Anda di halaman 1dari 14

Doddy Bicara Investasi (Part 1)

Memahami Laporan Keuangan

Ada 2 Jenis Laporan Keuangan :


1. Laporan Keuangan
2. Laporan Tahunan

Yang penting dari laporan keuangan ada 3 yaitu :


1. Neraca Keuangan :
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa sehat suatu
perusahaan tersebut dan melihat aset-aset perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi :


Kita gunakan untuk menilai perusahaan tersebut profitable atau
tidak profitable.

3. Laporan Arus Kas :


Karena di laporan laba rugi sebelumnya itu akan menggunakan
suatu prinsip akuntansi yang bernama akrual, dimana seluruh
pencatatan penjualan ataupun laba itu berdasarkan transaksi yang
terjadi. Bukan ketika uang tersebut sudah masuk ke dalam kas nya
kita.

Ilustrasi singkat Neraca Keuangan :


Misalnya, kita mempunyai kas, mobil, dll (entah di deposito/tabungan)

Aset :
 Kas : 200 Jt
 Mobil : 300 Jt
 Rumah : 1,5 M
Apabila dijumlahkan :2M

Apakah dengan memberikan list-list aset itu sudah cukup untuk melihat
kondisi keuangan kita? Jawabannya TIDAK.

Aset sendiri juga bisa didanai dengan hutang. Jadi belum tentu orang
yang punya banyak aset lebih kaya daripada orang yang punya aset lebih
sedikit. Di laporan keuangan itu dinamakan Liabilitas.
Liabilitas :
 KPR : 1,2 M
 Cicilan mobil : 200 Jt
 Hutang lain-lain : 100 Jt
Apabila dijumlahkan : 1,5 M

Ekuitas :
Aset – Liabilitas
2 M – 1,5 M : 500 Jt

Ada dua jenis Aset pada laporan keuangan :


1. Aset Lancar :
Aset yang bisa dicairkan dalam waktu kurang dari 1 tahun.

2. Aset Tidak Lancar :


Aset yang tidak bisa dicairkan dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Ada dua jenis Liabilitas pada laporan keuangan :


1. Liabilitas Jangka Pendek :
Hutang yang harus dibayarkan dalam waktu kurang dari 1 tahun.

2. Liabilitas Jangka Panjang :


Hutang yang dibayarkan dalam waktu lebih dari 1 tahun.

Yang harus diperhatikan dalam Liabilitas adalah Hutang yang berbunga.


Hutang yang berbunga contohnya hutang bank, hutang obligasi, hutang
lain-lain.
Hutang pada pihak ketiga (suplier/vendor) biasanya tidak berbunga,
sehingga apabila telat bayar tidak akan dikenakan charge bunga kepada
kita.

Beberapa rasio yang bisa mengindikasikan kesehatan perusahaan :


*(catatan, / artinya dibagi, bukan atau)

 Current Ratio :
Aset Lancar / Liabilitas Jangka Pendek.

Tujuannya adalah apabila kita memiliki Liabilitas jangka pendek


sebaiknya kita memiliki aset lancar yang besar dibandingkan
dengan Liabilitas jangka pendek. Current Ratio paling tidak harus
lebih besar daripada 1, syukur-syukur kalau lebih dari 1,5 atau 2.
 Debt to Equity Ratio :
Utang Berbunga / Ekuitas Entitas Induk

Semakin kecil maka seharusnya semakin aman. Karena apabila


terjadi situasi ekonomi yang buruk, dimana omset turun, laba turun,
apabila kita memiliki utang yang sangat sedikit maka bunga yang
kita bayarkan itu tidak terlalu menggerus dari laba yang turun tadi.

Oke, sekarang kita akan masuk ke laporan yang kedua yaitu Laporan
Laba Rugi. Di laporan laba rugi ini ada 2 komponen yaitu Pendapatan
dan Pengeluaran. Saya akan memberikan ilustrasi singkat :

Pendapatan – Beban Pokok = Laba Kotor


Laba Kotor – Beban Usaha = Laba Usaha
Laba Usaha – Beban Bunga + Pajak = Laba Bersih

Saat kita membuka Laporan Laba Rugi, perhatikan karena kita


menunjaunya dalam satu tahun maka kita harus bikin ke dalam satu tahun.
Jika kita melihatnya pada Q3 (9 bulan) maka semua yang ada di Laporan
Laba Rugi harus kalikan dengan 12 dibagi 9.

