Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

“Intuisionalisme”

DOSEN PENGAMPU:DIMAS ASHARI SEPTA ADEN,S.Psi, M.M

DISUSUN OLEH :

Muhammad Rafiqi
(2373201058)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOSOSPOL

PEKANBARU 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan pada Allah yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Filsafat dengan judul “Intuisionalisme”. Saya berharap dapat mendapat menambah
wawasan dan pengetahuan tersebut.

Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih, khususnya kepada dosen
pengampu filsafat yaitu bapak Dimas Ashari Septa Aden, S.Psi, M.M yang telah membimbing
saya, dan tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam
penyelesaian tugas ini.

Menyadari banyaknya kekurangan penyusunan dalam makalah ini. karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk kritikan dan serta masukan saran untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 20 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

A. PERKEMBANGAN

B. KETERKAITAN INSTUISIONAL 8

BAB III 10

KESIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aliran intuisionisme dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881–1966) yang
berkebangsaan Belanda. Aliran ini sejalan dengan filsafat umum yang dicetuskan oleh Immanuel Kant
(1724-1804). Intusionis mengklaim bahwa matematika berasal dan berkembang di dalam pikiran manusia.
Ketepatan dalil- dalil matematika tidak terletak pada simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal
pikiran manusia. Hukum-hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan terhadap alam, tetapi
mereka ditemukan dalam pikiran manusia. Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum
intusionis tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai pengetahuan intuitif
bekerja dalam pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda antara manusia yang
satu dengan yang lain. Apakah realistik bila menganggap bahwa manusia dapat berbagi pandangan intuitif
tentang matematika secara persis sama? Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan
intuisionisme dalam filsafat matematika antara lain :

1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881 – 1966)

Brouwer lahir pada tanggal 27 februari 1881 di kota Overschie, Belanda. Selama berkuliah di
Univeristy of Amsterdam, Brouwer belajar tentang matematika dan fisika. Dalam berfilsafat, Brouwer
banyak terpengaruh oleh gurunya, Diederik Korteweg dan Gerrit Mannoury. Karya pertama Brouwer adalah
"Perubahan Pada Ruang Empat Dimensi" dibawah bimbingan Korteweg. Menurut Brouwer, dasar dari
Intuisionisme adalah pikiran. Namun, pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh
pandangan Immanuel Kant. Matematika didefinisaikan oleh Brouwer sebagai aktivitas berpikir secara
bebas, tetapi matematika adalah suatu aktivitas yang ditemukan dari intusi pada saat tertentu. Pandangan
intuisionisme adalah tidak ada realisme terhadap objek dan tidak ada bahasa yang menghubungi sehingga
boleh dikatakan tiak ada penentu kebenaran matematika di luar aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku
ketika subjek dapat dibuktikan kebenarannya. Kesimpulannya, Brouwer mengungkapkan bahwa tiada
kebenaran tanpa dilakukan pembuktian.

2. Arend Heyting (1898-1980)

Arend Heyting lahir pada 9 Mei 1898 di kota Amsterdam, Belanda. Arend Heyting dalah murid
Brouwer yang berpengaruh besar terhadap perkembangan intuisionisme filsafat matematika. Heyting
membangunkan sebuah formula logika intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan "Predikat
Kalkulus Heyting". Heyting menegaskan bahwa metafisika adalah pokok dalam kebenaran realisme logika
klasik. Bahasa matematika klasik adalah pengertian faktor-faktor objektif sebagai syarat-syarat kebenaran
yang terbaik. Heyting menemukan bukti dalam pandangan Brouwer tentang kelaziman alat mental serta
pemacu bahasa dan logika.[2] Dalam bukunya berjudul Intuitionism tahun 1956, Heyting mengungkankan
bahwa pendapat Bouwer yaitu bahasa adalah media tidak sempurna untuk membincangkan matematika.
Sistem utamanya adalah dirinya sendiri sebagai peraturan pemacu matematika, tetapi tidak diyakini sistem
utama pemacu matematika menggambarkan secara kuat penguasaan pemikiran matematika. Heyting
menegaskan logika bergantung pada matematika bukan yang lain.

