Anda di halaman 1dari 87

MODUL MANAJEMEN KEUANGAN

PROGRAM DIPLOMA III PERBANAS INSTITUTE

KATA PENGANTAR

Mata Kuliah ini menjelaskan tentang manajemen keuangan yang menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan pengendalian keuangan. Pada modul ini disampaikan gambaran bahwa
peran manajer keuangan untuk memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial market,
dimana dana yang diperoleh dapat diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan untuk
mendanai kegiatan perusahaan. Diberikan gambaran bahwa perusahaan yang menjalankan
operasinya dengan baik dan benar dapat dilihat dari : evaluasi kinerja keuangan, aplikasi
pengaturan aktiva lancar seperti pengaturan Manajemen Kas, Manajemen Persediaan,
Manajemen Piutang. Dalam modul ini dijelaskan secara teori mengenai Time value of money dan
mempraktekan teori di laboratorium, memberikan gambaran pengambilan keputusan investasi
dalam surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Tujuan mata kuliah ini memberikan
pemahaman dalam mengevaluasi keputusan investasi serta keefektifan operasi perusahaan.
BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Modul ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk mata kuliah
manajemen keuangan I melalui beberapa cara,baik secara teoritis maupun secara praktek di
laboratorium. Diharapkan dengan disusunnya modul ini, mahasiswa dapat memahami mata
kuliah Manajemen Keuangan lebih terstruktur.
B. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata Kuliah Manajemen Keuangan mempelajari tentang keputusan keputusan keuangan yang
dilakukan dalam lingkup perusahaan , dalam hal ini organisasi yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan. Perusahaan membutuhkan berbagai aktiva untuk menjalankan
operasinya, keputusan keuangan yang diperlukan adalah mencari sumber dana untuk
membiayai operasi perusahaan tersebut. Dalam suatu perusahaan pengaturan kegiatan
keuangan sering disebut manajemen keuangan. Dalam modul manajemen keuangan ini
dipelajari bagaimana perusahaan yang mempunyai kinerja baik, apa saja yang menjadi
indikatornya. Bagaimana perusahaan mengatur kebutuhan aktiva perusahaan seperti :
pengaturan Kas, Piutang , Persediaan. Pada modul ini dipelajari bagaimana perusahaan juga
harus dapat mengatur investasi yang akan dilakukan, supaya perusahaan mencapai profit
yang optimal.

C. MANFAAT MODUL
Diharapkan dengan disusunnya modul ini mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami
manajemen keuangan, yaitu yang menyangkut analisis perencanaan dan pengendalian
keuangan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran ini memberikan gambaran kepada mahasiswa
agar dapat mengambil keputusan keputusan keuangan yang benar, memberikan gambaran
manajer keuangan dalam mengambil keputusan yang benar yaitu keputusan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip keuangan yang berorientasi untuk menghasilkan profit serta kegiatan
operasi persahaan yang efisien.
KOMPETENSI DASAR
Dengan mempelajari manajemen keuangan diharapkan dapat menjadi bekal yang menguasai
dasar untuk menjadi pelaku pasar keuangan , menjadi pelaku level pertama pada industri
perbankan, ataupun industri asuransi dan dapat menjadi pelaku kewirausahaan.
INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan dapat diukur melaui test formatif/latihan soal dalam setiap modul
E. PETUNJUK BELAJAR
Untuk mengikuti Prakrikum di Laboratorium manajemen keuangan, mahasiswa wajib untuk
mengikuti materi perkuliahan teori terlebih dahulu agar mahasisswa mempunyai dasar teori
dalam praktek di laboratorium. Karena itu kehadiran dalam kuliah sangat diperlukan.
Ketentuan kehadiran 80 % .
BAB II : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan

A. Tujuan Perusahaan

Dalam mencapai tujuan perusahaan ada beberpa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian,
selain menyangkut kepetingan perusahaan juga harus memperhatikan kepentingan para pemegang
saham dan kepentingan pengelola perusahaan. Perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-
macam. Ada yang berpendapat bahwa tujuan perusahaan untuk mencapai keuntungan atau laba
maksimal atau laba yang sebasar-besarnya, yang lain berpendapat untuk memakmurkan
pemiliknya, sedangkan yang lain menyatakan memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya.
Dapat dikemukakan bahwa tiga tujuan perusahaan :
1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal atau kemakmuran pemilik perusahaan
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan ( going concern )
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
Dalam melakukan kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan selalu memperhatikan
dua unsur penting yaiyu nilai waktu uang dan risiko yang ditanggung pemilik perusahaan.

