Oleh :
MUSTOFA / 1964290004
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Focus Makalah
3. Pertanyaan Makalah
4. Tujuan Makalah
5. Manfaat Makalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi
a. Propaganda
b. Politik
c. Propaganda Politik
d. Sistem Politik Indonesia
2. Kajian Teori
1. Teori Interaksionalisme Simbolik
2. Teori Dramaturgis
3. Paradigma Konstruktivis
4. Tujuan Propaganda
5. Jenis-jenis Propaganda
6. Teknik-teknik Propaganda
7. Studi Kasus
a. Propaganda Era Ordebaru
b. Propaganda Era Habibi
c. Propaganda Era Reformasi
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini yang membuat kelompok radikal dan separatis sangat membenci Soeharto.
Maka di saat krisis moneter terjadi secara menyeluruh di Asia Tahun 1998, situasi
ini dimanfaatkan kelompok radikal dan separatis merangkul kelompok nasional,
untuk menggulingkan Soeharto, dengan tujuan dan agenda masing-masing.
Rakyat kemudian dibuat benci terhadap Soeharto, sehingga rakyat mau
mendukung rencana kelompok radikal, separatis dan nasionalis. Tentu harus
dibuat sesuatu yang dapat membuat rakyat benci terhadap Soeharto.
Untuk memenuhi pangsa pasar maka isu propaganda yang diusung, Soeharto
adalah pemimpin yang diktator, korupsi, kolusi dan nepotisme. Isu yang
dihembuskan tersebut berhasil menyulut amarah rakyat pada saat itu, sehingga
Soeharto lengser dari kekuasaannya.
Kalau mau, kala itu Soeharto bisa saja mengeluarkan Perppu untuk
memaksa kekuatan militer dan kepolisian untuk mengamankan situasi yang tidak
kondusif demi mempertahankan jabatannya sebagai Presiden.
Akan tetapi, Soeharto tidak melakukan hal tersebut sebagai bentuk rasa sayangnya
terhadap rakyat Indonesia secara menyeluruh dan Ibu Pertiwi. Beliau lebih
memilih mundur dengan baik sesuai konstitusi, sikap Soeharto ini menunjukkan
sikap yang bijaksana dan jiwa kesatria kepada seluruh rakyat dan patut kita
teladani.
2. Fokus Makalah
Adapun masalah yang menjadi fokus makalah ini adalah bagaimana Teknik
Propaganda politik di Indonesia, pada era orde baru dan era reformasi. Teori
yang digunakan adalah Teori Interaksionalisme Simbolik dan Teori Dramaturgi. Konten
makalah ini adalah Teknik propaganda politik. Makalah ini akan dilakukan
secara kualitatif, dengan menggunakan paradigma konstruktivis.
3. Pertanyaan Makalah
1. Bagaimana teknik propaganda politik di era orde baru dan era reformasi?
2. Mengapa memilih propaganda politik di era orde baru dan era reformasi?
4. Tujuan Makalah
5. Manfaat Makalah
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang Definisi, Kajian Teori, Tujuan
Propaganda, Jenis Propaganda, Teknik-teknik Propaganda, dan Studi Kasus.
1. Definisi.
A. Propaganda
Propaganda adalah Komunikasi yang digunakan oleh suatu
kelompok terorganisir yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif
dalam tindakan-tindakan suatu massa, terdiri atas individu-individu,
dipersatukan secara psikologis memalui manipulasi psikologis dan
digabungkan di dalam suatu organisasi Dan Nimmo (1993).
B. Politik
Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani,
yakni polis yang berarti kota yang berstatus negara kota (city state). Dalam
negarakota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai
kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam hidupnya. Politik
yang berkembang di Yunani kala itu dapat ditafsirkan sebagai suatu proses
interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai kebaikan
bersama. Pemikiran mengenai politik pun khususnya di dunia barat banyak
dipengaruhi oleh filsuf Yunani Kuno. Filsuf seperti Plato dan Aristoteles
menganggap politics sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat
politik (polity) yang terbaik. Namun demikian, Dalam perkembangannya,
para ilmuwan politik menafsirkan politik secara berbeda-beda sehingga
varian definisinya memperkaya pemikiran tentang politik.
C. Propaganda Politik
2. Kajian Teori
3. Paradigma Konstruktivis
2. Memanipulasi Emosi.
5. Jenis-jenis Propaganda
6. Teknik-teknik Propaganda
1. Name calling. Teknik ini memberi cap buruk pada individu, kelompok,
bangsa, ras, kebijakan-kebijakan, para praktisi, kepercayaan, dan cita-cita
tertentu. Tujuan dari teknik ini adalah agar pembaca atau pendengar dapat
menolak atau mengutuk objek dari propaganda tersebut. Propagandisnya
berusaha membangkitkan kebencian dan ketakjuban masyarakat terhadap
sesuatu.
