Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2807-1190

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PEMERINTAH SEBAGAI


PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA
Penulis : Wiryawan Kresna Wisnu Brata
Institusi : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Email Korespondensi : wkhsajuang@gmail.com


DOI : 10.53947/perspekt.v1i4.191

Abstrak
Gagasan ini menggambarkan bagaimana peran strategi komunikasi politik
pemerintah dalam menyelesaikan konflik Papua yang sudah terjadi begitu lama.
Gagasan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada
pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait penyelesaian konflik Papua.
Kata Kunci: dalam gagasan ini pemerintah belum melihat persoalan-persoalan Papua secara
Komunikasi Politik utuh dan bahkan memaksakan tafsiran/simpulan berdasarkan analisanya sendiri.
Pemerintah Konsep Dialog Papua-Jakarta merupakan tawaran dari gagasan ini agar
Konflik Papua pemerintah dapat memotret Papua secara utuh sampai pada lapisan bawah,
sehingga tidak ada satu pun aspek yang terlewat baik itu Sosial, Budaya,
Ekonomi bahkan aspek Politik. Sehingga diharapkan ke depan Permasalahan-
permasalahan Papua dapat terselesaikan dengan baik dan secara
berkesinambungan.
Abstract

This idea illustrates the role of the government's political communication


strategy in resolving the Papuan conflict that has occurred for so long. This idea
is expected to contribute ideas to the government in making policies related to
Keywords:
the resolution of the Papuan conflict. In this idea, the government has not looked
Political
at the problems of Papua as a whole and has even forced
Communication
interpretations/conclusions based on its own analysis. The concept of the Papua-
Government
Jakarta Dialogue is an offer of this idea so that the government can take a picture
Papuan Conflict
of Papua as a whole down to the lower layers, so that no aspect is overlooked,
be it Social, Cultural, Economic and even Political aspects. So it is hoped that in
the future Papua's problems can be resolved properly and sustainably.

1. PENDAHULUAN persuasi sebagai tindakan komunikasi yang


bertujuan untuk membuat komunikan
Komunikasi politik merupakan
mengadopsi pandangan komunikator
komunikasi persuasi yang selalu dilakukan
mengenai suatu hal atau melakukan suatu
oleh politikus maupun partai politik untuk
tindakan tertentu. Persuasi politik sudah
mencapai tujuan politiknya. Termasuk
menjadi suatu keharusan dalam kehidupan
digunakan sebagai pendekatan oleh
politik. Komunikasi politik merupakan salah
pemerintah dalam mempersuasi masyarakat
satu fungsi politik dalam sistim politik
untuk kepentingan pembangunan di
demokrasi. dimana lembaga-lembaga politik
masyarakat.
dan lembaga masyarakat melakukan
Pace, Peterson dan Burnett (1979; dalam artikulasi politik terhadap aspirasi
Venus, 2007, hlm. 30) mendefinisikan masyarakat, dikomunikasikan dan diagregasi