B. Keputusan-keputusan dalam Manajemen Keuangan

Keputusan manajemen keuangan secara normative adalah keputusan keuangan untuk


memaksimumkan nilai perusahaan. Dimana dalam memaksimumkan perusahaan harus
mempertimbangkan nilai waktu uang dan risiko yang harus ditanggung baik oleh para investor
mauun oleh perusahaan.
BAB III POKOK BAHASAN II Penilaian Kinerja Keuangan
\
A. Laporan Keuangan
Biasanya laporan keuangan dibuat untuk keperluan perusahaan, dengan empat laporan
keuangan yaitu :
1. Laporan rugi laba
Laporan rugi laba biasanya dibuat untuk periode satu tahun kalender dimulai dari 1 Januaru
dan berakgir 31 Desember, atau dapat juga dibuat satu tahun fiskal. yang biasanya berakhir
di tanggal 31 Desember. Ada juga yang menbuat laporan rugi laba per bulan untuk
keperluan manjemen, atau per tiga bulan (quarterly report) untuk keperluan pemegang
saham.

Contoh laporan rugi laba yang akan digunakan dalam keperluan modul ini sebagai berikut ;

PT. Dugidu
Laporan Rugi Laba
Periode 1 jan – 31 Desember 20xx

Sales revenue
Less : Cost of good sold
Gross Profit
Less : Operating Expenses
Operating Profit
Less: Interest Expense
Net Profit befor taxes ( EBIT)
Less: Taxes ___________
Earning After Taxes

2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada moment tertentu.
Neraca menunjukkan berapa besarnya aktiva atau asset yang dimili persahaan, berapa
besarnya hutang yang ditanggung oleh perusahaan dan seberapa besar ekuitas perusahaan.
Aktiva/ Asset perusahaaan biasanya dibagi menjadi dua yaitu : Aktiva lancar / current asset
dan Aktiva tetap/ fixes asset. Begitu juga dengan hutang biasanya dibagi menjadi hutang
lancar dan hutang jangka panjang. Aktiva lancar merupakan aktina aktiva yang segera dapat
dicairkan menjadi uang kas, biasanya berumur kurang adari satu tahun. Begitu juga dengan
hutang lancar, yaitu hutang2 yang umurnya kurang dari satu tahun, yang seghera jatuh
tempo.
Contoh Neraca
PT. DUgidu
Neraca
Per 31 Desember 20xx

Assets________________________________________
Current Assets
Cash
Marketable securitie
Account receivanle
Inventories
Total Current assets
Fixed Assets
Land and building
Machinery and equipment
Furniture
Vehicles
Total Fixed assets
Less Accumulated depreciation
Net Fixed assets
Total Assets

Liabilities and Stockholders’ equity__________________


Current liabilities
Account payable
Notes payable
Accruals
Total current liabilities
Long term debt
Total Liabilities
Stockholders’ equity
Preferred stock
Common stock
Retained earning
Total Stockholders’ equity
Total liabilities and Stockholders’ equity
PT. Dugidu
Laporan Rugi Laba
Periode 1 jan – 31 Desember 20xx

Sales revenue
Less : Cost of good sold
Gross Profit
Less : Operating Expenses
Operating Profit
Less: Interest Expense
Net Profit befor taxes ( EBIT)
Less: Taxes ___________
Earning After Taxes

3. Laporan keuangan kepemilikan pemegang saham


4. Laporan keuangan arus kas.

B. Klasifikasi Ratio2 Keuangan


Ratio keuangan merupakan metoda perhitungan untuk menganalisis dan memonitor kinerja
keuangan perusahaan. Ratio keuangan ini dapat digunakan baik oleh manajemen maupun oleh
pihak luar perusahaan yang mempunyai kepentingan terhadap keberadaan perusahaan.
Ada dua ratio pembanding yaitu :
1. Cross sectional analisis
Ratio keuangan pada beberapa perusahan yang dinilai dalam waktu yang bersamaan
dibandingkan, hal ini untuk melihat bagaimana posisi kinerja perusahaan diantara
perusahaan sejenis, bidang usaha perusahaan sama atau biasa disebut dalam industry yang
sama.
2. Time series analisis.
Time series analisis membandingkan ratio kinerja keuangan perusahaan tahun saat ini
dengan tahun sebelumnya.

