Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS INDONESIA

ESTIMASI MEAN GLANDULAR DOSE (MGD) PADA


MAMOGRAFI COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)

SKRIPSI

EUNIKE SERFINA FAJARINI


0906601992

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPOK
DESEMBER 2011

[Type text] [Type text]


Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA

ESTIMASI MEAN GLANDULAR DOSE (MGD) PADA


MAMOGRAFI COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


sarjana sains

EUNIKE SERFINA FAJARINI


0906601992

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPOK
DESEMBER 2011

[Type text] [Type text]


Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Kasih yang telah
memberikan kekuatan dan tuntunan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sains.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dwi Seno K Sihono, M.Si selaku pembimbing I yang telah membimbing dalam
penulisan skripsi ini;
2. Heru Prasetio, M.Si selaku pembimbing II yang telah menyediakan begitu banyak
waktu, sabar dalam membimbing penulis serta memberikan arahan yang
berharga;
3. Ibu Prof. DR. Djarwani S Soejoko selaku penguji I yang telah memberikan ilmu
baru dan masukan-masukan yang berharga dalam skripsi ini;
4. Kristina Tri Wigati, M.Si sebagai penguji II yang telah memberikan masukan
untuk dalam skripsi ini;
5. Dr. Th. Peter Budisusetedja, MARS selaku Direktur Operasional dan Dr. Harjanto
Mawinata, Sp. Rad selaku Kepala Bagian Radiologi di RS Pantai Indah Kapuk
yang telah memberikan izin penelitian dalam menyusun skripsi ini;
6. Dr. Nina Irene Siti Hadidjah Supit, Sp. Rad yang telah membantu mengevaluasi,
memberi arahan dan masukan yang berharga dalam skripsi ini;
7. Dr. Herlina Uinarni, Sp. Rad, Dr. Nurul Hayati, Sp. Rad, dan DR. dr. Jacub
Pandelaki, Sp. Rad (K) selaku radiolog di RS Pantai Indah Kapuk yang
memberikan ilmu, masukan dan arahan yang berharga;
8. Hadi Sukanto, Budi Wahyudi, Zuniar Afni Hakim, Rintan Lucyana, Givsona
Buas, Denny Herdian, Ayu Febriyanti, Pristian Yuliana, Syukron, Lilik Hartono,
Jajang Sukmana, Gordon Nazaret, Agus Sriyanto, Yoga Daraleast, Rustiyono dan
seluruh staf radiologi RS Pantai Indah Kapuk atas perhatian, semangat, kerja

iv

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


sama dan kesediaan membantu dalam segala hal dalam penyusunan skripsi ini.
Thanks for all;
9. Ibu Dyah Kusumastuti dan seluruh staf PTKMR BATAN Pasar Jumat Jakarta,
atas bantuannya yang begitu berharga;
10. Rekan dan sahabat ekstensi fisika medis UI 2009, khususnya Devi, Misbah, Icha
dan Yahya, perjuangan kita tidak akan sia-sia;
11. Bapak dan Ibu yang tak pernah lelah memberikan perhatian, semangat dan kasih
sayangnya serta Yosia, Aka dan Aga, kita adalah satu;
12. Dan terkhusus untuk Kekasih Jiwaku tersayang Dwi Warsito Nugroho, cinta dan
kasihmu serta kebersamaan kita yang banyak hilang merupakan semangat dan
motivasi yang luar biasa bagiku. I Love You, so much.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan penulis, maka diharapkan kritik dan saran konstruktif demi
perbaikan penulisan hasil penelitian ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
diaplikasikan sesuai dengan tujuannya dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu di
masa mendatang.

Terima kasih.
Penulis
Desember 2011

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
ABSTRAK

Nama : Eunike Serfina Fajarini


Program Studi : S1 Fisika
Judul : Estimasi Mean Glandular Dose (MGD) Pada Mamografi
Computed Radiography (CR)

Sampai sekarang mamografi merupakan program skrining utama untuk deteksi dini
kanker payudara khususnya untuk kaum wanita, akan tetapi pemberian informasi
tentang dosis yang diterima pasien masih jarang dilakukan. Padahal payudara
merupakan salah satu organ sensitif terhadap radiasi pengion karena mampu
menginduksi kanker. Sehingga perlu dilakukan estimasi dosis pasien pada
pemeriksaan mamografi untuk mengetahui nilai dosis yang diterima oleh payudara.
Estimasi dosis dilakukan dengan menggunakan perhitungan Mean Glandular Dose
(MGD) pada mamografi Computed Radiography (CR). Dengan melakukan koreksi
terhadap kualitas citra pada prosentase (%) glandularity, yaitu prosentase (%)
glandularity 25-49% dan 1-24%. Nilai prosentase (%) glandularity dievaluasi oleh
radiolog. Dari hasil estimasi didapatkan total rerata MGD pada seluruh proyeksi
pemeriksaan payudara 1,65 mGy pada rerata ketebalan kompresi 48,85 mm. MGD
yang diperoleh masih di bawah limit berdasarkan rekomendasi FDA, ACR dan
MQSA yaitu < 3 mGy per eksposi pada ketebalan 45 mm. MGD dipengaruhi oleh
kombinasi antara ketebalan kompresi, kV, HVL dan prosentase (%) glandularity.

Kata kunci : Mean Glandular Dose (MGD), Computed Radiography (CR),


kualitas citra, ketebalan kompresi, kV, prosentase (%) glandularity

vii

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


ABSTRACT

Name : Eunike Serfina Fajarini


Program : S1 Fisika
Tittle : The Estimation of Mean Glandular Dose (MGD) on Mammography
Computed Radiography (CR)

Currently, mammography is the primary screening program for breast cancer early
detection for women, but information about the doses received by patient are still
rare. Breast is a sensitive organ to ionizing radiation since it can include cancer.
Therefore it is necessary to estimate the patient dose during mammography
examinations. Estimated doses calculations were performed using in term of mean
glandular dose (MGD) using Mammography Computed Radiography (CR). Image
quality correction was done based on the most frequent percentage (%) glandularity
from all samples, which are 25-45% and 1-24% glandularity. Percentage (%)
glandularity was evaluated by radiologist. Estimated of total average MGD all off
projection at the breast examination 1,65 mGy on the mean compression of thickness
48,85 mm. Mean Glandular Dose obtained during measurement are still under
recommendation of the FDA, ACR and MSQA which is < 3 mGy per eksposure.
From measurement and calculation, the MGD is influenced by compression of
thickness, kV, HVL and percentage (%) glandularity.

Keywords : Mean Glandular Dose (MGD), Computed Radiography (CR), image


quality, compression of thickness, kV, percentage (%) glandularity

viii

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ……………………. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………….. vii
ABSTRACT ………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………… xiv
DARTAR SKEMA ………………………………………………………… xv

1. PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 2
1.3. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 3
1.4. Batasan Masalah ……………………………………………………. 3
1.6.Sistematika Penulisan ………………………………………………... 3

2. LANDASAN TEORI ……………………………………………………. 5


2.1. Mamografi …………………………………………………………… 5
2.1.1Perkembangan Mamografi …………………………………….. 5
2.1.2Tabung Pesawat Sinar-X Mamografi …………………………. 6
2.1.3. Teknik Kompresi ……………………………………………… 11
2.2. Fantom Mamografi…………………………………………………… 13
2.3. Jaminan Kualitas (Quality Assurance) dan Kendali Kualitas
(Quality Control) …………………………………………………….. 15

ix

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


2.4. Computed Radiography (CR) ……………………………………….. 17
2.4.1. CR pada Mamografi ………………………………………………. 21
2.5. Detektor Semikonduktor ……………………………………………. 22

3. METODE PENELITIAN ………………………………………………. 25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………. 33


4.1. Hasil Jaminan Kualitas ……………………………………………… 33
4.2. Hasil Analisa Kualitas Citra ………………………………………… 36
4.2.1. Prosentase (%) Glandularity Kelompok C (25-49%) ……….. 36
4.2.2. Prosentase (%) Glandularity Kelompok C (1-24%) ………… 36
4.3. Evaluasi Mean Glandular Dose (MGD) ……………………………. 45
4.3.1. Hubungan Ketebalan Kompresi terhadap Usia ………………….. 45
4.3.2. Hubungan MGD terhadap Usia ………………………………… 49
4.3.3. Hubungan MGD terhadap Ketebalan Kompresi…………………. 49
4.3.4. Hubungan MGD terhadap Tegangan Panel (kV) ………………… 54

5. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 59


5.1 Kesimpulan …………………………………………………………... 59
5.2 Saran ………………………………………………………………….. 60

DAFTAR REFERENSI ……………………………………………………. 61


LAMPIRAN - LAMPIRAN

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan atenuasi antara dua jaringan …………………………… 6


Gambar 2.2 SID (Source Image Distance) pada Mamografi …………………….. 7
Gambar 2.3 Komponen-komponen Pesawat Sinar-X Mamografi ……………….. 8
Gambar 2.4 Spektrum keluaran target Mo dengan filter Mo 0,05 mm(a) dan Rh
dengan filter Pd 0,05 mm(b) …………………..…………………….. 9
Gambar 2.5 Grounded Anode Pada Mamografi …………………………………. 10
Gambar 2.6 Craniocaudal projection ……………………………………………. 12
Gambar 2.7 Mediolateral Oblique projection …………………………………... . 12
Gambar 2.8 Fantom Nuclear Associates 18-220 ………………………………… . 14
Gambar 2.9 Lokasi dan posisi benda uji dalam fantom ………………………….. . 15
Gambar 2.10 Proses penampilan citra pada Computed Radiography …………… . 18
Gambar 2.11 Prinsip kerja phosphor plate ……………………………………….. 18
Gambar 2.12 Gejala terjadinya photostimulated luminescene ……………………. 19
Gambar 2.13 Struktur storage phosphor cassette ………………………………… 19
Gambar 2.14 Sistematik pada Image Reader ……………………………………... 21
Gambar 2.15 Tingkat energi pita valensi dan pita konduktor …………………….. 22
Gambar 2.16 Rangkaian semikonduktor tipe N dengan tipe P …………………… 23

xi

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Equivalent Thicknesses And Glandularities of Compressed


Breasts Simulated by PMMA ................................................................. 27
Tabel 3.2 Faktor konversi (mGy/mGy) yang digunakan untuk menghitung
MGD dengan prosentase glandular 50 % dari nilai Ki ……………….. 30
Tabel 3.3 Nilai faktor koreksi spectral ………………………………………….. 30
Tabel 3.4 Koefisien konversi prosentase glandular CDGg, DG50 pada glandular (g)
0,1 – 100% pada payudara …………………………………………… 30
Tabel 4.1 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah
Serat yang Terlihat …………………………………………………… 36
Tabel 4.2 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah
Kelompok Bintik yang Terlihat ……………...……………………… 37
Tabel 4.3 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah
Massa yang Terlihat …………………………………..……………… 37
Tabel 4.4 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat ……………………………… 38
Tabel 4.5 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat ………………… 38
Tabel 4.6 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat ………..…………………… 39
Tabel 4.7 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbanyak
Prosentase (%) Glandularity 25-49% ……………………………….. 40
Tabel 4.8 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbaik
Prosentase (%) Glandularity 25-49% ……………………………….. 40
Tabel 4.7 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah
Serat yang Terlihat …………………………………………………… 40
Tabel 4.8 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah
Kelompok Bintik yang Terlihat ……………...……………………… 41
Tabel 4.9 Pengaruh variasi mAs terhadap Kualitas Citra berdasarkan Jumlah

xii

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Massa yang Terlihat …………………………………..……………… 41
Tabel 4.10 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat …………………………… 42
Tabel 4.11 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat ………………. 43
Tabel 4.12 Pengaruh variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat ………..………………… 43
Tabel 4.13 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbanyak
Prosentase (%) Glandularity 1-24% …………………...................... 44
Tabel 4.14 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbaik
Prosentase (%) Glandularity 1-24% …………………...................... 44

xiii

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hubungan Dosis terhadap HVL ………………………………………. 35


Grafik 4.2 Hubungan Tegangan Panel (kV) terhadap HVL ……………………… 36
Grafik 4.3 Hubungan Ketebalan Kompresi Payudara terhadap Usia ……………. 46
Grafik 4.4 Nilai – nilai Representatif yang Membentuk Pola ……………………. 47
Grafik 4.5 Hubungan Ketebalan Kompresi pada RCC dengan Usia …………….. 47
Grafik 4.6 Hubungan Ketebalan Kompresi pada LCC terhadap Usia .………….. 48
Grafik 4.7 Hubungan Ketebalan Kompresi pada RMLO terhadap Usia ……….. 48
Grafik 4.8 Hubungan Ketebalan Kompresi pada LMLO terhadap Usia ……….. 49
Grafik 4.9 Hubungan MGD terhadap Usia …………………………………....... 50
Grafik 4.10 Distribusi MGD terhadap Ketebalan Kompresi Payudara …………... 50
Grafik 4.11 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi
mean glandular dose (MGD) pada RCC Projection ……………….. 51
Grafik 4.12 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi
mean glandular dose (MGD) pada LCC Projection ………………... 52
Grafik 4.13 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi
mean glandular dose (MGD) pada RMLO Projection ……………... 53
Grafik 4.14 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi
mean glandular dose (MGD) pada LMLO Projection ……………... 52
Grafik 4.15 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi
mean glandular dose (MGD) seluruh projection …………………... 54
Grafik 4.19 Distribusi MGD terhadap kV ……………………………………….. 54
Grafik 4.20 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean
mean glandular dose (MGD) pada RCC Projection ……………….. 55
Grafik 4.21 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean
mean glandular dose (MGD) pada LCC Projection ……………….. 55
Gratik 4.22 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean
mean glandular dose (MGD) pada RMLO Projection …………….. 56

xiv

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Grafik 4.23 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean
mean glandular dose (MGD) pada LMLO Projection …………….. 56
Grafik 4.24 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean
mean glandular dose (MGD) seluruh projection ………………….. 57

xv

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Bagan Pendekatan Metodologi Kualitas Citra Terbaik


Mamografi Computed Radiography ………………………………. 28

xvi

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditinjau dari segi fungsi dan estetikanya, payudara merupakan organ yang
penting bagi perempuan, hanya saja di dalam payudara tersebut kerap terjangkit
penyakit kanker. Menurut WHO, 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara,
ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Setiap tahun, lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat1. Di seluruh
dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab kematian oleh karena
kanker (kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker usus besar). Pada tahun
2005, 502.000 penderita meninggal oleh karena kanker payudara (7% penyebab
kematian oleh karena kanker, 1% dari semua penyebab kematian) dan ini
merupakan penyebab kematian terbanyak yang terjadi pada perempuan di seluruh
dunia2.
Di Indonesia belum ada data statistik yang akurat, namun data yang
terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki
ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita1. Di Indonesia, kasus kanker
payudara yang terjadi ada pada angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul
kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. Dan berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia
(16,85%). Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 20023.
Mamografi memperoleh perhatian khusus karena berdasarkan hasil
penelitian (USA) satu di antara 8 perempuan akan mengalami kanker payudara
semasa hidupnya. Mamografi juga merupakan metode yang dapat diandalkan
untuk mendeteksi payudara dan mendeteksi kanker. Ini adalah metode pilihan
untuk program skrining payudara negara-negara maju. Mamografi adalah
pemeriksaan deteksi dini bagi payudara yang sangat direkomendasikan. American
College of Radiology (ACR) merekomendasikan bahwa seorang perempuan
berusia 40 tahun harus sudah melakukan pemeriksaan mamografi dua kali dalam

1
Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


2

setahun pada usia antara 40-50 tahun, bahkan setahun sekali untuk perempuan
usia 50 tahun. National Cancer Institute (NSI) juga merekomendasikan
perempuan pada usia 40 tahun, hingga 50 tahun serta yang lebih tua seharusnya
melakukan pemeriksaan mamografi dua tahun sekali4. Sedangkan di Indonesia
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) merekomendasikan bahwa
mamografi merupakan bentuk pemeriksaan deteksi dini yang efektif bagi
perempuan, dan sampai sekarang masih melaksanakan program pengenalan
pemeriksaan mamografi bagi masyarakat Indonesia khususnya kaum perempuan5.
Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan sinar-X, oleh karena itu
monitoring dosis dan faktor paparan radiasi harus sangat diperhatikan. Resiko
karsinogenesis dari dosis radiasi pada pemeriksaan mamografi menjadi perhatian
sehingga pemantauan dosis ke payudara menjadi hal yang penting dan
dibutuhkan oleh MQSA (Mammography Quality Standards Act). Oleh karena itu
diperlukan dosimetri untuk payudara. Dosimetri payudara yang penting untuk
penilaian resiko adalah Mean Glandular Dose (MGD). MGD tidak dapat diukur
secara langsung, tetapi berasal dari pengukuran fantom standar untuk teknik
aktual set-up pengukuran peralatan mamografi4. Yang dihasilkan dari
pemeriksaan mamografi adalah gambar radiografi sehingga perlu diperhatikan
kualitas citra dari gambar tersebut. Gambar yang ditampilkan adalah pada
Computed Radiography (CR).

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. menganalisa kualitas citra mamografi dengan cara perlakuan pada fantom
sesuai dengan parameter dari data pasien pada kelompok prosentase (%)
glandularity yang sama,
2. membuat pendekatan metodologi dalam menentukan kualitas citra terbaik
mamografi Computed Radiography (CR),
3. memperoleh estimasi Mean Glandular Dose (MGD) pada pencitraan
mamografi Computed Radiography (CR).

