Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah


Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media
komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah
memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik
Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembredaran media
massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua
contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui
Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal
inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang
mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa
aktivisnya dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan
Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi
menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan jurnalisme diatur dengan
Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan
Dewan Pers.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah pers di Indonesia ?
2. Bagaimana Sistem Pers di indonesia ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam
pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas
meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan
televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada pers cetak,
yakni surat kabar, majalah, dan bulletin kantor berita.

Pers adalah lembaga kemasyarakatan, sebagai lembaga kemasyarakatan, pers


merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama dengan
subsistem lainnya.Dengan demikian pers tidak hidup secara mandiri,tetapi
dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lain. Bersama-sama dengan
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya itu, pers berada dalam keterikatan
organisasi yang bernama Negara,karenanya pers dipengaruhi bahkan ditentukan
oleh falsafah dan sistem politik Negara tempat pers itu hidup.

Haris Sumadiria mengatakan cirri-ciri pers adalah sebagai berikut:

1. Periodesitas.
Pers harus terbit secara teratur, periodek, misalnyasetiap hari,setiap minggu
dan sebagainya. Pers harus konsisten dalam pilihan penerbitannya ini.

2. Publisitas.
Pers ditunjukan (disebarkan) kepada khalayak sasaran yang hangat heterogen.
Apa yang dimaksud heterogen menunjuk dua hal, yaitu geografis dan
psikografis.geogarfis menunjuk pada data administrasi kependudukan, seperti
jenis kelamin, kelompok usia, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, tempat
tinggal, pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan psikografis menunjuk pada
karakter, sifat kepribadian, kebiasaan, adapt istiadat, dan sebagainya.

3. Aktualitas.
Informasi apapun disuguhkan media pers harus mengandungunsur kebaruan,
menunjuk kepada peristiwa yang benar-benar baru terjadi atau sedang terjadi.

2
Secara etimologis,aktualitas mengandung arti kini dan keadaan sebenarnya, secara
teknis jurnalistik.

4. universalitas.
Berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari sumbernya dan dari
keanekaragaman materiisinya.

5. Objektivitas
Merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar
dalam menjalankan profesi jurnalistiknya.

Pandangan hidup suatu bangsa akan mempengaruhi hubungan sosial


masyarakat yang akan membentuk sistem kemasyaratan, secara makro dapat
dikatakan bahwa pandangan hidup, falsafah, atau ideologi suatu bangsa akan
menentukan system ketatanegaraan.

Terkait dengan masyarakat pers, hampir setiap Negara memiliki sistem


persnya sendiri-sendiri, sesuai dengan kebudayaan, ideologi, dan struktur
masyarakatnya. Namun, pada umumnya system pers yang dibentuk berguna untuk
dijadikan acuan dalam tugas dan fungsi pers sebagai alat perjuangan dan
pembangunan, penerangan, hiburan, kontrol sosial, sekaligus sebagai penyalur
dan pembentuk pandapat umum.

B.Sistem Pers di Indonesia

Menurut William A. Hachten (dalam bukunya yang berjudul “The World


News Prism”) ada lima system pers di dunia, yakni:

Pers Otoriter

Pers L iberal

Pers komunis

Pers Revolusioner

3
Pers pembangunan

Sementara Fred. S. Siebert, Theodore B. Peterson, dan Wilbur Schram (dalam


bukunya “Four Theories of The Pers”) menyebutkan bahwa ada empat konsep
atau teori pers yang berlaku di dunia, yakni:

1. Teori Otoritarian (akhir renaissance)


Memberikan asumsi bahwa pemerintah adalah mutlak yang berarti bahwa
kebijakan-kebijakannya adalah terlalu sulit untuk dipertanyakan. Peranan media
dalam masyarakat seperti ini adalah sangat tunduk kepada pemerintah.

Ciri-cirinya:

 Kebenaran dari lingkaran pusat kekuasaan.


 Pers milik kantor kerajaan.
 Pers swasta ada hanya dengan ijin khusus. Bertanggung jawab kepada
raja atau Negara.
Dalam Teori otoritarian, setiap teori tentang hubungan komunikasi yang
terorganisasi dimana pers menjadi bagiannya akan ditentukan oleh asumsi dasar
filosofi dasar tentang manusia dan Negara sebagai berikut:

a) Hakikat manusia: manusia dapat mencapai potensi sepenuhnua


hanya apabila manusia itu menjadi anggota masyarakat. Manusia sebagai
individu bidang kegiatannya terbatas.
b) Hakikat masyarakat: manusia sebagai anggota masyarakat atau
kelompok yang terorganisasi akan mampu mencapai tujuan hidupnya,
bahkan tak terukur.dengan asumsi seperti ini, maka kelompok lebih
penting daripada perseorangan karena hanya melalui kelompoklah
tujuan perseorangan dapat tercapai.
c) Hakikat Negara: Negara adalah ekspresi tertinggi dari
organisasi kelompok manusia, menggungguli perseorangan dalam segala
skala nilai.tanpa Negara perseorangan tidak sanggup mengembangkan
atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan perseorangan
terhadap Negara dalam mencapai dan mengembangakan peradapan
muncul sebagai formula umum dari sistem otoriter.

