Anda di halaman 1dari 29

Revisi UU KPK: Pasal apa saja

yang dianggap akan 'melemahkan'


KPK?
17 September 2019

SUMBER GAMBAR,JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA FOTO


Keterangan gambar,
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Kalbar Peduli KPK menggelar aksi Kamek Bersama
KPK di Taman Digulis, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (13/9/2019). Dalam aksi tersebut
mereka menolak revisi Undang-Undang KPK dan mendesak Presiden Joko Widodo memenuhi
janjinya untuk memperkuat KPK.
Walaupun ditolak pegiat antikorupsi dan kalangan masyarakat, DPR
dan pemerintah sudah menyepakati secara garis besar salah-satu
pasal dalam draf revisi UU KPK, yaitu tentang pembentukan dewan
pengawas.
Dalam rapat panitia kerja (panja) Revisi UU nomor 30 tahun 2002
tentang KPK, selain pasal tentang dewan pengawas, dibahas pula
antara lain pasal soal penyadapan, status pegawai KPK sebagai
aparatur sipil, serta surat perintah penghentian penyidikan.
"Soal dewan pengawas, DPR dan pemerintah sudah sepakat, tinggal
soal komposisi serta latar belakang orang yang duduk di dewan
pengawas," ungkap anggota DPR Komisi III dan politikus PKS, Nasir
Djamil kepada BBC News Indonesia, Senin (16/09).

 Firli Bahuri jadi Ketua KPK dan Revisi UU KPK dibahas di DPR:
'Memasukkan Kuda Troya ke Gedung Merah-Putih'
 Pelanggar etik jadi Ketua KPK, Jokowi sebut sudah sesuai
prosedur
 Revisi UU KPK: DPR terima surat presiden, pemerintah sepakat
mulai pembahasan

