Anda di halaman 1dari 4

Jakarta -

Kakek Isnardi kini hanya bisa menerawang jeruji sel. Malam-malam


menunggu eksekusi mati ia habiskan ditemani nyamuk di dalam
penjara. Ia tidak menyangka harus dihukum mati karena membawa 3
ban yang berisi 70 kg sabu.

Sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri (PN) Binjai


Nomor 363/Pid.Sus/2019/Pn.Bji yang dilansir website Mahkamah
Agung (MA), Rabu (10/6/2020), Isnardi sehari-hari menggembala 2 ekor
sapi. Hal itu dilakukan untuk menyambung hidupnya di hari tua.

"Isnardi sehari-hari adalah sebagai tukang jaga lembu. Isnardi


berkepribadian baik," kata teman dan tetangga Isnardi, Aswin.

Aswin menjadi saksi yang meringankan bagi Isnardi di pengadilan. Ia


kaget mengetahui Isnardi terseret kasus narkoba karena sehari-hari
Isnardi rajin beribadah.

"Kerjanya hanya menjaga lembu," tutur Aswin.

Dalam pembelaannya, kuasa hukum Isnardi meminta Isnardi diberi


hukuman ringan. Sebab, selain sudah usia lanjut, kakek Isnardi masih
memiliki tanggungan istri yang juga sudah renta. Apalagi, kakek
Isnardi juga sudah uzur dan sakit-sakitan.

"Terdakwa adalah orang baik selama ini," ujar kuasa hukumnya, Eparia
dan Tengku Fitra Yupina.

Kasus bermula saat kakek Isnardi bersama sopir Ali berangkat dari
Babalan menuju Kota Tebing Tinggi dengan Daihatsu Grand Max yang
di dalamnya ada paket ban berisi sabu pada 25 Agustus 2019. Dari
mana ban itu? Adi yang menitipkan.

Saat kakek Isnardi dan Ali melintas di Jalan Megawati, Binjai Timur,
Kota Binjai, anggota kepolisian Ditresnarkoba Polda Sumut
menghentikan laju kendaraan dan dilakukan penggeledahan. Kakek
Isnardi dan Ali tidak berkutik. Keduanya kemudian diadili secara
terpisah.

Pada 23 Maret 2020, kakek Isnardi dihukum mati oleh PN Binjai. Duduk
sebagai ketua majelis, Dedy, dengan anggota Aida Novita dan Tri
Syahriawani Saragih. Hukuman mati ini dikuatkan oleh Pengadilan
Tinggi (PT) Medan pada 20 Mei 2020.

Layakkah kakek yang sudah 74 tahun dihukum mati? Dalam jagat


peradilan, usia lanjut acap kali dijadikan alasan untuk meringankan
hukuman. Salah satunya yang dialami oleh OC Kaligis di tingkat
peninjauan kembali (PK).

MA mengurangi hukuman OC Kaligis dari 10 tahun menjadi 7 tahun


penjara dengan alasan OC Kaligis sudah lanjut usia. Putusan itu
diketok olah Wakil Ketua MA Syarifuddin dengan anggota Surya Jaya
dan LL Hutagalung. Menurut mereka, bila OC Kaligis tetap dihukum 10
tahun penjara, ia baru bisa ke luar penjara di usia 84 tahun.

"Terpidana yang saat ini telah berumur 74 tahun tentu dalam menjalani
masa pemidanaan di Lembaga Pemasyarakatan akan menghadapi
masa-masa sulit dengan berbagai macam penyakit dan penderitaan
fisik dan psikis yang bisa dialami terpidana dan tentu akan
memperburuk kondisi kesehatannya di lembaga pemasyarakatan," ujar
majelis dengan suara bulat

jakarta -
Kakek Isnardi dihukum mati karena mengedarkan 70 kg sabu.
Hukuman ini sesuai dengan tuntutan jaksa. Kakek Isnardi memelas
agar hukumannya diringankan karena sudah renta. Bagaimana
kasusnya?