Kategori dalam ratio keuangan


Ratio keuangan dapat dibagi menajdi 5 kategori : Likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabllitas
dan ratio pasar. Likuiditas solvabilitas dan aktivitas merupakan ratio yang dapat digunakan
untuk mengukur risiko. Ratio prifatilitas untuk mengukur ringkat pendapatan sedangkan ratio
pasar digunakan baik untuk mengukur risiko maupun tingkat pendapatan.
Ratio2 Likiditas.
1. Current ratio
Current ratio yaitu ratio yang mengukur kemapuan perusahaan untuk dapat memenuhi
kewajiban2 yang segera jatuh tempo.

Current Assets
Current ratio=
Current Liabilities

2. Quick ratio atau Acid-Test ratio


Quick (acid-Test) ratio merupakan ratio likuiditas yang tidak memasukkan persediaan dalam
perhitungannya, jadi dalam ratio ini yang dihitung adalah assets yang sangat likid.
Persediaan membutuhkan waktu untuk menjadi uang kas .

Current ratio−Inventory
Quick ratio=
Current Liabilities

Ratio solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan seberapa besar hutang perusahaan, dalam ratio solvabilitas
menunjukkan seberapa besar kemampuan persahaan dapat menjamin hutang2nya dengan
assets yang dimiliki perusahaan. Solvanilitas biasanya ditunjukkan dengan Debt ratio, ratio
hutang. Semakin besar hutang perusahaan semakin besar risiko perusahaan. Besarnya hutang
perusahaan menunjukkan jumlah dana masyarakat yang digunakan perusahaan utnuk
menghasilkan keuntungan. Kreditur akan menuntut keuntungan yang harus dibayarkan sebelum
keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham .

1. Debt Ratio
Ratio yang mengukur besarnya hutang dibandingkan dengan assets atau aktiva perusahaan.
Semakin besar ratio ini, semakin beresiko perusahaannya.

Total Liabilities
Debt Ratio=¿
Total assets

2. Timest interest Earned Ratio


Ratio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan pendaoatan perusahaan dapat mebayar
bunga pinjaman.
EBIT
TIER=
Interest

Ratio Aktivitas
Ratio aktivitas mengukur kecepatan account2 perusahaan menjadi uang kas ataupun
menghasilkan penjualan.
1. Inventory Turnover
Inventory turnover ini biasanya digunakan untuk mengukur aktivitas atau likiditas
perusahaan dari perputaran persediaan

COGS
ITO=
Inventory

Misalnya ITO = 20
Jika dalam satu tahun dihitung 360 hari, maka umur persediaan di perusahaan itu adalah
360hari : 20 = 18 hari.

2. Average Collection Period


Average collection period ini menunjukkan seberapa lama piutang perusahaan akan dibayar.

Account Receivable
ACP=
annual sales:365 hari

Ratio Profitabilitas
Ratio profitabilitas ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan.

1. Gross Profit Margin

Gross Profit
GPM=
Sales

2. Operating Profit Margin

Operating Profit
OPM=
Sales
3. Net Profit Margin

Earning After Tax


NPM=
Sales

4. Earning Per Share

Earning After Tax


EPS=
Jumlah Lembar saham

5. Return on Total Assets (ROA) = Earning after Tax : Total assets


ROA ini sering juga disebut ROI Return on Investment

Earning After Tax


ROA=
Total Assets

6. Return on Common Equity = Earning after Tax : Ekuitas

Earning After Tax


ROE=
Equity

Market Ratio
Market ratio ini hubungannya dengan harga pasar dari saham perusahaan saat ini yang diukur
berdasarkan nilai akuntansi. Market ratio ini merefleksikan penilaian para investor terhadap risk
dan return perusahaan.

