Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Teori Pers Authoritarian dan Pers Libetarian


(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi Massa)

Dosen Pengampu: Dr. Roudhonah, M.Ag.

Disusun oleh:
Nurlaila Azzahro (11190510000214)
M. Zildan Pasyha (11190510000215)
Taufik Aidil Putera (11190510000216)
Hadiratussaleha (11190510000226)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang teori pers authoritarianism
dan teori libetarian. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini
selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk
lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Tangerang Selatan, Oktober 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................1
1.3 TUJUAN..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Authoritarianism Media Theory (Pers Otoriter)..............................................3


1. Pengertian Teori Authotarian.....................................................................3
2. Kelebihan Teori Otoriter............................................................................4
3. Kekurangan Teori Otoriter.........................................................................5
2.2 Liberian Media Theory....................................................................................5
1. Pengertian Teori Libetarian......................................................................5
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Libetarian...........................................7

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................8
3.2 SARAN...........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman otoriter pers dikekang oleh pemerintah, karena pada saat itu
jurnalisdipaksa patuh dan tidak boleh mengkritisi apa yang menjadi kebijakannya.
Media diwajibkan mendukung keputusan tersebut dengan cara mensosialisasikan
ke publik. Media yang membantah otomatis akan dicabut izin pernerbitannya.
Bukan hanya itu, wartawan yang melakukan peliputan yang merugikan
pemerintah akan dijebloskan ke penjara. Indonesia mengalami sistem pers jenis
ini saat pemerintahan Rezim Soeharto. Saat itu semua kegiatan Pers diatur oleh
pemerintah dan mereka juga harus mendukung apa yang dikehendaki. Bahkan,
bukan hanya pers umum saja, sampai pers mahasiswa saat itu juga terkena
imbasnya. Namun, Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pers
tidak dikekang lagi karena mereka sudah melewati beberapa zaman diantaranya
adalah pers bebas, pers bertanggung jawab sosial, dan masih ada beberapa zaman
lagi (Kusumaningrat dan Kusumaningrat 2006: 19). Pengertian pers dibagi
menjadi dua yaitu luas dan sempit. Pers dalam arti sempit adalah yang
menyangkut kegiatan komunikasi dengan perantara barang cetakan.
Pemerintah berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan tentang
peraturan pers. Iklan berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi karena
suntikan dana yang diperoleh media kebanyakan dari iklan. Media massa hadir
sebagai bisnis demi mendapatkan keuntungan dari khalayak dan pengiklan. Laba
yang diperoleh tersebut tidak hanya digunakan untuk biaya produksi saja. Pemilik
media yang terlindungi dari persaingan bisa memilih membelanjakan, atau tidak,
bunga ekonominya pada proyek yang kurang menguntungkan, seperti propaganda
politik (WBI 2006 : 215).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu teori Authoritarian?


2. Apa Kelebihan dan kekurang teori Authoritarian?
3. Apa itu teori Libetarian?
4. Apa Kelebihan dan Kekurangan teori Libetarian?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu teori authoritarian


2. Untuk mengetahui klebihan dan kekurangan dari teori authoritarian
3. Untuk mengetahui apa itu teori libetarian
4. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari teori libetarian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Authoritarianism Media Theory (Pers Otoriter)

1. Pengertian Teori Authoritarian


Teori otoritarian merupakan teori normative yang menempatkan semua bentuk
komunikasi dibawah kontrol edit pemerintah/otoritas. Teori ini pada mulanya
berkembang dinegara-negara monarki di Eropa, dimana kerajaa dan gereja
merupakan otoritas tertinggi di suatu negara. Aplikasi teori ini dimulai pada abad
ke 16 di Inggris, Perancis, dan Spanyol, yang pada zaman berikutnya meluar ke
Rusia, jerman, jepang, dan negara-negara lain di Asia dan Amerika Latin.
Pada mulanya teori ototarian ingin menciptakan kondisi ideal melalui
informasi yang disaring oleh pemegang otoritas (pada umumnya raja/petinggi
negara atau pihak yang diatur dalam peraturan sebagai praktisi media) dengan
tujuan melindungi dan memelihara tatanan sosial (Baran & Davis, 2012: 102).
Namun pada perkembangannya, pers ototarianisme menjadi suatu bentuk
perangkat penekanan dan ketertundukan kepada pemerintah. Di dalam teori ini
sensor dan hukuman dari pedoman yang telah ditetapkan berlaku untuk hal hal
yang sifatnya politis atau segala sesuatu yang memiliki ideologi yang jelas.
Model komunikasi yang terjadi pada paham otoriterisme adalah komunikasi
satu arah. Dalam menjalankan tugasnya baik dalam menyampaikan gagasan,
pemikiran, dan peas am orang otoritian hanya mengenal satu bentuk komunikasi,
yaitu intruksi. Bentuk komunikasi yang persuasif untuk meyakinkan, dinilai
menghabiskan waktu dan tidak efisien. Meski kebebasan bersuara dibatasi, namun
selama pandangan (termasuk kaum minoritas) yang dikemukakan tidak
mengancam pemerintahan masih diperbolehkan.
Teori otoriter yang acap kali disebut pula sistem otoriter berkaitan erat dengan
sistem pengawasan terhadap media massa yang daya pengaruhnya dinilai amat
kuat, sehingga pers dijuluji the fourth estate (kekuasaan keempat) dan radio siaran
dijuluku the filth estate (kekuasaan kelima) setelah lembaga legislative, eksekutif,
dan yudikatif, masing-masing diakui sebagai kekuasaan pertama, kedua, ketiga.