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
3

1.3 Manfaat Penelitian


Jika tujuan dari penelitian ini tercapai, maka hasil penelitian ini akan
memberikan beberapa manfaat :
1. untuk mengetahui kualitas citra pada kelompok prosentase (%) glandularity
yang sama,
2. untuk memperoleh cara pendekatan metodologi dalam menentukan kualitas
citra terbaik mamografi Computed Radiography (CR),
3. untuk memperoleh estimasi seberapa besar Mean Glandular Dose (MGD)
yang diterima pasien mamografi Computed Radiography (CR), sehingga bisa
untuk mengevaluasi apakah sesuai dengan yang direkomendasikan.

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah,
maka batasan penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi Mean
Glandular Dose (MGD) pada mamografi Computed Radiography (CR) dan
menganalisa kualitas citra yang dihasilkan. Pengukuran dilakukan secara tidak
langsung pada pasien, melainkan menggunakan pendekatan perlakuan fantom.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika pada penulisan ini dibagi menjadi 6 bab, yang masing-masing
terdiri dari beberapa sub bab untuk mempermudah penjelasan. Penulisan bab-bab
dilakukan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang penjelasan secara umum latar belakang
permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika.
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis menguraikan teori-teori dasar yang digunakan pada
penulisan dan analisa dalam skripsi ini.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini berisi jabaran lengkap mengenai langkah-langkah, alat dan bahan,
dan proses selama penelitian dilaksanakan.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
4

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang didapatkan dalam pelaksanaan penelitian dipaparkan dalam bab
ini. Bab ini juga berisi analisa mengenai hasil yang didapatkan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan analisa terhadap data yang didapatkan, maka pada bab
ini penulis menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dibuat,
ditambahkan saran-saran yang berguna untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Mamografi
Mamografi merupakan pemeriksaan radiografi yang dirancang khusus
untuk mendeteksi kelainan pada payudara. Mamografi menggunakan sinar-X
energi rendah, kontras yang tinggi, film resolusi yang tinggi, dan sistem sinar-X
yang dirancang khusus untuk payudara. Untuk mendapatkan kualitas tinggi pada
mamogram, maka harus digunakan teknik yang tepat.

2.1.1 Perkembangan Mamografi


Kemajuan teknologi dalam beberapa dekade terakhir sangat meningkatkan
sensitivitas diagnostik mamografi. Awalnya pemeriksaan mamografi dilakukan
tanpa screen film, langsung terpapar pada film, dosis sangat tinggi, kontras rendah
dan kualitas gambar radiografi yang buruk. Bahkan mungkin pada periode 1950
dan 1960-an, skrining mamografi tidak memberikan manfaat yang berguna untuk
deteksi dini pada payudara. Proses xeroradiografi pada mamografi sangat populer
pada periode 1970-an hingga awal tahun 1980, didukung oleh resolusi spasial
yang baik dan peningkatan kualitas gambar, namun sensitivitas kontras relatif
buruk dan dosis radiasi semakin tinggi, sehingga akhir tahun 1980-an
menyebabkan runtuhnya xeroradiografi.
Pada pertengahan 1980-an ACR (American College of Radiology),
mengubah standar minimum pemeriksaan dan kontrol kualitas mamografi dengan
mengacu pada perkembangan teknologi dan peningkatan kualitas pelayanan.
Sehingga selama 15 tahun terakhir, selalu melakukan perbaikan mengikuti
perkembangan teknologi untuk mendapatkan kualitas gambar yang lebih baik.
Pada tahun 1992, Mammography Quality Standards Act (MQSA) mengadopsi
rekomendasi sebagian peraturan untuk mamografi, tujuannya agar setiap
perempuan mempunyai program deteksi dini kanker payudara dengan
menggunakan mamografi yang merupakan tahapan awal agar dapat dilakukan
pengobatan dan perawatan lebih lanjut dengan optimal. Peturan MQSA terus
berkembang dan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga kini muncul digital

5
Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


6

mamografi dengan perangkat akusisi citra yang lebih cepat, kualitas yang lebih
baik, pengolahan gambar anatomi khusus (payudara) dan komputer yang
dilengkapi alat deteksi yang membantu ahli radiologi mengidentifikasi fitur yang
mencurigakan dalam gambar.

2.1.2 Tabung Pesawat Sinar-X Mamografi


Tabung pesawat sinar-X mamografi didesain berbeda dengan tabung
pesawat sinar-X radiografi biasa. Hal ini berdasarkan pada anatomi payudara yang
menjadi targetnya. Tidak ada perbedaan densitas antara suspect area dengan
jaringan payudara normal, dan hanya sedikit berbeda nomor atom. Diharapkan
dapat digunakan untuk identifikasi mikrokalsifikasi sampai diameter sekitar 0.1
mm. Pencitraan memerlukan resolusi geometri tinggi, ukuran fokus harus kecil,
yang berakibat thermal rating harus diperhatikan. Jaringan payudara sangat
sensitif terhadap radiasi pengion untuk induksi kanker, terutama perempuan
dengan umur antara 14 tahun sampai menopause. Dibutuhkan katoda dan anoda
yang didesain secara khusus agar fluks elektron terdistribusi pada daerah target
luas.

Gambar 2.1 Perbedaan atenuasi antara dua jaringan[6]

Pencitraan payudara membutuhkan sinar X energi rendah untuk


memperoleh kontras maksimum, karena koefesien atenuasi jaringan maupun
perbedaan jaringan lain di dalamnya meningkat dengan kenaikan energi (efek
fotolistrik). Gambar 2.1 menunjukan perbedaan atenuasi antara dua jaringan
tertinggi adalah pada energi sinar-X yang rendah (10-15 keV) dan terlihat buruk

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
7

pada energi di atas 35 keV. Kompromi pemilihan kV, diperhatikan karena terlalu
rendah kV, banyak radiasi tidak dapat menembus obyek, meningkatkan dosis.
Persyaratan pencitraan payudara mengakibatkan desain tabung sinar-X
menjadi khusus. Pada umumnya unit mamografi produksi sinar-X 15-20 keV,
menggunakan anoda molebdenum dengan jendela berelium, serta tambahan filter
molebdenum. Disamping itu ada pula tabung mamografi yang memproduksi
sinar-X 21-25 keV, menggunakan anoda tungsten dengan menggunakan filter
khusus. Sinar-X energi rendah memberikan perbedaan atenuasi antar jaringan
relatif lebih baik, namun memberikan dosis absorpsi pada jaringan tinggi dan
waktu eksposi tinggi. Deteksi mikrokalsifikasi juga penting.
Tabung sinar-X mamografi disusun dengan filamen ganda dalam suatu
pemusat yang menghasilkan ukuran focal spot besar dengan nilai 0,3 mm dan
ukuran fokal spot kecil dengan nilai 0,1 mm. Titik focal spot yang kecil akan
meminimalkan kekaburan geometris (geometric blurring) dan menjaga resolusi
spasial yang diperlukan untuk deteksi kalsifikasi mikro. SID (Source to Image
Distance) diperlukan sekitar 65 cm untuk memperoleh lapangan radiasi 24 x 30
cm seperti terlihat pada Gambar 2.2, dengan sudut anoda efektif sekitar 20°. SID
lebih pendek memerlukan sudut anoda yang lebih besar.

Gambar 2.2 SID pada Mamografi[6]

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
8

Dukungan posisi platform payudara terhadap focal spot memberikan 1,5 -


2,0 kali perbesaran gambar (Gambar 2.2). Variasi ukuran focal spot sepanjang
sumbu katoda anoda dititikberatkan dengan perbesaran karena lebar penumbra
meningkat seperti digambarkan pada gambar, sehingga memberikan resolusi
terbaik dan detail pada gambar ada di sisi anoda medan ke arah putting.
Perbedaan penting antara tabung pesawat mamografi dengan radiografi
konvensional adalah tegangan operasi rendah, di bawah 35 kV. Gambar 2.3
menunjukkan komponen-komponen yang terdapat pada pesawat sinar-X
mamografi.

Gambar 2.3 Komponen-komponen Pesawat Sinar-X Mamografi[6]

Tabung mamografi menggunakan desain anoda putar. Molebdinum


merupakan material yang umum untuk anoda, meskipun sering juga digunakan
rhodium dan tungsten. Tabung dengan anoda molebdenum (Mo) dengan ciri sinar-
X karakteristik molebdenum Kα = 17.4 keV dan Kβ = 19.6 keV, keduanya di
bawah energi absorpsi elektron kulit K molebdenum pada 20.0 keV, dan rhodium

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
9

(Rh) 20.2 keV dan 22.7 keV. Untuk pembuatan citra dengan jarak sumber ke film
60-65 cm, dan jarak obyek ke film sekitar 6 cm (perbesaran 1.1). Resolusi 13
lp/mm dengan magnifikasi sekitar 1.1, diperlukan ukuran fokus 0.3-0.4 mm.
Kombinasi yang baik, tabung dengan anoda molebdenum menggunakan filter
molebdenum 0,05 mm, pada Gambar 2.4 a, terlihat keluaran spektrumnya.
Tabung sinar-X dengan anoda tungsten, menggunakan filter 0.05 mm palladium,
pada Gambar 2.4 b, terlihat keluaran spektrumnya. Absorpsi tepi palladium 24.3
keV, atenuasi di bawah energi ini menjadi lebih rendah dibanding energi yang
lebih tinggi. Spektrum sinar X transmisi palladium cocok untuk mamografi.
Output tinggi anoda tungsten mengakibatkan ukuran fokus dapat dibuat kecil (0.2
mm) dengan fokus efektif 0.1 mm.

Gambar 2.4 Spektrum keluaran target Mo dengan filter Mo 0,05 mm(a) dan Rh
dengan filter Pd 0,05 mm(b) [6]

Energi sinar-X yang optimal diperoleh dengan menggunakan tabung target


sinar-X dengan bahan-bahan khusus untuk membangkitkan sinar-X karakteristik
dari energi yang diinginkan dan filter atenuasi sinar-X untuk menghilangkan
energi rendah dan energi tinggi sinar-X yang tidak diinginkan dalam spektrum
Bremstrahlung. Molebdenum dan rhodium sering digunakan sebagai target tabung
sinar-X mamografi karena karakteristik radiasi yang ditimbulkan. Target
molebdenum dan filter rhodium 0,025 mm sering digunakan untuk pencitraan
bagi payudara yang lebih tebal dan padat. Kombinasi ini menghasilkan energi

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
10

efektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan target/filter Mo/Mo yang akan
membuat transmisi foton sinar-X antara 20-23 keV.
Sudut anoda juga mempengaruhi sinar-X yang dihasilkan. Sudut anoda
adalah sudut antar permukaan target dan garis vertikal yang tegak lurus terhadap
penerima gambar. Sudut anoda memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas
gambar, diantaranya:
Anode Heel Effect merupakan keluaran berkurang dari nilai maksimumnya
pada sisi katoda dari lapangan, yang adalah dinding dada terhadap tepi
anterior yang jauh.
Variabel Focal Spot Size (ukuran garis dasar fokus). Panjang dari focal spot
yang efektif adalah paling besar pada sisi katoda dan berkurang menjadi nol
pada anoda pada lapangan anterior yang jauh.

Tabung mamografi sering mempunyai grounded anode, struktur anoda


diberi tegangan 0 dan katoda diberi tegangan tertinggi negatif. Dengan tegangan
anoda sama dengan metal tempat kedudukannya. Off Focus Radiation dikurangi
karena bungkus metal tabung menarik elektron yang terpantul yang kemungkinan
akan dipercepat kembali ke anoda. Pada Gambar 2.5 arah katoda anoda dalam
pencitraan berkaitan dengan efek heel. Daerah anoda yang mempunyai intensitas
relatif lebih rendah diposisikan pada daerah puting.

Gambar 2.5 Grounded Anode Pada Mamografi[6]

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
11

2.1.3 Teknik Kompresi


Kompresi payudara adalah faktor penting dalam optimalisasi mamografi.
Dan itu merupakan hal yang wajib dilakukan dalam pemeriksaan mamografi.
Manfaat dari kompresi antara lain :
• menurunkan ketebalan payudara sehingga menghasilkan dosis radiasi yang
lebih rendah, waktu paparan yang lebih pendek dan radiasi hambur yang lebih
sedikit sehingga kontras yang dihasilkan menjadi lebih tinggi,
• ketebalan jaringan yang lebih seragam sehingga menghasilkan rentang
paparan yang lebih kecil,
• peningkatan tampilan struktur jaringan dikarenakan oleh penyebaran jaringan,
• peningkatan ketajaman gambar dan mengurangi faktor magnifikasi
(perbesaran),
• menjaga payudara agar tetap stabil untuk meminimalkan kekaburan image
(citra) karena pergerakan (moving).

Jenis-jenis kompresi yang digunakan adalah :


• Craniocaudal (CC) Projection,
Craniocaudal projection harus menunjukkan bagian medial dari payudara dan
sebanyak mungkin bagian lateral dari payudara. Tampilan proyeksi CC yang
benar seperti tampak pada Gambar 2.6 dapat menunjukkan otot pektoral
pada pinggiran posterior dari payudara, mengindikasikan bahwa payudara
sudah diposisikan sejauh mungkin.
• Mediolateral Oblique (MLO) Projection,
Mediolateral oblique projection adalah tampilan yang paling baik untuk
menggambarkan semua jaringan payudara dan otot pektoral. Tabung sinar-X
harus diputar 45° seperti tampak pada Gambar 2.7. Pada kebanyakan wanita,
kaset diposisikan paralel dengan otot pektoral. Sudutnya dapat diatur
tergantung tinggi badan dan berat badan pasien yang akan diperiksa.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
12

Gambar 2.6 Craniocaudal projection[17]

Gambar 2.7 Mediolateral Oblique projection[17]

Pemanfaatan sinar-X energi rendah pada diagnosa juga harus


memperhatikan kualitas citra yang dihasilkan. Sebagaimana prinsif justifikasi,
optimasi dan limitasi yang terangkum dalam prinsip ALARA (As Low As

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
13

Reasonably Achievable) harus diterapkan. Parameter kualitas citra yang dihasilkan


memiliki keterkaitan dengan resolusi spasial, kontras citra, densitas optik, noise
citra dan artefak. Resolusi spasial merupakan kemampuan sistem pencitraan untuk
memisahkan objek yang kecil dan saling berdekatan. Mamografi memiliki
ketetapan resolusi spasial 20 line pairs (lp)/mm.
Kontras merupakan perbedaan derajad keabuan (gray scale) antara dua
daerah yang berdekatan dalam sebuah citra. Kontras subjek merupakan perbedaan
pada beberapa aspek dari sinyal, seperti perbedaan intensitas, fluence energy,
energi sinar-X, fase dan lain-lain. Kemampuan untuk mendeteksi objek yang
memiliki kontras rendah dari sebuah citra berhubungan dengan banyaknya noise
yang ada dalam citra.
Keakuratan dari pendeteksian kanker tergantung pada dua komponen yaitu
sensitifitas dan spesifikasi. Sensitifitas merupakan kemampuan pesawat sinar-X
mamografi untuk mendeteksi ketika terdapat kelainan. Spesifikasi mamografi
tidak begitu bagus. Di samping itu, radiasi hambur akan mempengaruhi kualitas
gambar yang dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan kontrol terhadap radiasi
hambur.
Penurunan lapangan radiasi dengan cara menurunkan volume medium
penghambur, sehingga sebaiknya ukuran lapangan diusahakan pada daerah
pencitraan yang dimaksudkan saja. Penurunan kVp tidak hanya menaikkan
kontras, namun juga menurunkan hamburan mencapai film. Namun penurunan
kVp dibatasi oleh keperluan daya penetrasi berkas pada pasien, dan lebih penting
lagi akan menambah dosis pasien karena harus meningkatkan mAs untuk
kompensasi pengurangan kVp. Selain itu, penggunaan grid juga digunakan untuk
menurunkan radiasi hambur.

2.2 Fantom Mamografi


Fantom adalah sebuah benda uji yang mensimulasikan beberapa aspek
anatomi manusia. Fantom payudara mensimulasikan tipikal payudara hal ukuran,
komposisi, atenuasinya terhadap sinar-X dan juga berisi benda uji yang
mensimulasikan anatomi di payudara. Salah satu fantom yang digunakan dalam
uji kualitas citra dalam mamografi sesuai dengan jaminan Mammographic
Accreditation Phantom adalah Nuclear Associates 18-220.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
14

Lilin

Acrylic

Gambar 2.8 Fantom Nuclear Associates 18-220

Fantom Nuclear Associates 18-220 pada Gambar 2.8 dirancang untuk


menguji kriteria sistem mamografi dengan evaluasi kuantitatif dari kemampuan
sistem umtuk citra struktur yang kecil yang mirip ditemukan pada klinis. Benda
uji bintik-bintik dalam fantom mensimulasikan kalsifikasi, serat sesuai dengan
kalsifikasi dalam kelenjar, dan tumor atau massa. Fantom ini dirancang untuk
menentukan jika sistem mamografi tersebut dapat mendeteksi struktur kecil yang
penting dalam deteksi dini kanker payudara.
Fantom yang terbuat dari acrylic ini memiliki tebal 42 mm dengan
disisipkan sebuah lempengan lilin yang berisi 16 set benda uji setebal 7 mm.
Semua bahan phantom tersebut mendekati sebuah payudara dengan tebal 4,5 cm
setelah dikompresi dengan komposisi rata-rata kelenjar/adiposa. Termasuk di
dalam lilin di sisipkan aluminium oksida (Al2 O3) yang mensimulasikan
mikrokalsifikasi dalam kelompok bintik-bintik. Enam serat nilon berbeda ukuran
mensimulasikan struktur berserat dan lima lensa massa berukuran berbeda
mensimulasikan tumor.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
15

Gambar 2.9 Lokasi dan posisi benda uji dalam fantom[16]

Ukuran-ukuran dalam Gambar 2.9 adalah sebagai berikut :


• Kelompok Serat dengan diameter 1,56, 1,12, 0,89, 0,75, 0,54 dan 0,40 mm.
• Kelompok Bintik-bintik dengan diameter 0,54, 0,42, 0,32, 0,24 dan 0,16 mm.
• Kelompok Massa dengan diameter dan ketebalan penurunan 2,00, 1,00, 0,75,
0,50 dan 0,25 mm.
Fantom Akreditasi Mamografi diproduksi tunggal oleh American College
of Radiology (ACR). Fantom ini sangat rentan terhadap suhu di atas 110° F.
Fantom harus selalu dalam keadaan bersih dan jika tidak digunakan sebaiknya
fantom disimpan dalam tempat yang kering dan sejuk.