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 339


ISSN 2807-1190

dalam sistim politik menjadi suatu kebijakan yaitu sikap kelompok-kelompok yang selama
politik Negara, karena lembaga-lembaga rezim Orde baru merasa terjajah, tertekan,
politik dibentuk untuk memberikan input dan tertindas, termarginalisasi dan teraniaya,
penguatan bagi sistem politik, agar proses mereka bangkit kembali melakukan
politik tersebut melahirkan berbagai produk penindasan dengan menghidupkan sentimen
politik seperti kebijakan publik, keputusan Papua Merdeka, mereka memproklamirkan
publik, dan regulasi yang berpihak pada diri dengan melakukan perlawanan terbuka,
kepentingan Civil Society. dengan pengibaran panji-panji Bintang
Kejora dan meneriakkan yel-yel ”Merdeka”.
Demikian pula dalam menyelesaikan
Ibarat teori efek Domino, gerakan ini
kasus-kasus politik berupa konflik vertikal
langsung disambut oleh kelompok-kelompok
maupun horizontal, pemerintah Indonesia
lain di Papua dengan menyuarakan hal yang
sering menggunakan pendekatan komunikasi
sama. Berawal dari pembentukan ”Aliansi
politik dalam rangka mencari solusi dalam
Mahasiswa Papua di Makassar tahun 1999
bentuk kebijakan politik agar tercipta suasana
oleh beberapa mahasiswa asli Papua yang
damai di masyarakat. Apalagi dalam
kuliah di luar Papua di pimpin oleh Viktor
menghadapi tekanan lembaga internasional
Yeimo dkk., maka gerakan perlawanan ini
dengan tuduhan pelanggaran HAM dan
mulai merambah wilayah pegunungan
genosida yang sering dialamatkan kepada
tengah, dan puncaknya tahun 2000 muncul
Pemerintah Republik Indonesia dalam setiap
kelompok yang mengatasnamakan
penanganan konflik di Papua.
”kelompok 100” bertemu Presiden Habibie
Sejak era reformasi paradigma
dan secara terang-terangan meminta agar
kenegaraan berubah dengan euforia
Papua Merdeka. Betapa kagetnya pemerintah
demokrasi, sehingga pendekatan komunikasi
dan Pihak keamanan menangani gerakan ini
politik pemerintah menjadi agak sulit dan
terutama pada masa awal reformasi, sehingga
terkesan tidak berdaya menghadapi tekanan
pendekatan keamanan atas nama kedaulatan
internasional dan tuntutan Masyarakat Papua.
negara pun digunakan, dan akibatnya
Lemahnya komunikasi politik pemerintah
terjadilah konflik Vertikal yang tidak dapat
dapat dilihat dari maraknya aksi penembakan
dihindari. Pada masa Presiden Gusdur,
liar, sehingga direspons oleh aparat TNI/Polri
pemerintah mengambil kebijakan politik
dengan pendekatan keamanan yang represif,
dengan merubah nama provinsi Irian Jaya
disisi lain indikator lemahnya komunikasi
menjadi Provinsi Papua dengan alasan
politik, dapat dilihat dari semakin
budaya, yang bagi peneliti di sinilah letak
terkonsolidasinya gerakan kelompok-
kehebatan seorang Kyai Abdurrahman
kelompok yang anti pemerintah untuk
Wahid (Gusdur) dalam melakukan
melakukan tekanan secara terbuka dengan
komunikasi politik dengan pendekatan
tuntutan ”merdeka”, bahayanya gerakan ini
budaya, dan pada tahun yang sama beliau
sering meluas pada ranah konflik horizontal
memfasilitasi dana penyelenggaraan Kongres
dengan permainan isu SARA, sehingga
Rakyat Papua I.
melahirkan sikap ”inferioritas kompleks”,