4
2. Teori Libertarian
Dalam teori ini sangat berbeda atau bertolak belakang dengan teori otoritarian.
Jika teori otoritarian dikuasai oleh Negara, maka teori libertarian lebih dikuasai
oleh golongan pengusaha bermodal besar. Media massa memiliki kebebesan yang
luar biasa dan dalam suasana yang nyaris tak terkendali bagi kepentingan
mengekspresikan dan bertukar pendapat.

Ciri-cirinya:

1. Kebenaran milik massa,berdasarkan pilihannya atas beberapa alternative.


Tidak mutlak dari Negara.
2. Pers sebagai mitra pencari kebenaran. Bukan instrumen penguasa.
3. media massa sebagai ide dan pendapat.
4. tanggung jawab sosial :
 kebenaran adalah alternative yang dimunculkan/ sindikat media
massa.
 Siapa, fakta bagaimana, versi bagaimana yang disajikan
ditentukan oleh pemilik media.
 invasi seseorang tidak dilayani demi perlindungan hak umum.

Teori libertarian ini didasari oleh asumsi-asumsi dasar filosofis sebagai berikut:

a) Hakikat manusia: manusia seperti hewan rasional dan


mimiliki tujuan sendiri.walaupun manusia sering melatih
kemampuannya untuk berfikir yang diberikan tuhan
kepadanya untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapi, pada akhirnya mereka mampu menghimpun
keputusan secara terpisah.
b) Hakikat masyarakat: tujuan masyarakat adalah
kabahagian dan kesejahteraan manusia dan sebagai
organisme yang dapat berpikir ia sanggup mengorganisasi
dunia sekelilingnya dan membuat keputusan yang dapat

5
mendukung kepentingannya. Fungsi utama masyarakat
adalah untuk memajukan kepentingan anggotanya serta
menciptakan perlindungan agar masyarakat tidak
mengambil ahli peran utama dan menjadi tujuan itu
sendiri.
c) Hakikat Negara: Negara merupakan alat yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan.
Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan
perorangan sehingga mereka dapat menggunakan
kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan.
d) Hakikat pengetahuan dan kebenaran: tindakan manusia
yang menggunakan panca indera untuk memecahkan
permasalahan menjadi nyata. Kebenaran adalah suatu
yang dapat ditemukan dan diperlihatkan kepada manusia
lain untuk diperdebatkan dan melalui musyawarahakan
dapat mengakhiri peredebatan dan hasinya dapat diterima
oleh akal.
3. Teori social responsibility
Bagi teori ini walaupun berasumsi pers punya hak untuk mengkritik
pemerintah dan lembaga lain, ia juga harus bertanggung jawab untuk memelihara
demokrasi dengan menginformasikan secara benar kepada masyarakat serta
dengan memberi tanggapan terhadap apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
masyarakat. Atau dengan kata lain teori ini lebih memberikan porsi lebih penting
terhadap hak warga Negara bagi perolehan akses informasi untuk menyatakan
kebebasan perpendapat. Konsep social responsibility atau pertanggungjawaban
sosial tersebut lebih sesuai karena ada persamaan tujuan dalam semangat
memelihara kesatuan dan persatuan bangsa.

Fungsi teori social responsibility:

6
1. Mengabdi kepada sistem politik dengan menyajikan
informasi, diskusi dan debat mengenai persoalan –
persoalan umum.
2. Memberipenerangan kepada khalayak sehingga
menimbulkan kemampuan untuk berpemerintahan
sendiri.
3. Melindungi hak-hak perorangan dengan mengabdikan
diri sebagai penjaga menghadapi pemerintah.
4. Mengabdi system ekonomi terutama menghubungkan
para pembeli dan penjual barang dan jasa melalui
periklanan.
5. Menyajikan hiburan.
6. Memelihara cukupnya kebutuhan sendiri dalam hal
financial sehingga bebas dari tekanan- tekanan pihak
tertentu.
4. Teori soviet comunis

Teori ini berkembang di Uni soviet, maka teori pers ini sekarang lebih tepat
disebut teori pers komunis. Teori pers komunis menempatkan pers sebagai alat
partai politik yang berkuasa, dan karena itu pers merupakan pelayan Negara,
seperti teori pers otoriter.

Pers komunis dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi doktrin,


melaksanakan kebijakan kelas pekerja atau militant. Jelaslah menurut Marx,
sesuai dengan determinisme bahwa kontrol pers akan dipegang oleh mereka yang
memiliki fasilitas seperti para pencetak, penerbit stasiun siaran, dan sebagainya.
Selama kelas kapitalis mengontrol perangkat fisik ini, maka kelas pekerja tidak
akan pernah mendapat kesempatan seimbang untuk menggunakan seluruh
komunikasi.