2.3 Jaminan Kualitas (Quality Assurance) dan Kendali Kualitas (Quality


Control)
Kualitas citra merupakan salah satu aspek dari jaminan dan kendali
kualitas. Jaminan kualitas (Quality Assurance) didefinisikan sebagai prosedur
yang bertujuan untuk memastikan bahwa suatu produk atau jasa dalam
pengembangannya telah memenuhi persyaratan tertentu. Kendali kualitas (Quality
Control) adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk memastikan bahwa produk
yang diproduksi atau layanan dilakukan mematuhi yang ditetapkan seperangkat
kriteria kualitas atau memenuhi persyaratan klien atau pelanggan. Kendali kualitas

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
16

(Quality Control/QC) adalah serupa tetapi tidak identik dengan jaminan kualitas
(Quality Assurance/QA).
Jaminan kualitas (Quality Assurance) dan kendali kualitas (Quality
Control) berkembang secara cepat sejak diterbitkannya rekomendasi untuk
program menjaga kualitas fasilitas radiologi diagnostik (Bureau of Radiological
Health), dikatakan oleh The Joint Commission On The Acreditation of Hospital
(JCHA) bahwa salah satu tanggung jawab pelayanan unit radiologi adalah
menjaga kendali kualitas (Quality Control) yang bertujuan meminimalisir faktor
pengulangan citra radiografi dan memaksimalkan kualitas citra radiografi.
Deskripsi lain menyatakan bahwa jaminan kualitas (Quality Assurance) terdiri
dari beberapa program, antara lain: kendali kualitas (quality control), perawatan
berkala (preventive maintenance), kalibrasi (equipment calibration), pendidikan
bagi petugas radiologi (in service education of the technologists and darkroom
personel), uji coba alat baru (specification and acceptance testing of view
equipment), dan evaluasi produk baru (evaluation of new product). Maka dapat
diambil kesimpulannya bahwa jaminan kualitas (quality assurance) merupakan
keseluruhan dari program manajemen.
Sebuah program Quality Assurance untuk radiologi diagnostik, seperti
yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah sebuah
upaya yang diselenggarakan oleh staf operasional untuk memastikan bahwa citra
diagnostik yang dihasilkan berkualitas tinggi dan terpercaya untuk memberikan
informasi diagnostik yang memadahi dengan biaya serendah mungkin dan sedikit
kemungkinan paparan radiasi terhadap pasien dengan kualitas citra yang
diperlukan. Hal ini membutuhkan pembentukan program Quality Assurance yang
komperhensif untuk diagnosa medis, dan memperhatikan aspek teknis yang harus
diawasi oleh seorang fisikawan medis.
Program Quality Assurance (QA) untuk radiologi diagnostik meliputi :
• Pengukuran parameter fisik dari generator radiasi dan perangkat pencitraan
pada saat komisioning dan berkala sesudahnya.
• Verifikasi dari faktor fisik dan klinis yang tepat digunakan dalam diagnosa
pasien.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
17

• Mencatat secara tertulis prosedur yang relevan dan hasil-hasil yang ada. Ini
termasuk mendefinisikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang jelas,
menguraikan tes Quality Control yang dilakukan oleh individu, memberikan
tes secara berkala, mengadakan pelatihan bagi staf, memfasilitasi layanan
audit dan membantu untuk memcatat informasi yang baru.
• Verifikasi dari kalibrasi yang tepat dan kondisi operasi dosimetri serta
pementauan peralatan.
• Mengaudit tinjauan umum dan independen kualitas dari program Quality
Assurance (QA).
Program Quality Assurance yang dirancang untuk memastikan bahwa peralatan
radiologi dan prosedur dapat menghasilkan informasi yang diinginkan.
Tes Quality Control dimaksudkan untuk memverifikasi stabilitas
operasional dari peralatan atau elemen yang digunakan untuk memperoleh citra
mamogram (pada mamografi). Tes diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
penting dan yang diinginkan, sehubungan dengan pentingnya kualitas citra dan
dosis. Kinerja kategori pertama dalam tes ini dianggap sangat diperlukan, namun
dianjurkan bahwa tes kategori kedua juga dilakukan jika sumber daya manusia
yang memadahi dan peralatannya tersedia.
Sebuah fasilitas harus berusaha untuk memastikan peralatan yang
beroperasi pada tingkat kinerja yang optimal, karena hal ini akan menghasilkan
kualitas citra yang maksimal dan kenerja dosis yang tepat. Hal ini diakui,
bagaimana pun, bahwa sumber daya yang terbatas, faktor uncorrectable
lingkungan dan faktor lainnya kadang-kadang dapat mencegah tercapainya
tingkatan yang diperoleh. Uji Quality Control (QC) ini harus dilakukan di dalam
fasilitas tersebut. Sehingga mampu menunjukkan tingkat kinerja yang harus
dicapai. Hal itu menentukan tingkat dimana fasilitas tersebut layak untuk terus
beroperasi.

2.4 Computed Radiography (CR)


Computed radiography (CR) atau digital luminescence radiography
(DLR) merupakan sistem pencitraan radiografi sinar-X konvensional (kombinasi
kaset, intensifying screen dan film) dimana intensifying screen dalam kaset diganti

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
18

dengan storge phosphor plate dan tanpa film. Proses ini membutuhkan radiasi
sinar-X dimana terjadi electronic latent image dalam phosphor plate yang terbaca
oleh reader pada proses scanning. Proses analog to digital converter/digitizer,
image prosessor, rekonstruksi citra berupa digital to analog converter merupakan
rangkaian dalam penghasilan citra menggunakan CR yang tampilannya melalui
monitor dan hard copy unit menggunakan laser printer.

Gambar 2.10 Proses penampilan citra pada Computed Radiography[18]

Prinsip kerja yang digunakan CR seperti intensifying screen terlihat pada


Gambar 2.10. Paket-paket energi sinar-X menstimulasi elektron yang
mengakibatkan kondisi ketidakstabilan. Proses pelepasan energi elektron menuju
kondisi yang stabil terdiri dari tiga proses yaitu :
1. Elektron kembali ke level semula dengan gejala fluorescence.
2. Elektron tertangkap di impurity level (IL), energi tersimpan di IL menjadi
electronic latent image dan mengalami gejala phosphorescence (Gambar
2.11).

Gambar 2.11 Prinsip kerja phosphor plate[18]

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
19

3. Electronic latent image terstimuli cahaya/laser dengan frekuensi yang cocok


sehingga terjadi emisi cahaya stimuli dan gejala photostimulated
luminescence, seperti pada Gambar 2.12. Proses ini yang digunakan dalam
pencitraan CR dengan intensitas emisi cahaya stimuli sebanding dengan
intensitas sinar-X.

Gambar 2.12 Gejala terjadinya photostimulated luminescence[18]

Storage Phosphor Cassette seperti pada Gambar 2.13, memiliki layar


dengan lapisan phosphor yang dibebankan oleh foton sinar-X.

Gambar 2.13 Struktur storage phosphor cassette[18]

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
20

Saat storage phosphor plate terpapar sinar-X, maka yang terjadi :


1. Phosphor khusus pada layar menyerap radiasi dalam derajat intensitas
menentukan bagian tubuh dan jenis layar:
• jaringan tubuh yang kecil menyerap sejumlah kecil radiasi, daerah ini
ditunjukkan pada daerah abu-abu (gray/nilai tengah).
• jaringan tulang menyerap sebagian besar radiasi, daerah ini ditunjukkan
pada daerah yang terang (nilai cahaya).
• sinar-X yang tidak mengalami hambatan, ditunjukkan dalam gambar pada
area yang gelap.
2. Screen/layar memiliki citra laten di daerah yang terkena radiasi. Jumlah energi
yang tersimpan proporsional dengan kuantitas sinar-X energi yang diserap
oleh layar.

Alur kerja CR diawali dengan kaset/phosphor plate setelah terpapar oleh


sinar-X akan memasuki image reader. Image reader terdiri dari sumber
pembangkit laser dan beam deflector, sistem scanning dan detektor. Setelah
melewati proses pada image reader akan memasuki plate eraser agar phosphor
plate dapat digunakan kembali untuk proses radiografi. Sumber pembangkit laser
yaitu He Ne dengan ukuran laser spot di plate ± 100 µm. Ketika laser beam power
meningkat, maka intensitas emisi cahaya meningkat namun waktu scan, efek
phosphorescent lag, pengurangan signal dan resolusi spasial mengalami
penurunan.
Material yang digunakan sebagai phosphor plate juga memiliki
persyaratan khusus, diantaranya :
• penyerapan stimuli maksimum pada panjang gelombang (λ) yaitu laser He Ne
(λ = 633 nm) atau laser diode (λ = 633 nm).
• spektrum emisi cahaya pada λ = 400 nm sesuai dengan kepekaan
photomultiplier tube (PMT)
• bahan kristal barium halogenida dengan impurity sesuai dengan dop yaitu
europium (Eu)
• ukuran kristal dan ketebalan phosphor plate kompromi atau sensitivitas,
resolusi, kontras dan noise seperti pada intensifying screen.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
21

2.4.1 Computed Radiography (CR) pada Mamografi


Cara kerja CR pada mamografi hampir mirip dengan CR pada
konvensional radiografi. Struktur storage phospor-nya sama hanya berbeda pada
ukuran pixel dan line pairs-nya. Itu perbedaan fisik yang mendasar, sehingga
kapasitas gambar yang dihasilkan (Mb) berbeda dengan konvensional lainnya.
Jika pada analog menggunakan film single emulsi, pada film dry laser, yang harus
diperhatikan adalah ukuran pixelnya. Ukuran pixel harus banyak untuk
mengimbangi pixel gambar dan biasanya di atas 500 dpi, 50 mikron. Hasil ada
pada monitor jika sudah melalui proses pada scanner. Pemindaian diilustrasikan
seperti pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Sistematik pada Image Reader[19]

Sinar laser pada scanner diarahkan ke lokasi kecil di phosphor. Sehingga


merangsang emisi cahaya yang dideteksi dengan menggunakan dua elemen
fotosensitif, yang ada pada kedua sisi layar. Jumlah cahaya yang dipancarkan di
lokasi tertentu pada kaset, adalah sesuai dengan akusisi jumlah sinar-X pada
daerah tersebut. Sinar laser memindai dengan gerakan raster dan merekam
kuantitas cahaya yang dipancarkan di setiap lokasi, dan pemindai merakit gambar
digital.
Seluruh pemindaian membutuhkan waktu kurang lebih satu menit setiap
kaset, pada CR mamografi waktu yang dibutuhkan untuk memindai cenderung
lebih lama karena struktur phosphor yang lebih banyak pixel-nya daripada CR
konvensional radiografi biasa. Gambar digital akan muncul setelah pemindaian

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
22

dan ditampilkan pada layar monitor komputer dengan dapat meninjau kualitas
gambarnya.

2.5 DETEKTOR SEMIKONDUKTOR


Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada dua
jenis detektor di atas, terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik yaitu
silikon atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu lebih
effisien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat,
serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.

Gambar 2.15 Tingkat energi pita valensi dan pita konduktor[20]

Pada dasarnya, bahan isolator dan bahan semikonduktor tidak dapat


meneruskan arus listrik. Hal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita
valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Pada Gambar 2.15, perbedaan
tingkat energi antara pita valensi dan pita konduksi di bahan isolator sangat besar
sehingga tidak memungkinkan elektron untuk berpindah ke pita konduksi (>5
eV). Sebaliknya, perbedaan tersebut relatif kecil pada bahan semikonduktor (< 3
eV) sehingga memungkinkan elektron untuk meloncat ke pita konduksi bila
mendapat tambahan energi.
Energi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh
bahan sehingga beberapa elektronnya dapat berpindah dari pita valensi ke pita
konduksi. Bila di antara kedua ujung bahan semikonduktor tersebut terdapat beda
potensial maka akan terjadi aliran arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi
diubah menjadi energi listrik.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
23

Gambar 2.16 Rangkaian semikonduktor tipe N dengan tipe P[20]

Pada Gambar 2.16 sambungan semikonduktor dibuat dengan


menyambungkan semikonduktor tipe N dengan tipe P (PN junction). Kutub
positif dari tegangan listrik eksternal dihubungkan ke tipe N sedangkan kutub
negatifnya ke tipe P seperti terlihat pada gambar. Hal ini menyebabkan pembawa
muatan positif akan tertarik ke atas (kutub negatif) sedangkan pembawa muatan
negatif akan tertarik ke bawah (kutub positif), sehingga terbentuk (depletion
layer) lapisan kosong muatan pada sambungan PN. Dengan adanya lapisan
kosong muatan ini maka tidak akan terjadi arus listrik. Bila ada radiasi pengion
yang memasuki lapisan kosong muatan ini maka akan terbentuk ion-ion baru,
elektron dan hole, yang akan bergerak ke kutub-kutub positif dan negatif.
Tambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya pulsa
atau arus listrik.

Oleh karena daya atau energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan ion-ion
ini lebih rendah dibandingkan dengan proses ionisasi di gas, maka jumlah ion
yang dihasilkan oleh energi yang sama akan lebih banyak. Hal inilah yang
menyebabkan detektor semikonduktor sangat teliti dalam membedakan energi
radiasi yang mengenainya atau disebut mempunyai resolusi tinggi. Sebagai
gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi gamma biasanya mempunyai resolusi
sebesar 50 keV, artinya, detektor ini dapat membedakan energi dari dua buah
radiasi yang memasukinya bila kedua radiasi tersebut mempunyai perbedaan
energi lebih besar daripada 50 keV. Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi
gamma biasanya mempunyai resolusi 2 keV. Jadi terlihat bahwa detektor
semikonduktor jauh lebih teliti untuk membedakan energi radiasi.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
24

Sebenarnya, kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu


diperlukan dalam pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan survai
radiasi. Akan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis
radionuklida atau untuk menentukan jenis dan kadar bahan, kemampuan ini
mutlak diperlukan. Kelemahan dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih
mahal, pemakaiannya harus sangat hati-hati karena mudah rusak dan beberapa
jenis detektor semikonduktor harus didinginkan pada temperatur nitrogen cair.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jln. Pantai Indah
Utara 3 Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara 14460, menggunakan pesawat
mamografi merk Senographe 800 T GE Mammography model pesawat/no. seri
panel control ZF000DMR/2107636 dengan tipe tabung GS 512-4, no. seri tabung
24604 TXI diproduksi tahun 1997. Kondisi maksimum 35 kV dan 600 mAs,
dengan 0,8 mm Be filter tambahan dan 0,03 mm Mo. Penelitian ini memanfaatkan
system pemeriksaan automatic exposure control (AEC) dan system penampilan
citra menggunakan computed radiography (CR). Source to Image Distance (SID)
adalah 66 cm, dengan kombinasi target/filter Mo/Mo.
Pada pengambilan data diperlukan uji kesesuaian pesawat mamografi
untuk parameter yang terkait yaitu akurasi kVp, linieritas mAs, dan HVL. Dalam
menentukan kualitas citra, evaluasi dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap citra yang dihasilkan oleh benda uji fantom mamografi. Tujuan
dilakukan kegiatan tersebut untuk melihat dan membuat metode pendekatan
dalam menentukan kualitas citra terbail dari mamografi Computed Radiography
(CR).
Prosentase (%) Glandularity dievaluasi oleh radiolog, mengikuti metode
Steven B. Halls, MD, dengan pengelompokkan A (0% glandularity), B (1-24%
glandularity), C (25-49% glandularity), D (50-74% glandularity), dan E (75-
100% glandularity).
Dengan ketentuan pada :
1. Kelompok A (0 % glandularity),
jika daerah jaringan glandular (yang ditandai dengan warna putih) terlihat
sangat tipis, dan sebagian besar yang mendominasi adalah jaringan lemak (fat)
(yang ditandai dengan warna gelap), sehingga pada kelompok A ini sering
disebut fatty density.

