FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020 A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal Solidality, Jurnal Sosiologi Pedesaan
Judul Jurnal Gerakan Sosial Nelayan Di Sumatra Barat: Isu, Aktor, Dan Taktik Gerakan Link Jurnal file:///C:/Users/user/Downloads/28692-Article %20Text-99300-2-10-20200409.pdf Penulis Dwi Retno Hapsari, Rilus A Kinseng, Sarwititi Sarwoprasodjo, Asnika Putri Simanjuntak, Khairil Anam, Andri Sarifuddin, Iin Sulistiyowati Nomor 01 Volume 08 Tahun 2020 ISNN/EISSN 2302-7517/2302-7525 Halaman 14-29
B. Kesimpulan Isi Jurnal
Jurnal ini membahas tentang gerakan sosial yang dilakukan oleh nelayan di Sumatra Barat untuk menghadapi atau menolak peraturan pemerintah tentang Jalur Penangkapan ikan yang terdapat dalam Peraturan Menteri No.71 tahun 2016. Gerakan sosal yang dijelaskan pada pembahasan jurnal ini sudah memuat adanya penyebab terjadinya konflik atau isu penyebab konflik, orang tau actor yang bergabung dan memplopori gerakan sosial ini serta taktik, cara ataupun stratgei yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Sumtra Barat dalam menghadapi atau menolak adanya pertauran pemerintah yang dianggap merugikan mereka. Gerakan masyarakat Padang yang mencuat ke permukaan merupakan rentetan permasalahan yang disebabkan oleh isu-isu munculnya gerakan sosial yaitu mulai dari Peraturan Menteri (Peraturan Menteri) 42 tahun 2014, Peraturan Menteri KKP No 71 tahun 2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia sampai berbagai persoalan seperti penangkapan yang disebabkan persoalan BPJS. Selanjutnya, isu pemicu gerakan sosial yang berada di Kabupaten Pasaman Barat adalah Peraturan Menteri KKP No 71 tahun 2016. Peraturan ini cukup menguras energi seluruh nelayan di Indonesia, karena ada beberapa pasal yang dianggap merugikan dan menghambat penghasilan nelayan, tidak terkecuali pada masyarakat nelayan di Pasaman Barat. Secara umum poin yang tertuang dalam Peraturan Menteri KKP No. 71 tersebut mengatur tentang jalur penangkapan ikan yang termasuk di dalamnya adalah wilayah perairan yang merupakan bagian dari WPPNRI, selanjutnya pengaturan mengenai alat penangkapan ikan (API) dan alat bantu penangkapan ikan (ABPI) dengan tujuan agar pemanfaatan sumber daya ikan yang ada dilakukan secara bertanggung jawab, optimal dan berkelanjutan. Namun, maksud baik dari peraturan tersebut berbanding terbalik dengan realita yang ada pada nelayan terutama nelayan di Nagari Air Bangis yang sudah bertahun-tahun mengandalkan kapal bagan berperahu sebagai kapal yang digunakan untuk mendapatkan ikan. Peraturan tersebut justru mematikan “urat nadi” nelayan. Selanjutnya, gerakan sosial nelayan ini terjadi karena ada aktor-aktor kunci yang mampu menggerakkan para nelayan untuk melakukan gerakan atau perlawanan secara massal. Aktor-aktor kunci ini adalah orang-orang yang dianggap sebagai tokoh di kalangan para nelayan, baik yang masih aktif bekerja sebagai nelayan maupun tidak aktif sebagai pengurus di organisasi sosial nelayan tersebut. Berkaitan dengan itu, organisasi sosial nelayan seperti KNKT dan HNSI juga memegang peranan yang penting dalam gerakan sosial nelayan di Sumatra Barat ini. Selain para aktor kunci, tentu saja gerakan sosial nelayan ini melibatkan para nelayan bagan itu sendiri, baik pemilik maupun buruh, dan juga pedagang ikan. Keterlibatan massa nelayan hingga para pedagang ikan ini utamanya terjadi pada saat dilaksanakan demonstrasi ke jalanjalan dan kantor-kantor. Strategi dan taktik gerakan sosial yang dilakukan oleh para nelayan di Sumatra Barat tersebut diantaranya berupa dialog dengan pihak Pemerintah Daerah termasuk Dinas terkait, DPRD, DPR, maupun Kementerian KKP. Apabila tujuan yang diinginkan tidak tercapai melalui berbagai dialog tersebut, nelayan kemudian melakukan protes dalam bentuk demonstrasi besar-besaran ke jalan dan kantor-kantor daerah yang dianggap relevan, baik di tingkat Kota/Kabupaten maupun Provinsi Sumatra Barat. Dalam melakukan gerakan sosial ini, nelayan menghindari adanya free rider dengan cara membuat penanda kepada setiap anggotanya, ABK tidak boleh terpisah dari kelompok mereka, serta nakhoda bertanggung jawab terhadap anggotanya sendiri. C. Kelebihan Jurnal Dari hasil pembacaan jurnal yang kami angkat menjadi CJR kami dapat kami simpulkan bahwa kelebihan jurnal tersebut adalah sebagai berikut : a) Jurnal yang berjudul “Gerakan Sosial Nelayan Di Sumatera Barat : Isu, Aktor, Dan Taktik” merupakan jurnal yang sangat bagus dan mampu menarik minat baca khususnya para peneliti. Jurnal ini sangat bagus dalam isi pembahasannya, jurnal isi membahas materinya sesuai dengan konsep-konsep yang tertera pada judul. Jurnal ini memaparkan pembahasannya satu per satu dari konsep sehingga mempermudah pembaca dalam memahami isi jurnal tersebut. b) Jurnal ini juga memberi dampak positif bagi gerakan organisasi lain untuk memicu kemajuan di berbagai bidang dalam meningkatkan ekonomi kehidupannya. c) Selain itu, jurnal ini juga memiliki bahasa dan kalimat yang mudah dipahami para pembacanya atau disebut dengan bahasa yang komunikatif. d) Jurnal disertai dengan peta lokasi penelitian dan juga terdapat kutipan wawancara dengan informan penelitiannya. Sehingga memperkuat validasi data yang disampaikan di dalam pembahasan. e) Jika yang paham mengenai kegiatan para nelayan maka ide-ide cemerlang akan muncul setelah membaca jurnal ini. D. Kekurangan Jurnal a) Dari kata ada yang menggunakan bahasa asing dan tidak menggaris bawahi ataupun mengganti dengan kalimat cetak miring. b) Pengguaan spasi yang terlalu rapat sehingga para pembaca sulit untuk membacanya karena jarak antara kata yang terlalu rapat.