3. Sir Michael Anthony Eardley Dummett (1925 – sekarang)

Sir Michael Anthony Eardley Dummett lahir pada tanggal 27 Juni 1925 di kota London, Inggris,
adalah seorang filsuf Inggris yang sangat berpengaruh dalam filsafat bahasa, metafisika, logika, filosofi
matematika, dan sejarah filsafat analitik. Brouwer dan Heyting mengatakan bahwa bahasa merupakan media
1
tidak sempurna untuk membicarakan pembinaan mental matematika, dan logika berkaitan bentuk yang
berlaku dalam penyebaran media ini dan menjadi tumpuan langsung pada bahasa dan logika. Sebaliknya,
pendekatan utama Dummet adalah bahwa matematika dan logika adalah bahasa dari awal. Filsafat Dummett
lebih mementingakn pada logika intuisionik daripada matematika itu sendiri. Pendapatnya sama dengan
Brouwer tetapi tidak sama seperti Heyting. Dummett tidak memiliki orientasi memilih. Dummett
mengeksplorasi matematika klasik dengan menggunakan pemikiran yang tidak memperakui pada satu jalan
peraturan penguraian pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa pertimbangan mengenai logika
adalah benar yang pada akhirnya harus tergantung pada arti pertanyaan. Ia juga mengambil pandangan yang
diperoleh secara luas, yang kemudian disebut sebagai terminologi logika.

Intusionis mengklaim bahwa matematika berasal dan berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan
dalil- dalil matematika tidak terletak pada simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal pikiran
manusia. Hukum-hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan terhadap alam, tetapi mereka
ditemukan dalam pikiran manusia. Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intusionis
tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai pengetahuan intuitif bekerja dalam
pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang
lain. Apakah realistik bila menganggap bahwa manusia dapat berbagi pandangan intuitif tentang matematika
secara persis

1
A. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan filsafat intuisionalisme itu muncul?
2. Bagaiman filsafat intuisionalisme itu berkembang?
3. Siapa saja tokoh-tokoh intuisionalisme?
4. Apakah filsafat intuisionalisme berkaitan dengan filsafat lainnya?

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat intuisionalisme
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan filsafat intuisionalisme
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan filsaafat
intuisionalisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan filsafat intuisionalisme

Intuisionisme dikembangkan oleh Henri Bergson di Barat. Namun, ia dipelopori oleh


Luitzen Egbartus Jan Brouwer (1881-1966) yang berkebangsaaan Belanda. Aliran ini
sejalan dengan falsafah umum yang dicetuskan oleh Immanuel Kant. Brouwer lahir pada
tanggal 27 februari 1881 di kota Overschie, Belanda. Intuisionisme adalah sistem etika
yang tidak mengukur baik atau buruk sesuatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi
berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Dalam bahasa Inggris
Intuisionisme berasal kata Intuiton yang berarti manusia memliki gerak hati atau disebut
hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik. Intuisionisme juga merupakan suatu proses melihat dan memahami secara
spontan dan intelek. Organ fiskal yang berkaitan dengan gerak hati atau intuisi tidak
diketahui secara jelas. Namun, setengah ahli filsafat menyebutkan jantung dan otak kanan
sebagai organ fiskal yang menggerakan intuisi. Gerak hati yang tidak mampu dijangkau
oleh akal yaitu pengalaman emosional dan spiritual. Immanuel Kant, akal tidak pernah
mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu
berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara
dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.

Intuisionisme dikembangkan di Barat oleh Henri Bergson. Dalam tradisi filsafat barat,
pertentangan keras terjadi antara aliran empirisme dan rasionalisme. Pada awal abad ke-20,
empirisme masih menguasai pemikiran positivisme dalam kalangan ilmuan barat. Dalam
filsafat pemikiran Islam, juga terjadi pertentangan kuat antara aliran rasionalisme dan
intuisionisme. Intuisi merupakan bentuk pemikiran yang berada dalam pemikiran yang bersifat
dinamis. Fungsi intuisi yang paling mendasar adalah untuk mengenal hakikat pribadi dan hakikat
seluruh kenyataan. Hal ini diungkapkan oleh Harry Hamersma dalam bukunya tentang tokoh-tokoh
Filsafat Barat Modern menjelaskan bahwa intuisi merupakan milik eksklutif manusia. Berkat
intuisinya dunia menjadi terbuka untuk manusia. Intuisi adalah kekuatan yang terus menerus
mendorong manusia untuk memperbaharui pola-pola yang statis. Juretna mengatakan bahwa
menurut Bergson, rasio hanya sebagai salah satu unsur saja dari kekuasaan jiwa manusia dan
terbatas pada hal-hal mekanistis dan determinatif yang pasti dan telah ada. Untuk sampai pada
kedalaman realitas, bukanlah rasio yang bertindak melainkan intuisi Intuisi juga merupakan
pemahaman langsung dan kebenaran-kebenaran agama, realitas dan ekstensi tuhan. Bahkan dalam
tingkatannya yang lebih tinggi, intuisi adalah intuisi terhadap eksistensi itu sendiri. Oleh karena itu,
pengetahuan intuitif diyakini sebagai pengetahuan batin terutama tentang Tuhan. Isitilah ini
digunakan untuk membedakannya dengan pengetahuan yang diperoleh melalui akal dan indera
(sense). Artinya, pengetahuan tentang Tuhan atau hakekat Tuhan tidak dapat diketahui melalui
bukti-bukti empiris-rasional, tetapi harus melalui pengalaman langsung.
8
Satu-satunya sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui hakekat Tuhan adalah jiwa, sebab
jiwa merupakan bagian dari Tuhan yang terpancar dari keabadian dan terpancar kea lam dunia.
Jiwa dimaksudkan sebagai esensi yang sempurna dan tunggal yang tidak muncul selain dengan
cara mengingat, menghapal, mempertimbangkan, dan lain sebagainya. Esensi ini adalah inti roh
dan kekuatan dan jiwa-lah yang menjadi tempat sekaligus yang menerima seluruh ilmu. Intusionis
mengklaim bahwa matematika berasal dan berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan
dalil-dalil matematika tidak terletak pada simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal
pikiran manusia. Hukum-hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan terhadap alam,
tetapi Matematika ditemukan dalam pikiran manusia.
Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intuisionis tidak memberikan
gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai pengetahuan intuitif bekerja dalam pikiran.
Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang
lain. Apakah realistis bila menganggap bahwa manusia dapat berbagi pandangan intuitif tentang
matematika secara persis sama. Apa yang diketahui secara intuitif bagi seseorang belum tentu sama
bagi orang lain. Artinya cara seseorang mendapatkan pengetahuan yang pasti itu, tidak atau belum
tentu berlaku bagi orang lain. Pengetahuan intuisi ini kebenarannya sulit diukur. Karena berasal dari
lapisan hati nurani seseorang yang terdalam. Benar tidaknya sangat tergantung kepada keyakinan
orang tersebut. Oleh karenanya sulit diterangkan kepada orang lain. Orang lain maksimum hanya
bisa meniru perilakunya yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya sendiri.
Pengetahuan ini tergolong pengetahuan langsung. Tetapi tidak setiap orang mempunyai
pengalaman yang sama.

9
BAB III

KESIMPULAN

Intuisionisme adalah gerak hati, bisikan hati, atau kemampuan memahami sesuatu tanpa
harus difikirkan, yang secara terminologi diartikan secara sebagai aliran atau paham dalam filsafat
dalam memperoleh pengetahuan dengan mengutamakan intuisi atau gerak hati atau bisikan hati.
Secara Epistemology, pengetahuan intuitif berasal dari intuisi yang diperoleh melalui pengamatan
secara langsung, tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai kebenaran dan hakikat suatu objek.
Tokoh aliran intuisionisme Henry Bergson (1859-1941) mengatakan bahwa intuisi merupakan suatu
sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah
kemungkinan adanya suatu bentuk penghayatan langsung (intuitif),di samping pengalaman oleh
indera. Setidaknya, dalam beberapa hal. intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi,
kendati diakui bahwa pengetahuan yang sempurna adalah yang diperoleh melalui intuisi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Intuisionisme

11

Anda mungkin juga menyukai