3
Menurut Fred S. Siebert teori otonter menyatakan bahwa hubungan media
massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi-asumsi filsafati yang mendasar
tentang manusia dan negara. Dalam hal ini tercakup, (1) sifat manusia, (2) sifat
masyarakat, (3) hubungan antara manusia dan negara, dan (4) masalah filsafati
yang mendasar, sifat pengetahuan dan sifat kebenaran.
Teori otoriter mengenai fungsi dan tujuan masyarakat menerima dalil-dalil
yang menyatakan bahwa pertama-tama seseorang hanya dapat mencapai
kemampuan secara penuh jika ia menjadi anggota masyarakat. Sebagai individu
lingkup kegiatannya benar-benar terbatas, tetapi sebagai anggota masyarakat
kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan dapat ditingkatkan tanpa batas. Atas
dasar asumsi inilah, kelompok lebih penting daripada individu, karena hanya
melalui kelompok seseorang dapat mencapai tujuannya.
Teori tersebut telah mengembangkan proporsi bahwa negara sebagai
organisasi kelompok dalam tingkat paling tinggi telah menggantikan individu
dalam hubungannya dengan derajat nilai, karena tanpa negara seseorang tak
berdaya untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia beradab. Ketergantungan
seseorang pada negara untuk mencapai peradaban telah menjadi unsur utama bagi
sistem otoriter. Saat ini penyesoran, baik oleh pemerintahan maupun swasta,
masih hidup dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk ynag
menyatakan menganut demokrasi, misalnya perselisihan yang sering terjadi antara
wartawan dengan pemerintahan singapura yang terkenal dengan kontrol media
yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada
progtam dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall Street Journal, Far Eastern
Economic Review, dan International Hkerald Tribun merupakan harian yang
pernah berselisihan dengan pemerintah Singaputam dan harus membayar denda
serta menghadapi kontrol yang ketat.
2. Kelebihan Teori Otoriter
 Konflik dalam masyarakat cenderung berkutan karena adanya pengawasan
hal-hal yang dianggap dapat menggocangkan masyarakat.
 Mudah membentuk penyeragaman/ integritas dan consensus yang diharapkan
pada negara sedang menbangun yang memerlukan kestabilan.

4
3. Kekurangan Teori Otoriter
 Adanya penekanan terhadap keinginan untuk bebas mengemukakan
pandangan/ pendapat.
 Mudah terjadi pembredelan penerbitan media yang cenderung
menghancurkan suasana kerja dan lapangan penghasilan yang telah mapan.
 Tertutupnya kesempatan untuk berkreasi

2.2 Libetarian Media Theory (Pers Liberal)


1. Pengertian Teori Libetarian
Teori pers libertarian ini berangkat dari sebuah konsep, yaitu liberal dan
kebebasan. Liberal yang memainkan konsep mekanisme pasar dan pemerintah
tidak jauh mengintervensi. Konsep liberal ini yang menjadi cikal bakal adanya
teori pers libertarian ini. Konsep liberal itu jika diimplementasikan ke dalam
pers menjadi sebuah teori pers libertarian. Tokoh paham liberal yang terkenal
adalah Niccolò Machiavelli.
Paham libertarianisme muncul sebagai reaksi penolakan terhadap paham
otoriterisme pada akhir abad ke-17. Kaum libertarian berpendapat bahwa sifat
alami individu untuk mencari kebenaran untuk mendapatkan kehidupan pribadi
dan sosial yang lebih baik. Pencarian kebenaran ini harus diwujudkan melalui
kebebasan berpendapat dan berdebat mengenai ”truth” ini sendiri melalui proses
selfrighting (Baran & Davis, 2012: 103). Menurut John Milton, libertarian vokal
pada 1644 menyatakan bahwa debat yang adil dan terbuka, kebenaran dan
argumen yang jujur akan selalu menang dibandingkan kebohongan (Baran &
Davis, 2012: 102).
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan bisa
mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah hal yang
utama dalam mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan kontrol pemerintah
dipandang sebagai manifestasi “pemerkosaan” kebebasan berfikir. Oleh karena
itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya, un tuk membantu mencari
kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi kebebasan, sehingga
kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak bebas yang dimiliki
manusia. (Nurudin, 2004 :72-73).