Pembahasan pasal tentang dewan pengawas KPK, yang dituangkan


dalam daftar inventarisasi masalah (DIM), lanjutnya, "sudah ada titik
temu."
SUMBER GAMBAR,AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Kepala Staf Kepresiden Moeldoko (kiri) dan
Mensesneg Pratikno (kanan) berjalan meninggalkan ruangan usai menyampaikan keterangan
terkait revisi UU KPK di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
Apa komentar terbaru Presiden Jokowi tentang
revisi UU KPK?
Sementara, Senin (16/09), Presiden Joko Widodo kembali memberikan
pernyataan menanggapi tudingan para pegiat antikorupsi yang
menyebut pemerintah dan DPR berniat melemahkan KPK dengan
merevisi UU KPK.
"Sejak awal saya tidak pernah meragukan pimpinan KPK yang
sekarang, dan sudah saya sampaikan berulang kali kinerja KPK itu
baik," kata Jokowi di hadapan wartawan di Jakarta.
Jokowi kemudian menyatakan, bahwa pemerintah saat ini
"memperjuangkan substansi dalam revisi UU KPK."
Namun dalam bagian lain pernyataannya, Presiden mengatakan bahwa
KPK merupakan "lembaga negara, institusi negara, jadi bijaklah kita
dalam bernegara."
Presiden juga meminta masyarakat mengawasi proses revisi UU KPK
yang saat ini sedang berlangsung di DPR. "Ini tugas kita bersama
(mengawasi), agar KPK kuat."
Eks pimpinan KPK: 'Jangan terburu-buru revisi'
Dalam waktu hampir bersamaan, Senin (16/09), sejumlah mantan
pimpinan KPK mendatangi kantor KPK dan menyerukan agar DPR dan
pemerintah tidak terburu-buru dalam merevisi UU KPK.
"Pembahasan itu jangan terburu-buru, diperbanyak menyerap aspirasi,
diperbanyak menyerap pendapat," kata mantan Ketua KPK,
Taufiequrachman Ruki, dalam jumpa pers usai bertemu pimpinan KPK.
SUMBER GAMBAR,RENO/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Mantan pimpinan KPK, Taufiqurrahman Ruki (kedua kanan) dan Erry Riyana Hardjapamekas
(kiri) memberikan keterangan terkait polemik revisi UU KPK di Gedung KPK, Jakarta, Senin
(16/9/2019).
Adapun mantan Wakil Ketua KPK, Chandra Hamzah, mengatakan:
"Keputusan yang diambil dengan situasi hari yang panas, emosi,
tergesa-gesa, potensial akan menghasilkan hal yang tidak baik."
Sementara, pegiat antikorupsi dan Sekretaris Jenderal Transparency
International Indonesia (TII), Dadang Trisasongko mengatakan,
pemerintah dan DPR seharusnya menghentikan pembahasan Revisi UU
KPK.
"Dan, kalau bisa tidak usah diagendakan lagi di masa mendatang,
karena selalu saja melihat peta politik sekarang, upaya revisi itu
munculnya menjadi pelemahan KPK," kata Dadang kepada BBC News
Indonesia.
DPR sahkan lima calon pimpinan KPK yang
baru
Adapun di DPR, Senin (16/09), selain melanjutkan pembahasan revisi
UU KPK, rapat paripurna telah mengesahkan lima calon pimpinan KPK
periode 2019-2023.
Mereka adalah Firli Bahuri, Alexander Marwata, Lili Pintauli Siregar,
Nawawi Pomolango, serta Nurul Ghufron.
SUMBER GAMBAR,SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Polisi berjaga saat berlangsung unjuk rasa berujung ricuh yang dilakukan sejumlah orang
tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI di kantor KPK, Jakarta,
Jumat (13/9/2019).
Terpilihnya Firli Bahuri sebelumnya sempat mendapat kritik dari
sejumlah kalangan karena dianggap pernah melanggar etik oleh
pimpinan KPK. Tuduhan yang berulang kali dibantah oleh Firli.
Lima orang calon pimpinan KPK akan disampaikan DPR kepada
Presiden Joko Widodo, dan bakal melantiknya paling lambat 30 hari
kerja semenjak penerimaan surat pemberitahuan dari pimpinan DPR.
Pasal apa saja yang ditolak pegiat antikorupsi?
Berdasarkan daftar inventarisasi masalah (DIM) hasil pembahasan
badan legislasi DPR dan pemerintah, Jumat (13/09), ada 34 poin
perubahan yang disepakati, antara lain perubahan status KPK menjadi
lembaga eksekutif, pegawai KPK berstatus pegawai negeri, serta
penyadapan harus seizin dewan pengawas.
Pegiat antikorupsi dan Sekretaris Jenderal Transparency International
Indonesia (TII), Dadang Trisasongko, menganggap kesepakatan
pemerintah-DPR untuk memasukkan pasal-pasal tersebut dalam revisi
UU KPK akan melemahkan KPK.
Dadang kemudian menyoroti Pasal 12B yang menyebutkan bahwa
penyadapan dapat dilakukan KPK atas izin tertulis dari Dewan
Pengawas.
SUMBER GAMBAR,NYOMAN HENDRA WIBOWO/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa & Masyarakat Bali Anti Korupsi
(AMMBAK) meneriakkan yel-yel dalam unjuk rasa menolak Revisi UU KPK di Denpasar, Bali,
Kamis (12/09).
Dewan Pengawas disebutkan dapat memberikan izin tertulis terhadap
permintaan KPK paling lama satu kali 24 jam sejak permintaan
diajukan.
"Modus korupsi di Indonesia yang sebagian besar dalam bentuk suap.
Dan suap hanya bisa dijangkau dengan mudah melalui cara
penyadapan," kata Dadang kepada BBC News Indonesia, Senin (16/09).
"Dan di Indonesia, korupsi politik di Indonesia yang high level itu, yang
proses penyadapan dll itu tidak bisa ada intervensi politik. Makanya,
proses penyadapan harus betul-betul steril dari intervensi politik,"
paparnya.
Menurutnya, Dewan Pengawas merupakan bagian dari intervensi
politik terhadap proses penegasan hukum di KPK.
SUMBER GAMBAR,INDRIANTO EKO SUWARSO/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Sejumlah mahasiswa lintas universitas menggelar aksi mendukung KPK di Gedung Merah Putih
KPK, Jakarta, Kamis (12/09).
"Padahal, apa yang sudah ada di KPK, pengawasannya secara
sistemik sudah sangat memadahi," katanya.
Menanggapi kekhawatiran ini, anggota Komisi III DPR yang juga
politikus PKS, Nasir Djamil mengatakan Dewan Pengawas tidak akan
mencampuri urusan penegakan hukum KPK.
"Justru dia mengawasi apakah dalam fungsi-fungsi KPK dalam
pencegahan dan penindakan itu mengalami abuse atau tidak," kata
Nasir Djamil kepada BBC News Indonesia.
"Jadi, pengawasan itu bagian untuk memastikan bahwa seluruhnya
berjalan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), sehingga tidak
terjadi hal-hal yang melanggar kode etik," jelasnya.
Pegawai KPK adalah aparatur sipil negara
(ASN)
Menurut Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia
(TII), Dadang Trisasongko, pengubahan status pegawai KPK sebagai
aparat sipil negara, seperti diatur dalam pasal 1 ayat 7 dalam revisi UU
KPK, juga akan membatasi gerak penyidik dan penyelidik.
"Artinya, mereka akan tunduk kepada UU Aparatur Sipil, sehingga
mereka tidak akan menjadi independen seperti yang dilakoni KPK
selama ini," kata Dadang.
"KPK kan sudah memiliki penyidik internal yang status hukumnya
sudah kuat, diakui oleh pengadilan tipikor, MA, dan bahkan oleh MK."
"Itu saja sudah cukup, tinggal yang diperlukan KPK sekarang adalah
memberi kesempatan KPK untuk merekrut lebih banyak lagi
(penyelidik dan penyidik)," jelasnya.
SUMBER GAMBAR,APRILLIO AKBAR/ANTARA FOTO
Keterangan gambar,
Warga yang menamakan diri Srikandi Cinta Tanah Air menujukkan pin saat melakukan aksi
ketika berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI,
Jakarta, Minggu (15/9/2019). Aksi tersebut untuk mendukung pemerintah dan lembaga legislatif
merevisi UU KPK demi kinerja KPK yang lebih baik.
Namun anggota DPR Komisi III dari PKS, Nasir Djamil, menganggap
tidak ada yang salah dengan pasal yang mengatur tentang status ASN
(aparatus sipil negara) pada pegawai KPK.
"Independen itu sikap, fungsinya, dan bukan lembaganya. Jadi
lembaganya harus mengikuti bagaimana pengaturan oleh negara.
Karena KPK itu lembaga negara pendukung," katanya.
"Oleh karena itu, lembaga negara utama itu eksekutif, yudikatif dfan
legislatif. Nah, putusan Mahkamah Konstitusi mengatakan bahwa KPK
itu bagian dari eksekutif," tambah Nasir.
"Tentu saja ini maksudnya agar penataan pegawai, karyawan yang
bekerja di KPK mengikuti aturan-aturan negara, dalam hal ini UU
Aparatur Sipil Negara."

SUMBER GAMBAR,INDRIANTO EKO SUWARSO/ANTARA FOTO


Keterangan gambar,
Pimpinan KPK terpilih periode 2019-2023 (dari kiri) Firli Bahuri, Nurul Ghufron, Nawawi
Pomolango, Alexander Marwata dan Lili Pintauli Siregar, menyapa anggota DPR saat
menghadiri Rapat Paripurna Pengesahan Pimpinan KPK terpilih di Kompleks Parlemen,
Senayan, Jakarta, Senin (16/09).

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik


Indonesia
8 bahasa

 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Lihat sumber
 Lihat riwayat

Perkakas













Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui artikel dengan
menambahkan informasi terbaru yang tersedia.

