektrofotometri IR. Spektrofotometri
FTIR dapat menganalisis lapisan tipis, cairan, padatan, pasta, atau bentuk lainnya, maka
dapat dikatakan bahwa spektrofotometri FTIR dapat digunakan untuk berbagai bentuk
sediaan. Spektrometri FTIR dan spektrometri IR juga memiliki perbedaan pada sistem
optiknya. Jika spektrometri IR menggunakan system optic yang serupa dengan
spektrometer Uv-Vis yaitu dengan perbedaan energy dan sel. Sedangkan pada
spektrometri FTIR, sistem optik yang digunakan yaitu interferometer. Inferometer inilah
yang membuat alat spektrometri FTIR lebih baik dibandingkan spektrometri IR atau
konvensional. Interferometer berfungsi untuk menguraikan radiasi yang berasal dari
infrared menjadi komponen frekuensi. Kelebihan lain yang didapat dari penggunaan
spektrometri FTIR yaitu, hasil yang didapat dari spektrometri FTIR tidak ada celah, oleh
karena itu total output pada bagian sumber dapat melewati sampel secara terus menerus
sehingga sinyal dapat diterima dengan akurat oleh detector pada alat. Selain itu,
spektrometri FTIR memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan
spektrometri IR karena adanya inferometer pada sistem optik dalam spektrometri FTIR.
Hasil yang dihasilkan pada alat spektrometer FTIR juga lebih akurat dibandingkan
dengan alat spektrometri IR.

Komponen dasar dari spektroskopi inframerah yaitu, sumber, sampel,


monokromator, detektor, recorder, lalu komputer. Sumber yang dimaksud disini adalah
sumber radiasi. Sumber radiasi yang digunakan yaitu sesuatu yang dapat menghantarkan
radiasi seperti lampu. Selanjutnya sampel, sampel yang dapat dideteksi yaitu zat padat,
cair, ataupun gas. Selanjutnya dibutuhkan juga monokromator, dimana monokromator ini
berfungsi untuk memurnikan radiasi IR agar masuk ke dalam rentang bilangan yang
dikehendaki atau juga dapat berfungsi sebagai pengurai dan pengarah radiasi IR menuju
detektor. Selanjutnya yaitu detector dimana pada detektor sinyal dari sampel dihasilkan
dan akan ditransmisikan ke recorder, dimana pada recorder sinyal yang dihasilkan tadi
direkam sebagai spektrum inframerah yang berbentuk puncak-puncak absorbsi. Terakhir,
spektrum dapat dilihat pada komputer. Spektrum inframerah ini menunjukkan hubungan
antara absorpsi dan frekuensi/bilangan gelombang.

Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gliklazid, glibenklamid,
dan asam salisilat yang pengerjaannya dibagi kedalam 6 kelompok. Kelompok kami
mendapatkan sampel glibenklamid. Berikut merupakan struktur dari glibenklamid.

(NCBI, 2022).

Glibenklamid merupakan obat diabetes oral yang umumnya berupa sediaan oral
dalam bentuk tablet dengan bahan tunggal maupun bahan campuran. Analisis
glibenklamid dalam sediaan farmasi sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara,
baik dengan HPLC, HPTLC, ataupun dengan spektrofotometri itu sendiri. Apabila dilihat
dari struktur kimianya, gugus fungsi yang terdapat dalam glibenklamid yaitu, C-O, C=C,
C=O, C-Cl, N-H, C-N, S=O, dan C-H.

Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini berwujud padat sehingga dalam
preparasi sampel harus dibuat pellet. Sampel yang telah berbentuk pallet harus kering dan
tidak mengandung air karena air mengandung gugus O-H yang akan terbaca pada alat
kemudian dapat membuat bias hasil analisis.
Dalam praktikum kali ini, yang digunakan sebagai blanko adalah KBr murni. KBr
disini juga berfungsi sebagai monokromator pada pembuatan pellet. Selain KBr, dapat
juga digunakan NaCl atau garam organik lain yang berfungsi sebagai monokromator.
Pada prosedur, sampel yang digunakan hanya 2 mg dan KBr yang digunakan sebanyak
198 mg. Semakin sedikit massa sampel yang digunakan, maka semakin besar
frekuensinya, jadi pembacaan spektrum pada spektrofotometri IR juga lebih mudah
diamati.

Pada saat penimbangan KBr, harus dilakukan dengan berhati-hati karena KBr
bersifat higroskopis atau mudah menyerap molekul air yang berada di udara. Ketika
sudah selesai dilakukan penimbangan, sampel bisa disimpan di desikator terlebih dahulu,
atau dilipat dengan kertas perkamen seperti melipat pulveres. Setelah itu, KBr harus
dihaluskan terlebih dahulu lalu dihomogenkan dengan analit, setelah itu dicetak menjadi
pellet dengan bantuan alat pencetak pelet dan di pompa dengan tekanan 60 selama 5
menit. Setelah menjadi pellet, kemudian dianalisis pada spektrofotometri IR.