Rasio yang penting pada Laporan Laba Rugi adalah berapakah Profit
Margin dari Perusahaan. Profit margin bisa kita tinjau dari :
 Gross Profit Margin :
Laba Bruto / Pendapatan Bersih

 Net Profit Margin :


Laba Bersih Periode Berjalan / Pendapatan Bersih

Semakin tinggi Gross Profit Margin dan Net Profit Margin maka
perusahaan tersebut semakin efisien.
Doddy Bicara Investasi (Part 2)
Menganalisa Prospek dan Keunggulan Perusahaan

Kali ini saya akan melanjutkan komponen pertama yaitu kualitas


perusahaan dengan menggunakan analisa kuantitatif dan kualitatif.

Bagian 1 : Analisa Kuantitatif


Dua Rasio Investasi Favorit Warren Buffett

1. Return On Equity :
Laba Bersih Periode Berjalan Entitas Induk / Ekuitas Entitas Induk
(makin besar ROE makin baik)

2. Return On Capital :
Laba Usaha / (Ekuitas Total + Utang Berbunga)
(makin besar ROC makin baik)

*catatan : Laba Bersih PBEI pada ROE dijadikan setahun dengan, misal
karena ini Q3 berarti dikali 12 per 9 atau 4 per 3

Bagian 2 : Analisa Kuantitatif


Mengukur Pertumbuhan Perusahaan

Dengan menggunakan fitur dari stockbit, kita akan coba masuk untuk
melihat apakah perusahaan ini bertumbuh atau tidak. Kita bisa lihat di fitur
financials. Kita bisa lihat pertama dari :
1. Balance sheet atau neraca keuangan secara annual. Pertama
yang biasa saya cek itu adalah total ekuitas.
2. Income statement, kita bisa lihat total pendapatan, laba kotor, laba
usaha.

Bagian 3 : Analisa Kualitatif


Menganalisa Perusahaan Dari Sisi Kualitatif-nya

Yang harus kita lakukan adalah :


1. Memahami bisnis prospek keunggulan perusahaan dengan prinsip
3M. Membaca, Memahami, dan Merenungkan.
Ada 4 bahan bacaan yang biasanya saya gunakan untuk
menganalisa perusahaan :
 Laporan Tahunan.
Baik dari perusahaan sendiri maupun kompetitor. (bisa di
download melalui website BEI, https://www.idx.co.id/).
 Presentasi Manajemen di Public Expose.
Bisa di download melalui website BEI pada bagian pengumuman.
 Laporan Public Expose.
Berisi pertanyaan dari peserta yang hadir di Public Expose dan
jawaban dari manajemen.
 Artikel, berita, video, laporan riset analis, dll.

2. Setelah kita Membaca dan Memahami, selanjutnya kita harus


Merenungkan.

Untuk M yang terakhir ini saya terinspirasi dari suatu konsep yang
diberikan oleh salah satu investor ternama juga, yaitu Howard
Marks. Ia mengatakan bahwa ada yang namanya first level thinking
dan second level thinking.

Misalnya,
1st lvl thinking : Perusahaan ini bagus dan dia membeli
perusahaan tersebut.
2nd lvl thinking : Melihat bahwa pasar ini sangat antusias
mengenai perusahaan bagus tersebut jadi dia merasa bahwa
perusahaan tersebut mahal.

Contoh lain,
1st lvl thinking : Pertumbuhan sekarang lagi turun dan inflasi
lagi naik, sehingga dia memutuskan untuk menjual.
2nd lvl thinking : Melihat bahwa ketika semua menjual dalam
kepanikan maka dia akan berusaha untuk membeli.