1. Price Earning Ratio (PER)


PER ini merefleksikan tingkat tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan.
Semakin besar PER berarti semakin besar kepercayaan masyarkat thd perusahaan.

Harga Pasar Saham


PER=
EPS

2. Market Book Value

Market Price per share


MBV =
Book Value per share
3. Book Value per share

Common stock equity


Book Value per Share=
Number share of common stock outstanding

C. Penilaian Ratio Keuangan ,Rangkuman dan latihan

Dona Company Income Statements ($000)

for the years ended December


31
2014 2013
Sales Revenue $ 3.074 $ 2.567
Less: Cost of goods sold 2.088 1.711
Gross Profit $ 986 $ 856
Less: Operating Expense
Selling Expense $ 100 $ 108
General and administration expense 194 187
Lease expense 35 35
Depreciation expense 239 223
Total Operating expense $ 568 $ 553

Operating Profits $ 418 $ 303


Less : Interest expense 93 91
Net profits before taxes $ 325 $ 212
Less: Taxes 94 64
Net profits after taxes $ 231 $ 148
Less: Preferred stock devidends 10 10
Earnings available for common stockholder $ 221 $ 138
Dona Company Balance Sheets ($000)

December 31
2014 2013
Assets
Cash $ 363 $ 288
Marketable Sekuritues 68 51
Account Receivable 503 365
Inventories 289 300
Total Current Assets $ 1.223 $ 1.004
Land and Buildings 2.072 1.903
Machinery and equipment 1.866 1.693
Furniture and fixture 358 316
Vehicles 275 314
Other (includes financial leases) 98 96
Total gross fixed assets (at cost) 4.669 $ 4.322
Less: Accumulated depreciation 2.295 2.056
Net fixed assets 2.374 2.266
Total Assets $ 3.597 $ 3.270

Liabilities and stockholders Equity


Account Payable $ 382 $ 270
Notes payable 79 99
Accruals 159 114
Total current liabilities $ 620 $ 483
Long term debt (includes financial leases) 1.023 967
Total Liabilities $ 1.643 $ 1.450
Preferred stock - cummulative 5%, $100 par
2000 shares authorized and issued 200 $ 200
Common Stock - $2.50 par, 100,000 shares
authorized , sharess issued and outstanding in 2014
76,262 and in 2013 76,244 191 190

Paid-in capital in excess of par on common stock 428 418


Retained Earnings 1.135 1.012
Total stockholders equity $ 1.954 $ 1.820
Total liabilities and stockholders 3.597 3.270
Dibawah ini perhitungan untuk latihan menggunakan Income Statement dan Balance sheet tahun
2014

Liquidity Ratio

Adalah sebuah rasio untuk menghitung bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya padda saat jatuh tempo. Terdapat dua rasio untuk menghitung
kemampuan tersebut yaitu Current dan Quick Acid Ratio.

1. Current Ratio

Adalah rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi
kewajiban lancarnya.

Aktiva lancar $ 1.223,000


Rumusnya CR = = = 1.97
Kew ajiban Lancar $ 620,000

2. Quick Acid Test Ratio

Adalah rasio yang menggunakan aset lancar perusahaan yang dibagi dengan persediaan.

( Aktivalancar− persediaan) ( $ 1.223,000−$ 289,00)


Rumusnya QAR = = = 1.51
Kew ajiban Lancar $ 620,000

Aktivity Ratio

Adalah rasio yang mengukur kecepatan dari berbagai rekening yang telah dikonversi menjadi penjualan,
arus masuk serta arus keluar.
1. Inventory Turn Over

Adalah rasio yang mengukur aktivitas persediaan suatu perusahaan.

Rumusnya ITR = harga pokok penjualan : persediaan

= $ 2,088,000 : $ 289,000

= 7.2

Average Age of Inventory adalah rasio yang mengukur jumlah penjualan harian.

