Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PROFIL LEMBAGA

A. Metode dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian lapanan (Field research).
Penelitian yang dilakukan dilapangan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi dan mendeskripsikan peristiwa, kejadiaan yang terjadi
dilapangan (Rosasy, 2004). Sedangkan metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Penelitian kualitatif menurut Strauss dan Corbin (Rohmat, 2009)
merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak bisa dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik atau
cara lain dari kuantitatif (pengukuran). Menurut Sugiyono
(2022)penelitian kualitatif merupakan metodepenelitian yang berlandakan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan dilakukan secara triangualistik (gabungan),
analisis data bersifat induksi/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan menurut Moleong
(Murdiyanto, 2020) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Jenis pendekatan pada penelitian ini berbentuk studi kasus.
Menurut Herdiansyah (Murdiyanto, 2020) penelitian studi kasus adalah
studi yang mendeskripsikan suatu masalah dengan batasan terperinci,
memiliki pengembalian data yang mendalam, dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Secara mendalam studi kasus merupakan sutau model
yang bersifat komprehensif, intens, dan mendalam, serta lebih diarahkan
sebagai upaya untuk menelaan masalah-masalah atau fenomena-fenomena
yang bersifat kontemporer.
Bentuk penelitian ini memusatkan pada objek tertentu, dengan
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Objek yang dipelajari sebagai suatu
kasus adalah terapi okupasi dalam menurunkan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas di klinik tumbuh kembang anak Al-Insan.

B. Profil Klinik Tumbuh Kembang Anak Al-Insan


1. Selayang Pandang Klinik Tumbuh Kembang Anak Al-Insan
Klinik Tumbuh Kembang Anak Al-Insan Cirebon merupakan
pusat tumbuh kembang anak yang khusus menangani deteksi dini,
diagnosis dan intervensi (menentukan pilihan terapi) terhadap anak
sesuai dengan kebutuhannya. Klinik Al-Insan mampu menangani
anak-anak yang memiliki masalah dalam tumbuh kembang karena
kelainan saat lahir, atau kemambuat anak yang mengalami
keterlambatan dari rata-rata anak pada umumnya. Serta memantau
perkembangan anak, dan membantu memberikan stimulasi tumbuh
kembangnya. Dari mulai balita, hingga berusia 18 tahuan atau
lebih.(Arsip Klinik) Adapun visi misi didirikannya Klinik Tumbuh
Kembang Anak Al-Insan antara lain:
Visinya menjadikan setiap Insan Cerdas Indonesia,
memaksimalkan potensi kemandirian dalam beribadah dan
produktivitas dalam menjalani kehidupan sebagai manusia untuk
mencapai cita-cita yang bermanfaat bagi Bangsa Negara dan Agama.
Sedangkan Misinya:
1) Memberikan pelayanan maksimal dan profesional sesuai
dengan kebutuhan anak.
2) Membeirkan nilai-nilai pendidikan dan moral dalam proses
intervensi kepada anak-anak.
3) Memberikan edukasi kolaborasi intervensi antara para
profesional dan orang tua.

2. Program Layanan
Layanan yang di berikan di Klinik Tumbuh Kembang Anak Al-Insan
diantaranya:
a. Skrining Tumbuh Kembang Anak
b. Fisioterapi
c. Sensori Integrasi
d. Terapi Okupasi
e. Terapi Wicara
f. Adaptive Group & Training
g. Group Therapy
h. Terapi Remedial
Adapun pasien atau klien yang ditangani diantaranya:
a. Autisme
b. Celebral palsy
c. Keterlambatan bicara
d. AHDH/Hiperaktif
e. Down Syndrome
f. Gangguan Perilaku
g. Gangguan Konsentrasi
h. Kesulitan belajar
3. Pelayanan yang diberikan
a. Skrining Tumbuh Kembang
b. Fisioterapi
c. Sensori Integrasi
d. Terapi Okupasi
e. Terapi Wicara
f. Adaptive Group & Training
g. Group Therapy
h. Terapi Remedial
4. Fasilitas Ruang dan Prasarana
a. Ruang dan prasarana private Terapi Tumbuh Kembang
b. Ruang Konsultasi
c. Tempat Tunggu bagi orang tua
d. Tempat Parkir
e. Kamar mandi
f. Ruang serba guna
g. Kran air di depan klinik
5. Media Terapi
a. Puzzle balok
b. Kartu edukasi
c. Bola mainan
d. Tangga bermain
e. Kursi kecil
f. Alat meronce
g. Bola besar
6. Struktural

Pimpinan:
Sandi Mulya, A.Md.OT., S.K.M., M.Tr.T.