Contoh lain,
1st lvl thinking : Perusahaan tersebut labanya akan jatuh,
maka yang dilakukan adalah dia akan menjual sahamnya.
2nd lvl thinking : Apakah virus corona selesai mall akan sesepi
ini, pasti jawabannya tidak. Bila membeli saat semua sudah selesai
maka kita tidak mendapatkan diskon sebagus ini. Jadi saya berani
membeli pada saat harga sedang rendah dengan harapan ketika
semua sudah selesai maka kita akan mendapatkan return tinggi.
Doddy Bicara Investasi (Part 3)
Memahami arti dari PER dan PBV
Kali ini saya akan membahas beberapa miskonsepsi atau salah
pengertian yang selama ini terjadi terkait dengan saham.

 Miskonsepsi 1 :
Semakin tinggi harga saham, semakin mahal saham tersebut.
Kenyataannya nominal harga saham tidak berarti apa-apa...
tanpa dibandikan dengan indikator lainnya.

Ada suatu Rasio yang kita namakan dengan :


 Price To Earning Ratio :
Harga per lembar saham / Laba Bersih per lembar saham (EPS)

Kita bisa mengatakan bahwa suatu saham bisa lebih mahal dari
saham lainnya apabila PER nya lebih tinggi.

Tadi juga ada yang mengatakan argumen bahwa harga BBRI lebih mahal
dari BRIS karena PBV dari BBRI lebih dari 1 sedangkan PBV dari BRIS
kurang dari 1.
 Price To Book Value Ratio :
Harga per lembar saham / Ekuitas (book value) per lembar

Ekuitas per lembar = Market Cap / Ekuitas

 Miskonsepsi 2 :
Apabila PBV < 1 murah, PBV > 1 mahal, PBV = 1 wajar.

Pendapat dari Warrent Buffett mengenai nilai wajar saham :


"Intrinsic value can be defined simply: It is the discounted value of the
cash that can be taken out of a business during its remaining life. The
calculation of intrinsic value, though, is not so simple. As our definition
suggests, intrinsic value is an estimate rather than a precise figure, and it
is additionally an estimate that must be changed if interest rates move or
forecasts of future cash flows are revised."
- WARREN BUFFETT -

Warrent Buffett tidak menyinggung terkait dengan book value, Ia berfokus


kepada earnings atau cash yang dihasilkan perusahaan tersebut, bisa
berupa laba.
Saya akan coba menggunakan suatu analogi :

Ketika berjalan ke mall pada bagian food court, kalian bisa melihat dua
buah restoran.
Dimana restoran A tersebut sangat amat laris, karena restoran A
mempunyai nama besar dan punya orang yang rutin membeli
makanannya.
Dan restoran B, dimana restoran B ini sangat sepi pengunjungnya.

Apabila menggunakan konsep dari ekuitas, dua-duanya mungkin


memiliki ekuitas yang sama. Mungkin nilai ekuitasnya sama persis. Tapi
bila kalian diminta untuk membeli restoran tersebut, restoran mana yang
dihargai lebih mahal? Tentu tidak mungkin restoran yang ramai tadi
dihargai sama mahalnya meskipun asetnya sama persis. Alasannya
karena perusahaan tersebut memiliki sesuatu yang tidak bisa diukur
dengan neraca keuangan. Yaitu brand, network, keunggulan
kompetitif.
Doddy Bicara Investasi (Part 4)
Menghitung Nilai Wajar Saham dengan PER & PBV

BAGIAN 1 : Memahami Relative Valuation

Pada video kali ini pendekatan yang kita gunakan adalah Relative
Valuation atau Nilai Relatif. Sebelum kita melihat definisinya lebih jauh
lagi mari kita gunakan suatu analogi sederhana.

Analogi Sederhana :
Apabila kita menanyakan harga suatu rumah di beberapa daerah. Harga
tanah berbeda walaupun luas tanahnya sama. Misalnya tanah di
Pakuwon City lebih mahal dari pada tanah di Keputih.