2. Average Collection Period

Adalah rasio yang mengukur rata-rata jumlah waktu untuk mengumpulkan piutang

Jumlah Piutnag $ 503,000


Rumusnya ACR = = = 59,7 days
jumlah penjualan harian $ 8,422

# ($8,422 = $3,074,000: 365)


3. Average Payment Period

Adalah rasio yang mengukur rata-rata jumlah waktu untuk mengumpukan hutang

Jumlah Hutnag $ 382,000


Rumusnya APP = = = 95,4 days
jumlah penjualan harian $ , 4,004

# ($4,004 ={ 0,70 x $2,088,000}: 365)

4. Total Assest Turnover

Adalah rasio yang mengitung seberapa banyak penjualanyang bisa diciptakan dari setiap aktiva.

Penjualan $ 3,074,000
Rumusnya TAT = = = 0.85
Total Aset $ 3,597,000

Debt Ratio

Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara hutang fan modal sendiri
Total Kewajiban
Rumusnya: = $1,643,000 : $3,597,000 = 0.457 = 45,7%
Modal Sendiri

 Times Interest Earned Ratio

Adalah rasio yang mengukur pembayaran bunga secara kontraktual

Rumusnya adalah Laba sebelum bunga dan Pajak : Pajak

= $ 418,000 : $93,000

= 4.5

Profitability Ratios

Adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional yang dihasilkan perusahaan.

1. Gross Provit Margin

Adalah rasio yang digunakan untuk mengitung keuntungan yang diperoleh perusahaan daris
etiap rupiah penjualan yang diperoleh.

Sales−COGS Gross Profit $ 3,074,000−$ 2,088,000


Rumusnya : = = = 32.1 %
Sales Sales $ 3,074,000

2. Operating Profit Margin

Adalah rasio yang mengitung persentase jumlah keuntungan dari tiap penjualan yang dilakukan.

Operating Profits $ 418,000


Rumusnya : = = = 13.6 %
Sales $ 3,074,000

3. Net Profit Margin

Adalah rasio yang mengitung laba setelah pajak

Laba Setelah Pajak $ 221,000


Rumusnya : = = 7.2 %
Penjualan $ 3,074,000

4. Earning Per Share


Adalah rasio yang mengitung untuk berapa besar keuntungan yang akan di peroleh pemegang
saham per sahamnya.

Laba setelah Pajak $ 221,000


Rumusnya : = = 7.2 %
Jumlah saham yang beredar $ 3,074,000

5. Return On Total Asset

Adalah rasio yang mengitung keseluruhan kegiatan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersadar aset yang tersedia.

Laba setelah Pajak $ 221,000


Rumusnya : = = 6.1%
Total Aset $ 3,597,000

6. Return On Common Equity

Adalah rasio yang menghitung untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba yang telah tersedia bagi para pemegang saham perusahaan.

Laba setelah Pajak $ 221,000


Rumusnya: = = 12.6%
Modal Sendiri $ 1,754,000

D. Test normative

Buatlah perhitungan ratio ratio keuangan untuk latihan menggunakan Income Statement dan
Balance sheet tahun 2013
BAB IV POKOK BAHASAN III MANAJEMEN AKTIVA LANCAR

A. MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pengertian Persediaan

Manajemen persediaan (Inventory management) yang baik merupakan kunci keberhasilan


setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Perusahaan manufaktur
mempertahankan persediaan, baik persediaan bahan baku maupun persediaan barang setengah jadi
dalam jumlah tertentu selama masa produksi. Dalam perusahaan manufaktur terdapat jenis-jenis
pessediaan seperti persediaan barang jadi (inventory of finished goods), persediaan barang setengah jadi
(inventory of work in process) dan persediaan barang bahan baku atau bahan mentah (inventory of raw
material). Sedangkan pada perusahaan dagang, persediaan yang ada merupakan persediaan barang
dagangan (inventory of merchandise).
Persediaan merupakan persediaan pada berbagai tahap produksi atau penyimpanan.
Pengelolaan persediaan ini secara baik memungkinkan penggunaan sumber daya dan penjadwalan
produksi secara efisien. Perusahaan harus memilihara persediaan barang dalam proses dalam jumlah
tertentu selama proses produksi. Persediaan bahan mentah dan persediaan barang jadi tidak harus
ditentukan secara tepat apabila perusahaan dapat bertindak fleksibel. Begitu pentingnya manajemen
persediaan, sehingga semua level manajer akan terlibat dalam pengelolahan persediaan untuk menjaga
besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efesien. Kebijakan persediaan
perlu dilakukan oleh manajer agar :
1. Dapat menjamin kelancaran proses produksi
2. Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia
3. Dapat mencapai jumlah pembelian optimal

Pada perusahaan manufaktur, faktor-faktor yang menentukkan besarnya persediaan (khususnya


persediaan bahan baku) adalah :

1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu bahan yang dipesan datang
2. Frekuensi penggunaan bahan selama satu periode
3. Jumlah dana yang tersedia
4. Daya tahan bahan

Economical Order Quantity

Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat digunakan analisis Kuantitas Pesanan
yang Ekonomis(Economical Order Quantity). Economical Order Quantity (EOQ)
adalah jumlah bahan yang dapat dibeli dengan biaya persediaan yang minimal atau sering disebut
jumlah pesanan bahan baku yang optimal. Dalam pengelolaan persediaan bahan ada 2 jenis biaya yang
dipertimbangkan, yaitu:
1. Biaya pesan (Ordering cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan suatu
barang. Biaya pesan ini meliputi :
a. Biaya selama proses pesanan
b. Biaya pengiriman permintaan
c. Biaya penerimaan bahan
d. Biaya penempatan bahan kedalam gudang
e. Biaya proses pembayaran

Apabila dalam satu tahun suatu perusahaan membutuhkan bahan untuk dibeli sebanyak R unit,
dan setiap kali pembelian bahan sebanyak Q unit, serta biaya pesanan setiap kali pesan sebesar
O (Ordering Cost) rupiah atau S (Set-up cost) rupiah, maka biaya pesan dapat dihitung dengan
rumus :
R R
Biaya Pesan = x O atau x S
Q Q

2. Biaya simpan (Carrying cost) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses
penyimpanan suatu barang yang dibeli. Biaya simpan meliputi :
a. Biaya sewa gudang
b. Biaya pemeliharaan bahan di gudang
c. Biaya modal (bunga) yang diperlukan untuk investasi barang yang disimpan
d. Biaya asuransi
e. Biaya keusangan barang (kadaluwarsa barang)

Apabila bahan yang dipesan setiap kali pesan Q unit. Maka rata-rata persediaan adalah Q/2.
Apabila biaya simpan sebesar C rupiah dari rata-rata bahan yang disimpan , maka biaya simpan
dapay dihitumg dengan rumus :

Q
Biaya Simpan = x C
2

Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ) dapat dicapai pada saat biaya pesan
sama dengan biaya simpan. Untuk lebih jelasnya kita ikuti keterangan berikut : jumlah pesanan
yang paling ekonomis (EOQ) tercapai pada biaya pesan sama dengan biaya simpan:

R Q
Atau = xO = x C
Q 2

R.O Q.C
=
Q 2

Q2 . C = 2.R.O

2.R.O
Q2 =
C

2.R.O
Q =
C
Dimana :
Q = Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ)
R = Jumlah kebutuhan barang yang dibeli selama setahun
O = Biaya pesanan setiap kali pesan, kadang-kadang diberi simbol S
C = Biaya simpan bahan (barang) perunit atau dihitung dari presentase rata-rata
persediaan dikalikan dengan harga barang. Oleh karena itu EOQ juga dapat dicari
dimana P X I adalah perkalian antara harga barang dengan presentase biaya simpan.

Contoh 1 :

PT “Manahan” merencanakan untuk melakukan pembelian bahan selama satu tahun sebanyak 160.000
unit. Biaya pesan Rp. 10.000 setiap kali pesan. Biaya simpan Rp 2 per unit. Harga beli rp 1.000 per unit.
Besarnya jumlah pembelian atau pesanan yang paling ekonomis (EOQ) adalah:

2 x 160.000 x 10.000
EOQ = = 1.600.000.0000 = 40.000 unit
2

Untuk membuktikan apakah benar bahwa 40.000 unit merupakan jumlah pesanan yang optimal, maka
dapat dijelaskan dengan membuat tabel berikut :
Tabel 1.1 Jumlah pembelian Paling Ekonomis
Keterangan Frekuensi Pembelian
1x 2x 3x 4x 5x 6x
Inventory (unit) 160.000 80.000 53.333 40.000 32.000 26.666
Average inventory 80.000 40.000 26.667 20.000 16.000 13.333
Ordering Cost 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000
Carrying Cost 160.000 80.000 53.333 40.000 32.000 26.666
Total Cost 170.000 100.000 83.333 80.000 82.000 86.666