Daerah pada spektrofotometri IR terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah


dengan range analisis 1600-4000 cm-1 merupakan wilayah yang sering digunakan dalam
proses analisis IR sehingga disebut dengan daerah analisis serta wilayah dengan range
analisis 600-1400 cm-1 disebut dengan daerah finger print. Daerah fingerprint dapat
digunakan untuk membedakan spesifikasi antara suatu gugus dengan gugus yang lainnya.
Daerah fingerprint juga merupakan area spesifik untuk senyawa tertentu.

Spektrum yang dihasilkan yaitu dalam bentuk grafik, dengan sumbu-x


menunjukkan bilangan gelombang dan sumbu-y menunjukkan persen transmitan.

Berdasarkan hasil pengamatan, spektrum dari sampel glibenklamid adalah


sebagai berikut.
Berdasarkan spektrum tersebut, dapat terbaca bahwa terdapat gugus fungsi C-O di
bilangan gelombang 1056 dengan intensitas kuat, C=C di bilangan gelombang 1591
dengan intensitas variabel, C=O di bilangan gelombang 1715 dengan intensitas variabel,
C-N di bilangan gelombang 1187 dengan intensitas kuat, N-H di bilangan gelombang
3715 dengan intensitas medium, C-H di bilangan gelombang 2854 dengan intensitas kuat,
dan C-H di bilangan gelombang 757 dengan intensitas kuat.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat kita bandingkan dengan literatur. Berikut


merupakan spektrum Glibenklamid pada literatur.

Hitam : Glibenklamid
Biru : Saccharin
Merah : Glibenklamid -saccharin
(Budiman et al., 2018).
Terdapat sedikit beberapa perbedaan antara spektrum yang kami dapatkan dengan
spektrum pada literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan perbandingan KBr
dengan analit yang digunakan untuk membuat pellet. Dimana pada saat pengujian, analit
yang digunakan yaitu sebanyak 2 mg dengan KBr 198 mg. Sedangkan pada literatur
digunakan 1 mg analit dan 250 mg KBr.

IX. Kesimpulan
Telah diketahui spektrum serapan inframerah dari senyawa glibenklamid.
Didapatkan hasil spektrum yang umumnya sesuai dengan rentang panjang gelombang
pada literatur dan karakteristik pita serta intensitas dari senyawa glibenklamid.
DAFTAR PUSTAKA

Akash, M. S. H., Rehman, K., Chen, S. 2013. Role of Inflammatory Mechanisms Inpathogenesis
of Type 2 Diabetes Mellitus. Journal Cell Biochem. Vol. 114(1) : 525- 531.
Amrillah, M., Roslan, R., dan Jaka, F. 2015. Aktivitas Tabir Surya Daun Miana (Coleus
atropurpureus L. Bent) Secara In Vitro. Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 1(1) : 4
Budiman, A., Megantara, S., Raraswati, P., dan Qoriah, T., 2018. Solid Dosage Form
Development Of Glibenclamide With Increasing The Solubility and Dissolution Rate
Using Cocrystallization. International Journal of Applied Pharmaceutics. Vol. 10(184) :
181-186.
Christian, G. D. 1994. Analytical Chemistry Ed. 5th. New York : John Wiley & Sons Inc. Hal.
71-105.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga. Hal
78-81.
Gandjar, I. G., dan Rahman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Hal. 89-90.
Harmita, H. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta : Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Hal. 37-62.
Ismail, F. dan Kanitha, D. 2020. Identifikasi dan Penetapan Kadar Pentoxifylline dalam Sediaan
Tablet Secara Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FT-IR) Dan Spektrofotometri
UV-Visible. Jurnal Farmagazine. Vol. 7(2) : 7-13.
National Center for Biotechnology Information. 2022. PubChem Compound Summary for CID
3488, Glyburide. Tersedia secara online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Glyburide. [Diakses pada 6 Oktober 2022].
National Center for Biotechnology Information. 2022. PubChem Compound Summary
Gliclazide. Tersedia secara online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Gliclazide. [Diakses pada 29 September
2022].
Ndana, M., Grace, J. J., Baba, F. H., dan Mohammed, U. M. 2013. Fourier Transform Infrared
Spectrophotometric Analysis of Functional Groups in Biodiesel Produced From Oils Of
Ricinus Communis, Hevea Brasiliensis an Jatropha Cureas Seeds. International Journal
of Science Environment and Technology. Vol 2(6) : 1116-1121.
Neldawati, N., Ratnawulan, R., dan Gusnedi, G. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Journal Pillar of
Physics. Vol. 2(1): 76-83.
Sjahfirdi, L., Aldi, N., Maheswati, M., dan Astuti, P. 2015. Aplikasi Fourier Transform Infrared
(FTIR) dan Pengamatan Pembengkakan Genital Pada Spesies Primata Lutung Jawa
(Trachypithecus auratus) Untuk Mendeteksi Masa Subur. Jurnal Kedokteran Hewan.
Vol. 9(2) : 156 - 160.
Yudhapratama, E., et al. 2010. Penentuan Keberadaan Zat Aditif Pada Plastik Kemasan Melalui
Perlakuan Pemanasan Pada Spektrometer IR. Bandung : UPI. Hal. 58-64.

Anda mungkin juga menyukai