25
Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


26

2. Kelompok B (1-24% glandularity),


jika jaringan fibroglandular (area putih) menempati kurang dari ¼ dari
keseluruhan payudara dan setidaknya ¾ dari keseluruhan payudara terlihat
area gelap yang menunjukkan jaringan adipose/lemak.
3. Kelompok C (25-49% glandularity),
jika daerah gelap menempati lebih dari 75% dari keseluruhan payudara,
sehingga sisanya kurang dari 25% adalah daerah putih yang merupakan
jaringan fibroglandular.
4. Kelompok D (50-74% glandularity),
jika daerah putih (jaringan fibroglandular) menempati lebih dari setengah/50%
dari keseluruhan payudara, sedangkan area gelap kurang dari setengahnya.
5. Kelompok E (75-100% glandularity)
merupakan kelompok tertinggi dari jaringan fibroglandular padat tertinggi,
dengan area putih cenderung dominan dan hampir menguasai keseluruhan dari
payudara.
Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan parameter kondisi penyinaran
pemeriksaan pasien mamografi. Data yang diperoleh sebanyak 35 pasien wanita
dengan rentang usia tahun dengan jenis kompresi craniocaudal (CC) projection
dan mediolateral oblique (MLO) projection pada masing-masing payudara. Untuk
menganalisa kualitas citra pada prosentase (%) glandularity yang sama, parameter
yang dibutuhkan adalah kVp dan mAs. Sedangkan untuk pengevaluasian nilai
mean glandular dose (MGD) pada setiap pasien adalah kVp, mAs, HVL,
ketebalan payudara (mm) dan prosentase (%) glandularity.
Setelah data prosentase (%) glandularity yang dievaluasi oleh radiolog
diperoleh, dilakukan pendekatan Glandularity of Equivalent Breast sesuai dengan
Equivalent Thicknesses and Glandularities of Compressed Breast Simulated by
PMMA pada TRS 457 seperti pada Tabel 3.1, Equivalent Thicknesses And
Glandularities of Compressed Breasts Simulated by PMMA.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
27

Table 3.1 : Equivalent Thicknesses And Glandularities of Compressed Breasts


Simulated by PMMA

PMMA Equivalent Glandularity


Thickness Breast of Equivalent
(mm) Thickness (mm) Breast (%)
20 21 97
30 32 67
40 45 40
45 53 29
50 60 20
60 75 9
70 90 4
80 103 3

Pengelompokkan Prosentase (%) Glandularity yang dievaluasi yaitu


kelompok B (1-24% glandularity) dan C (25-49% glandularity) karena pada
kelompok B dan C yang paling banyak ditemukan pada pasien (mengacu dengan
mempertimbangkan kondisi di lapangan). Setelah itu, dilanjutkan perlakuan uji
coba pada fantom dengan menyesuaikan prosentase (%) glandularity dengan
equivalen PMMA thickness sesuai Tabel 3.1. Perlakuan kondisi penyinaran
(eksposure) pada fantom juga disesuaikan dengan kondisi penyinaran (eksposure)
yang sudah diperoleh pada pasien.
Fantom yang digunakan adalah Mammographic Accreditation Phantom
Nuclear Associates 18-220 dengan ketebalan 42 mm. Pada kelompok B digunakan
PMMA setebal 50 mm, sehingga ada penambahan acrylic setebal 8 mm.
Sedangkan pada kelompok C digunakan PMMA setebal 45 mm, sehingga ada
penambahan acrylic setebal 3 mm. Tetapi pada kenyataannya, dilakukan
penambahan acrylic setebal 4 mm sehingga menjadi 46 mm (dengan toleransi 1
mm). Diberikan tegangan panel (kV) dan beban tabung (mAs) dari data kondisi
penyinaran pasien.
Pada kelompok B maupun kelompok C, akan terjadi variasi tegangan
panel (kV) dan beban tabung (mAs) dari setiap kondisi penyinaran langsung ke
pasien. Pada variasi kV dan mAs itulah yang akan digunakan untuk melihat
kualitas citra yang akan dianalisa dengan metode scoring. Dari hasil metode

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
28

scoring tersebut, dilakukan kembali uji kualitas citra, pada kualitas citra terbanyak
dan kombinasi dari kualitas citra terbaik.

• Flow Chart Pendekatan Metodologi Menentukan Kualitas Citra Terbaik


Mamografi Computed Radiography (CR) :

Kondisi
mAs kualitas citra mAs
‘sample’ terbaik ‘terpilih’
berdasarkan
‘mAs’
s
c Kombinasi
kualitas citra
o terbaik dari
r mAs dan
i kVterpilih
n
g Kondisi
kualitas citra
kV kV
terbaik Evaluasi
‘sample’ ‘terpilih’
berdasarkan ‘sample’
‘kV’ mAs dan kV
terpilih

Evaluasi hasil Exposure


kualitas citra fantom
terbaik beserta scoring sesuai mAs
MGD, SESUAI dan kV
atau TIDAK terpilih

Skema 3.1 Bagan Pendekatan Metodologi Kualitas Citra Terbaik


Mamografi Computed Radiography

Harapan dalam penelitian ini bahwa hasil citra pada fantom dengan variasi
parameter kV dan mAs yang berbeda tetapi pada kelompok prosentase (%)
glandularity menghasilkan kualitas citra yang sama baik atau mendekati.
Program jaminan kualitas pesawat mamografi sangat penting dalam
penelitian ini, karena pesawat mamografi beroperasi setiap hari untuk melakukan

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
29

pemeriksaan deteksi dini kanker payudara kepada masyarakat umum. Pengujian


yang dilakukan meliputi uji indikator ketebalan kompresi, keakurasian kV, uji
linearitas output, dan kualitas sinar-X dengan HVL. Pengukuran HVL dilakukan
pada setiap variasi kVp yang digunakan secara klinis.
Pada penelitian ini dilakukan juga evaluasi Mean Glandular Dose (MGD)
pada seluruh data pasien, dengan memperhatikan variasi kV, mAs, tebal kompresi
(mm) dan HVL (mmAl). Setelah data kondisi penyinaran didapatkan, dilakukan
perhitungan Mean Glandular Dose (MGD) dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:

………………….. persamaan (3.1)


Dimana,

DG : dosis rata-rata glandular (mGy)


CDG50, Ki : faktor konversi (mGy/mGy) yang digunakan untuk menghitung
MGD dengan prosentase glandular 50 % dari nilai Ki (tabel 3.2)
CDGg, DG50 : koefisien konversi prosentase glandular CDGg,DG50 pada
glandular (g) 0,1-100% pada payudara (tabel 3.4)
S : tabel koreksi spectral (tabel 3.3)
Ki : incident air kerma (mGy)

Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat,


American College of Radiology (ACR) and Mammography Quality Standards Act
(MQSA) memberikan rekomendasi bahwa batas dosis di glandular pada ketebalan
payudara 4.5 cm setelah dikompresi adalah 3,0 mGy per eksposure karena
jaringan tersebut menunjukkan resiko yang tinggi untuk perkembangan
karsinoma.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
30

Tabel 3.2 Faktor konversi (mGy/mGy) yang digunakan untuk menghitung MGD
dengan prosentase glandular 50 % dari nilai Ki

Breast Thickness HVL


(mm) 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60
20 0.390 0.433 0.473 0.509 0.543 0.573 0.587
30 0.274 0.309 0.342 0.374 0.406 0.437 0.466
40 0.207 0.235 0.261 0.289 0.318 0.346 0.374
50 0.164 0.187 0.209 0.232 0.258 0.287 0.310
60 0.135 0.154 0.172 0.192 0.214 0.236 0.261
70 0.114 0.130 0.145 0.163 0.177 0.202 0.224
80 0.098 0.112 0.126 0.140 0.154 0.175 0.195
90 0.086 0.098 0.111 0.123 0.136 0.154 0.172
100 0.076 0.087 0.099 0.110 0.121 0.138 0.154
110 0.069 0.079 0.089 0.099 0.109 0.124 0.139

Tabel 3.3 Nilai faktor koreksi spectral

Target/Filter Combination s factor


Mo/Mo 1.000
Mo/Rh 1.017
Rh/Rh 1.061
Rh/Al 1.044
W/Rh 1.042

Tabel 3.4 Koefisien konversi prosentase glandular CDGg,DG50 pada glandular (g)
0,1-100% pada payudara

HVL Breast Glandularity (g) (%)


Breast Thickness (mm)
(mm Al) 0.1 25 50 75 100
0.30 20 1.130 1.059 1.000 0.938 0.885
30 1.206 1.098 1.000 0.915 0.836
40 1.253 1.120 1.000 0.898 0.808
50 1.282 1.127 1.000 0.886 0.794
60 1.303 1.135 1.000 0.882 0.785
70 1.317 1.142 1.000 0.881 0.784
80 1.325 1.143 1.000 0.879 0.780
90 1.328 1.145 1.000 0.879 0.780
100 1.329 1.147 1.000 0.880 0.780
110 1.328 1.143 1.000 0.879 0.779

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
31

0.35 20 1.123 1.058 1.000 0.943 0.891


30 1.196 1.090 1.000 0.919 0.842
40 1.244 1.112 1.000 0.903 0.816
50 1.272 1.121 1.000 0.890 0.801
60 1.294 1.132 1.000 0.886 0.793
70 1.308 1.138 1.000 0.886 0.788
80 1.312 1.140 1.000 0.884 0.786
90 1.319 1.145 1.000 0.844 0.786
100 1.319 11.44 1.000 0.881 0.785
110 1.322 1.142 1.000 0.882 0.784
0.40 20 1.111 1.054 1.000 0.949 0.900
30 1.181 1.087 1.000 0.922 0.851
40 1.227 1.105 1.000 0.907 0.825
50 1.258 1.120 1.000 0.899 0.810
60 1.276 1.125 1.000 0.890 0.798
70 1.292 1.132 1.000 0.887 0.793
80 1.302 1.136 1.000 0.885 0.790
90 1.308 1.138 1.000 0.884 0.789
100 1.311 1.138 1.000 0.883 0.788
110 1.315 1.140 1.000 0.885 0.791
0.45 20 1.099 1.152 1.000 0.948 0.905
30 1.169 1.080 1.000 0.924 0.858
40 1.209 1.102 1.000 0.909 0.829
50 1.248 1.115 1.000 0.898 0.815
60 1.267 1.125 1.000 0.891 0.801
70 1.283 1.129 1.000 0.892 0.797
80 1.298 1.137 1.000 0.887 0.799
90 1.301 1.135 1.000 0.886 0.792
100 1.305 1.138 1.000 0.886 0.791
110 1.312 1.138 1.000 0.885 0.789
0.50 20 1.098 1.05 1.000 0.955 0.910
30 1.164 1.078 1.000 0.928 0.864
40 1.209 1.094 1.000 0.912 0.835
50 1.242 1.111 1.000 0.903 0.817
60 1.263 1.120 1.000 0.896 0.807
70 1.278 1.127 1.000 0.890 0.800
80 1.289 1.132 1.000 0.889 0.794
90 1.295 1.134 1.000 0.887 0.793
100 2.302 1.138 1.000 0.886 0.791
110 1.303 1.140 1.000 0.885 0.789
0.55 20 1.086 1.043 1.000 0.955 0.914
30 1.154 1.071 1.000 0.932 0.870
40 1.196 1.093 1.000 0.918 0.843

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
32

50 1.227 1.105 1.000 0.906 0.824


60 1.252 1.115 1.000 0.900 0.814
70 1.267 1.122 1.000 0.896 0.805
80 1.278 1.125 1.000 0.890 0.800
90 1.295 1.134 1.000 0.887 0.793
100 2.302 1.138 1.000 0.886 0.791
110 1.303 1.140 1.000 0.885 0.789
0.60 20 1.089 1.045 1.000 0.959 0.919
30 1.142 1.065 1.000 0.933 0.874
40 1.185 1.090 1.000 0.923 0.850
50 1.216 1.102 1.000 0.910 0.830
60 1.238 1.113 1.000 0.904 0.820
70 1.252 1.120 1.000 0.899 0.812
80 1.266 1.123 1.000 0.894 0.806
90 1.272 1.124 1.000 0.893 0.801
100 1.279 1.125 1.000 0.891 0.797
110 1.284 1.129 1.000 0.893 0.798

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Jaminan Kualitas


Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, program jaminan kualitas
pesawat untuk uji keakurasian tegangan, output pesawat, reproduksibilitas dan
ketebalan kompresi dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Tegangan pesawat
yang diberikan pada kombinasi target/filter Mo/Mo sebesar 22 – 32 kV. Hasil
yang ditunjukkan pada detektor Unfors memiliki kesesuaian antara tegangan
pesawat dengan perbedaan rata-rata yang diperoleh sebesar 0,429%. Perbedaan
terkecil dicapai pada 25 kV sebesar 0,159% dan perbedaan terbesar dicapai pada
22 kV sebesar 1,034%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpangan masih dalam
batas toleransi sesuai dengan rekomendasi dari British Columbia dengan
penyimpangan maksimum sebesar 10%.

Tabel 4.1 Hasil Akurasi Tegangan Panel Pesawat (kV) dan


Tegangan Detektor (kV)

Tegangan Tegangan Kesalahan


Panel Detektor Relatif
(kV) (kV) (%)
22 22.23 1.05
23 23.16 0.71
24 24.08 0.34
25 25.04 0.14
26 26.09 0.34
27 27.07 0.25
28 28.09 0.32
29 29.10 0.34
30 30.19 0.63
31 31.11 0.36
32 32.08 0.24

Tabel 4.1 menunjukkan hasil keakurasian antara tegangan panel (kV) dan
tergangan detektor (kV) dengan menggunakan detektor semikonduktor Unfors
kesalahan relatifnya masih dalam nilai direkomendasikan yaitu < dari 10%, dan

33
Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


34

Tabel 4.1 menunjukkan juga bahwa kenaikan tegangan panel (kV) yang diberikan
sejalan dengan kenaikan tegangan detektor (kV) yang dihasilkan.

Tabel 4.2 Hasil Output Pesawat (mGy/mAs)

Tegangan Beban Pesawat Dosis Output


Panel (kV) (mAs) (mGy) (mGy/mAs)
22 18 0.70 0.040
23 18 0.84 0.047
24 18 0.99 0.055
25 18 1.15 0.064
26 18 1.32 0.073
27 18 1.50 0.083
28 18 1.70 0.094
29 18 1.90 0.105
30 18 2.10 0.116
31 18 2.33 0.129
32 18 2.55 0.141

Tabel 4.2 menunjukkan hasil output pesawat pada kombinasi filter/target


nilai Mo/Mo, dengan hasil output pesawat (mGy/mAs) sejalan terhadap besarnya
tegangan panel (kV) yang diberikan pada beban tabung (mAs) yang sama.

Tabel 4.3 Hasil Akurasi Ketebalan (mm)

Tebal Bahan Indikator Ketebalan Selisih Ketebalan


Acrylic (mm) Pada Panel (mm) (mm)
17 8 9
22 13 9
26 17 9
31 22 9
35 26 9
36 27 9
44 36 8
49 40 9
53 45 8
58 50 8
62 54 8
Rata - rata 8.6363

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
35

Untuk pengukuran uji keakurasian indikator ketebalan pada panel (mm)


terhadap ketebalan bahan (mm) menggunakan beberapa acrylic dengan variasi
ketebalan yang berbeda. Pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji keakurasian
ketebalan dengan nilai dengan faktor koreksi ketebalan (mm) = tebal bahan –
indikator ketebalan pada panel . Hasil rata-rata dari selisih tebal bahan dengan
indikator ketebalan pada panel adalah 8.6363 mm ≈ 9(b) mm. Artinya bahwa setiap
indikator ketebalan pada panel yang terukur harus ditambah dengan nilai (b).
Pengukuran HVL dilakukan juga menggunakan detektor semikonduktor
Unfors. Pengukuran dengan menggunakan kombinasi target/filter Mo/Mo dan
Mo/Rh. Grafik 4.1 menunjukkan nilai HVL yang diperoleh masing-masing kV.