6. Plain Folkz. Teknik semacam ini adalah dilakukan dengan usaha merakyat
dan menyederhana guna merebut kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini
para politisi, pemimpin suatu organisasi, usahawan, pejabat-pejabat negara
atau bahkan guru tampil di tengah-tengah masyarakat seolah-olah sebagai
bagian dari masyarakat itu sendiri.
7. Band Wagon technique. Teknik yang bertujuan untuk membuat orang agar
mengikuti tindakan banyak orang yang sudah sesuai dengan kehendak
pembuat propaganda.
7. Studi Kasus
A. Propaganda Era Soeharto di Era Orde Baru
Sejak kekuasaan Era Soeharoto atau Era Orde Baru yang pernah
dilakukan sebagai propaganda politik di Indonesia antara lain :
Demi opini publik, demi meraih simpati berbuah kursi, hukum pun tak
mengapa “dikompromikan”.
Sejarah sendiri mencatat, reformasi apa pun dan di mana pun dengan
mengeskpose kejelekan pemerintah selalu ditunggangi hawa nafsu-hawa
nafsu kekuasaan. Lihatlah di Indonesia, para tokoh yang diagung-agungkan
sebagai pencetus bahkan lokomotif reformasi nyatanya justru saling berebut
menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Propaganda Politik dan orde apa pun bukanlah kayu arang yang
kemudian dengan mudahnya diganti emas. Sejelek apa pun penguasa, itu
jauh lebih baik daripada kita di tengah situasi chaos. sebagaimana
dikatakan, apa yang diperbaiki oleh penguasa lebih banyak daripada yang
mereka rusak.
Partai politik dan politisi telah menemukan media baru yaitu Twitter yang
menemukan cara baru dalam mengelola dan menyebarluaskan pandangan dan
informasi politik. Kontrol informasi merupakan upaya yang paling penting untuk
kekuatan politik dalam mengelola opini publik dan mempertahankan kontrol
publik (Tumber, 1993). Garth Jowett dan Victoria O'Donnell menjelaskan,
propaganda adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk
persepsi, memanipulasi kognisi, dan perilaku langsung untuk mencapai tanggapan
yang lebih baik dari maksud yang diinginkan dari propagandis (1992: 4).
BAB III
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Propaganda politik di indonesi, Era Ore baru, era Habibie, era Reformasi.
Tujuannya untuk mempengaruhi opini publik terhadap suatu isu tertentu.
Perubahan pendapat umum itu bisa positif bisa juga negatif. Berdasarkan
sifatnya propaganda dibagi menjadi tiga jenis, teknik propaganda yang
digunakan Name calling. (Teknik ini memberi cap buruk pada individu,
kelompok, bangsa, ras, kebijakan-kebijakan, para praktisi, kepercayaan, dan
cita-cita tertentu. Tujuan dari teknik ini adalah agar pembaca atau pendengar
dapat menolak atau mengutuk objek dari propaganda tersebut. Propagandisnya
berusaha membangkitkan kebencian dan ketakjuban masyarakat terhadap
sesuatu).
Fenomena Partai Politik yang hadir di Indonesia, sering kali menjadi hal
yang harus di hindari. Mengingat banyak dampak negatif daripada positifnya
yang dihasilkan dari propaganda politik, membuat kita perlu ikut serta dalam
menyikapinya. Era Habibie merupakan salah satu kemunduran atau ketidak
sempurnaan dari demokrasi Indonesia. Era Orde baru telah mempropagada
pola pikir masyarakat Indonesia, merupakan sebuah tantangan besar demi
terwujudnya demokrasi yang bermartabat, Era Reformasi sebagai era
keterbukaan, kebebasan, ataupun era demokrasi. Namun sejatinya jika kita mau
sejenak merenung, di balik era-era yang dianggap sebagai nilai-nilai positif itu,
reformasi yang dicitrakan untuk Indonesia yang lebih baik, justru menyisakan
setumpuk persoalan dan ekses-ekses negatif yang terus dirasakan masyarakat
hingga kini, khususnya yang menyangkut eksistensi sosial budaya dan agama.
b. SARAN
lrawanto, Budi. 2004. Film Propaganda: Ikonografi Kekuasaan dalam llmu Sosial
& llmu Politik. Jurnal Vol.8, No.1.
Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina. 2010. Komunikasi Politik. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada
Media Group.
https://www.teropongsenayan.com/106322-orde-baru-lebih-baik-dari-reformasi