Anda di halaman 1dari 4

Marhaenis Merespon Zaman Baru

Marhaenisme adalah ideologi politik bung karno yang berdiri di atas 3 (tiga ) asas yaitu sosio
nasionalisme sosio demokrasi dan ketuhanan yang maha esa.

Kata sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi bukan kata – kata yang baru dalam kosakata
politik soekarno pada Sembilan pokok marhaenisme dan marhaen, didasar pokok pertama
dinyatakan bahwa marhaenisme adalah sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. Rumusan
pancasila soekarno. Dengan rumusan pancasila soekarno memang berbeda dengan
rumusan dan uraian yang ada dalam pembukaan UUD 1945, akan tetapi dasar ideologinya
sama pancasila. Kalau soekarno mendahulukan fundamen politik dan menjadikan moral
agama sebagai penutup maka dalam pembukaan UUD 1945 didahulukan fundamen moral
agama daripada fundamen politik.

Konsepsi marhaenisme menghendaki suatu Negara dipimpin oleh kaum marhaen


( memilki kapasitas dan integritas ). Sebab suatu Negara yang dipimpin oleh borjuis tidak
ada bedanya dengan penjajahan itu sendiri. Marhaenisme pada dasarnya adalah kehidupan
ekonomi yang substansial manusia.

Perlu kita ketahui sejak awal kemunculan paham marhaenisme digaungkan oleh bung karno
marhaenisme ini popular dikalangan masyarakat, sebab marhaenisme memperjuangkan hak
hak kaum tertindas dan tereksploitasi oleh system. Namun pada saat pengalihan kekuasaan
dari tangan bung karno ke tangan pak harto, marhaenisme seolah-olah hilang dari memori
kolektif bangsa Indonesia. Disebabkan oleh propaganda yang dimainkan oleh orda baru
yang di kenal dengan De-soekarnoisasi.

Diera zaman baru ini atau bisa disebut era digital marhaenis kehilangan ruh. Ideologi
marhaenisme untuk langkah kajian masih relevan akan tetapi harus kembali di upgrade arah
pergerakannya yang semakin menurun. Harus sinkron antara diskusi dan implementasi
langsung seperti turun kepada masyarakat merespon keluhan-keluhan masyarakat maupun
persoalan kenegaraan. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini berkembang begitu cepat
ditandai digitalisasi dan komputasi yang telah melahirkan terobosan di berbagai bidang. Era
yang disebut Revolusi Industri 4.0 ini sudah berlangsung dan harus diantisipasi secara serius
perubahan zaman juga akan mempengaruhi lanskap ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Inovasi adalah kunci dalam merespon perubahan zaman. Untuk itu cara kerja dan berfikir di
organisasi harus inovatif dengan mengembangkan cara-cara baru. Tidak ada pilihan lain jika
ingin Indonesia maju, Harus melakukan perubahan perubahan pola pikir. Cara kerja dalam
organisasi dari produktivitas, disiplin, inovasi semua harus berubah.

Dalam serba perubahan ini peran kita sebagai organisatoris harus mampu move on dari
zaman kuno dan ini sudah memasuki era digital. Dimana era ini sebagai masa dimana
teknologi berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah gaya hidup didalamnya. Di era ini
dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan semakin tinggi sehingga menuntut
kualitas dan kinerja untuk lebih ditingkatkan. Harus mampu beradaptasi dengan cepat,
belajar dan menjadi lebih baik serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat agar
memecahkan setiap masalah. Dan mencari solusi agar tidak menjadi korban zaman. Sebagai
agent of change atau agen perubahan dengan sikap kritis dan semangat dan harus memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat untuk melakukan suatu gerakan perubahan
sosial dengan cara berinovasi.

Keinginan dalam berinovasi harus terus ditumbuhkan. Kreasi-kreasi baru harus difasilitasi
dan dikembangkan. Untuk menunjang hal dalam berinovasi dibutuhkan fasilitas pendukung
dalam organisasi untuk mendorong inovasi. Dalam organisasi diperlukan adanya
“ CO WORKING SPACE” antara komisariat dan cabang agar inovasi dan kreasi bisa saling
mengapresiasi.

Sebagai organisatoris harus menjadi penopang ekosistem nasional dalam menanggapi


perubahan zaman revolusi industri 4.0 dan dalam organisasi merupakan yang paling
sempurna sebagai rujukan reformasi.

Anda mungkin juga menyukai