Grafik 4.1 Hubungan Dosis terhadap HVL

Dari Grafik 4.1 menunjukkan nilai yang sangat signifikan bahwa


perolehan nilai HVL memiliki efek terhadap dosis yang didapatkan. Semakin
tebal nilai HVL (mmAl) yang terukur, maka semakin besar pula dosis keluaran
yang didapatkan. Dapat disimpulkan bahwa pilihan dari kombinasi target/filter
dapat mengubah kualitas radiasi. Karakteristik spektrum energi pada masing-
masing kombinasi target/filter mempengaruhi nilai dosis (mGy) terukur. Faktor
koreksi yang diperoleh pada kombinasi target/filter Mo/Mo,
Dosis=100,1(HVL)2+56,27(HVL)+8,636 dengan R2=0,989 sedangkan pada
kombinasi target/filter Mo/Rh, Dosis=178,5(HVL)2–133,3(HVL)+25,88 dengan
R2=0,991.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
36

Grafik 4.2 Hubungan Tegangan Panel (kV) terhadap HVL

Grafik 4.2 menunjukkan nilai HVL yang diperoleh pada masing-masing


tegangan tabung (kV) yang diberikan pada kombinasi target/filter Mo/Mo dan
Mo/Rh. Semakin tinggi tegangan tabung (kV) yang diberikan, maka HVL yang
terukur semakin tebal. Karakteristik spektrum energi pada masing-masing
kombinasi target/filter juga mempengaruhi nilai HVL (mmAl) terukur. Untuk
tegangan tabung (kV) yang sama pada masing-masing kombinasi target/filter,
HVL yang terukur akan lebih besar muncul pada kombinasi target/filter Mo/Rh,
ini dikarenakan karakteristik sinar-X (keV) berada pada tingkatan energi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Mo/Mo. Kenaikan tegangan tabung (kV)
mengakibatkan kenaikan HVL (mmAl). Kenaikan HVL juga dipengaruhi oleh
nomor atom target dan filter. Faktor koreksi yang diperoleh pada kombinasi
target/filter Mo/Mo, HVL=-0,000(kV)2+0,053(kV)-0.058 dengan R2=0,997
sedangkan pada kombinasi target/filter Mo/Rh, HVL=-0.000(kV)2+0,047(kV)-
0,387 dengan R2=0,996.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kualitas Radiasi Pesawat Mamografi


Tegangan Pengukuran Toleransi
Tabung Panel HVL Min Max
(kV) (mmAl) HVL HVL
22 0.29 0.25 0.34
23 0.31 0.26 0.35

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
37

24 0.33 0.27 0.36


25 0.34 0.28 0.37
26 0.36 0.29 0.38
27 0.37 0.3 0.39
28 0.38 0.31 0.4
29 0.39 0.32 0.41
30 0.40 0.33 0.42
31 0.41 0.34 0.43
32 0.41 0.35 0.44

Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengukuran tegangan tabung panel (kV)


kualitas radiasi pada pesawat mamografi dengan hasil HVL (mmAl) yang
diperoleh. Nilai HVL minimum harus terpenuhi pada hasil HVL terukur.
Perhitungan toleransi HVL minimum dan HVL maksimum dengan mengacu pada
Quality Assurance Programme for Screen Film Mammography, IAEA Human
Health Series No.2.[11]

4.2 Hasil Analisa Kualitas Citra


Perlakuan fantom pada 35 data sampel yang diambil dengan menggunakan
teknik Automatic Exposure Control (AEC), hasil yang banyak muncul pada
Prosentase (%) Glandularity Kelompok C (25-49%) sebanyak 11 data dengan
tebal kompresi fantom 46 mm dan posisi kedua ada pada Kelompok B (1-24%)
sebanyak 10 data dengan tebal kompresi fantom 50 mm, masing-masing data
kedua kelompok Prosentase (%) Glandularity dengan variasi kV dan mAs.
Kualitas citra dipengaruhi oleh kombinasi antara tegangan panel (kV) dan
banyaknya jumlah/intensitas sinar-X (mAs) yang digunakan. Berikut ini disajikan
masing-masing tiga tabel yang menunjukkan hubungan intensitas sinar-X (mAs)
dan juga terhadap tegangan panel (kV) terhadap hasil kualitas citra.

4.2.1 Prosentase (%) Glandularity Kelompok C (25-49%)

Tabel 4.5 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat
Beban Pesawat Jumlah Keterangan Tegangan Tabung
Frekuensi
(mAs) Serat (kV)
56 4 2 29, 29
80 4 1 25

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
38

90 4 1 25
100 4 4 25, 25, 25, 27
4 8 25, 25, 26, 26, 26, 26, 26, 27
110 4.5 1 25
5 1 31
4 9 25, 25, 25, 25, 26, 26, 26, 27, 31
125
4.5 5 25, 25, 26, 26, 27
4 5 25, 26, 26, 25, 27
140
5 1 27
160 4 4 25, 25, 26, 28
4 1 27
180
5 1 28

Tabel 4.6 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat
Beban Pesawat Jumlah Kelompok
Frekuensi Keterangan Tegangan Tabung (kV)
(mAs) Bintik
56 2 2 29, 29
80 2 1 25
90 2 1 25
100 2.5 4 25, 25, 25, 27
2 2 26, 26
110 2.5 7 25, 25, 25, 26, 26, 26, 27
3 1 31
25, 25, 25, 25, 25, 25, 26, 26, 26, 26, 26, 27,
2.5 13
125 27
3 1 31
2.5 4 25, 26, 27, 27
140
3 2 26, 27
2.5 3 25, 25, 28
160
3 1 26
180 3 2 27, 28

Tabel 4.7 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat
Beban Pesawat
Jumlah Massa Frekuensi Keterangan Tegangan Tabung (kV)
(mAs)
56 4 2 29, 29
80 4 1 25
90 4 1 25
100 4 4 25, 25, 25, 27
110 4 10 25, 25, 25, 26, 26, 26, 26, 26, 27, 31

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
39

125 4 14 25, 25, 25, 25, 25, 25, 25, 26, 26, 26, 26, 26, 27, 27, 31
140 4 6 25, 26, 26, 27, 27, 27
160 4 4 25, 25, 26, 28
180 4 2 27, 28

Tabel 4.5 menerangkan bahwa jumlah serat terbanyak terlihat pada


kondisi 125 mAs dengan jumlah 4 serat sebanyak 9 buah. Sedangkan untuk
kualitas citra terbaik terlihat 5 serat sebanyak 1 buah pada kondisi 110 mAs, 140
mAs dan 180 mAs. Sedangkan Tabel 4.6 menerangkan bahwa jumlah kelompok
bintik terbanyak terlihat pada kondisi 125 mAs dengan jumlah 2,5 kelompok
bintik sebanyak 13 buah. Sedangkan untuk kualitas citra terbaik terlihat 3
kelompok bintik sebanyak 1 buah pada kondisi 110 mAs, 125 mAs dan 160 mAs,
serta sebanyak 2 buah pada kondisi 140 mAs dan 180 mAs. Pada Tabel 4.7
menerangkan bahwa jumlah massa terbanyak terlihat pada kondisi 125 mAs
dengan jumlah 4 massa sebanyak 14 buah. Sedangkan untuk kualitas citra terbaik
terlihat pada di semua variasi mAs dengan jumlah 4 massa.

Tabel 4.8 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat
Tegangan Jumlah
Frekuensi Keterangan Beban Pesawat (mAs)
Panel (kV) Serat
4 14 80, 90, 100, 100, 100, 110, 110, 125, 125, 125, 125, 140, 160, 160
25
4.5 3 110, 125, 125
4 11 110, 110, 110, 125, 140, 125, 110, 110, 125, 140, 160
26
4.5 2 125, 125
4 6 110, 140, 100, 125, 140, 180
27 4.5 1 125
5 1 140
4 1 160
28
5 1 180
29 4 2 56, 56
4 1 125
31
5 1 110

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
40

Tabel 4.9 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat
Tegangan Jumlah
Frekuensi Keterangan Beban Pesawat (mAs)
Panel (kV) Kelompok Bintik
2 2 80, 90
25 100, 100, 100, 110, 110, 110, 125, 125, 125,
2.5 15
125, 125, 125, 140, 160, 160
2 2 110, 110
26 2.5 9 110, 110, 125, 125, 140, 125, 110, 125, 125
3 2 140, 160
2.5 6 100, 110, 125, 125, 140, 140
27
3 2 140, 180
2.5 1 160
28
3 1 180
29 2 2 56, 56
31 3 2 110, 125

Tabel 4.10 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat
Tegangan Jumlah
Frekuensi Keterangan Beban Pesawat (mAs)
Panel (kV) Massa
80, 90, 100, 100, 100, 110, 110, 110, 125, 125, 125, 125, 125,
25 4 18
125, 125, 140, 160, 160
26 4 12 110, 110, 110, 110, 110, 125, 125, 125, 125, 125, 140, 140
27 4 8 100, 110, 125, 125, 140, 140, 140, 180
28 4 2 160, 180
29 4 2 56, 56
31 4 2 110, 125

Tabel 4.8 menerangkan bahwa jumlah serat terbanyak terlihat pada


kondisi 25 kV dengan jumlah 4 serat sebanyak 14 buah. Sedangkan untuk kualitas
citra terbaik terlihat 5 serat sebanyak 1 buah pada kondisi 27 kV, 28 kV dan 31
kV. Sedangkan Tabel 4.9 menerangkan bahwa jumlah kelompok bintik terbanyak
terlihat pada kondisi 25 kV dengan jumlah 2,5 kelompok bintik sebanyak 15 buah.
Sedangkan untuk kualitas citra terbaik terlihat 3 kelompok bintik sebanyak 1 buah
pada kondisi 28 kV, serta sebanyak 2 buah pada kondisi 26 kV, 27 kV dan 31 kV.
Pada Tabel 4.10 menerangkan bahwa jumlah massa terbanyak terlihat pada
kondisi 25 kV dengan jumlah 4 massa sebanyak 17 buah. Sedangkan untuk
kualitas citra terbaik terlihat pada di semua variasi mAs dengan jumlah 4 massa.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
41

Berdasarkan pembahasan di atas, kualitas citra terbanyak pada 25-49%


glandularity ada pada 125 mAs dan 25 kV. Sedangkan kualitas citra terbaik
terdapat pada kombinasi 140 mAs dan 180 mAs dengan 27 kV dan 31 kV.
Dilakukan juga perhitungan mean glandular dose (MGD) pada masing-masing
prosentase (%) glandularity kualitas citra terbanyak dan terbaik, untuk
menentukan dosis optimumnya. Sehingga dapat direkomendasikan, pada
kombinasi kV dan mAs nilai dosis optimum tercapai.

Tabel 4.11 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbanyak
Prosentase (%)Glandularity 25-49%
Jumlah
% MGD % MGD % MGD Jumlah Jumlah
kV mAs Kelompok
Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Serat Massa
Bintik
25 125 25 1.94 37 1.90 49 1.93 4 2.5 4

Tabel 4.12 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbaik
Prosentase (%) Glandularity 25-49%
Jumlah
% MGD % MGD % MGD Jumlah Jumlah
no kV mAs Kelompok
Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Serat Massa
Bintik
1 27 140 25 2.94 37 2.90 49 2.96 5 3 4
2 27 180 25 3.78 37 3.73 49 3.80 5 3 4
3 31 140 25 5.15 37 5.01 49 4.99 5 3 4
4 31 180 25 6.62 37 6.44 49 6.42 5 3 4

4.2.2 Prosentase (%) Glandularity Kelompok B (1-24%)

Tabel 4.13 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat
Beban Pesawat Keterangan Tegangan Panel
Jumlah Serat Frekuensi
(mAs) (kV)
3 2 25, 25
56
3.5 1 25
60 3 1 25
63 2 2 25, 25
71 3 2 25, 25
3 1 25
80
4 2 25, 25
90 4 2 25, 25

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
42

100 4 1 26
4 4 25, 25, 25, 26
110
5 1 27
4 7 25, 26, 26, 25, 25, 25, 26
125
5 2 25, 25
140 4 5 25, 26, 26, 26, 26
4 4 25, 26, 26, 26
160
5 2 26, 26
180 4 1 25

Tabel 4.14 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat

Beban Pesawat Jumlah Kelompok Keterangan Tegangan


Frekuensi
(mAs) Bintik Panel (kV)
56 2 3 25, 25, 25
60 2 1 25
63 2 2 25, 25
71 2 2 25, 25
80 2 3 25, 25, 25
90 2 2 25, 25
100 2 1 26
2 1 26
110 2.5 2 25, 25
3 2 25, 27
2 2 25, 25
125
2.5 7 25, 25, 25, 25, 25, 25, 26
2 1 26
140 2.5 2 26, 26
3 2 25, 26
2 1 25
160 2.5 1 26
3 4 26, 26, 26, 26
180 2.5 1 25

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
43

Tabel 4.15 Pengaruh Variasi Beban Pesawat (mAs) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat
Beban Pesawat Jumlah
Frekuensi Keterangan Tegangan Panel (kV)
(mAs) Massa
3 2 25, 25
56
3.5 1 25
60 3 1 25
3.5 1 25
63
4 1 25
71 3 2 25, 25
3 1 25
80
4 2 25, 25
3 1 25
90
4 1 25
100 4 1 26
3 1 26
110
4 4 25, 25, 25, 27
3 1 25
125 3.5 1 25
4 7 25, 25, 25, 25, 25, 25, 26
3.5 3 25, 26, 26
140
4 2 26, 26
3.5 1 25
160
4 5 26, 26, 26, 26, 26
180 4 1 25

Tabel 4.13 menerangkan bahwa jumlah serat terbanyak terlihat pada


kondisi 125 mAs dengan jumlah 4 serat sebanyak 7 buah. Sedangkan untuk
kualitas citra terbaik terlihat 5 serat sebanyak 1 buah pada kondisi 110 mAs, serta
2 buah pada kondisi 125 mAs dan 160 mAs. Sedangkan Tabel 4.14 menerangkan
bahwa jumlah kelompok bintik terbanyak terlihat pada kondisi 125 mAs dengan
jumlah 2,5 kelompok bintik sebanyak 7 buah. Sedangkan untuk kualitas citra
terbaik terlihat 3 kelompok bintik sebanyak 2 buah pada kondisi 110 mAs dan 140
mAs, serta 4 buah pada kondisi 160 mAs. Pada Tabel 4.15 menerangkan bahwa
jumlah massa terbanyak terlihat pada kondisi 125 mAs dengan jumlah 4 massa
sebanyak 7 buah. Sedangkan untuk kualitas citra terbaik terlihat pada di semua
variasi mAs dengan jumlah 4 massa, kecuali tidak muncul pada 56 mAs, 60 mAs
dan 71 mAs.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
44

Tabel 4.16 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Serat yang Terlihat

Tegangan Jumlah
Frekuensi Keterangan Beban Pesawat (mAs)
Panel (kV) Serat
2 2 63, 63
3 6 56, 56, 60, 71, 71, 80
25 3.5 1 56,
80, 80, 90, 90, 110, 110, 110, 125, 125, 125, 125,
4 16
125, 125, 140, 160, 180
5 2 125, 125
4 10 100, 110, 125, 140, 140, 140, 140, 160, 160, 160
26
5 2 160, 160
27 5 1 110

Tabel 4.17 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Kelompok Bintik yang Terlihat

Tegangan Panel Jumlah Kelompok


Frekuensi Kelompok Beban Pesawat (mAs)
(kV) Bintik
56, 56, 56, 60, 63, 63, 71, 71, 80, 80, 80, 90, 90,
2 16
125, 125, 160
25
2.5 9 110, 110, 125, 125, 125, 125, 125, 125, 180
3 2 110, 140
2 3 110, 110, 140
26 2.5 4 125, 140, 140, 160
3 5 140, 160, 160, 160, 160
27 3 1 110

Tabel 4.18 Pengaruh Variasi Tegangan Panel (kV) terhadap Kualitas Citra
berdasarkan Jumlah Massa yang Terlihat

Tegangan Jumlah
Frekuensi Kelompok Beban Pesawat (mAs)
Panel (kV) Massa
3 8 56, 56, 60, 71, 71, 80, 90, 125
25 3.5 5 56, 63, 125, 140, 160
63, 80, 80, 90, 110, 110, 110, 125, 125, 125, 125,
4 14
125, 125, 180
3 1 110
26 3.5 2 140, 140
4 9 100, 125, 140, 140, 160, 160, 160, 160, 160
27 4 1 110

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
45

Tabel 4.16 menerangkan bahwa jumlah serat terbanyak terlihat pada


kondisi 25 kV dengan jumlah 4 serat sebanyak 16 buah. Sedangkan untuk kualitas
citra terbaik terlihat 5 serat sebanyak 1 buah pada kondisi 27 kV, serta 2 buah
pada kondisi 25 kV dan 26 kV. Sedangkan Tabel 4.17 menerangkan bahwa
jumlah kelompok bintik terbanyak terlihat pada kondisi 25 kV dengan jumlah 2
kelompok bintik sebanyak 16 buah. Sedangkan untuk kualitas citra terbaik terlihat
pada semua variasi kV dengan jumlah 3 kelompok bintik. Pada Tabel 4.18
menerangkan bahwa jumlah massa terbanyak terlihat pada kondisi 25 kV dengan
jumlah 4 massa sebanyak 14 buah. Sedangkan untuk kualitas citra terbaik terlihat
pada semua variasi mAs dengan jumlah 4 massa.
Berdasarkan pembahasan di atas, kualitas citra terbanyak pada 1-24%
glandularity ada pada 125 mAs dan 25 kV. Sedangkan kualitas citra terbaik
terdapat pada kondisi 160 mAs dengan kombinasi antara 25 kV dan 26 kV.
Dilakukan juga perhitungan mean glandular dose (MGD) pada masing-masing
prosentase (%) glandularity kualitas citra terbanyak dan terbaik, untuk
menentukan dosis optimumnya. Sehingga dapat direkomendasikan, pada
kombinasi kV dan mAs nilai dosis optimum tercapai.

Tabel 4.19 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbanyak
Prosentase (%) Glandularity 1-24%
Jumlah
% MGD % MGD % MGD Jumlah Jumlah
kV mAs Kelompok
Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Serat Massa
Bintik
25 125 1 2.21 12.5 1.96 24 1.80 4 2 - 2.5 4

Tabel 4.20 Hasil Mean Glandular Dose (MGD) Pada Kualitas Citra Terbaik
Prosentase (%) Glandularity 1-24%
Jumlah
% MGD % MGD % MGD Jumlah Jumlah
No kV mAs Kelompok
Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Glandularity (mGy) Serat Massa
Bintik
1 25 160 1 2.83 12.5 2.51 24 2.29 5 3 4
2 26 160 1 3.34 12.5 2.96 24 2.70 5 3 4

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
46

4.3 Evaluasi Mean Glandular Dose


4.3.1 Hubungan Ketebalan Kompresi Payudara terhadap Usia
Sudah dilakukan perhitungan ketebalan kompresi payudara dengan faktor
koreksi ketebalan 9 mm. Dari 35 sample, diperoleh data usia minimum adalah 29
tahun, sedangkan usia maksimum adalah 72 tahun.