Komisi Pemberantasan Korupsi


Republik Indonesia

Gambaran Umum
Singkatan KPK

Didirikan 2002

Dasar hukum pendirian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

Sifat Independen

Struktur

Ketua Firli Bahuri

1. Alexander Marwata
Wakil Ketua merangkap
2. Johanis Tanak
Anggota
3. Nawawi Pomolango

4. Nurul Ghufron

Dewan Pengawas 1. Tumpak Hatorangan

Panggabean

2. Albertina Ho

3. Indriyanto Seno Adji

4. Harjono

5. Syamsuddin Haris

Sekretaris Jenderal Cahya Hardianto Harefa

Deputi Bidang Pahala Nainggolan

Pencegahan dan

Monitoring

Deputi Bidang Asep Guntur Rahayu (Plt.)

Penindakan

Deputi Bidang Mochamad Hadiyana

Informasi dan Data

Inspektur Subroto
Kantor pusat

Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada Kav.

K4, Guntur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta

Selatan 12950, Indonesia

Situs web

kpk.go.id

 l

 b
 s

Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah


lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan
bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.[1] Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.[2] Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas.
KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka
dan berkala kepada Presiden Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan
Pemeriksa Keuangan.[1]
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua
merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK
memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali
masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.
[1]
Ketua KPK saat ini adalah Firli Bahuri yang menjabat sejak 20 Desember 2019.

Tugas dan fungsi


Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:[3]

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:[3]

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Struktur organisasi
Pimpinan
Artikel utama: Daftar Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 (lima) anggota yakni Ketua
yang merangkap Anggota, serta Wakil Ketua yang terdiri atas 4 (empat) orang dan
masing-masing merangkap Anggota.[2]
Ketua
Artikel utama: Daftar Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi juga merangkap sebagai anggota KPK.[4]
Wakil Ketua

Wakil Ketua KPK merupakan pimpinan KPK yang juga merangkap sebagai anggota
KPK. Wakil Ketua KPK terdiri dari:

1. Wakil Ketua Bidang Pencegahan;


2. Wakil Ketua Bidang Penindakan;
3. Wakil Ketua Bidang Informasi dan Data; dan
4. Wakil Ketua Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
Tim Penasihat
Tim Penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai dengan
kepakarannya kepada Komisi Pernberantasan Korupsi dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat)
anggota.[2]
Pelaksana Tugas
Berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi No. PER-
08/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK,
pelaksana tugas KPK terdiri dari:[5]

1. Deputi Bidang Pencegahan


2. Deputi Bidang Penindakan
3. Deputi Bidang Informasi dan Data
4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
5. Sekretariat Jenderal

Kepemimpinan
Taufiequrachman Ruki (2003–2007)
Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, seorang alumni Akademi
Kepolisian (Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua KPK. Di bawah kepemimpinan
Taufiequrachman Ruki, KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu)
bagi Aparat dan institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah "good and clean
governance" (pemerintahan baik dan bersih) di Republik Indonesia. Sebagai seorang
mantan Anggota DPR RI dari tahun 1992 sampai 2001, Taufiequrachman walaupun
konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang pilih
pemberantasan korupsi.
Taufiequrachman juga menyampaikan bahwa pembudayaan etika dan integritas
antikorupsi harus melalui proses yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan adanya peran
pemimpin sebagai teladan dengan melibatkan institusi keluarga, pemerintah, organisasi
masyarakat dan organisasi bisnis.
Pada tahun 2007 Taufiequrachman Ruki digantikan oleh Antasari Azhar sebagai Ketua
KPK.
Antasari Azhar (2007–2009)
Bagian ini
memerlukan pengembangan.
Anda dapat membantu
dengan mengembangkannya.

Kontroversi Antasari Azhar saat menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta
Selatan (2000-2007) yang gagal mengeksekusi Tommy Soeharto tidak menghalangi
pengangkatannya menjadi Ketua KPK setelah berhasil mengungguli calon lainnya
yaitu Chandra M. Hamzah dengan memperoleh 41 suara dalam pemungutan suara
yang dilangsungkan Komisi III DPR. Kiprahnya sebagai Ketua KPK antara lain
menangkap Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani dalam kaitan penyuapan
kasus BLBI Syamsul Nursalim. Kemudian juga penangkapan Al Amin Nur
Nasution dalam kasus persetujuan pelepasan kawasan Hutan lindung Tanjung Pantai
Air Telang, Sumatera Selatan. Antasari juga berjasa menyeret Deputi Gubernur Bank
Indonesia (BI) Aulia Tantowi Pohan yang juga merupakan besan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ke penjara atas kasus korupsi aliran dana BI. Statusnya sebagai
tersangka dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen membuat Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Mei 2009 memberhentikan dari jabatannya
sebagai ketua KPK.
Tumpak Hatorangan Panggabean (Pelaksana Tugas, 2009–2010)
Bagian ini
memerlukan pengembangan.
Anda dapat membantu
dengan mengembangkannya.