Berikut ini kronologi kasus kakek Isnardi yang


dikutip detikcom dari Putusan Nomor
598/Pid.Sus/2020/PT.MDN, Senin (8/6/2020):

14 Agustus 2019
Sekitar pukul 09.00 WIB, Kakek Isnardi sedang duduk-duduk di
rumahnya di Dusun Pasar Lebar, Desa Securai Utama, Babalan.
Langkat, Sumut. Kakek Isnardi menerima telepon dari Adi dan
mengajak bergabung mengedarkan sabu. Kakek Isnardi diberi tugas
mencari kendaraan untuk membawa sabu seberat 70 kg. Kakek Isnardi
menyanggupi.
Sekitar pukul 11.00 WIB, Adi ke rumah Kakek Isnardi dan menyerahkan
uang Rp 1,1 juta untuk membeli ban bekas. Ban itu akan digunakan
untuk menyimpan sabu.

15 Agustus 2019
Kakek Isnardi dan Adi ke Pangkalan Brandan membeli ban bekas tiga
buah seharga Rp 900 ribu.

24 Agustus 2019
Sekitar pukul 09.00 WIB, Adi menyerahkan Rp 3 juta untuk uang
menyewa mobil yang akan digunakan ban berisi sabu. Mereka
kemudian memasukkan sabu ke ban bekas.

Pukul 17.00 WIB


Kakek Isnardi bersama sopir Ali berangkat dari Babalan menuju Kota
Tebing Tinggi dengan Daihatsu Grand Max yang di dalamnya ada paket
ban berisi sabu.

Pukul 18.00 WIB


Kakek Isnardi dan Ali melintas di Jalan Megawati, Kec. Binjai Timur,
Kota Binjai. Di saat yang bersamaan, anggota kepolisian Ditresnarkoba
Polda Sumut menghentikan laju kendaraan dan dilakukan
penggeledahan. Kakek Isnardi tidak berkutik.

31 Agustus 2019
Kakek Isnardi mulai meringkuk di sel tahanan. Adapun Adi hingga kini
masih buron.

Jakarta -
Kakek Isnardi dihukum mati karena mengedarkan 70 kg sabu.
Hukuman ini sesuai dengan tuntutan jaksa. Kakek Isnardi memelas
agar hukumannya diringankan karena sudah renta. Bagaimana
kasusnya?

Berikut ini kronologi kasus kakek Isnardi yang


dikutip detikcom dari Putusan Nomor
598/Pid.Sus/2020/PT.MDN, Senin (8/6/2020):

14 Agustus 2019
Sekitar pukul 09.00 WIB, Kakek Isnardi sedang duduk-duduk di
rumahnya di Dusun Pasar Lebar, Desa Securai Utama, Babalan.
Langkat, Sumut. Kakek Isnardi menerima telepon dari Adi dan
mengajak bergabung mengedarkan sabu. Kakek Isnardi diberi tugas
mencari kendaraan untuk membawa sabu seberat 70 kg. Kakek Isnardi
menyanggupi.

Sekitar pukul 11.00 WIB, Adi ke rumah Kakek Isnardi dan menyerahkan
uang Rp 1,1 juta untuk membeli ban bekas. Ban itu akan digunakan
untuk menyimpan sabu.

15 Agustus 2019
Kakek Isnardi dan Adi ke Pangkalan Brandan membeli ban bekas tiga
buah seharga Rp 900 ribu.

24 Agustus 2019
Sekitar pukul 09.00 WIB, Adi menyerahkan Rp 3 juta untuk uang
menyewa mobil yang akan digunakan ban berisi sabu. Mereka
kemudian memasukkan sabu ke ban bekas.

Pukul 17.00 WIB


Kakek Isnardi bersama sopir Ali berangkat dari Babalan menuju Kota
Tebing Tinggi dengan Daihatsu Grand Max yang di dalamnya ada paket
ban berisi sabu.

Pukul 18.00 WIB


Kakek Isnardi dan Ali melintas di Jalan Megawati, Kec. Binjai Timur,
Kota Binjai. Di saat yang bersamaan, anggota kepolisian Ditresnarkoba
Polda Sumut menghentikan laju kendaraan dan dilakukan
penggeledahan. Kakek Isnardi tidak berkutik.

31 Agustus 2019
Kakek Isnardi mulai meringkuk di sel tahanan. Adapun Adi hingga kini
masih buron.

Anda mungkin juga menyukai