Grafik 4.3 Hubungan Ketebalan Kompresi Payudara terhadap Usia

Penelitian yang berjudul Mammographic Breast Glandularity in Malaysia


Women : Data Derived from Radiography yang dilakukan oleh Nooriah Jamal
et.al tahun 2003 menyimpulkan bahwa komposisi glandular di payudara menurun
sebanding ketebalan payudara setelah kompresi dan juga usia15. Tetapi hasil data
yang digambarkan pada Grafik 4.3 tidak menunjukkan adanya pola hubungan
yang jelas antara ketebalan kompresi terhadap usia. Hanya saja Grafik 4.3
memperlihatkan nilai-nilai representatif yang terlihat berkumpul dalam suatu area
tertentu (pola berkelompok). Seluruh data pasien yang diperoleh ditunjukkan
dengan grafik, dijabarkan pada masing-masing proyeksi pemeriksaan. Pada grafik
setiap proyeksi sudah dilakukan pengurangan data terhadap nilai-nilai yang tidak
signifikan/nilai-nilai diluar pola.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
47

Grafik 4.4 Nilai – nilai Representatif yang Membentuk Pola

Grafik 4.4 merupakan nilai-nilai representatif/nilai-nilai yang signifikan


dan membentuk sebuah pola (mengumpul pada area tertentu). Ada 5 nilai yang
dikeluarkan dari 35 data yang diperoleh, yaitu data-data nilai pada pasien usia 29,
38, 64, 72 dan 72 tahun. Nilai yang dikeluarkan adalah nilai dari data pasien
dengan usia termuda dan tertua, dengan ketebalan tertinggi dan terendah.

Grafik 4.5 Hubungan Kompresi pada RCC dengan Usia

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
48

Grafik 4.6 Hubungan Ketebalan Kompresi pada LCC terhadap Usia

Grafik 4.7 Hubungan Ketebalan Kompresi pada RMLO terhadap Usia

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
49

Grafik 4.8 Hubungan Ketebalan Kompresi pada LMLO terhadap Usia

Grafik 4.5, 4.6, 4.7 dan 4.8 merupakan penjabaran dari Grafik 4.4.
Grafik 4.5 pada RCC diperoleh nilai tengah sebesar 45 dan rata-rata 46.67,
Grafik 4.6 pada LCC diperoleh nilai tengah sebesar 47 dan rata-rata 47,37,
Grafik 4.7 pada RMLO diperoleh nilai tengah sebesar 49,5 dan rata-rata 49,3, dan
Grafik 4.8 pada LMLO diperoleh nilai tengah sebesar 51 dan rata-rata 50,6.
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi glandular
di payudara tidak ditentukan dengan ketebalan kompresi dan usia karena masing-
masing pasien memiliki komposisi glandular yang bervariasi dan spesifik, tetapi
data tersebut mampu menampilkan adanya hubungan antara komposisi glandular
dengan kompresi dan usia dengan digambarkan sebuah pola data yang
mengumpul dan mengelompok dengan nilai tengah dan rata-rata yang hampir
mendekati sama.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
50

4.3.2 Hubungan MGD terhadap Usia

Grafik 4.9 Hubungan MGD terhadap Usia

Grafik 4.9 menunjukkan bahwa MGD yang diperoleh tidak bergantung


pada usia pasien. Tetapi gambar tersebut menunjukkan sebuah pola
pengelompokkan pada satu area. MGD tidak dipengaruhi oleh usia dikarenakan
komposisi glandular yang dimiliki setiap pasien sangat bervariasi dan spesifik.

4.3.3 Hubungan MGD terhadap Ketebalan Kompresi Payudara

Grafik 4.10 Distribusi MGD terhadap Ketebalan Kompresi Payudara

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
51

Grafik 4.10 menunjukkan distribusi perolehan MGD terhadap ketebalan


kompresi. Grafik tersebut menunjukkan distribusi merata, terlihat kecenderungan
peningkatan ketebalan kompresi akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
MGD yang dihasilkan.

Grafik 4.11 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi mean
glandular dose (MGD) pada RCC Projection

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
52

Grafik 4.12 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi mean
glandular dose (MGD) pada LCC Projection

Grafik 4.13 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi mean
glandular dose (MGD) pada RMLO Projection

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
53

Grafik 4.14 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi mean
glandular dose (MGD) pada LMLO Projection

Grafik 4.11, 4.12, 4.13 dan 4.14 menunjukkan hubungan distribusi antara
ketebalan kompresi payudara dengan hasil mean glandular dose (MGD) pada
semua projection. Grafik 4.11 RCC projection, MGD terendah 0.73 mGy pada
ketebalan kompresi 21 mm dan MGD terbesar 2.55 mGy pada ketebalan kompresi
75 mm. Grafik 4.12 LCC projection, MGD terendah 0.83 mGy pada ketebalan
kompresi 26 mm dan MGD terbesar 2.67 mGy pada ketebalan kompresi 83 mm.
Grafik 4.13 RMLO projection, MGD terendah 0.74 mGy pada ketebalan
kompresi 22 mm dan MGD terbesar 2.63 mGy pada ketebalan kompresi 74 mm.
Grafik 4.14 LMLO projection, MGD terendah 0.84 mGy pada ketebalan
kompresi 24 mm dan MGD terbesar 2.53 mGy pada ketebalan kompresi 76 mm.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
54

Grafik 4.15 Korelasi distribusi ketebalan kompresi payudara dan distribusi mean
glandular dose (MGD) seluruh projection

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan, semakin tebal kompresi


payudara pada pasien, maka nilai MGD akan semakin besar. Ketebalan kompresi
payudara merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai MGD. Perolehan
nilai MGD terbesar dari masing-masing proyeksi, termasuk dalam nilai aman
yang direkomendasi oleh ACR, FDA dan MQSA.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
55

4.3.4 Hubungan MGD terhadap Tegangan Panel (kV)

Grafik 4.16 Distribusi MGD terhadap Tegangan Panel (kV)

Grafik 4.16 menunjukkan distribusi perolehan MGD terhadap tegangan


panel (kV). Grafik tersebut menunjukkan distribusi merata, terlihat
kecenderungan peningkatan kV akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
MGD yang dihasilkan.

Grafik 4.17 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean glandular
dose (MGD) pada RCC Projection

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
56

Grafik 4.18 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean glandular
dose (MGD) pada LCC Projection

Grafik 4.19 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean glandular
dose (MGD) pada RMLO Projection

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
57

Grafik 4.20 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dan distribusi mean glandular
dose (MGD) pada LMLO Projection

Grafik 4.17, 4.18, 4.19 dan 4.20 menunjukkan hubungan distribusi antara
tegangan panel (kV) dengan hasil mean glandular dose (MGD) pada semua
projection. Grafik 4.17 RCC projection, MGD terendah 0.73 mGy pada 24 kV
dan MGD terbesar 2.55 mGy pada 31 kV. Grafik 4.18 LCC projection, MGD
terendah 0.83 mGy pada 24 kV dan MGD terbesar 2.67 mGy pada 29 kV. Grafik
4.19 RMLO projection, MGD terendah 0.74 mGy pada 24 kV dan MGD terbesar
2.63 mGy pada 28 kV. Grafik 4.20 LMLO projection, MGD terendah 0.84 mGy
pada 25 kV dan MGD terbesar 2.53 mGy pada 31 kV.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
58

Grafik 4.21 Korelasi distribusi tegangan panel (kV) dengan mean glandular dose
(MGD) seluruh projection

Dari pembahasan tersebut disimpulkan, tegangan panel (kV) salah satu


faktor yang mempengaruhi nilai MGD dan berhubungan dengan HVL.
Peningkatan kV akan memperdalam penetrasi yang menyebabkan penurunan
MGD. Selain kombinasi dengan kV, MGD juga dipengaruhi oleh kombinasi
HVL, ketebalan kompresi payudara dan nilai prosentase (%) glandularity yang
ditampilkan citra, sehingga sulit untuk menentukan MGD secara langsung tanpa
mengevaluasi/melihat kualitas citra yang dihasilkan.

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pesawat sinar-X mamografi Computed Radiography (CR) yang digunakan
dalam penelitian ini masih dalam kondisi yang baik untuk keperluan
diagnostik.
2. Pendekatan metodologi untuk mendapatkan kualitas citra terbaik dapat
dilakukan dengan metode scoring dengan cara mengelompokkan mAs dan kV
dari sample dan kemudian dilakukan eksposure dengan kombinasi hasil mAs
dan kV yg terpilih dari data sample, optimalisasi hasil dilakukan dengan
kontrol dosis (perhitungan MGD) dan penilaian kualitas citra berdasarkan
jumlah serat, kelompok bintik dan jumlah massa.
3. Kualitas citra terbaik pada kelompok prosentase (%) glandularity 1-24%
ketebalan 50 mm pada kondisi 160 mAs dan 25 kV, terlihat pada hasil citra 5
serat, 3 kelompok bintik dan 4 massa, dengan hasil dosis terbaik 2,83 mGy
pada 1% glandularity, 2,51 mGy pada 12,5% glandularity dan 2,29 mGy pada
24% glandularity. Sedangkan kualitas citra terbaik pada kelompok prosentase
(%) glandularity 25-49% ketebalan 47 mm pada kondisi 140 mAs dan 27 kV,
terlihat pada hasil citra 5 serat, 3 kelompok bintik dan 4 massa, dengan hasil
dosis terbaik 2,94 mGy pada 25% glandularity, 2,90 mGy pada 37%
glandularity dan 2,96 mGy pada 49% glandularity. Kombinasi kondisi kV dan
mAs terbaik yang lain tidak dapat melengkapi kriteria kualitas citra terbaik
dikarenakan perhitungan MGD yang dihasilkan tidak memenuhi nilai yang
direkomendasikan yaitu < 3 mGy pada per sekali eksposure dengan ketebalan
45 mm.
4. Pada kelompok prosentase (%) glandularity 25-49% peluang hasil kualitas
citra yang mampu divisualisasikan terlihat lebih baik dengan memiliki 4
kondisi kombinasi, sedangkan pada kelompok prosentase (%) glandularity 1-
24% kurang baik dengan memiliki 2 kondisi kombinasi. Ini dikarenakan
adanya perlakuan perbedaan ketebalan kompresi. Pada kelompok prosentase
(%) glandularity 1-24% ketebalan kompresi lebih tinggi.

59
Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


60

5. Pendekatan menggunakan perbedaan ketebalan akrilik (Tabel 3.1) untuk


menentukan kualitas citra terbaik pada mamografi Computed Radiography
(CR) ternyata bisa digunakan, terlihat dari data bahwa penambahan ketebalan
akrilik memberikan perbedaan kualitas citra.
6. Perhitungan mean glandular dose (MGD) pada seluruh data masih dalam
keadaan aman sesuai dengan rekomendasi FDA, ACR dan MQSA. Pada RCC
projection MGD rerata 1,62 mGy ketebalan kompresi rerata 46,7 mm. Pada
LCC projection MGD rerata 1,60 mGy ketebalan kompresi rerata 49 mm.
Pada RMLO projection MGD rerata 1,71 mGy ketebalan kompresi rerata 49
mm. Dan pada LMLO projection MGD rerata 1,67 mGy ketebalan kompresi
rerata 50,7 mm. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada perolehan nilai
MGD pada masing-masing proyeksi pemeriksaan.
7. Mean glandular dose (MGD) dipengaruhi oleh kombinasi antara ketebalan
kompresi payudara, kV, HVL dan prosentase (%) glandularity yang
dihasilkan pada citra.

5.2 Saran
1. Setiap pesawat sinar-X mamografi yang baru (saat penginstallan alat) harus
dilakukan optimasi untuk mendapatkan kualitas citra terbaik dengan dosis
yang masih terekomendasikan.
2. Melakukan pengukuran pada pesawat sinar-X mamografi Computed
Radiography (CR) yang berbeda dengan menggunakan data yang sama untuk
mengevaluasi mean glandular dose (MGD) dan kualitas citra.
3. Melakukan penelitian evaluasi mean glandular dose (MGD) pada mamografi
konvensional dan Digital Radiography (DR).

Universitas Indonesia
Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011
DAFTAR REFERENSI

1. http://www.hompedin.org/download/kankerpayudara.pdf
2. http://4lifetransferfactorsurabaya.com/index.php/artikelkesehatan/diabetes/12
40
3. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060
4. Kanal, Kalpana, Ph.D, DABR, Asisten Profesor, Diagnostic Physics, Dept. of
Radiology UW Medicine, Mammography – Chapter 8, Diagnostic Radiology
Imaging Physics Course 2009-2010, 6 May – 20 May 2010, Washington
5. http://www.ykpj.or.id/id/skrining.php
6. Bushberg Jerrold T, Seibert J. Anthony, Leidholdt Jr Edwin M, Boone John
M., The Essential Physics of Medical Imaging – Second Edition, University
of California, Davis, Saeramento, California, Lippincott Williams & Wilkins,
2002
7. IAEA Training Material on Radiation Protection in Diagnostic and
Interventional Radiology: Radiation Protection In Diagnostic and
Interventional Radiology, L-19 Optimization of Protection in Mammography
8. Jayaprakash, Shoba, Dr. Patient Doses from Mammography Producers in
India. Mumbai: Dept. of Radiation Oncology, B. Y. L. Nair Hospital.
9. Carol H. Lee, MD, D. David Dershaw, MD, Daniel Kopans, MD, Phil Evans,
MD, Barbara Monsees, MD, Debra Monticciolo, MD, R. James Brenner,
MD, Lawrence Bassett, MD, Wendie Berg, MD, Stephen Feig, MD, Edward
Hendrick, PhD, Ellen Mendelson, MD, Carl D’Orsi, MD, Edward Sickles,
MD, Linda Warren Burhenne, MD: Breast Cancer Screening With Imaging:
Recommendations From the Society of Breast Imaging and the ACR on the
Use of Mammography, Breast MRI, Breast Ultrasound, and Other
Technologies for the Detection of Clinically Occult Breast Cancer, American
College of Radiology, 2010
10. Yulfiatry Yubhar, Rachmat W. Adi, Supriyanto A. Pawiro, Kardinah:
Evaluasi Dosis Glandular dalam Pemeriksaan Mammografi, Jurnal – Online,
(Telah dipresentasikan pada seminar keselamatan nuklir BAPETEN, 1-2
Agustus 2007), Jakarta

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


11. IAEA Human Health Series No. 2, Quality Assurance Programme for Screen
Film Mammography.
12. IAEA Technical Reports Series No. 457, Dosimetry In Diagnostic Radiology:
An International Code of Practice.
13. Padgorsak, E. B, Radiation Oncology Physics:A Handbook for Teachers and
Students, McGill University, Montreal
14. Van Engen R, Young KC, Bosmans H, Thijssen M. The European protocol
for the quality control of the physical and technical aspects of mammography
screening. Part B: Digital mammography. In: European Guidelines for Breast
Cancer Screening, 4th edn. Luxembourg: European Commission, 2005 (In
press and available online at www.euref.org [Accessed 26 June 2006]).
15. Nooriah Jamal, Kwan-Hoong Ng, Donald McLean, Lai-Meng Looi, Fatimah
Moosa (Maret 2004). Mammographic Breast Glandularity in Malaysian
Women : Data Derived from Radiography, Department of Radiology,
University of Malaya, AJR: 182.
16. American College of Radiology, Mammography quality control manual,
1999. American College of Radiology publication PQMA99. Reston, VA:
ACR, 1999. Document is available at http://www.acr.org.
17. Disampaikan pada acara “Workshop Penatalaksanaan Mammografi Dilihat
dari Berbagai Modalitas Imaging Radiologi” dengan judul presentasi
“Mamografi dan Duktulografi” oleh Dr. Nina I.S.H Supit, Sp. Rad di
Auditorium Rumah Sakit Kanker Pusat Dharmais Jakarta, 26 April 2009.
18. Seibert, J. Anthony, Physics of Computed Radiography, Overview
Acceptance Testing Quality Control, Medical Center Sacramento, University
of California Davis, AAPM 1999 Annual Meeting, Nashville.
19. Smith, Andrew, Journal of Image Quality of CR Mammography, Hologic.
Inc, Bedford USA.
20. http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/PengukuranRadiasi/Dasar_04.htm

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 1 :
Data Kelompok A
Prosentase (%) Glandularity 0% (Fatty Density)

RCC
Compressed
Corr. Corr. %
Breast % Corr. % MGD
no usia kV mAs HVL Gland Gland x
Thickness Glandular Glandular (mGy)
50% Gland 50%
(mm)
1 38 25 76 0.34 38 0.241 0 1.240 0.299 1.458
2 64 25 29 0.34 21 0.411 0 1.133 0.466 0.822
3 72 26 122 0.36 54 0.176 0 1.280 0.226 2.112
4 72 25 75 0.34 39 0.235 0 1.244 0.293 1.413

LCC
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Glandular
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 38 25 82 0.34 40 0.230 0 1.248 0.286 1.518
2 64 25 36 0.34 26 0.347 0 1.172 0.406 0.903
3 72 26 174 0.36 63 0.149 0 1.298 0.194 2.664
4 72 25 80 0.34 40 0.230 0 1.248 0.286 1.481