Mantan Komisaris PT Pos Indonesia, Tumpak Hatorangan Panggabean terpilih menjadi


pelaksana tugas sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan dilantik
pada 6 Oktober 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Serta ditetapkan
berdasarkan Perppu nomor 4 tahun 2009 yang diterbitkan pada 21 September 2009.
Pengangkatannya dilakukan untuk mengisi kekosongan pimpinan KPK setelah ketua
KPK Antasari Azhar dinonaktifkan dan diberhentikan akibat tersangkut kasus
pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Di bawah masanya memang KPK berhasil
menetapkan bekas Menteri Sosial (Mensos) Bachtiar Chamsyah sebagai tersangka
dalam kasus dugaan korupsi pengadaan mesin jahit dan impor sapi. Selain itu, KPK
juga berhasil menetapkan Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ismet Abdullah sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan mobil kebakaran. Tapi beberapa kasus
masih mandek penanganannya, misalnya saja, kasus Bank Century, membuat
penilaian bahwa lembaga itu mulai melempem. Pada tanggal 15 Maret 2010, ia
diberhentikan dengan Keppres No. 33/P/2010 karena Perppu ditolak oleh DPR.
Busyro Muqoddas (2010–2011)
M. Busyro Muqoddas dilantik dan diambil sumpah oleh Presiden RI pada 20
Desember 2010 sebagai ketua KPK menggantikan Antasari Azhar. Sebelumnya,
Busyro merupakan ketua merangkap anggota Komisi Yudisial RI periode 2005-2010.
Pada saat sebagai ketua sangat sering mengkritik DPR, yang terakhir terkait
hedonisme para anggota DPR. Pada pemilihan pimpinan KPK tanggal 2 Desember
2011 ia "turun pangkat" menjadi wakil ketua KPK. Busyro hanya memperoleh 5 suara
dibandingan Abraham Samad yang memperoleh 43 suara. Serah terima jabatan dan
pelantikan dilaksanakan pada 17 Desember 2011.
Abraham Samad (2011–2015)
Pada periode 2011–2015 KPK dipimpin oleh alumnus Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin yakni Abraham Samad, bersama 4 orang wakil ketuanya,
yakni Zulkarnaen, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.[6]
[7]
Pada tanggal 3 Desember 2011 melalui voting pemilihan Ketua KPK oleh 56 orang
dari unsur pimpinan dan anggota Komisi III asal sembilan fraksi DPR, Abraham
mengalahkan Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja. Abraham memperoleh 43
suara, Busyro Muqoddas 5 suara, Bambang Widjojanto 4 suara, Zulkarnain 4 suara,
sedangkan Adnan 1 suara. Ia dan jajaran pimpinan KPK yang baru saja terpilih, resmi
dilantik di Istana Negara oleh Presiden SBY pada tanggal 16 Desember 2011. Lima
pimpinan KPK periode 2011-2015 adalah Abraham Samad, Bambang Widjojanto,
Zulkarnaen, Adnan Pandu Pradja, dan Busyro Muqoddas. Beberapa kasus yang
mencuat saat Abraham samad memimpin adalah Kasus Korupsi Wisma Atlet, Kasus
Korupsi Hambalang, Kasus Gratifikasi Impor Daging Sapi, Kasus Gratifikasi SKK Migas,
Kasus Pengaturan Pilkada Kabupaten Lebak. Beberapa orang yang
ditangkap/ditahan/dituntut KPK diantaranya adalah: Andi Malarangeng, Muhammad
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Akil Mochtar, Ratu Atut
Chosiyah, Ahmad Fathanah, Luthfi Hasan Ishaq, Rudi Rubiandini, Suryadharma
Ali, Jero Wacik, Miranda Goeltom, Djoko Susilo, dll.
Agus Rahardjo (2015–2019)
Berlatar belakang pendidikan teknik sipil di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Agus
Rahardjo adalah orang pertama yang terpilih memimpin KPK tanpa pendidikan formal
hukum dan pengalaman di lembaga penegakan hukum. Rahardjo menggantikan Plt.
Taufiequrachman Ruki
Pada tanggal 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR RI yang diketuai oleh Azis
Syamsuddin, menetapkan Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK terpilih periode 2015-
2019 setelah sebelumnya melakukan dua kali voting. Rahardjo berhasil mendapatkan
53 suara. Sedangkan calon pimpinan KPK lainnya, Basaria Panjaitan mendapatkan 51
suara, Alexander Marwata 46 suara, Saut Situmorang 37 suara, dan Laode Muhammad
Syarif 37 suara.
Kasus per September 2016 didominasi kasus suap dan Operasi Tangkap Tangan
(OTT). Kasus yang sangat mencuat ke publik yaitu OTT Ketua Dewan Perwakilan
Daerah RI Irman Gusman (kasus suap impor gula), berbagai penangkapan OTT
Panitera, Pengacara, Hakim Tinggi, dan Pejabat Mahkamah Agung termasuk Sekretaris
MA Rohadi terkait suap dagang perkara (termasuk salah satunya yaitu pengacara
kondang O.C. Kaligis), kasus korupsi dana aspirasi dan suap proyek infrastruktur
berjamaah yang dilakukan oleh banyak anggota Komisi V DPR (Damayanti Wisnu
Putranti, dan sebagian besar anggota lainnya), kasus korupsi izin tambang Gubernur
Sulawesi Tenggara Nur Alam, kasus bansos dan suap oleh Gubernur Sumatera
Utara Gatot Pujo Nugroho dan petinggi partai Nasdem Patrice Rio Capella, dan kasus
suap Raperda Reklamasi DKI Jakarta M Sanusi dari pengembang PT APL, dan
berbagai kasus yang menjerat suap korporasi lainnya.
Firli Bahuri (2019–sekarang)
Bagian ini
memerlukan pengembangan.
Anda dapat membantu
dengan mengembangkannya.
Kontroversi

Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:

Testimoni Antasari Azhar

Kasus pembunuhan
Ketua KPK Antasari Azhar terbukti merancang pembunuhan terhadap Nasrudin
Zulkarnaen dan divonis 18 tahun penjara serta dicopot dari jabatannya sebagai ketua
KPK.
Kasus Anggoro
Artikel utama: Konfrontasi Cicak dan Buaya

