Disusun oleh:
Nurlaila Azzahro (11190510000214)
M. Zildan Pasyha (11190510000215)
Taufik Aidil Putera (11190510000216)
Hadiratussaleha (11190510000226)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang teori pers authoritarianism
dan teori libetarian. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini
selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk
lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................8
3.2 SARAN...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Fred S. Siebert teori otonter menyatakan bahwa hubungan media
massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi-asumsi filsafati yang mendasar
tentang manusia dan negara. Dalam hal ini tercakup, (1) sifat manusia, (2) sifat
masyarakat, (3) hubungan antara manusia dan negara, dan (4) masalah filsafati
yang mendasar, sifat pengetahuan dan sifat kebenaran.
Teori otoriter mengenai fungsi dan tujuan masyarakat menerima dalil-dalil
yang menyatakan bahwa pertama-tama seseorang hanya dapat mencapai
kemampuan secara penuh jika ia menjadi anggota masyarakat. Sebagai individu
lingkup kegiatannya benar-benar terbatas, tetapi sebagai anggota masyarakat
kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan dapat ditingkatkan tanpa batas. Atas
dasar asumsi inilah, kelompok lebih penting daripada individu, karena hanya
melalui kelompok seseorang dapat mencapai tujuannya.
Teori tersebut telah mengembangkan proporsi bahwa negara sebagai
organisasi kelompok dalam tingkat paling tinggi telah menggantikan individu
dalam hubungannya dengan derajat nilai, karena tanpa negara seseorang tak
berdaya untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia beradab. Ketergantungan
seseorang pada negara untuk mencapai peradaban telah menjadi unsur utama bagi
sistem otoriter. Saat ini penyesoran, baik oleh pemerintahan maupun swasta,
masih hidup dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk ynag
menyatakan menganut demokrasi, misalnya perselisihan yang sering terjadi antara
wartawan dengan pemerintahan singapura yang terkenal dengan kontrol media
yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada
progtam dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall Street Journal, Far Eastern
Economic Review, dan International Hkerald Tribun merupakan harian yang
pernah berselisihan dengan pemerintah Singaputam dan harus membayar denda
serta menghadapi kontrol yang ketat.
2. Kelebihan Teori Otoriter
Konflik dalam masyarakat cenderung berkutan karena adanya pengawasan
hal-hal yang dianggap dapat menggocangkan masyarakat.
Mudah membentuk penyeragaman/ integritas dan consensus yang diharapkan
pada negara sedang menbangun yang memerlukan kestabilan.
4
3. Kekurangan Teori Otoriter
Adanya penekanan terhadap keinginan untuk bebas mengemukakan
pandangan/ pendapat.
Mudah terjadi pembredelan penerbitan media yang cenderung
menghancurkan suasana kerja dan lapangan penghasilan yang telah mapan.
Tertutupnya kesempatan untuk berkreasi
5
Dalam teori Libertarian, pers bukan instrumen pemerintah, melainkan
sebuah alat untuk menyajikan bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi
landasan bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan
sikap terhadap kebijaksanaannya. Dengan demikian, pers seharusnya bebas dari
pengawasan dan pengaruh pemerintah. Agar kebenaran bisa muncul, semua
pendapat harus dapat kesempatan yang sama untuk didengar, harus ada pasar
bebas pemikiran pemikiran dan informasi. Baik kaum minoritas maupun
mayoritas, kuat maupun lemah, harus dapat menggunakan pers.
Dalam hubungannya dengan kebebasan pers (media massa), teori libertarian
beranggapan bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya
untuk membantu manusia dalam usahanya mencari kebenaran. Manusia
memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan pikiran-pikiran yang
hanya dapat secara efektif diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers
(Rachmadi, 1990: 34-35).
Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social respon sibility theory, dan
merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan posisi
manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan
diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan pers dianggap
partner dalam mencari kebenaran. Pers dalam negara yang menganut paham
libertarianisme harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran dan bukan
sebagai alat pemerintah. Pers dituntut untuk mengawasi pemerintah. Maka lahir
istilah pers sebagai The Fourth Estate atau pilar kekuasaan keempat setelah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Oleh karenanya pers harus bebas dari
pengaruh dan kendali pemerintah. Oleh karena itu, John Keane-Media
Democracy ((1991) dalam Baran & Davis, 2012: 103) menyatakan setidaknya
harus ada 3 konsep fundamental dalam kebebasan pers:
Teologi: memberikan forum bagi masyarakat untuk menilai baik dan buruk.
Kebebasan individu: kebebasan pers merupakan yang terkuat, setidaknya
kebebasan dari elit politik.
Kebenaran: kebohongan dan hal-hal yang salah harus dilawan, suatu
gagasan harus dapat diperdebatkan dan diuji, jika tidak hal itu hanya akan
menjadi dogma.
6
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Libetarian
Ciri pers liberal yang memiliki kebebasan publikasi dari penyensoran dan
tidak adanya batasan hukum dalam mencari berita menjadikannya sebagai
kelebihan sekaligus kekuarangan. Berikut ini rangkuman kekurangan dan
kelebihan pers liberal (dalam Baran & Davis, 2012: 120):
1) Kelebihan :
Media memiliki kebebasan
Menghindari control pemerintah terhadap media
2) Kekurangan :
Sangat optimis bahwa media dengan sadar memiliki tanggung jawab
Sangat optimis bahwa tiap individu memiliki rasionalitas dan etikanya sendiri
Mengabaikan konflik yang muncul dari kebebasan mencari kebenaran (misal,
kebebasan pers vs. Ruang privat)
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
“Pers” dalam konteks ini merupakan usaha percetakan dan penerbitan, usaha
pengumpulan dan penyiaran berita, penyiaran berita melalui surat kabar, majalah,
dan radio, atau orang yang bergerak dalam penyiaran berita, dan juga berarti
medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Dalam teori pers otoriter, fungsi pers hanya sekadar menyampaikan apa yang
diingin penguasa, untuk diketahui oleh rakyat. Posisi negara sangat sentral, dan
pers menjadi alat untuk menopang dan mempertahankan kekuasaan.Pers liberal
beranggapan bahwa pers itu harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya, hal
ini bertujuan untuk membantu manusia dalam mencari kebenaran.
3.2 Saran
Masing-masing dari kedua pers ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sendiri, keduanya digunakan berdasarkan tujuan dan fungsinya. Dari pemakalah
sendiri menggunakan teori pers sendiri haruslah bijak dan tepat sasaran
berdasarkan kemanfaatan dalam pengimplementasiannya. Pers dengan demikian
dapat menjadi ukuran atas kebebasan yang dimiliki oleh manusia, sebenarnya pers
memiliki peran penting dalam menopang sejarah bangsa dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Soviet Communist Concept of What the Press Should Be and Do. Chicago:
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/ragam/article/view/483/408
http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/junetmedia/article/download/
446/437