5
Dalam teori Libertarian, pers bukan instrumen pemerintah, melainkan
sebuah alat untuk menyajikan bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi
landasan bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan
sikap terhadap kebijaksanaannya. Dengan demikian, pers seharusnya bebas dari
pengawasan dan pengaruh pemerintah. Agar kebenaran bisa muncul, semua
pendapat harus dapat kesempatan yang sama untuk didengar, harus ada pasar
bebas pemikiran pemikiran dan informasi. Baik kaum minoritas maupun
mayoritas, kuat maupun lemah, harus dapat menggunakan pers.
Dalam hubungannya dengan kebebasan pers (media massa), teori libertarian
beranggapan bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya
untuk membantu manusia dalam usahanya mencari kebenaran. Manusia
memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan pikiran-pikiran yang
hanya dapat secara efektif diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers
(Rachmadi, 1990: 34-35).
Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social respon sibility theory, dan
merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan posisi
manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan
diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan pers dianggap
partner dalam mencari kebenaran. Pers dalam negara yang menganut paham
libertarianisme harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran dan bukan
sebagai alat pemerintah. Pers dituntut untuk mengawasi pemerintah. Maka lahir
istilah pers sebagai The Fourth Estate atau pilar kekuasaan keempat setelah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Oleh karenanya pers harus bebas dari
pengaruh dan kendali pemerintah. Oleh karena itu, John Keane-Media
Democracy ((1991) dalam Baran & Davis, 2012: 103) menyatakan setidaknya
harus ada 3 konsep fundamental dalam kebebasan pers:
 Teologi: memberikan forum bagi masyarakat untuk menilai baik dan buruk.
 Kebebasan individu: kebebasan pers merupakan yang terkuat, setidaknya
kebebasan dari elit politik.
 Kebenaran: kebohongan dan hal-hal yang salah harus dilawan, suatu
gagasan harus dapat diperdebatkan dan diuji, jika tidak hal itu hanya akan
menjadi dogma.

6
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Libetarian
Ciri pers liberal yang memiliki kebebasan publikasi dari penyensoran dan
tidak adanya batasan hukum dalam mencari berita menjadikannya sebagai
kelebihan sekaligus kekuarangan. Berikut ini rangkuman kekurangan dan
kelebihan pers liberal (dalam Baran & Davis, 2012: 120):
1) Kelebihan :
 Media memiliki kebebasan
 Menghindari control pemerintah terhadap media
2) Kekurangan :
 Sangat optimis bahwa media dengan sadar memiliki tanggung jawab
 Sangat optimis bahwa tiap individu memiliki rasionalitas dan etikanya sendiri
 Mengabaikan konflik yang muncul dari kebebasan mencari kebenaran (misal,
kebebasan pers vs. Ruang privat)

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
“Pers” dalam konteks ini merupakan usaha percetakan dan penerbitan, usaha
pengumpulan dan penyiaran berita, penyiaran berita melalui surat kabar, majalah,
dan radio, atau orang yang bergerak dalam penyiaran berita, dan juga berarti
medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Dalam teori pers otoriter, fungsi pers hanya sekadar menyampaikan apa yang
diingin penguasa, untuk diketahui oleh rakyat. Posisi negara sangat sentral, dan
pers menjadi alat untuk menopang dan mempertahankan kekuasaan.Pers liberal
beranggapan bahwa pers itu harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya, hal
ini bertujuan untuk membantu manusia dalam mencari kebenaran.

3.2 Saran
Masing-masing dari kedua pers ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sendiri, keduanya digunakan berdasarkan tujuan dan fungsinya. Dari pemakalah
sendiri menggunakan teori pers sendiri haruslah bijak dan tepat sasaran
berdasarkan kemanfaatan dalam pengimplementasiannya. Pers dengan demikian
dapat menjadi ukuran atas kebebasan yang dimiliki oleh manusia, sebenarnya pers
memiliki peran penting dalam menopang sejarah bangsa dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Littlejohn, Stephen. W & Foss, Karen. A. (2009). Encyclopedia of

Communication Theories. California: Sage Publication

Siebert, Fred. S; Theodore, Peterson; Schramm, Wilbur. (1963). Four

Theories of The Press: The Authotarian, Libertarian, Social Responsibility, and

Soviet Communist Concept of What the Press Should Be and Do. Chicago:

University of Illinois Press

https://jurnal.polines.ac.id/index.php/ragam/article/view/483/408

http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/junetmedia/article/download/

446/437

Anda mungkin juga menyukai