Bermula saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang melakukan penyidikan dan
pencekalan terhadap sejumlah pejabat PT. Masaro Radiokom dalam kasus Proyek
Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Kementerian Kehutanan
Kasus Budi Gunawan
Hal ini berawal dari penetapan Calon Kapolri Komjen Pol. Budi Gunawan oleh Presiden
Joko Widodo Januari 2015. 2 hari setelahnya, pimpinan KPK menetapkan Komjen BG
sebagai tersangka gratifikasi saat beliau masih menjabat Kabiro Binkar SDM Polri tahun
2006 terkait isu rekening gendut. Tetapi meski ada status tersangka, 10 fraksi DPR
menyetujui fit and proper test Komjen BG. Terjadi ketegangan antar instansi dan
Presiden Joko Widodo memberhentikan Jenderal Sutarman sebagai Kapolri dan
mengangkat Wakapolri menjadi Plt Kapolri. Pimpinan KPK ditersangkakan oleh
Kabareskrim yang baru diangkat yaitu Komjen Pol. Budi Waseso karena berbagai
kasus lampau. Ketua KPK Abraham Samad ditersangkakan dikarenakan terjerat kasus
pemalsuan dokumen, dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditahan karena
pemalsuan kesaksian di MK semasa menjadi advokat. Sisa pimpinan lainnya juga
diancam dijerat kasus masa lalunya masing-masing akan tetapi belum menjadi
tersangka.
Konflik ini melebar dari kasus hukum, ke konflik internal polri dan kasus ketegangan
antar instansi, menuju kegaduhan politik karena DPR juga merasa dilecehkan
wibawanya karena Kapolri terpilih tidak segera dilantik, apalagi Presiden berbeda suara
dengan partai pengusung PDIP. Masyarakat sipil pun menolak keras KPK dilemahkan,
apalagi terjadi kekhawatiran terjadinya kekosongan kursi komisioner (ditambah
bersamaan selesai masa jabatannya Busyro Muqoddas) dan adanya jumlah minimal
komisioner dalam memutuskan perkara. Presiden akhirnya menonaktifkan Abraham
dan Bambang, menerbitkan Perppu mengenai Revisi UU KPK, dan mengangkat 3 Plt
Komisioner. Tak ayal, Ketua KPK periode pertama Taufiqurahman Ruki diangkatnya
kembali menjadi Plt. Ketua. Kegaduhan baru pun muncul saat Budi Gunawan
memenangkan praperadilan secara kontroversial atas KPK dan sejak itu KPK
kebanjiran permintaan dan kekalahan dalam praperadilan. Kegaduhan ini terjadi selama
4 bulan (Januari 2015-April 2015) sampai ditetapkannya Kapolri definitif yaitu bukan
Budi Gunawan, tetapi Wakapolri yang juga Plt. Kapolri Badrodin Haiti.
Revisi Undang-undang KPK
Informasi lebih lanjut: Unjuk rasa dan kerusuhan Indonesia September 2019

Pada tanggal 17 September 2019, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan revisi


Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU KPK) yang kontroversial dan telah ditolak secara luas karena klaim
bahwa undang-undang yang direvisi akan melemahkan kemampuan KPK untuk
beroperasi dan melakukan investigasi terhadap kasus-kasus korupsi.[8] Revisi UU KPK
dikerjakan hanya dalam 12 hari di DPR. KPK menyatakan bahwa KPK tidak pernah
terlibat dalam diskusi revisi UU tersebut.[9] Serangkaian unjuk rasa massal yang dipimpin
oleh mahasiswa telah terjadi di kota-kota besar di Indonesia sejak 23 September 2019,
untuk menentang revisi UU KPK, serta beberapa UU lainnya termasuk revisi Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).[10] Pendemo terutama terdiri atas mahasiswa
dari 300 universitas, dan tidak terkait dengan partai politik atau kelompok tertentu.
[10]
Demonstrasi ini telah berkembang menjadi pergerakan siswa di Indonesia terbesar
sejak Kerusuhan Mei 1998 yang menurunkan rezim Soeharto.[11]

Penanganan kasus korupsi


Lihat pula: Korupsi di Indonesia

2020

 6 Desember 2020, KPK menahan Juliari P. Batubara (Menteri Sosial) dan Adi Wahyono
(Plt. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) Kementerian Sosial.
Penangkapan ini terkait dengan Perkara Dugaan Suap Dalam Pengadaan Bantuan Sosial
Untuk Wilayah Jabodetabek Tahun 2020.[12]
 25 November 2020, KPK melakukan operasi tangkap tangan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Edhy Prabowo atas dugaan penerimaan gratifikasi dalam kasus ekspor benih
lobster.[13]
 27 Juli 2020, Laporan Tahunan KPK 2019: 76 Orang Terjerat OTT KPK Sepanjang 2019.
Sebanyak 76 orang terjerat operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sepanjang 2019. Operasi senyap itu dilakukan di belasan daerah. "Melalui persiapan
yang cermat dan terukur, operasi ini telah dilakukan sebanyak 21 kali di 14 daerah," tulis
Laporan Tahunan KPK 2019 seperti dikutip Medcom.id, Senin, 27 Juli 2020.[14]
 27 Juli 2020. Perdana, KPK Rebut Aset Hasil Korupsi dari Luar Negeri : Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk pertama kalinya mengembalikan aset hasil korupsi
dari luar negeri. Aset ini berupa uang SGD200 ribu (Rp2,1 miliar) terkait perkara suap
mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini. "Pengembalian aset berupa uang dari Singapura ke
Indonesia dilakukan pada 17 Juni 2019," tulis Laporan Tahunan KPK 2019 seperti
dikutip Medcom.id, Senin, 27 Juli 2020.[15]
 27 Juli 2020. KPK Menyidik 160 Kasus Korupsi Selama 6 Bulan : Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) telah menyelidiki sebanyak 160 perkara dugaan korupsi selama enam bulan,
dari Januari-Juli 2020. Ribuan saksi diperiksa untuk mendukung penyelidikan tersebut.
"Dari 160 tipikor (tindak pidana korupsi), KPK telah melakukan pemeriksaan terhadap para
saksi kurang lebih 3.512 saksi," ujar Ketua KPK Firli Bahuri dalam diskusi virtual, Senin, 27
Juli 2020.[16]