PER bisa tinggi dengan 2 alasan :


1. Kualitas bagus, pasar mungkin menghargai mahal (Price tinggi).
2. Bisnis kurang profitable (EPS rendah). Sehingga meskipun PBV
kurang dari 1x, PER nya masih 30 an (contoh di video : BTON)

Ini yang mendasari pendekatan Relative Valuation, kita menilai suatu


perusahaan berdasarkan apa yang ada di sekeliling kita, sektor tersebut
menilai seperti apa. Sehingga apabila kita melakukan screening valuasi
dengan PBV kurang dari 1 atau PER kurang dari 10 menurut saya tidak
tepat. Karena memang ada beberapa sektor yang dihargai lebih mahal
daripada sektor lainnya.

Ini sangat berbeda dengan Absolute Valuation atau Intrinsic Valuation.


Karena Intrinsic Valuation ini akan menghitung berdasarkan estimasi dari
aliran kas nya yang di diskon ke nilai pada saat ini tanpa ada referensi ke
perusahaan sekitarnya atau rata-rata industri.

Kita tidak menggunakan PER atau PBV dari sektor maupun industri (data
ada di stockbit) tapi kita akan menggunakan PER atau PBV dari Bank BRI
(perusahaan yang dianalisa) itu sendiri di 10 tahun terakhir atau 5 tahun
terakhir.

Setelah mendapatkan data PER dan PBV 10 tahun terakhir, cari rata-
ratanya 5 tahun dan 10 tahun terakhir.
BAGIAN 2 : Menghitung Nilai Wajar Perusahaan

Yang kita lakukan adalah mengkalikan kembali PER dan PBV rata-rata
dengan EPS (Net Profit per Lembar). Jadi ketemu 4 nilai wajarnya.

Dari empat angka ini, opsi pertama yang sangat konservatif itu kita
memakai nilai terendah dari semuanya. Yang moderat atau rata-rata kita
memakai avarage dari keseluruhan.

Jika harga saham selama ini berada dibawah harga analisa kita berarti
sedang diskon.

BAGIAN 3 : Menentukan Margin of Safety

Margin of Safety :
Adalah suatu persentase diskon yang kita tetapkan ketika kita membeli
suatu perusahaan tersebut didiskon berapa.

Tujuannya adalah apabila kita membeli di suatu diskon maka potensi


kesalahan yang kita lakukan terminimalisir. Misalnya MoS adalah 20%,
maka ketika harga turun 20% dari nilai wajarnya kita bisa start untuk
mencicil membeli perusahaan tersebut.

Patokan MoS berbeda-beda tiap investor. Ada investor yang sangat


konservatif yang bener-bener mencari resiko yang sekecil mungkin
sehingga mungkin MoS nya dia cukup besar misalnya 50%. Ketika harga
tersebut turun 20% dia tidak membeli, dan ketika benar turun ke 50-60%
maka dia akan mendapatkan harga pembelian yang sangat amat rendah.

Tetapi kerugian meng set MoS terlalu tinggi adalah kita mungkin saja tidak
akan pernah membeli perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut
tidak penah jatuh ke diskon 50%.

Cara Menghitung :
Misalnya MoS 15%, harga moderat 3880

Rumus : = (1-15%) x harga konservatif atau moderat


= (1-15%) x 3880
= 3298

Maka jika harga di bawah 3298 maka saya akan start membeli.
Seandainya kita ingin tahu harga saat ini diskon berapa :
Harga saat ini 2790, Harga moderat 3880

Diskon saat ini = 1 – (harga saat ini : harga moderat atau konservatif)
= 1 – (2790 : 3880)
= 0,280991 atau 28,10%

Pada analisa PWON ini kita menggunakan data historis di masa lampau,
dimana di masa lampau belum pernah terjadi kasus seperti ini. Apabila
kondisi seperti ini kita bisa melakukan modifikasi sedikit. Kita bisa
memakai Net Profit masa depan. Misalnya kita kalikan 0,7 karena kita
berasumsi akan ada penurunan di tahun 2020 ini, misalnya penurunannya
sekitar 30%. Maka yang terjadi EPS berubah sehingga harga wajarnya
akan turun.