Terapis Pendidik ABK Administrasi

Rini Djunaedi, Ainiyyah Fatin


Terapis Okupasi Terapis Perilaku Terapis wicara Fisioterapi
S.Pd

Sandi Mulya, Putri Hapsari


Lukmanul Siska Opthariza
A.Md.OT., Srirahayuningsih,
Hakim, S.Psi P, A.Md.Kes.
S.K.M., M.Tr.T. S.Ftr.Ftr

Marajun
Esy Dwi Putrianti, Anisa Nurjanah,
Ferdinan,A.Md.Kep.
A.Md.OT.,S.K.M A.Md.Kes.
,S.K.M

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penulis melakukan penelitian di klinik tumbuh kembang anak Al-
Insan yang terletak di Jl. Cideng Jaya No.26 rt 18/ rw 04, Ds.
Kertawinangun, Kec. Kedawung, Kab. Cirebon.
Adapun pelaksanaan penelitian ini di mulai pada bulan Maret
sampai dengan bulan Juli 2023.
D. Penentuan Sumber Informasi/Informan
Subjek peneliti merupakan elemen untuk mendapatkan informasi
bagi peneliti saat berada di lapangan karena subjek akan memberikan
gambaran secara terperinci mengenai fokus masalah yang diteliti
(Moleong, 2000)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2022). Pemilihan sempel
dilakukan dengan melihat karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti
kepada orang yang terlibat langsung dalam penelitian. Peneliti mengambil
subjek penelitian yang pertama yaitu Pimpinan Klinik sekaligus Terapis
Okupasi untuk menanyakan terkait program terapi yang dijalankan di
Klinik Al-Insan serta gambaran umum Klinik Al-Insan.
Kemudian peneliti juga mengambil subjek penelitian satu orang
terapis yang menangani ketiga anak yang akan diteliti. Diharapan satu
orang terapis tersebut mengerti secara detail dari awal proses terapi pada
anak yang akan diteliti dengan menggunakan metode terapi okupasi yang
diterapkan di Klinik. Subjek selanjutnya yang peneliti ambil adalah klien
itu sendiri yaitu anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas. Jumlah yang peneliti ambil adalah 3 orang anak yang
mengikuti terapi okupasi.
Alasan peneliti hanya mengambil ketiga anak tersebut adalah
karena ketiganya mengalami gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas yang sudah menginjak usia 4 tahun keatas. Subjek terakhir
yang peneliti ambil adalah keluarga dari ketiga klien, yaitu AR, AK, dan
AL. Diharapkan informasi yang diberikan keluarga klien yang diteliti
mampu menjawab semua persoalan yang ditanyakan seputar kondisi anak
baik sebelum diterapi maupun sesudah diterapi.
Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan tabel yang
menyajikan informasi dan informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
No Informan Keterangan
1 Pimpinan Klinik 1 orang untuk dimintai gambaran umum klinik
2 Terapis 1 orang untuk untuk dimintai keterangan seputar
proses dan evaluasi pelaksanaan terapi
3 Anak/ Klien 3 orang anak yang diteliti
4 Keluarga 3 orang untuk dimintai keterangan terkait
perkembangan anak

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informaasi yang diperlukan untuk mendapatkan penjelasan dan menjawab
permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data ini diantaranya:

a. Observasi
Menurut Cartwright dan Cartwright Mendefinisikan observasi
sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati, serta
merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Tujuan diadakannya observasi untuk mendeskripsikan perilaku objek
sehingga dapat dipahami serta bisa mengetahui frekuensi suatu
kejadian. (Murdiyanto, 2020)
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan,
membantu dalam memahami perilaku manusia, serta bahan evaluasi
yaitu sebagai bentuk pengukuran atas aspek tertentu sebagai bentuk
umpan balik.
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi
pasif yaitu Peneliti datang ditempat kegiatan, namun tidak terlibat
dengan kegiatan yang sedang diamati (Sugiyono, 2022:299). Peneliti
hanya mengamati kegiatan terapi okupasi yang dilaksanakan di Klinik
Tumbuh Kembang Anak Al-Insan dalam menangani anak dengan
gangguan pemusatan perhatian/ hiperktivitas.
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
1. Terkait Anak yang diamati
No Kriteria Indikator Ada Tidak
1 Tidak bisa diam Berlarian secara berlebihan
saat duduk
Sering memanjat
Sering melompat
Menggerak-gerakan tangan
Sering bertingkah seenaknya
Menggosok-gosokan tangan dimata
Menggosok-gosokan tangan dikepala
Menggosok-gosokan tangan di pipi
Menggosok-gosokan tangan dibadan
2 Perhatian anak/ Menunjuk hal yang tidak berhubungan
vestibular dengan tugas
Melihat-lihat sekeliling ruangan
Memandang sesuatu dalam jangka
waktu yang lama
Mudah terganggu dengan stimulus
yang datang dari luar
Tidak memperhatikan ketika diajak
berbicara
3 Impulsive Cepat bosan
Sering mengganggu orang lain
Sering berbicara berlebihan
Melontarkan jawaban terhadap
pertanyaan sebelum selesai ditanyakan
Sulit menunggu giliran
4 Perkembangan Anak dapat mengucapkan benda yang
bahasa dan bicara diinginkan/ yang ditunjukan
Dapat diajak berkomunikasi
Anak dapat menyebutkan nama benda
disekitar
Anak dapat menirukan bacaan yang
diinstruksikan
5 Sikap menentang Sering berbantahan dengan orang
dewasa
Menolak untuk patuh terhadap perintah
Emosi mudah meledak, sulit
diperkirakan
Sering berkelahi
Mudah tersinggung
6 Aspek sosial Tidak mengetahui bagaimana caranya
berteman
Tampaknya seperti tidak diterima oleh
kelompok
Malu dan menarik diri
Cepat kehilangan teman
Takut pada situasi baru, dan mudah
menangis