Johan Budi, mantan juru bicara KPK


2019

 29 Juli 2019 KPK menetapkan Sekretaris Jawa Barat Iwa Karniwa sebagai tersangka dalam
kasus izin proyek Meikarta.[17] Iwa diduga menerima suap terkait Pembahasan Substansi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Detail Tata Ruang Kabupaten Bekasi Tahun 2017.
[18]
Iwa diduga meminta uang sebesar Rp1 miliar pada PT Lippo Cikarang guna memuluskan
proses RDTR tingkat provinsi.[19] Pada hari yang sama, KPK juga menetapkan mantan
Presiden Direktur Lippo Cikarang Bartholomeus Toto sebagai tersangka. Bartholomeus
diduga menyuap Bupati Bekasi Neneng Hassanah sebesar Rp10,5 miliar untuk
memuluskan izin proyek Meikarta.[19][20]
 26 Juli 2019 KPK tangkap Bupati Kudus Muhammad Tamzil beserta 8 orang lain dalam
Operasi Tangkap Tangan. Penangkapan ini terkait dengan jual beli jabatan.[21]
 10 Juli 2019 KPK menangkap Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun dalam Operasi
Tangkap Tangan terkait izin lokasi rencana reklamasi di wilayahnya. Ia ditangkap beserta
lima orang lainnya termasuk dari pihak swasta. Dalam OTT ini, KPK berhasil mengamankan
uang SGD 6.000.[22][23]
 15 Maret 2019 KPK menangkap Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy atau Rommy di Hotel
Bumi Surabaya dalam kasus suap jual jabatan di Kementerian Agama Jawa Timur, Rommy
diduga menerima suap dari HRS, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur
dan MFQ, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik. Dalam Operasi Tangkap Tangan ini
KPK juga mengamankan uang tunai senilai Rp 156.758.000.[24]
 22 Maret 2019, KPK melakukan OTT pada Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau
Steel (Persero), Wisnu Kuncoro terkait dengan dugaan suap pengadaan barang dan jasa di
Krakatau Steel.[25] KPK akhirnya menetapkan Wisnu Kuncoro sebagai tersangka bersama
dengan pihak swasta yang juga sebagai penerima, Alexander Muskitta. Sementara dari
pihak pemberi, KPK menetapkan Kenneth Sutardja dan Kurniawan Eddy sebagai
tersangka.[26]
2018

 20 November 2018 KPK menetapkan Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR


RI sebagai tersangka kasus suap pengurusan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten
Kebumen dan Purbalingga.[1] Taufik diduga menerima uang sejumlah Rp3,65 miliar dari
Bupati Kebumen periode 2016-2021, Muhamad Yahya Fuad dan Rp1,2 miliar dari Bupati
Purbalingga, Tasdi.[27]
2011

 11 Februari KPK menangkap Jaksa Dwi Seno Widjanarko asal Kejaksaan Negeri
Tangerang di kawasan Pondok Aren, Bintaro, Tangerang. Dia diduga memeras Agus
Suharto, pegawai BRI Unit Juanda, Ciputat. Upaya pemerasan terhadap Agus suharto ini
diduga terkait dengan perkara penggelapan sertifikat di BRI cabang Juanda, Ciputat,
Tangerang Selatan yang ditangani Jaksa Seno. Atas perbuatannya, Seno disangkakan
melanggar Pasal 12 huruf e Undang Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Korupsi.[28]
 4 Oktober KPK menahan FL (Bupati Nias Selatan periode 2006 s.d. 2011) dalam dugaan
tindak pidana korupsi memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelanggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajiban.[29]
 KPK menetapkan Timas Ginting selaku pejabat pembuat komitmen di Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (P2MKT)
Kemenakertrans sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS), kasus ini juga menyeret Muhammad Nazaruddin dan
istrinya Neneng Sri Wahyuni sebagai tersangka.[30]
 26 September Penyidik KPK menahan tersangka ME (Bupati Kabupaten Seluma)dalam
pengembangan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah di Pemerintah
Kabupaten Seluma [31]
 28 September KPK menetapkan RSP (mantan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan selaku Kuasa Pengguna Anggaran merangkap Pejabat Pembuat
Komitmen) sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan alat
kesehatan I untuk kebutuhan Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dari
dana DIPA Revisi APBN Pusat Penanggulangan Krisis Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan Tahun Anggaran 2007[32]
 8 September KPK menahanan tersangka B (pemimpin Tim Pemeriksa BPK-RI di Manado)
dan MM (anggota tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) atas dugaan penerimaan sesuatu atau
hadiah berupa uang dari JSMR Wali Kota Tomohon periode 2005 s.d. 2010 terkait
pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Kota Tomohon Tahun Anggaran (TA) 2007 [33]
 25 Agustus KPK menangkap Kabag Program Evaluasi di Ditjen Pembinaan Pembangunan
Kawasan Transmigrasi (P2KT) Dadong Irba Relawan, Sesditjen P2KT I Nyoman
Suisnaya dan direksi PT Alam Jaya Papua Dharnawati terkait kasus korupsi
di Kemenakertrans, kasus ini juga membuat menakertrans Muhaimin Iskandar dan
menkeu Agus Martowardojo diperiksa.[34][35]
 13 Agustus KPK menahan mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet SEA Games setelah
ditangkap di Cartagena, Colombia pada tanggal 6 Agustus 2011 dan tiba di Jakarta, pada
13 Agustus 2011. Dalam upaya untuk menangkap Muhammad Nazaruddin yang buron,
KPK melayangkan permohonan penerbitan Red Notice pada tanggal 5 Juli 2011
kepada Kepolisian RI yang diteruskan kepada Interpol. Sebelumnya KPK telah melakukan
permintaan pencegahan terhadap Muhammad Nazaruddin kepada Kementerian Hukum
dan HAM pada tanggal 24 Mei 2011.[36]
 1 Juni KPK menangkap tangan seorang hakim Pengadilan Hubungan Industrial Imas
Dianasari di daerah Cinunu, Bandung, Jawa Barat karena menerima uang dari seseorang
berinisial OJ yang diduga merupakan karyawan PT OI.[37]
 2 Juni KPK menangkap tangan Hakim Syarifuddin diduga menerima suap Rp250 juta dari
kurator PT Skycamping Indonesia (PT SCI), Puguh Wirawan. Selain uang Rp250 juta, KPK
juga menemukan uang tunai Rp142 juta, US$116.128, Sin$245 ribu, serta belasan ribu
mata uang Kamboja dan Thailanddi rumah dinas Syarifudin [38]
 2 Juni KPK menangkap basah seorang Hakim pengawas di Pengadilan Niaga Jakarta yang
diduga menerima uang suap di daerah Sunter Jakarta Utara. Dia diduga menerima suap
dari kasus kepailitian.[39]
 22 November Penyidik KPK menangkap tangan jaksa Kasub Bagian pembinaan di
Kejaksaan negeri Cibinong bernama Sisyoto bersama pengusaha E, AB dan satu orang
sopir. Dalam penangkapan itu petugas KPK menemukan uang Rp 100 juta yang diduga
merupakan suap untuk Jaksa Sisyoto.[40]
 11 Desember Kepolisian Thailand menangkap Nunun Nurbaetie, tersangka kasus cek
pelawat yang menjadi buronan internasional. Ia ditangkap di sebuah rumah kontrakan yang
berada di Distrik Saphan Sung, Bangkok, Thailand. Selanjutnya Nunun diserahkan ke KPK
dan diterbangkan ke Indonesia.[41]
2010