Spreadsheet bisa di download di link :


https://docs.google.com/spreadsheets/d/1fqCP7_sUnUee8whS1MzDHu
Mf3IynUxTLJ7Qi2KgqJNM/edit#gid=1819316971
Doddy Bicara Investasi (Part 5)
Menghitung Nilai Intrinsik Saham (DCF)
BAGIAN 1 : Analogi Mesin Pencetak Uang

Oke, sebelum masuk ke konsep Nilai Intrinsik saya akan coba kasih
ilustrasi. Misalnya kita ditawarkan suatu mesin pencetak uang yang
dijamin oleh suatu negara sehingga terjamin keamanannya. Mesin ini
akan menghasilkan uang, misalnya 100 Juta per tahun, setiap tahun atau
selamanya/tak terhingga.

Cara kita untuk menentukan Nilai Intrinsik perusahaan adalah sama


dengan kita menghitung nilai wajar dari, misalnya ORI17, atau dari mesin
pencetak uang, yaitu kita memproyeksikan cash flow atau earning
perusahaan dan kita akan diskonkan ke nilai masa kini dengan suatu
diskon rate tertentu.

BAGIAN 2 : Skema Valuasi Nilai Intrinsik

Inti dari Intrinsic Valuation adalah kita proyeksi kas yang akan ada di
masa depan. Sehingga karena ini syarat akan asumsi, penting bagi kita
untuk membuat asumsi yang tidak terlalu optimistis.

Saya akan membagi aliran income ini menjadi 2 fase. Fase pertama
adalah fase proyeksi income 1-10 tahun dengan tingkat pertumbuhan
tertentu antara 0-15% p.a. Fase kedua saya akan menggunakan tingkat
pertumbuhan yang terbatas.
Langkah berikutnya yang tidak kalah penting, kita mendiskon kan aliran-
aliran kas tadi yang sudah proyeksikan ke nilai masa kini. Nahh, memang
terlihat simpel, tapi ada 3 komponen yang harus kita analisa dengan
sangat hati-hati.

BAGIAN 3 : Faktor Cash Flow (faktor 1)

Oke, sekarang kita akan masuk ke komponen terpenting dalam Intrinsic


Valuation yaitu Cash Flow. Ada beberapa pilihan sebagai cash flow kita :

 EBIT
Earnings Before Interest Taxes. Mirip dengan laba usaha.
 EBITDA
Earnings before interest, taxes, depreciation and amortization.
 Laba Bersih
 Kas dari Aktivitas Operasi
 Free Cash Flow

Sebelum saya jelaskan apa yang saya pilih, kita akan coba memahami
kerangka berfikir dari aliran cash flow yang diterima oleh perusahaan.
Misalnya, cash flow terhadap keseluruhan perusahaan itu sebenarnya
kita bisa simbolkan sebagai Laba Usaha atau EBIT.

Kalau kita menggunakan Laba Bersih sebagai aliran kas kita maka diskon
rate nya menggunakan Cost of Equity. Sedangkan bagi pemberi pinjaman
itu menggunakan Cost of Debt. Tapi karena saya tidak mau ribet maka
yang saya lakukan hanya memilih Laba Bersih saja, sehingga diskon rate
saya akan mengikuti Cost of Equity. Jadi seberapa banyak hutang dari
perusahaan tidak akan saya masukkan dalam diskon rate saya.
Ada permasalahan tambahan lainnya yaitu :

Cyclically Adjusted Earning :


Laba di tahun-tahun sebelumnya kita proyeksikan ke saat ini dengan
faktor inflasi. Misalnya, laba 2011 dijadikan tahun 2020, 2012 dijadikan
2020, dan seterusnya. Kemudian yang terjadi adalah maka nilainya akan
menjadi lebih tinggi lalu kita ambil rata-ratanya.

(Contoh Cyclically Adjusted Earning dalam excel/spreadsheet)


Step 1 : Cari laba bersih pemilik entitas induk
Step 2 : Cari inflation tool, menggunakan inflation calculator
Step 3 : Cari faktor inflasi tiap tahunnya
untuk tahun sekarang (2019 pada spreadsheet) faktor inflasinya 1

Faktor inflasi tahun sebelumnya :


contoh di 2018 ---- 143,75 : 139,39 = 1,0313
1,0313 x 3963 = 4087

Step 4 : Cari rata-rata laba yang sudah di time value of money kan

Bersambung...
(turu sekk)

Anda mungkin juga menyukai