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 340


ISSN 2807-1190

Sebenarnya itulah bagian dari langkah masyarakat Papua, sehingga setiap


persuasi pemerintah dalam perspektif masukan/informasi masyarakat diluar
komunikasi politik yang sementara paradigmanya selalu ditolak dan malah
dimainkan presiden, walaupun pada akhirnya dicurigai. Padahal masyarakat Papua sudah
kebijakan Presiden Gusdur ini menuai begitu kuat resistensi dan kecurigaannya
kritikan oleh tokoh-tokoh politik nasional di terhadap produk kebijakan pemerintah,
Jakarta, sehingga muncullah isu pemakzulan termasuk kebijakan Otonomi khusus.
(inpeach) terhadap Presiden Gusdur sampai
Menurut Simmel (dalam Susan, 2009,
beliau akhirnya lengser dari takhta empuk
hlm. 42) “Ketika Konflik menjadi bagian dari
kepresidenan, namun rakyat Papua bangga
interaksi sosial, maka konflik akan
dengan sikapnya sebagai seorang negarawan
menciptakan batasan-batasan antar kelompok
sejati.
dengan memperkuat kesadaran internal yang
Sejak tahun 2009 muncullah fenomena membuat kelompok tersebut ter bedakan dan
baru di masyarakat Papua, sebagai solusi terpisah dari kelompok lain”
penyelesaian konflik di Papua secara
Dalam masa kepemimpinan Jokowi-JK
bermartabat, yaitu gagasan Dialog Jakarta-
ada fenomena politis yang kondusif, memberi
Papua yang di pelopori oleh Pater Dr. Neles
angin segar bagi terciptanya suasana damai
Tebay dan Dr. Muridan S. Wijoyo (alm)
pada masyarakat Papua, hal ini terlihat pada
seorang peneliti dari LIPI yang banyak
saat kedatangan beliau ke Papua bulan Mei
mengabdikan dirinya untuk gerakan
2015 lalu, dalam kunjungan tersebut beliau
perdamaian di tanah Papua. Pertanyaan yang
mengambil kebijakan pemberian Grasi
muncul dari pemerintah saat itu, mengapa
terhadap 5 (lima) Tapol/ Napol dan
harus dialog? Bukankah selama ini
pemberian ijin kepada wartawan asing untuk
pemerintah sudah sering melakukan dialog
melakukan kerja-kerja jurnalistik di tanah
dengan tokoh-tokoh Papua? ternyata
Papua. Ini artinya ada strategi komunikasi
pertanyaan yang sama kembali muncul ketika
politik yang perlu diamati, dikaji, dan
Jokowi berkunjung ke Papua bulan Mei 2015,
dianalisa sebagai role model bagi seorang
namun yang dibutuhkan orang Papua bukan
pemimpin bangsa ini ke depan. Sebagai
dialog orang per orang, apalagi hasilnya
seorang sipil ternyata Jokowi lebih berani
sampai saat ini belum maksimal, belum ada
mengambil langkah-langkah tidak popular
langkah-langkah positif kearah penyelesaian
demi menjawab aspirasi masyarakat.
konflik.
Gagasan ini dibuat nantinya diharapkan
Selama ini banyak anggapan dari mampu memberikan sumbangan pemikiran
masyarakat Papua bahwa pemerintah dinilai bagi pemerintah dalam mengatasi konflik
sangat sepihak dalam memotret persoalan di Papua melalui strategi komunikasi politik dan
Papua serta memberi tafsir/simpulan tentunya sebagai khazanah wawasan bagi
berdasarkan dengan analisanya sendiri. pembaca lainnya.
Paradigma pemerintah dan TNI inilah yang
selalu dipaksakan menjadi paradigma

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 341


ISSN 2807-1190

2. PEMBAHASAN pola komunikasi, baik sebagai penyebab


maupun sebagai akibat.
KONSEP DIALOG PAPUA-JAKARTA.
Dalam Ilmu komunikasi, peranan Pada masyarakat bangsa yang majemuk,

komunikasi efektif sangat penting untuk peran komunikasi politik Pemerintah akan

menghindari terjadinya misskomunikasi. dihadang oleh berbagai persoalan sosial,

Sedangkan misskomunikasi sendiri terjadi yang lahir ditengah keberagaman

sebagai akibat dari komunikasi yang tidak masyarakat. Hal itu mengandung arti bahwa

efektif. Dalam interaksi komunikasi dengan komunikasi politik pemerintah akan bermain

masyarakat adat di Papua, kemungkinan pada kepentingan yang selalu berubah-ubah

terjadinya misskomunikasi tersebut tidak bisa sesuai isu-isu dan letupan-letupan sosial yang

dihindari akibat perbedaan cara pandang masif terjadi di berbagai daerah seperti di

budaya dan adat istiadat. Apalagi pada Papua, sehingga tidak jarang isu-isu tersebut

masyarakat yang tingkat pendidikannya meluas menjadi konsumsi publik dan bahkan

sangat rendah atau malah tidak pernah menjadi isu internasional, yang melemahkan

sekolah. Dari aspek interaksi dengan posisi tawar pemerintah dalam kancah politik