 Mantan Mendagri Hari Sabarno, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam
Negeri Oentarto Sindung Mawardi dan Hengky Samuel Daud diselidiki terkait kasus korupsi
pengadaan mobil pemadam kebakaran di 20 provinsi pada 2002-2004.[42]
 30 Maret Sekitar pukul 10.30, KPK menangkap seorang hakim Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara (PT TUN) Jakarta berinisial IB dan pengacara berinisial AS, yang diduga
tengah melakukan transaksi penyuapan di jalan Mardani Raya, Cempaka Putih-Jakarta
Pusat.[43]
2009

 3 September KPK menetapkan status tersangka terhadap bekas Sekretaris Menteri


Koordinator Kesejahteraan Rakyat Sutedjo Yuwono, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik
Kementerian Kesehatan Ratna Dewi Umar, dan mantan Kepala Pusat Penanggulangan
Krisis di Kementerian Kesehatan Rustam Syarifuddin Pakaya dalam kasus korupsi alat
kesehatan berbiaya Rp 40 miliar pada tahun anggaran 2007.[44] Pada 23
Agustus 2011, Sutedjo Yuwono dinyatakan terbukti melakukan korupsi pengadaan alat
kesehatan (alkes) penanggulangan flu burung di Kemenko Kesra pada 2006. Pengadilan
Tipikor menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada Sutedjo.[45]
2008

 16 Januari Mantan Kapolri Rusdihardjo ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua. Terlibat kasus
dugaan korupsi pada pungli pada pengurusan dokumen keimigrasian saat menjabat
sebagai Duta Besar RI di Malaysia. Dugan kerugian negara yang diakibatkan Rusdihardjo
sebesar 6.150.051 ringgit Malaysia atau sekitar Rp15 miliar. Rusdiharjo telah di vonis
pengadilan Tipikor selama 2 tahun.
 14 Februari Direktur Hukum BI Oey Hoey Tiong di Rutan Polda Metro Jaya dan Rusli
Simanjuntak ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua. Kedua petinggi BI ini ditetapkan
tersangka dalam penggunaan dana YPPI sebesar Rp 100 miliar. Mantan Direktur Hukum BI
Oey Hoey Tiong dan mantan Kepala Biro BI Rusli Simanjuntak yang masing-masing empat
tahun penjara.
 10 April Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah ditahan di Rutan Mabes Polri.
Burhanuddin diduga telah menggunakan dana YPPI sebesar Rp 100 miliar. Burhanuddin
sudah di vonis pengadilan tipikor lima tahun penjara,
 27 November Aulia Pohan, besan Presiden SBY. Dia bersama tersangka lain, Maman
Sumantri mendekam di ruang tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa
Barat. Sementara Bun Bunan Hutapea dan Aslim Tadjuddin dititipkan oleh KPK di tahanan
Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Mereka diduga terlibat dalam pengucuran dana
Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp100 miliar.
 2 Maret Jaksa Urip Tri Gunawan ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua dan Arthalita Suryani
ditahan di Rutan Pondok Bambu. Jaksa Urip tertangkap tangan menerima 610.000 dolar AS
dari Arthalita Suryani di rumah obligor BLBI Sjamsul Nursalim di kawasan Permata Hijau,
Jakarta Selatan. Urip di vonis ditingkat pengadilan Tipikor dan diperkuat ditingkat kasasi di
Mahkamah Agung selama 20 tahun penjara. Sedangkan Arthalita di vonis di Tipikor selama
5 tahun penjara.
 12 Maret Pimpro Pengembangan Pelatihan dan Pengadaan alat pelatihan Depnakertrans
Taswin Zein ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Taswin diduga terlibat dalam kasus
penggelembungan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) Depnakertrans tahun 2004 sebesar
Rp 15 miliar dan Anggaran Daftar Isian sebesar Rp 35 miliar. Taswin telah di vonis
Pengadilan Tipikor selama 4 tahun penjara.
 20 Maret Mantan Gubernur Riau Saleh Djasit (1998-2004) ditahan sejak 20 Maret 2008 di
rutan Polda Metro Jaya. Saleh yang juga anggota DPR RI (Partai Golkar) ditetapkan
sebagai tersangka sejak November 2007 dalam kasus dugaan korupsi pengadaan 20 unit
mobil pemadam kebakaran senilai Rp 15 miliar. Saleh Djasit telah di vonis Pengadilan
Tipikor selama 4 tahun penjara.
 10 November Mantan gubernur Jawa Barat Danny Setiawan dan Dirjen Otonomi Daerah
Departemen Dalam Negeri Oentarto Sindung Mawardi ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus Damkar ditahan di rutan Bareskrim Mabes Polri. KPK juga menahan mantan Kepala
Biro Pengendalian Program Pemprov Jabar Ijudin Budhyana dan mantan kepala
perlengkapan Wahyu Kurnia. Ijudin saat ini masih menjabat sebagai Kepala Dinas
Pariwisata Jabar. Selain itu KPK telah menahan Ismed Rusdani pada Rabu (12/12/08).
Ismed yang menjabat staf biro keuangan di lingkungan Pemprov Kalimantan Timur ditahan
di Rutan Polda Metro Jaya. Damkar juga menyeret Ketua Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Kota Depok Yusuf juga ditetapkan sebagai tersangka pada Senin 22 September
2008
 9 April Anggota DPR RI (PPP) Al Amin Nur Nasution dan Sekda Kabupaten Bintan Azirwan
ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Sekda Bintan Azirwan ditahan di Rutan Polres Jakarta
Selatan. Al Amin tertangkap tangan menerima suap dari Azirwan. Saat tertangkap
ditemukan Rp 71juta dan 33.000 dolar Singapura. Mereka ditangkap bersama tiga orang
lainnya di Hotel Ritz Carlton.
 17 April Anggota DPR RI (Partai Golkar) Hamka Yamdhu dan mantan Anggota DPR RI
(Partai Golkar) Antony Zeidra Abidin. Anthony Z Abidin yang juga menjabat Wakil Gubernur
Jambi ditahan di Polres Jakarta Timur, Hamka Yandhu ditahan di Rutan Polres Jakarta
Barat. Hamda dan Anthony Z Abidin diduga menerima Rp 31,5 miliar dari Bank Indonesia.
2007
Bagian ini
memerlukan pengembangan.
Anda dapat membantu
dengan mengembangkannya.
2006
Desember