2. Terkait Proses Terapi Okupasi


No Aspek Keterangan
1 Pendekatan terapis
terhadap klien
2 Penerapan model terapi
okupasi
3 Terapis memperhatikan
perkembangan anak
GPPH dengan melalui
evaluasi kepada orang
tua dan pencatatan
4 Sarana dan prasarana
yang memadai untuk
menunjang kebutuhan
dalam menurunkan
gangguan pemusatan
perhatian dan
hiperaktifitas.
5 Adanya penurunan
tingkat GPPH setelah
melakukan beberapa kali
terapi

b. Wawancara
Menurut Esterberg dalam buku Sugiyono (2022). Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar infromasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Lincoln & Guba
(Murdiyanto, 2020) wawancara dinyatakan sebagai suatu percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang
tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,
pengakuan, kerisauan dan sebagainya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif
bersifat mendalam (in-depth interview) yaitu proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, dimana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama.(Rahmat, 2009) Wawancara ini dilakukan secara
mendalam yakni penulis melakukan serangkaian pertanyaan terfokus
kepada terapis/ psikolog anak, serta orang tua anak. Wawancara ini
dilakukan untuk memperoleh informasi dari terapis okupasi yang
menangani anak dengan ADHD.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara
No Variabel Sub Variabel Indikator
1 Terapi Okupasi Pelaksanaan  Mengetahui tata cara
(Sujarwanto, 2005) Identifikasi pemberian asesment
 Mengetahui Proses
awal diberikannya
terapi
 Pemberian diagnosis
Pelaksanaaan Program  Treatment untuk
1. Sensori Integrasi membantu sensori
motorik pada anak
 Melatih kemampuan
motorik halus anak
 Melatih kemampuan
motorik kasar anak
2. Terapi Perilaku  Treatment untuk
mengembangkan
kemampuan sosial
anak
 Melatih kemandirian
pada anak
 Mengembangkan
kemampuan
interpersonal pada
anak
Evaluasi  Memberikan
evaluasi dan tindak
lanjut terkait
pelaksanaan
program terapi
okupasi.
 Pemberian
sosialisasi kepada
orang tua anak, dan
pekerjaan rumah
yang harus
dilaksanakan.
2 Gangguan 1. Innatentive  Mengetahui
Pemusataan perubahan
Perhatian dan konsentrasi dan
Hiperaktivitas fokus perhatian
(DSM-5 TM, 2013) anak.
 Anak sudah mulai
mengikuti perintah
dari terapis
2. Hiperaktivitas  Mengetahui
perkembangan
hiperaktif anak
 Anak sudah mulai
duduk tenang
3. Impulsivitas  Mengetahui
perubahan tingkat
impulsif anak
 Anak tidak
mengganggu orang
lain
 Anak sudah mulai
bisa diajak berbicara
c. Dokumentasi
Menurut Gottschalk (Murdiyanto, 2020) mengartikan bahwa
dokumentasi yaitu proses pembuktian yang didasarkan atas jenis
sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau
arkeologi. Sedangkan menurut Sugiyono (2022). Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berupa tulisan, gambar, arsip lembaga atau karya-karya monumental
dari seseorang, Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dengan adanya studi dokumentasi menjadi salah satu
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini akan lebih dapat dipercaya jika disertakan adanya
dokumentasi. (Imam Gunawan, 2015:176). Dokumentasi yang
digunakan yaitu berupa buku catatan, arsip lembaga, kamera, perekam
suara, serta buku evaluasi klien dalam melakukan terapi.

F. Teknik Analisis Data


a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti mengurangi data. Dilakukan dengan
memilih data yang dianggap penting, (Sugiyono, 2022). Reduksi data
merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,
abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam
catatan-catatan lapangan tertulis (Emzir, 2012: 129).
Menurut Murdiyanto (2020) fungsi dari reduksi data yaitu
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. Oleh
karena itu, penulis mencoba memilih data yang relevan dengan peran
terapi okupasi untuk meningkatkan konsentrasi anak ADHD.
b. Penyajian Data (Display)
Penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan
pengambilan tindakan (Emzir, 2012:132). Penyajian data merupakan
kegiatan menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan mengambil
tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks,
grafik jaringan dan bagan. Tujuannya untuk mempermudah dalam
membaca dan menarik kesimpulan. (Murdiyanto, 2020).
Setelah data mengenai peran bimbingan terapi okupasi dalam
emningkatkan konsentrasi anak ADHD serta hambatan yang diperoleh
maka data tersebut kemudian di analisis dan ditarik sebuah
kesimpulan.
c. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. (Murdiyanto, 2020) Atas apa yang disajikan,
pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan tema tersebut
sehingga memudahkan untuk menarik sebuah kesimpulan
(Sugiyono,2022)

Anda mungkin juga menyukai