masyarakat Papua sebagai komunikan, luar negeri. Dilihat dari rumusan diatas maka

misskomunikasi juga dapat dipicu oleh komunikasi menjadi penting terutama dalam

kondisi lingkungan, situasi dan kondisi menyelesaikan konflik politik yang bersifat

masyarakat yang majemuk (plural) secara vertikal di Papua, karena menyangkut suatu

budaya, agama, dan kelompok sosial. Dalam kebijakan dan sikap politik pemerintah yang

kehidupan politik sering dijumpai mendasar dalam melihat fenomena konflik

sekelompok orang, organisasi, dan juga yang sudah terjadi begitu lama. dan sudah

kelompok politik yang bereaksi terhadap berdampak pada lumpuhnya pembangunan

suatu keputusan atau kebijakan pemerintah masyarakat.

dengan sikap tidak mengerti, tidak mau Demikian halnya, koordinasi dan
mengerti, sulit mengerti dan tidak bisa pengendalian individu dalam peran-peran
mengerti. Sikap demikian boleh jadi organisasi yang berbeda memerlukan
merupakan efek dari komunikasi pemerintah pengkomunikasian informasi dan penyebaran
yang kurang efektif. pesan. Jadi, dapat ditegaskan, suatu pola

Menurut Almond dan Verba (1963, hlm. sosialisasi dalam membangun kekuatan

152) bahwa “Komunikasi Politik merupakan organisasi membutuhkan perubahan dalam

fungsi sistem yang mendasar (basic function pendekatan komunikasi”, termasuk

of the system) dengan konsekuensi yang organisasi negara-bangsa. Perubahan

banyak untuk pemeliharaan ataupun menjadi suatu keniscayaan ketika kebuntuan

perubahan dalam kebudayaan politik dan suatu pendekatan selalu berulang-ulang

struktur politik sebuah bangsa. siapa saja sehingga menimbulkan sikap ketidakpastian

tentunya dapat mengasumsikan bahwa semua dan kekecewaan. Bagaimana menyatukan

perubahan penting dalam sistem politik, pemahaman antara simbol-simbol budaya ini

karena menyangkut perubahan dalam pola- dengan pemerintah melalui komunikasi

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 342


ISSN 2807-1190

politik yang intens dan bermartabat. efektif pada masyarakat Papua. Selanjutnya
Bagaimana membangun kesadaran bersama adalah ketika pemerintah telah mampu
bahwa kedamaian di tanah ini diatas segala- melihat secara utuh dan menggunakan
galanya. Dalam ilmu komunikasi, terjadinya perspektif Papua baik itu secara sosial
interaksi komunikasi dua arah merupakan Ekonomi Budaya maupun secara Politik
bagian dari efektivitas internalisasi isi pesan diharapkan akan melahirkan program
kepada komunikan, dan untuk merealisasikan kebijakan pembangunan yang tepat.
itu, maka, pemerintah selaku pemegang
otoritas negara perlu menghindari pola 3. KESIMPULAN
pemaksaan ide dan gagasan. memperlakukan Permasalahan konflik Papua harus segera
orang Papua sebagai pemegang kedaulatan diantisipasi atau paling tidak meminimalisir
adalah bagian dari masyarakat Indonesia seminim mungkin demi keutuhan Negara
yang harus dibina, dibangun, dan Kesatuan Republik Indonesia, konsep Dialog
disejahterakan. Sehingga ketika terjadi Papua-Jakarta adalah jalan yang paling
umpan balik (feeckback) dalam hal ini sikap memungkinkan karena dianggap dapat
masyarakat, sebagai interaksi komunikasi melihat atau memotret secara utuh apa
haruslah disikapi dengan bijak. sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya

Dalam kaitannya dengan konflik Papua diinginkan oleh masyarakat Papua karena

dan keinginan untuk memisahkan diri dari untuk memahami masalah dalam lingkungan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sosial-budaya masyarakat bukanlah perkara

pemerintah dipandang perlu melakukan yang mudah, karena sangat luas dan

konsep Dialog Papua-Jakarta, dialog yang kompleks wilayah kajiannya. tapi walaupun

dimaksudkan disini adalah dialog secara utuh demikian, yang menjadi penting dalam

dengan melibatkan seluruh lapisan akar melakukan pendekatan adalah dengan selalu

rumput sehingga pemerintah diharapkan menggunakan perspektif Papua, seperti

dapat melihat atau memotret secara utuh apa komunikasi politik dalam perspektif Papua.

sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya sehingga selaras dengan kebijakan

diinginkan oleh masyarakat Papua karena pembangunan Papua yang akan diambil oleh
untuk memahami masalah dalam lingkungan pemerintah. Sehingga diharapkan kedepan
sosial-budaya masyarakat bukanlah perkara Permasalahan-permasalahan Papua dapat

yang mudah, karena sangat luas dan terselesaikan dengan baik dan secara

kompleks wilayah kajiannya. tapi walaupun berkesinambungan.


demikian, yang menjadi penting dalam
4. REFERENSI
melakukan pendekatan adalah dengan selalu
menggunakan perspektif Papua, seperti Almond, G. A., & Verba, S. (1963). The civic
culture: Political attitudes and
komunikasi politik dalam perspektif Papua.
democracy in five nations. Princeton
Kondisi inilah yang menurut kami menjadi University Press.
salah satu titik lemah pendekatan pemerintah
Bhakti, I. N. (2005). Hak Menentukan Diri
dalam melakukan komunikasi politik yang Sendiri Jenis Baru di Papua: Pilihan
Antara Kemerdekaan dan Otonomi.

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 343


ISSN 2807-1190

Dalam D. F. Anwar (Ed.), Konflik Perang Rahasia di Papua Barat.


Kekerasan Internal (hlm. 255–256). Elsam.
Obor.
Pace, R. W., Peterson, B. D., & Burnett, M.
Cholil. (1971). Sejarah Operasi-Operasi D. (1979). Techniques for effective
Pembebasan Irian Barat. Puserjarah communication. Addison-Wesley.
ABRI–Dephankam.
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi
Deplu RI. (1998). Sejarah Kembalinya Irian Kualitatif. Lkis Pelangi Aksara.
Jaya ke Pangkuan Republik
Indonesia. Deplu RI. Susan, N. (2009). Sosiologi Konflik&Isu-Isu
Konflik Kontemporer. Kencana
Elisabeth, A., & Widjojo, M. S. (2004). Prenada Media Group.
Pemetaan Peran dan Kepentingan
Aktor dalam Konflik di Papua. Lipi. Tebay, N. K. (1999). Orang Papua Menuju
Kepunahan. Kelompok Studi Gaise,
Irian Barat dari Masa ke Masa, Sejarah Keuskupan Bandung dan Lembaga
MiliterKodam XVIII Tjendrawasih. Penelitian Universitas Katolik
(1971). Puserjarah ABRI. Parahiyangan, Bandung.

Kambai, Y. (2003). Gerakan Papua Merdeka Uchjana, O. (2001). Ilmu Komunikasi Teori
di Bawah Bayang-Bayang Mega-Haz. dan Praktek. Remaja Rosdakarya.
ELSHAM.
Venus, A. (2007). Manajemen Kampanye:
Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM Panduan Teoretis dan Praktis dalam
tentang Permasalahan HAM di Papua Mengefektifkan Kampanye
(Wamena dan Wasior). (2003). Komunikasi. Simbiosa Rekatama
Komnas HAM. Media.

Matulessy, A. (2003). Gerakan Mahasiswa. Widjojo, M. S. (2005). Separatisme—Hak


Wineka Media. Asasi Manusia – Separatisme: Siklus
Kekerasan di Papua, Indonesia. Jurnal
Osborne, R. (2001). Kibaran Sampari: HakAsasi Manusia Dignitas, III(1).
Gerakan Pembebasan OPM dan

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 344

Anda mungkin juga menyukai