 27 Desember - Menetapkan Bupati Kutai Kartanegara Syaukani H.R. sebagai tersangka


dalam kasus korupsi Bandara Loa Kulu yang diperkirakan merugikan negara sebanyak Rp
15,9 miliar.Tribun Kaltim
 22 Desember - Menahan Bupati Kendal Hendy Boedoro setelah menjalani pemeriksaan
Hari Jumat (22/12). Hendy ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan
korupsi APBD Kabupaten Kendal 2003 hingga 2005 senilai Rp 47 miliar. Selain Hendy, turut
pula ditahan mantan Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah Warsa Susilo.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-02-22 di Wayback Machine.
 21 Desember - Menetapkan mantan Gubernur Kalimantan Selatan H.M. Sjachriel
Darham sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi penggunaan uang taktis. Sjachriel
Darham sudah lima kali diperiksa penyidik dan belum ditahan.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-
01-23 di Wayback Machine.

Desember 2008, menahan BUPATI Garut 2004-2009 Letkol.(Purn) H. Agus Supriadi


SH, yang tersangkut penyelewangan dana bantuan bencana alam sebesar 10 miliar
negara dirugikan,Bupati Agus dikenakan hukuman 15 tahun penjara dan denda 300
juta.
November

 30 November - Jaksa KPK Tuntut Mulyana W. Kusumah 18 Bulan dalam kasus dugaan
korupsi pengadaan kotak suara Pemilihan Umum 2004.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25
di Wayback Machine.
 30 November - Menahan bekas Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, Eda Makmur.
Eda diduga terlibat kasus dugaan korupsi pungutan liar atau memungut tarif pengurusan
dokumen keimigrasian di luar ketentuan yang merugikan negara sebesar RM 5,54 juta atau
sekitar Rp 3,85 miliar.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25 di Wayback Machine.
 30 November - Menahan Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-
2004. Rokhmin diduga terlibat korupsi dana nonbujeter di departemennya. Total dana yang
dikumpulkan adalah Rp 31,7 miliar.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25 di Wayback Machine.
September

 2 September - Memeriksa Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan selama 11 jam di gedung
KPK. Pemeriksaan ini terkait kasus pembelian alat berat senilai Rp 185,63 miliar oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dianggarkan pada 2003-2004.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-03-13 di Wayback Machine.
Juni

 19 Juni - Menahan Gubernur Kalimantan Timur, Suwarna A.F. setelah diperiksa KPK dalam
kasus izin pelepasan kawasan hutan seluas 147 ribu hektare untuk perkebunan kelapa
sawit tanpa jaminan, di mana negara dirugikan tak kurang dari Rp 440 miliar.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-02-27 di Wayback Machine.
2005

 Kasus penyuapan anggota KPU, Mulyana W. Kusumah kepada tim audit BPK (2005)
 Kasus korupsi di KPU, dengan tersangka Nazaruddin Sjamsuddin, Safder
Yusacc dan Hamdani Amin (2005)
 Kasus penyuapan panitera PT Jakarta oleh kuasa hukum Abdullah Puteh, dengan
tersangka Teuku Syaifuddin Popon, Syamsu Rizal Ramadhan, dan M. Soleh. (2005)
 Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo, dengan tersangka Harini
Wijoso, Sinuhadji, Pono Waluyo, Sudi Ahmad, Suhartoyo dan Triyadi
 Dugaan korupsi perugian negara sebesar 32 miliar rupiah dengan tersangka Theo
Toemion (2005)
 Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005)
2004

 Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik
Pemda NAD (2004). Sedang berjalan, dengan tersangka Ir. H. Abdullah Puteh.
 Dugaan korupsi dalam pengadaan Buku dan Bacaan SD, SLTP, yang dibiayai oleh Bank
Dunia (2004)
 Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004)
 Dugaan penyalahgunaan jabatan oleh Kepala Bagian Keuangan Dirjen Perhubungan Laut
dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp10 miliar lebih. (2004).
Sedang berjalan, dengan tersangka tersangka Drs. Muhammad Harun Let Let dkk.
 Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI
kepada PT Texmaco Group melalui Bank BNI (2004)
 Dugaan telah terjadinya Tindak Pidana Korupsi atas penjualan aset kredit PT PPSU
oleh BPPN. (2004)

Regulasi
Dasar hukum KPK

 UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi Diarsipkan 2006-11-15 di Wayback Machine.
 Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Diarsipkan 2007-01-02 di Wayback
Machine.
 PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Diarsipkan 2007-01-04 di Wayback Machine.
Undang-Undang

 UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari
KKN Diarsipkan 2007-01-03 di Wayback Machine.
 UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Diarsipkan 2007-02-19 di Wayback Machine.
 UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Diarsipkan 2006-12-31 di Wayback Machine.
 UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang Diarsipkan 2007-02-28 di Wayback Machine.
Peraturan Pemerintah

 PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Diarsipkan 2007-01-02 di Wayback Machine.
 PP RI No. 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Diarsipkan 2007-01-01 di Wayback Machine.

Anda mungkin juga menyukai