RMLO
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Glandular
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 38 25 76 0.34 39 0.235 0 1.244 0.293 1.300
2 64 25 27 0.34 22 0.398 0 1.141 0.454 0.748
3 72 26 151 0.36 57 0.167 0 1.286 0.214 2.505
4 72 25 123 0.34 40 0.230 0 1.248 0.286 2.276

LMLO
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Glandular
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 38 25 81 0.34 38 0.241 0 1.240 0.299 1.554
2 64 25 31 0.34 23 0.385 0 1.149 0.442 0.839
3 72 27 131 0.37 64 0.150 0 1.295 0.194 2.277
4 72 25 124 0.34 39 0.235 0 1.244 0.293 2.337

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 2 :
Data Kelompok B
Prosentase (%) Glandularity 1-24%

RCC
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 1.220 0.309 1.046
1 61 25 53 0.34 36 0.254 12.5 1.093 0.277 0.937
24 1.005 0.255 0.862
1 1.241 0.272 1.378
2 54 25 78 0.34 42 0.219 12.5 1.102 0.241 1.223
24 1.006 0.220 1.117
1 1.252 0.250 1.809
3 62 25 110 0.34 46 0.199 12.5 1.106 0.221 1.598
24 1.006 0.201 1.454
1 1.215 0.317 1.127
4 57 25 56 0.34 35 0.260 12.5 1.091 0.284 1.011
24 1.005 0.262 0.932
1 1.271 0.212 2.148
5 60 26 131 0.36 57 0.167 12.5 1.111 0.185 1.877
24 1.001 0.167 1.692
1 1.265 0.223 2.396
6 40 26 140 0.36 54 0.176 12.5 1.108 0.196 2.099
24 1.001 0.177 1.896
1 1.277 0.201 2.550
7 57 26 162 0.36 60 0.158 12.5 1.113 0.175 2.223
24 1.001 0.158 2.000
1 1.255 0.245 2.004
8 62 25 124 0.34 47 0.195 12.5 1.107 0.216 1.769
24 1.006 0.196 1.607
1 1.288 0.180 1.395
9 43 26 97 0.36 67 0.140 12.5 1.118 0.156 1.211
24 1.002 0.140 1.085
1 1.260 0.235 2.016
10 52 25 129 0.34 49 0.186 12.5 1.109 0.207 1.775
24 1.006 0.188 1.610

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 2 :
Data Kelompok B
Prosentase (%) Glandularity 1-24%

LCC
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 1.224 0.303 1.162
1 61 25 60 0.34 37 0.247 12.5 1.094 0.270 1.038
24 1.005 0.249 0.954
1 1.247 0.260 1.424
2 54 25 83 0.34 44 0.209 12.5 1.104 0.231 1.261
24 1.006 0.210 1.149
1 1.241 0.272 1.608
3 62 25 91 0.34 42 0.219 12.5 1.102 0.241 1.427
24 1.006 0.220 1.303
1 1.224 0.303 1.142
4 57 25 59 0.34 37 0.247 12.5 1.094 0.270 1.021
24 1.005 0.249 0.938
1 1.266 0.222 2.263
5 60 25 152 0.34 52 0.175 12.5 1.112 0.195 1.988
24 1.007 0.176 1.799
1 1.267 0.219 2.598
6 40 26 154 0.36 55 0.173 12.5 1.109 0.192 2.273
24 1.001 0.173 2.052
1 1.277 0.201 2.424
7 57 26 154 0.36 60 0.158 12.5 1.113 0.175 2.113
24 1.001 0.158 1.901
1 1.257 0.240 2.018
8 62 25 127 0.34 48 0.191 12.5 1.108 0.211 1.779
24 1.006 0.192 1.615
1 1.287 0.187 1.530
9 43 25 118 0.34 62 0.145 12.5 1.121 0.163 1.333
24 1.007 0.146 1.197
1 1.257 0.240 2.050
10 52 25 129 0.34 48 0.191 12.5 1.108 0.211 1.807
24 1.006 0.192 1.641

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 2 :
Data Kelompok B
Prosentase (%) Glandularity 1-24%

RMLO
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 1.220 0.309 1.125
1 61 25 57 0.34 36 0.254 12.5 1.093 0.277 1.007
24 1.005 0.255 0.927
1 1.238 0.278 1.241
2 54 25 69 0.34 41 0.224 12.5 1.100 0.247 1.103
24 1.006 0.225 1.008
1 1.267 0.219 2.311
3 62 26 137 0.36 55 0.173 12.5 1.109 0.192 2.022
24 1.001 0.173 1.826
1 1.235 0.284 1.264
4 57 25 69 0.34 40 0.230 12.5 1.099 0.252 1.125
24 1.006 0.231 1.029
1 1.262 0.230 1.798
5 60 25 117 0.34 50 0.182 12.5 1.110 0.203 1.582
24 1.006 0.184 1.434
1 1.265 0.223 2.379
6 40 26 139 0.36 54 0.176 12.5 1.108 0.196 2.084
24 1.001 0.177 1.882
1 1.275 0.205 2.632
7 57 26 165 0.36 59 0.161 12.5 1.112 0.179 2.296
24 1.001 0.161 2.067
1 1.250 0.255 1.892
8 62 25 113 0.34 45 0.204 12.5 1.105 0.225 1.673
24 1.006 0.205 1.523
1 1.291 0.178 0.949
9 43 25 76 0.34 65 0.138 12.5 1.123 0.155 0.825
24 1.007 0.139 0.740
1 1.244 0.266 2.412
10 52 25 139 0.34 43 0.214 12.5 1.103 0.236 2.138
24 1.006 0.215 1.950

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 2 :
Data Kelompok B
Prosentase (%) Glandularity 1-24%

LMLO
Compressed Corr. %
Corr.
Breast % Corr. % Glandular x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Glandular (mGy)
50%
(mm) 50%
1 1.228 0.296 1.216
1 61 25 64 0.34 38 0.241 12.5 1.096 0.264 1.085
24 1.006 0.242 0.996
1 1.247 0.260 1.568
2 54 25 92 0.34 44 0.209 12.5 1.104 0.231 1.388
24 1.006 0.210 1.265
1 1.269 0.215 2.228
3 62 26 134 0.36 56 0.170 12.5 1.110 0.188 1.948
24 1.001 0.170 1.758
1 1.244 0.266 1.440
4 57 25 83 0.34 43 0.214 12.5 1.103 0.236 1.277
24 1.006 0.215 1.164
1 1.261 0.232 2.011
5 60 26 114 0.36 52 0.184 12.5 1.107 0.203 1.764
24 1.001 0.184 1.596
1 1.267 0.219 2.530
6 40 26 150 0.36 55 0.173 12.5 1.109 0.192 2.214
24 1.001 0.173 1.999
1 1.275 0.202 1.894
7 57 27 106 0.37 61 0.158 12.5 1.111 0.176 1.650
24 0.999 0.158 1.484
1 1.252 0.250 1.892
8 62 25 115 0.34 46 0.199 12.5 1.106 0.221 1.671
24 1.006 0.201 1.520
1 1.291 0.178 1.635
9 43 25 131 0.34 65 0.138 12.5 1.123 0.155 1.422
24 1.007 0.139 1.276
1 1.232 0.290 2.220
10 52 25 119 0.34 39 0.235 12.5 1.098 0.258 1.979
24 1.006 0.237 1.813

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 3 :
Data Kelompok C
Prosentase (%) Glandularity 25-49%

RCC
Compressed
Cor. Corr. %
Breast % Corr. % MGD
no usia kV mAs HVL Gland Gland x
Thickness Glandular Glandular (mGy)
50% Gland 50%
(mm)
25 1.001 0.195 1.393
1 52 25 108 0.34 47 0.195 37 0.982 0.191 1.367
49 0.999 0.195 1.390
25 1.001 0.204 1.314
2 53 25 98 0.34 45 0.204 37 0.983 0.200 1.232
49 0.999 0.204 1.228
25 1.001 0.168 1.446
3 49 25 127 0.34 54 0.168 37 0.981 0.165 1.642
49 0.999 0.168 1.672
25 1.031 0.142 2.301
4 51 31 112 0.41 75 0.138 37 0.997 0.138 2.224
49 1.000 0.138 2.230
25 1.001 0.230 1.307
5 41 25 88 0.34 40 0.230 37 0.984 0.226 1.284
49 0.999 0.229 1.304
25 0.996 0.218 2.148
6 34 26 133 0.36 44 0.219 37 0.980 0.214 2.114
49 0.999 0.218 2.155
25 0.993 0.166 1.834
7 43 27 126 0.37 58 0.167 37 0.976 0.163 1.802
49 0.999 0.167 1.844
25 0.999 0.228 1.273
8 64 29 53 0.39 45 0.228 37 0.982 0.224 1.251
49 0.999 0.228 1.273
25 0.996 0.218 1.890
9 43 26 117 0.36 44 0.219 37 0.980 0.214 1.860
49 0.999 0.218 1.896
25 0.993 0.142 2.154
10 38 27 170 0.37 67 0.143 37 0.975 0.139 2.133
49 0.999 0.142 2.185
25 1.001 0.219 1.382
11 49 25 97 0.34 42 0.219 37 0.983 0.215 1.357
49 0.999 0.219 1.379

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 3 :
Data Kelompok C
Prosentase (%) Glandularity 25-49%

LCC
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
25 1.001 0.187 1.465
1 52 25 118 0.34 49 0.186 37 0.982 0.183 1.437
49 0.999 0.186 1.462
25 1.001 0.200 1.341
2 53 25 102 0.34 46 0.199 37 0.982 0.196 1.316
49 0.999 0.199 1.338
25 1.001 0.187 1.478
3 49 25 119 0.34 49 0.186 37 0.982 0.183 1.449
49 0.999 0.186 1.475
25 0.993 0.152 1.811
4 51 27 134 0.37 63 0.153 37 0.975 0.149 1.778
49 0.999 0.152 1.821
25 1.001 0.219 1.553
5 41 25 109 0.34 42 0.219 37 0.983 0.215 1.525
49 0.999 0.219 1.550
25 0.996 0.228 1.883
6 34 26 112 0.36 42 0.229 37 0.980 0.225 1.854
49 0.999 0.229 1.889
25 0.993 0.157 1.893
7 43 27 136 0.37 61 0.158 37 0.976 0.154 1.859
49 0.999 0.158 1.903
25 0.999 0.238 1.223
8 64 29 49 0.39 43 0.238 37 0.982 0.234 1.203
49 0.999 0.238 1.223
25 0.996 0.199 1.705
9 43 26 114 0.36 48 0.200 37 0.979 0.196 1.676
49 0.999 0.200 1.710
25 0.994 0.145 2.201
10 38 28 150 0.38 67 0.146 37 0.975 0.142 2.160
49 0.998 0.145 2.212
25 1.001 0.241 1.286
11 49 25 83 0.34 83 0.241 37 0.984 0.237 1.264
49 0.999 0.241 1.283

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 3 :
Data Kelompok C
Prosentase (%) Glandularity 25-49%

RMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
25 1.001 0.175 1.554
1 52 25 132 0.34 52 0.175 37 0.981 0.172 1.523
49 0.999 0.175 1.551
25 1.001 0.179 1.857
2 53 25 155 0.34 51 0.179 37 0.982 0.175 1.820
49 0.999 0.178 1.853
25 1.001 0.168 1.355
3 49 25 119 0.34 54 0.168 37 0.981 0.165 1.327
49 0.999 0.168 1.352
25 0.993 0.152 1.852
4 51 27 137 0.37 63 0.153 37 0.975 0.149 1.818
49 0.999 0.152 1.862
25 0.996 0.191 1.637
5 41 26 113 0.36 50 0.191 37 0.979 0.187 1.602
49 0.999 0.191 1.635
25 0.996 0.203 2.012
6 34 26 132 0.36 47 0.204 37 0.979 0.200 1.978
49 0.999 0.204 2.018
25 0.993 0.176 1.526
7 43 27 100 0.37 55 0.177 37 0.976 0.173 1.500
49 0.999 0.177 1.534
25 1.001 0.200 1.525
8 64 25 116 0.34 46 0.199 37 0.982 0.196 1.497
49 0.999 0.199 1.522
25 0.996 0.195 1.630
9 43 26 111 0.36 49 0.196 37 0.979 0.191 1.602
49 0.999 0.195 1.635
25 0.994 0.130 2.427
10 38 28 180 0.38 74 0.131 37 0.975 0.127 2.380
49 0.998 0.130 2.438
25 0.996 0.172 2.200
11 49 26 166 0.36 55 0.173 37 0.978 0.169 2.160
49 0.999 0.173 2.206

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 3 :
Data Kelompok C
Prosentase (%) Glandularity 25-49%

LMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
25 0.996 0.176 1.535
1 52 26 114 0.36 54 0.176 37 0.978 0.173 1.508
49 0.999 0.176 1.540
25 0.996 0.176 1.738
2 53 26 129 0.36 54 0.176 37 0.978 0.173 1.706
49 0.999 0.176 1.743
25 1.001 0.187 1.490
3 49 25 120 0.34 47 0.186 37 0.982 0.183 1.462
49 0.999 0.186 1.487
25 0.993 0.146 1.393
4 51 27 106 0.37 65 0.147 37 0.975 0.144 1.367
49 0.999 0.147 1.400
25 0.996 0.183 1.824
5 41 26 131 0.36 52 0.184 37 0.978 0.180 1.792
49 0.999 0.183 1.830
25 1.001 0.200 1.985
6 34 25 151 0.34 46 0.199 37 0.982 0.196 1.948
49 0.999 0.199 1.981
25 0.993 0.157 1.698
7 43 27 122 0.37 61 0.158 37 0.976 0.154 1.667
49 0.999 0.158 1.707
25 1.001 0.183 1.719
8 64 25 141 0.34 50 0.182 37 0.982 0.179 1.686
49 0.999 0.182 1.716
25 0.996 0.191 1.875
9 43 26 130 0.36 50 0.191 37 0.979 0.187 1.843
49 0.999 0.191 1.881
25 1.031 0.140 2.459
10 38 31 121 0.41 76 0.136 37 0.997 0.136 2.377
49 1.000 0.136 2.383
25 0.996 0.183 1.852
11 49 26 133 0.36 52 0.184 37 0.978 0.180 1.820
49 0.999 0.183 1.858

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 4 :
Data Kelompok D
Prosentase (%) Glandularity 50-74%

RCC

Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%

50 1 0.184 1.810
1 41 27 114 0.37 53 0.184 62 1.000 0.184 1.809
74 0.984 0.181 1.780
50 1 0.260 1.523
2 51 25 92 0.36 35 0.260 62 0.995 0.259 1.516
74 0.978 0.255 1.490
50 1 0.165 1.801
3 46 25 161 0.34 55 0.165 62 0.996 0.164 1.795
74 0.978 0.161 1.762
50 1 0.224 1.729
4 48 25 119 0.34 41 0.224 62 0.996 0.223 1.721
74 0.978 0.219 1.691
50 1 0.241 1.470
5 57 25 95 0.34 38 0.241 62 0.995 0.240 1.463
74 0.978 0.236 1.438
50 1 0.191 2.274
6 39 26 157 0.36 50 0.191 62 0.998 0.191 2.270
74 0.981 0.188 2.232

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 4 :
Data Kelompok D
Prosentase (%) Glandularity 50-74%

LCC
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
50 1 0.177 1.751
1 41 27 145 0.37 55 0.177 62 1.000 0.177 1.751
74 0.984 0.174 1.722
50 1 0.247 1.566
2 51 25 99 0.34 37 0.247 62 0.995 0.246 1.558
74 0.978 0.242 1.532
50 1 0.170 1.611
3 46 26 123 0.36 56 0.170 62 0.996 0.169 1.605
74 0.978 0.166 1.576
50 1 0.214 1.924
4 48 25 138 0.34 43 0.214 62 0.996 0.213 1.916
74 0.978 0.209 1.882
50 1 0.224 1.438
5 57 25 99 0.34 41 0.224 62 0.996 0.223 1.432
74 0.978 0.219 1.407
50 1 0.200 1.862
6 39 28 97 0.38 50 0.200 62 1.000 0.200 1.863
74 0.986 0.197 1.835

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 4 :
Data Kelompok D
Prosentase (%) Glandularity 50-74%

RMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
50 1 0.184 2.000
1 41 27 126 0.37 53 0.184 62 1.000 0.184 1.999
74 0.984 0.181 1.967
50 1 0.200 2.013
2 51 26 134 0.36 48 0.200 62 0.998 0.199 2.009
74 0.981 0.196 1.976
50 1 0.184 1.944
3 46 26 139 0.36 52 0.184 62 0.998 0.183 1.941
74 0.981 0.180 1.908
50 1 0.196 1.917
4 48 26 130 0.36 49 0.196 62 0.998 0.195 1.914
74 0.981 0.192 1.882
50 1 0.230 1.276
5 57 25 86 0.34 40 0.230 62 0.996 0.229 1.270
74 0.978 0.225 1.248
50 1 0.195 1.932
6 39 28 150 0.34 47 0.195 62 0.996 0.194 1.925
74 0.978 0.191 1.890

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 4 :
Data Kelompok D
Prosentase (%) Glandularity 50-74%

LMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
50 1 0.153 2.055
1 41 27 151 0.37 63 0.153 62 1.000 0.153 2.055
74 0.984 0.150 2.021
50 1 0.167 1.973
2 51 26 153 0.36 57 0.167 62 0.999 0.166 1.970
74 0.981 0.163 1.937
50 1 0.184 1.318
3 46 27 83 0.37 53 0.184 62 1.000 0.184 1.317
74 0.984 0.181 1.296
50 1 0.219 1.765
4 48 25 124 0.34 42 0.219 62 0.996 0.218 1.757
74 0.978 0.214 1.726
50 1 0.219 1.551
5 57 25 109 0.34 42 0.219 62 0.996 0.218 1.545
74 0.978 0.214 1.518
50 1 0.200 1.773
6 39 26 118 0.36 48 0.200 62 0.998 0.199 1.769
74 0.981 0.196 1.740

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 5 :
Data Kelompok E
Prosentase (%) Glandularity 75-100%

RCC

Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%

75 0.982 0.167 1.666


1 52 27 114 0.37 57 0.170 87.5 0.969 0.165 1.644
100 0.960 0.164 1.629
75 0.977 0.235 2.041
2 34 25 135 0.34 38 0.241 87.5 0.964 0.232 2.014
100 0.956 0.230 1.997
75 0.977 0.248 1.264
3 41 25 80 0.34 36 0.254 87.5 0.964 0.244 1.247
100 0.956 0.242 1.237
75 0.976 0.270 0.747
4 29 24 50 0.33 32 0.277 87.5 0.963 0.267 0.738
100 0.955 0.265 0.731

LCC
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
75 0.982 0.158 1.522
1 52 27 109 0.37 60 0.161 87.5 0.969 0.156 1.502
100 0.960 0.155 1.488
75 0.977 0.230 1.746
2 34 25 118 0.34 39 0.235 87.5 0.964 0.227 1.723
100 0.956 0.225 1.709
75 0.977 0.261 1.259
3 41 25 76 0.34 34 0.268 87.5 0.964 0.258 1.243
100 0.956 0.256 1.232
75 0.976 0.255 0.851
4 29 24 60 0.33 34 0.261 87.5 0.963 0.252 0.840
100 0.955 0.250 0.833

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 5 :
Data Kelompok E
Prosentase (%) Glandularity 75-100%

RMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
75 0.980 0.176 2.493
1 52 26 185 0.36 53 0.180 87.5 0.967 0.174 2.460
100 0.958 0.172 2.438
75 0.977 0.186 1.988
2 34 25 161 0.34 48 0.191 87.5 0.964 0.184 1.961
100 0.956 0.182 1.945
75 0.977 0.224 1.290
3 41 25 89 0.34 40 0.230 87.5 0.964 0.221 1.273
100 0.956 0.219 1.262
75 0.976 0.298 1.028
4 29 24 63 0.33 29 0.305 87.5 0.963 0.294 1.014
100 0.955 0.292 1.006

LMLO
Compressed Corr. %
Cor.
Breast % Corr. % Gland x MGD
no usia kV mAs HVL Gland
Thickness Glandular Glandular Gland (mGy)
50%
(mm) 50%
75 0.982 0.156 1.389
1 52 27 102 0.37 57 0.159 87.5 0.969 0.154 1.370
100 0.960 0.152 1.358
75 0.977 0.219 1.618
2 34 25 114 0.34 41 0.224 87.5 0.964 0.216 1.596
100 0.956 0.214 1.583
75 0.977 0.199 1.479
3 41 25 113 0.34 45 0.204 87.5 0.964 0.197 1.459
100 0.956 0.195 1.447
75 0.977 0.277 1.099
4 29 25 63 0.33 32 0.284 87.5 0.964 0.274 1.085
100 0.956 0.271 1.076

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 6 :
Perolehan Mean Glandular Dose (MGD) Keseluruhan

No. RCC LCC RMLO LMLO


1 1.458 1.518 1.300 1.554
2 0.822 0.903 0.748 0.839
3 2.112 2.664 2.505 2.277
4 1.413 1.481 2.276 2.337
5 1.046 1.162 1.125 1.216
6 1.378 1.424 1.241 1.568
7 1.809 1.608 2.311 2.228
8 1.127 1.142 1.264 1.440
9 2.148 2.263 1.798 2.011
10 2.396 2.598 2.379 2.530
11 2.550 2.424 2.632 1.894
12 2.004 2.018 1.892 1.892
13 1.395 1.530 0.949 1.635
14 2.016 2.050 2.412 2.220
15 0.862 0.954 0.927 0.996
16 1.117 1.149 1.008 1.265
17 1.454 1.303 1.826 1.758
18 0.932 0.938 1.029 1.164
19 1.692 1.799 1.434 1.596
20 1.896 2.052 1.882 1.999
21 2.000 1.901 2.067 1.484
22 1.607 1.615 1.523 1.520
23 1.085 1.197 0.740 1.276
24 1.610 1.641 1.950 1.813
25 0.937 1.038 1.007 1.085
26 1.223 1.261 1.103 1.388
27 1.598 1.427 2.022 1.948
28 1.011 1.021 1.125 1.277
29 1.877 1.988 1.582 1.764
30 2.099 2.273 2.084 2.214
31 2.223 2.113 2.296 1.650
32 1.769 1.779 1.673 1.671
33 1.211 1.333 0.825 1.422
34 1.775 1.807 2.138 1.979
35 1.393 1.465 1.554 1.535
36 1.314 1.341 1.857 1.738
37 1.446 1.478 1.355 1.490
38 2.301 1.811 1.852 1.393

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 6 :
Perolehan Mean Glandular Dose (MGD) Keseluruhan

39 1.307 1.553 1.637 1.824


40 2.148 1.883 2.012 1.985
41 1.834 1.893 1.526 1.698
42 1.273 1.223 1.525 1.719
43 1.890 1.705 1.630 1.875
44 2.154 2.201 2.427 2.459
45 1.382 1.286 2.200 1.852
46 1.390 1.462 1.551 1.540
47 1.228 1.338 1.853 1.743
48 1.672 1.475 1.352 1.487
49 2.230 1.821 1.862 1.400
50 1.304 1.550 1.635 1.830
51 2.155 1.889 2.018 1.981
52 1.844 1.903 1.534 1.707
53 1.273 1.223 1.522 1.716
54 1.896 1.710 1.635 1.881
55 2.185 2.212 2.438 2.383
56 1.379 1.283 2.206 1.858
57 1.367 1.437 1.523 1.508
58 1.232 1.316 1.820 1.706
59 1.642 1.449 1.327 1.462
60 2.224 1.778 1.818 1.367
61 1.284 1.525 1.602 1.792
62 2.114 1.854 1.978 1.948
63 1.802 1.859 1.500 1.667
64 1.251 1.203 1.497 1.686
65 1.860 1.676 1.602 1.843
66 2.133 2.160 2.380 2.377
67 1.357 1.264 2.160 1.820
68 1.810 1.751 2.000 2.055
69 1.523 1.566 2.013 1.973
70 1.801 1.611 1.944 1.318
71 1.729 1.924 1.917 1.765
72 1.470 1.438 1.276 1.551
73 2.274 1.862 1.932 1.773
74 1.780 1.722 1.967 2.021
75 1.490 1.532 1.976 1.937
76 1.762 1.576 1.908 1.296
77 1.691 1.882 1.882 1.726

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 6 :
Perolehan Mean Glandular Dose (MGD) Keseluruhan

78 1.438 1.407 1.248 1.518


79 2.232 1.835 1.890 1.740
80 1.809 1.751 1.999 2.055
81 1.516 1.558 2.009 1.970
82 1.795 1.605 1.941 1.317
83 1.721 1.916 1.914 1.757
84 1.463 1.432 1.270 1.545
85 2.270 1.863 1.925 1.769
86 1.666 1.522 2.493 1.389
87 2.041 1.746 1.988 1.618
88 1.264 1.259 1.290 1.479
89 0.747 0.851 1.028 1.099
90 1.629 1.488 2.438 1.358
91 1.997 1.709 1.945 1.583
92 1.237 1.232 1.262 1.447
93 0.731 0.833 1.006 1.076
94 1.644 1.502 2.460 1.370
95 2.014 1.723 1.961 1.596
96 1.247 1.243 1.273 1.459
97 0.738 0.840 1.014 1.085
Rata-rata 1.623 1.596 1.718 1.679
Jumlah 157.448 154.785 166.630 162.824
Standar
0.41927 0.37658 0.45509 0.33686
deviasi
MGD max 2.550 2.664 2.632 2.530
MGD min 0.731 0.833 0.740 0.839

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 7 :
Data Analisa Image Quality

Kelompok B
Jumlah
No. Jumlah Jumlah
no. Proyeksi kV mAs Kelompok
Pasien Serat Massa
Bintik
RCC 25 110 4 2.5 4
LCC 25 90 4 2 4
1 11
RMLO 26 140 4 2.5 3.5
LMLO 26 140 4 2 3.5
RCC 25 56 3 2 3.5
LCC 25 63 2 2 3.5
2 12
RMLO 25 71 3 2 3
LMLO 25 80 3 2 4
RCC 26 125 4 2.5 4
LCC 25 160 4 2 3.5
3 20
RMLO 25 125 4 2 4
LMLO 26 110 4 2 3
RCC 26 140 4 3 4
LCC 26 160 5 3 4
4 21
RMLO 26 140 4 2.5 4
LMLO 26 160 5 3 4
RCC 26 160 4 2.5 4
LCC 26 160 4 3 4
5 22
RMLO 26 160 4 3 4
LMLO 27 110 5 3 4
RCC 25 125 5 2.5 4
LCC 25 125 5 2.5 4
6 27
RMLO 25 110 4 3 4
LMLO 25 110 4 2.5 4
RCC 26 100 4 2 4
LCC 25 125 4 2.5 3.5
7 29
RMLO 25 180 4 2.5 4
LMLO 25 125 4 2.5 4
RCC 25 56 3.5 2 3
LCC 25 60 3 2 3
8 3
RMLO 25 56 3 2 3
LMLO 25 63 2 2 4
RCC 25 125 4 2 3
9 31 LCC 25 125 4 2.5 4
RMLO 25 140 4 3 3.5

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 7 :
Data Analisa Image Quality

LMLO 25 125 4 2.5 4


RCC 25 80 4 2 4
LCC 25 80 4 2 3
10 5
RMLO 25 71 3 2 3
LMLO 25 90 4 2 3

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 8 :
Data Analisa Image Quality

Kelompok C
Jumlah
No. Jumlah Jumlah
no. Proyeksi kV mAs Kelompok
Pasien Serat Massa
Bintik
RCC 25 110 4 2.5 4
LCC 25 125 4.5 2.5 4
1 1
RMLO 25 125 4 2.5 4
LMLO 26 110 4 2.5 4
RCC 25 90 4 2 4
LCC 25 110 4.5 2.5 4
2 16
RMLO 26 110 4 2.5 4
LMLO 26 125 4.5 2.5 4
RCC 26 140 4 2.5 4
LCC 26 110 4 2 4
3 23
RMLO 26 125 4 2.5 4
LMLO 25 160 4 2.5 4
RCC 27 125 4.5 2.5 4
LCC 27 140 4 2.5 4
4 24
RMLO 27 100 4 2.5 4
LMLO 27 125 4 2.5 4
RCC 25 100 4 2.5 4
LCC 25 100 4 2.5 4
5 4
RMLO 25 160 4 2.5 4
LMLO 26 125 4 2.5 4
RCC 25 125 4.5 2.5 4
LCC 25 125 4 2.5 4
6 7
RMLO 25 125 4 2.5 4
LMLO 25 125 4 2.5 4
RCC 31 110 5 3 4
LCC 27 140 5 2.5 4
7 8
RMLO 27 140 4 3 4
LMLO 27 110 4 2.5 4
RCC 29 56 4 2 4
LCC 29 56 4 2 4
8 28
RMLO 25 110 4 2.5 4
LMLO 25 140 4 2.5 4
RCC 26 125 4.5 2.5 4
9 33 LCC 26 110 4 2 4
RMLO 26 110 4 2.5 4

Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 8 :
Data Analisa Image Quality

LMLO 26 125 4 2.5 4


RCC 27 180 4 3 4
LCC 28 160 4 2.5 4
10 34
RMLO 28 180 5 3 4
LMLO 31 125 4 3 4
RCC 25 100 4 2.5 4
LCC 25 180 4 2 4
11 35
RMLO 26 160 4 3 4
LMLO 26 140 4 3 4

Universitas Indonesia

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 9 :
Data Awal Pasien

Prosentase CC MLO
No. (%) Usia Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Glandularity kV mAs Newton cm kV mAs Newton cm kV mAs Newton cm kV mAs Newton cm
1 C 52 25 108 17 3.8 25 118 17 4 25 132 16.7 4.3 26 114 17 4.5
2 E 52 27 114 17 4.8 27 109 17 5.1 26 185 17 4.4 27 102 17 4.8
3 B 61 25 53 17 2.7 25 60 17 2.8 25 57 17 2.7 25 64 17 2.9
4 C 53 25 98 17 3.6 25 102 17 3.7 25 155 17 4.2 26 129 17 4.5
5 B 54 25 78 17 3.3 25 83 17 3.5 25 69 17 3.2 25 92 17 3.5
6 A 38 25 76 17 2.9 25 82 16.3 3.1 25 76 17 3 25 81 17 2.9
7 C 49 25 127 17 4.5 25 119 17 4 25 119 17 4.5 25 120 17 4
8 C 51 31 112 17 6.6 27 134 17 5.4 27 137 17 5.4 27 106 17 5.6
9 E 34 25 135 17 2.9 25 118 17 3 25 161 17 3.9 25 114 17 3.2
10 E 41 25 80 17 2.7 25 76 17 2.5 25 89 17 3.1 25 113 17 3.6
11 B 62 25 110 17 3.7 25 91 17 3.3 26 137 17 4.6 26 134 17 4.7
12 B 57 25 56 17 2.6 25 59 17 2.8 25 69 17 3.1 25 83 17 3.4
13 D 41 27 114 16.7 4.4 27 145 17 4.6 27 126 17 4.4 27 151 17 5.4
14 D 51 25 92 17 2.6 25 99 17 2.8 26 134 17 3.9 26 153 17 4.8
15 D 46 25 161 17 4.6 26 123 17 4.7 26 139 16.7 4.3 27 83 17 4.4
16 C 41 25 88 17 3.1 25 109 17 3.3 26 113 17 4.1 26 131 17 4.3
17 D 48 25 119 17 3.2 25 138 17 3.4 26 130 17 4 25 124 17 3.3
18 A 64 25 29 17 1.2 25 36 17 1.7 25 27 17 1.3 25 31 17 1.4
19 A 72 26 122 17 4.5 26 174 17 5.4 26 151 17 4.8 27 131 17 5.5
20 B 60 26 131 17 4.8 25 152 17 4.3 25 117 17 4.1 26 114 17 4.3
21 B 40 26 140 17 4.5 26 154 17 4.6 26 139 17 4.5 26 150 17 4.6
22 B 57 26 162 17 5.1 26 154 17 5.1 26 165 17 5 27 106 17 5.2
23 C 34 26 133 17 3.5 26 112 17 3.3 26 132 17 3.8 25 151 17 3.7
24 C 43 27 126 17 4.9 27 136 17 5.2 27 100 17 4.6 27 122 17 5.2
25 D 57 25 95 17 2.9 25 99 17 3.2 25 86 17 3.1 25 109 17 3.3
26 A 72 25 75 17 3 25 80 17 3.1 25 123 17 3.1 25 124 17 3
27 B 62 25 124 17 3.8 25 127 17 3.9 25 113 17 3.6 25 115 17 3.7
28 C 64 29 53 17 3.6 29 49 17 3.4 25 116 17 3.7 25 141 16.1 4.1
29 B 43 26 97 17 5.8 25 118 17 5.3 25 76 17 5.6 25 131 17 5.6
30 D 39 26 157 17 4.1 28 97 17 4.1 25 150 17 3.8 26 118 17 3.9
31 B 52 25 129 17 4 25 129 17 3.9 25 139 17 3.4 25 119 17 3
32 E 29 24 50 17 2.3 24 60 17 2.5 24 63 17 2 25 63 17 2.3
33 C 43 26 117 17 3.5 26 114 17 3.9 26 111 17 4 26 130 17 4.1
34 C 48 27 170 17 5.8 28 150 17 5.8 28 180 17 6.5 31 121 17 6.7
35 C 49 25 97 17 3.3 25 83 17 2.9 26 166 17 4.6 26 133 17 4.3

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Lampiran 10 :
Grafik Hasil Pengukuran Kerma Udara (Ki)

Grafik Hasil Perolehan Pengukuran Kerma Udara (Ki) saat dilakukan Uji Kesesuaian Alat Pada Pesawat
Mamografi :

Keterangan:

Source Image to Distance (SID) : 66 cm


Posisi detektor dari receptor : 4 cm
Source (sumber) ke dekektor : 62 cm

0.12

0.1

0.08 y = 5.9994E-07x3.5915E+00
R² = 9.9839E-01
output
0.06
(mGy/mAs)
Mo/Mo
0.04 Power (Mo/Mo)

0.02

0
20 25 30 35
tegangan panel (kV)

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Kualitas Citra Terbaik Kelompok B Pada Glandularity 1 – 24 %
Kondisi : 25 kV dan 160 mAs

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011


Kualitas Citra Terbaik Kelompok C Pada Glandularity 25 – 49 %
Kondisi : 27 kV dan 140 mAs

Estimasi mean..., Eunike Serfina Fajarini, FMIPA UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai