Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun S
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun S
Abstract
Antioxidant activity test of bay leave (Syzygium polyanthum) extract using 1,1-diphenyl-2-
picrylhidrazyl (DPPH) has been investigated. The aim of this research is to determine antioxidant
strength of bay leave (Syzygium polyanthum) extract. The bay leaves used in this research were young,
medium, and old leaves categories. Concentration of DPPH free radical after additional bay leave
extracts were determined by UV-Vis spectrophotometry. Variation concentrations of bay leave extracts
were 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, and 80 ppm. Vitamin C solution was used as the positive control at the
similar concentration, while DPPH solution in ethanol absolute was the negative control. The results
showed that IC50 values for young, middle, and old leaves extracts were 37.441 ppm, 14.889 ppm,
and 11.001 ppm, whereas vitamin C was 9.898 ppm. Based on these IC50 values, vitamin C is the
strongest antioxidant than young, middle, and old bay leave extracts, and these extracts are classified as
very strong natural antioxidant.
Keywords : Antioxidant Activity; Exstract Bay Leave; Bay Leave; DPPH; Vitamin C
Pendahuluan
Indonesia terkenal dengan kekayaan alam sebagai obat gatal-gatal, kayunya untuk
yang memiliki berbagai jenis tumbuhan yang bahan bangunan (Sembiring, dkk, 2008),
berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional telah sedangkan buah salam dapat digunakan sebagai
dikenal dan digunakan secara turun-temurun antioksidan karena mengandung antosianin
oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang (Ariviani, 2010)
jauh dari pelayanan kesehatan pada umumnya Antioksidan merupakan suatu substansi
memanfaatkan tanaman sebagai obat, salah yang pada konsentrasi kecil secara signifikan
satunya adalah daun salam (Sumono & Mulan, mampu menghambat atau mencegah oksidasi
2009) pada substrat yang disebabkan oleh radikal
Daun salam sebagai tanaman obat asli bebas (Isnindar, dkk, 2011). Radikal bebas
Indonesia banyak digunakan oleh masyarakat merupakan molekul yang sangat reaktif karena
untuk menurunkan kolesterol, kencing manis, memiliki elektron yang tidak berpasangan
hipertensi, gastritis, dan diare. Daun salam dalam orbital luarnya sehingga dapat bereaksi
diketahui mengandung flavonoid, selenium, dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat
vitamin A, dan vitamin E yang berfungsi sebagai elektron molekul sel tersebut (Utomo, dkk,
antioksidan (Riansari, 2008). Daun salam 2008). Radikal bebas yang dihasilkan secara
apabila diremas-remas dapat menghasilkan terus menerus selama proses metabolisme
minyak atsiri yang memiliki aroma harum. normal, dianggap sebagai penyebab terjadinya
Kulit batang, akar dan daun dapat digunakan kerusakan fungsi sel-sel tubuh yang akhirnya
menjadi pemicu timbulnya penyakit degeneratif
*Korespondensi: (Juniarti, dkk, 2009)
P. Bahriul Antioksidan sintetik seperti BHA (butylated
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako hidroxy aniline) dan BHT (butylated hidroxy
email: putrawan_bachriul@yahoo.com toluen) telah diketahui memiliki efek samping
© 2014 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako yang besar antara lain menyebabkan kerusakan
143
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia
hati (Kikuzaki, dkk, 2002). Di sisi lain alam 2 x 24 jam filtrat yang diperoleh disaring dan
menyediakan sumber antioksidan yang efektif residunya dimaserasi kembali dengan pelarut
dan relatif aman seperti flavonoid, vitamin etanol. Hasil ekstraksi selanjutnya dipekatkan
C, beta karoten dan lain-lain. Hal tersebut dengan menggunakan rotary vacuum
mendorong semakin banyak dilakukan evaporator.
eksplorasi bahan alam sebagai sumber
antioksidan. Identifikasi senyawa bioaktif daun salam
Menurut Molyneux (2004), antioksidan Uji alkaloid: 0,1 gram ekstrak daun salam
bereaksi dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut,
(DPPH) yang menstabilkan radikal bebas dan kemudian ditambahkan dengan Reagen Mayer
mereduksi DPPH. Kemudian DPPH akan setetes demi setetes. Terbentuknya endapan
bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa yang berwarna merah sebagai indikator reaksi
peredam radikal bebas membentuk 1,1-difenil- positif adanya alkaloid.
2-pikrilhidrazin (DPPH-H) yang lebih Uji flavonoid: 0,1 gram ekstrak daun salam
stabil. Reagen DPPH yang bereaksi dengan
antioksidan akan mengalami perubahan ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut
warna dari ungu ke kuning, intensitas warna kemudian ditambahkan lagi dengan 0,1 gram
tergantung kemampuan dari antioksidan. logam Mg. Jika terbentuk warna kuning jingga
Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa menunjukkan reaksi positif adanya flavonoid.
dapat digolongkan berdasarkan nilai IC50 yang Uji saponin: 0,1 gram ekstrak daun salam
diperoleh. Jika nilai IC50 suatu ekstrak berada ditambahkan dengan 5 mL aquades panas lalu
dibawah 50 ppm maka aktivitas antioksidannya didinginkan. Setelah itu campuran dikocok
kategori sangat kuat, nilai IC50 berada diantara sampai muncul buih dan didiamkan selama
50-100 ppm berarti aktivitas antioksidannya 2 menit. Selanjutnya campuran ditambahkan
kategori kuat, nilai IC50 berada di antara dengan 2 tetes HCl 2 N dan dikocok lagi
100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya sampai terbentuk buih yang mantap selama
kategori sedang, nilai IC50 berada di antara 10 menit. Terbentuknya buih tersebut sebagai
150-200 ppm berarti aktivitas antioksidannya indikator reaksi positif adanya saponin.
kategori lemah, sedangkan apabila nilai Uji tanin: 0,1 gram ekstrak daun salam
IC50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut
antioksidannya dikategorikan sangat lemah kemudian ditetesi dengan FeCl3 1%. Terbentuk
(Molyneux, 2004) warna biru tua menunjukkan reaksi positif
adanya tanin.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Uji aktivitas antioksidan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Larutan induk ekstrak daun salam 1000
Tadulako. Peralatan yang digunakan yaitu ppm dan larutan pembanding vitamin C 1000
neraca analitik, blender, seperangkat alat rotary ppm dipipet masing-masing 0,5 mL, 1 mL,
vacuum evaporator, spektrofotometer UV-Vis 1,5 mL, dan 2 mL, kemudian dimasukkan ke
PG instruments Ltd, labu, penangas air, dan dalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan 5
peralatan gelas yang umum di laboratorium. mL larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu
daun salam, etanol absolut, reagen mayer, dicukupkan dengan etanol absolut sampai
logam Mg, HCl 2 N, larutan FeCl3 1%, HCl garis tanda. Kemudian didiamkan selama 30
pekat, aquadest, DPPH dan Vitamin C. menit lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517 nm dengan menggunakan
Ekstraksi daun salam dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sebagai blanko,
pelarut etanol absolut diukur 5 mL larutan DPPH kemudian
Ekstrak daun salam dibuat dengan dicukupkan volumenya hingga 25 mL dalam
mengekstraksi 30 gram serbuk masing-masing labu ukur kemudian diukur absorbansinya.
daun salam (daun muda, daun setengah tua,
daun tua) secara maserasi dengan pelarut Analisa Data
etanol hingga terekstraksi sempurna. Simplisia Besarnya persentase penghambatan terhadap
direndam dalam pelarut etanol absolute radikal DPPH dihitung dengan rumus (Zuhra,
sebanyak 300 mL selama 2 x 24 jam. Setelah dkk, 2008):
144
Putrawan Bahriul Uji Aktivitas Aktioksidan Ekstrak Daun Salam ................
145
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia
salam mengandung senyawa flavonoid, 40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm yang bertujuan
saponin, tanin, dan selenium. untuk mengetahui tingkat peredaman warna
Cara yang dilakukan untuk mendeteksi sebagai akibat adanya senyawa antioksidan yang
golongan senyawa alkaloid dengan mampu mengurangi intensitas warna ungu dari
menggunakan pereaksi Mayer yang DPPH. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
memberikan endapan putih yang menunjukkan pengukuran absorbansi diperoleh data yang
adanya alkaloid. Adanya senyawa flavonoid disajikan pada Gambar 1.
ditandai dengan terbentuknya warna kuning-
jingga oleh pereaksi deteksi flavonoid, adanya
tanin ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna biru tua dengan pereaksi deteksi
tanin, sedangkan adanya saponin menimbulkan
busa yang stabil dengan pereaksi deteksi
saponin (Arianti, dkk, 2007). Berdasarkan
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
makin tua umur tanaman makin terakumulasi
senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya.
Peningkatan senyawa bioaktif ini disebabkan
proses sintesis senyawa bioaktif yang meningkat
apabila tanaman terkena cahaya langsung.
Senyawa-senyawa golongan flavonoid dapat Gambar 1. Grafik Hubungan Absorbansi
mengalami peningkatan karena pengaruh DPPH Dengan Konsentrasi Ekstrak Daun
cahaya (Ghulamahdi, dkk, 2008) Salam dan Vitamin C
terjadi oleh karena adanya reduksi radikal sedang, nilai IC50 berada di antara 150-200
DPPH oleh antioksidan, dimana semakin ppm berarti aktivitas antioksidannya lemah,
tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka sedangkan apabila nilai IC50 berada diatas
partikel-partikel senyawa antioksidan yang 200 ppm maka aktivitas antioksidannya sangat
terkandung akan semakin banyak sehingga lemah (Molyneux, 2004)
semakin besar pula aktivitas antioksidannya Nilai IC50 diperoleh dari beberapa tahapan
dan menyebabkan absorbansinya semakin yaitu menghitung nilai log konsentrasi dan
berkurang (Talapessy, dkk, 2013). nilai probit untuk masing-masing persentase
aktivitas penghambat radikal bebas DPPH dari
Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi ekstrak daun salam dan vitamin C. Selanjutnya
tersebut, dapat ditentukan pula persentase menghubungkan kedua data dari perhitungan
penghambatan radikal bebas oleh ekstrak daun yang diperoleh dalam 1 grafik utuh, dimana
salam dan vitamin C tersebut pada berbagai nilai log konsentrasi dijadikan sebagai sumbu
konsentrasi yang disajikan pada Gambar 2. X dan nilai probit digunakan sebagai sumbu
Data pada gambar ini menunjukkan bahwa Y. Adapun dalam hal ini dapat dilihat pada
persentase penghambatan radikal bebas dari Gambar 3.
ekstrak daun salam tua tidaklah terlalu berbeda
dengan persentase penghambatan vitamin C,
bahkan kemampuan daya aktivitas antioksidan
ekstrak daun salam tua pada konsentrasi 40 dan
60 ppm dari variasi konsentrasi uji melampaui
daya aktivitas antioksidan vitamin C sebagai
pembanding. Hal ini membuktikan bahwa
ekstrak daun salam memiliki kemampuan
sebagai antioksidan yang hampir sama dengan
vitamin C. Oleh karena itu, ekstrak daun
salam sangat baik dimanfaatkan sebagai bahan
antioksidan alami.
(A)
Penentuan IC50
Uji antioksidan dalam penelitian ini
menggunakan parameter IC50 (inhibition (B)
concentration) untuk menginterpretasikan
hasil pengujian dengan metode uji
menggunakan DPPH. IC50 merupakan
nilai yang menunjukkan kemampuan
penghambatan 50% radikal bebas oleh suatu
konsentrasi sampel (ppm) (Mailandari, 2012).
Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi
aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan dari
suatu senyawa dapat digolongkan berdasarkan
nilai IC50 yang diperoleh. Jika nilai IC50
suatu ekstrak berada dibawah 50 ppm maka
aktivitas antioksidannya sangat kuat, nilai IC50
berada diantara 50-100 ppm berarti aktivitas
antioksidannya kuat, nilai IC50 berada di antara (C)
100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya
147
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia
Kesimpulan
Ekstrak daun salam yang meliputi daun
muda, daun setengah tua dan daun tua memiliki
daya antioksidan yang sangat kuat dengan nilai
IC50 yang diperoleh masing-masing 37,441
ppm, 14,889 ppm dan 11,001 ppm.
149