Sejak awal tradisi marxis telah memperlihatkan otoranisme,


kecenderungan membuat perbedaan yang keras dan tajam antara yang salah dan
benar.pandangan umum yang diwariskan marx kepada orang Rusia terlihat

7
kesalahpahaman antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Orang Amerika biasa
berpikir bahwa orang sebaiknya mempunyai ide dan nilai yang berbeda, dengan
demikian menggalakkan seni bermusyawarah serta pemerintah mayoritas.
Sedangkan Rusia biasa berpikir bahwa orang-orang seharusnya tidak berbeda
pandangan, musyawarah tanda kelemahan, dan hanya ada satu pandangan yang
benar yang dapat dipertemukan dan dipertahankan, disebarkan, dan digalakkan.
Dalam sikap umum inilah marx mengembangakan konsep tentang perubahan
sosial dalam pengertian Dinamikanya (dialektikanya), motivasinya (Determinisme
materialistik), dan tujuannya ( kemenangan kelas pekerja dan akhirnya
masyarakat tanpa kelas). Perubahan itu tidak hanya terjadi di bidang politik saja
atau bidang ekonomi saja, akan tetapi semua komponen kebudayaan lainnya juga
akan berubah seperti seni, agama, dan filsafat. Bagi marx Negara hanyalah alat
bagi kelas masyarakat untuk menguasai kelas lainnya. Dengan demikian
masyarakat tanpa kelas artinya masyarakat tanpa Negara. Satu hal yang jelas
konep Marxis mengenai persatuan dan pembedaan antara kebenaran dengan
ketidakbenaran tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai lembaga sosial yang
bebas mengkritik pemerintah dan bertindak sebagai forum bebas. Pers komunis
dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi doktrin, melaksanakan kebijakan
kelas pekerja atau militant.

Bagaimana dengan pers di Indonesia? Pengertian pers di Indonesia sudah


jelas sebagaimana tercantum pada Undang-undang noner 40 tahun 1999, seperti
tersurat sebagai berikut:

“ Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”.

8
Definisi pers tersebut menunjukan bahwa pers di Indonesia tegas-tegas
merupakan lembaga kemasyarakatan bukan lembaga pemerintah. Dengan kata
lain, pers kita menganut teori tanggung jawab sosial.

Pers di Indonesia adalah pers pancasila dalam arti pers yang orientasi,
sikap, dan tingkah lakunya berdasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk
pembangunan pers itu sendiri.

Sistem pers pancasila adalah sistem pers yang digunakan di Indonesia


yang merupakan salah satu dari sebelas sistem ketatanegaraan. Sebelas sistem
menurut UUd 1945 adalah:

 Sistem Undang –Undang.


 Sistem Negara.
 Sistem Keuangan.
 Sistem Pemerintahan.
 Sistem Kehakiman.
 Sistem Kewarganegaraan.
 Sistem Keagamaan.
 Sistem Pertahanan Negara.
 Sistem Pendidikan dan Kebudayaan.
 Sistem Kesejahteraan Sosial yang meliputi ekonomi.
 Sistem Integrasi.
.

9
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Sejarah pers Indonesia tidaklah sepanjang sejarah pers bangsa—bangsa
yang lebih dahulu memerdekakan dirinya. Jika kita merunut titik
pangkalnya, awal pers di Indonesia memainkan peranan dalam memberikan
pencerahan pada masyarakat bermula pada masa, ketika Belanda menjajah
Indonesia. Dalam masa-masa penjajahan, kemunculan pers pribumi
ditujukan untuk memotivasi, menyentil memberikan pendidikan politik dan
membakar perasaan rakyat agar mau berjuang melepaskan diri dari
penjajahan. Agar lekas memperoleh kemerdekaan.

B.SARAN
Dengan mempelajari sejarah pers, diharapkan kita dapat mengetahui
bagaimana perkembangan pers dari zaman penjajahan hingga sekarang dan
kitapun dapat mengetahui bagaimana system pers yang berjalan selama ini.
Dengan demikian, pers sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui
berita – berita yang ada di dunia khususnya di Indonesia ini. Dan kita dapat
menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan terhadap bangsa Indonesia

10
MAKALAH
DASAR-DASAR JURNALISTIK
Tentang

SISTEM PERS INDONESIA


Dosen Pembimbing : Rahmi, S.Ikom.,M.Ikom

Disusun Oleh :

Nama : Wawan Gustiawan


Nim : 2202077
Kelas : B/Komunikasi
Semester : II

UNIVERSITAS MBOJO BIMA (UMBO)


TAHUN AKADEMI 2022-2023

Kata Pengantar

11
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Pers Indonesia” ini tepat pada waktunya dalam
mepmenuhi tugas mata kuliah

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Untaian terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun,

12
Daftar Isi
1. Kata Pengantar ..................................................................................... 2
2. Daftar Isi .............................................................................................. 3
3. BAB I Pendahuluan ............................................................................. 4
a. Latar Belakang ............................................................................. 4
4. BAB II Pembahasan ............................................................................ 5
a. Bagaimana sejarah pers di Indonesia ............................................. 6
b. Bagaimana Sistem Pers di indonesia ............................................. 6
5. BAB III Penutup ..................................................................................
a. Kesimpulan .................................................................................... 10
6. Daftar Pustaka ...................................................................................... 11

13

Anda mungkin juga menyukai