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Total Cost terendah sebesar Rp 80.000 tecapai pada frekuensi
pembelian 4 kali, pada pemesanan sebesar 40.000 unit. Pada saat itu besarnya biaya pesan sama
dengan biaya simpan (Ordering Cost = Carring Cost). Frekuensi pembelian yang kurang dari atau lebih
dari 4 kali tersebut akan menanggung biaya yang lebih besar. Misalnya frekuensi pembelian sebanyak 5
kali menyebabkan biaya pesan sebesar 5 x Rp 10.000 = Rp 50.000 dan biaya simpanannya = 16.000 unit x
Rp 2 = Rp 32.000. Sehingga total biaya pembelian jika dilakukan sebnayak 5 kali = Rp 50.000 + Rp 32.000
= Rp 82.000. Jumlah biaya ini lebih besar daripada biaya pada pesanan yang paling ekonomis yaitu
Rp.80.000.
Anaalisis EOQ ini sebenarnya merupakan analisis yang cukup lemah dalam analisis keuangan. Hal ini
karena ada beberapa asumsi yang mendasari berlakukanya analisis EOQ ini yang mungkin sulit untuk
ditepati. Asumsi berlakunya EOQ yaitu :
a. Bahan atau barang yang dibutuhkan harus tersedia di pasar ketika dibutuhkan
b. Harga barang selalu tetap (stabil) selama periode analisis
c. Biaya simpan selalu stabil selama periode analisis
d. Biaya-biaya yang berhubungan dengan pemesanan relatif tetap
Dari keterangan diatas, biaya pesan memiliki sifat yang positif-linier dengan frekuensi pesanan.
Artinya semakin sering memesan, maka biaya pesanan semakin tinggi. sebaliknya, biaya simpan
memiliki hubungan yang negatif-tidak linier dengan frekuensi pesanan,yaitu semakin sering
pesanan barang dilakukan, maka semakin kecil biaya simpannya. Hubungan biaya pesan, biaya
simpan dan jumlah biaya pada keadaan EOQ dapat digambarkan sebagai berikut:

Biaya (Cost)
Total Inventory Cost
Carrying Cost

Biaya Persediaan Minimal

Ordering Cost

0 EOQ Kuantitas

Gambar 1.1 : Hubungan antara biaya pesan, biaya simpan

Reorder Point
Reoder point (titik pemesan kembali), disingkat ROP, adalah saat harus diadakan pesanan lagi
sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan diatas safety stock sama dengan
nol. Saat kapan pemesanan harus dilakukan kembali perlu ditentukan secara baik karena kekeliruan saat
pemesanan kembali tersebut dapat berakibat terganggunya proses produksi.
Ada dua faktor yang menentukan Reorder Point, yaitu:
1. Penggunaan bahan selama lead time
Lead time adalah masa tunggu sejak pesanan barang atau bahan dilakukan sampai bahan
tersebut tiba di perusahaan. Waktu tunggu ini berbeda-beda anatar barang yang satu dan
lainnya. Di samping itu, waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antar perusahaan dan sumber
bahan, alat transportasi yang digunakan dan lain sebagainya.
Selama waktu tunggu ini, proses produksi diperusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu
penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga
perusahaan tidak sampai kekurangan bahan.
2. Safety Stock , adalah persediaan minimal (persediaan besi) yang ada dalam perusahaan.
Perusahaan besi ini merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai
diprusahaan.

Dari kedua faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan kembali diatas, maka pemesan kembali
(ROP) harus dilakukan ketika jumlah barang atau bahan tepat sama dengan jumlah barang yang
dijadikan safety stock ditambah kebutuhn selama waktu tunggu atau :

Reorder Point = Kebutuhan Safety Stock + Kebutuhan Lead Time

Hubungan antara Rerder Point, Safety Stock dan Lead Timedapat diperlihatkan pada gambar
berikut :
B

ROP

Persediaan
A

Safety Stock
O E F Waktu

Gambar 6.2: Hubungan antara ROP, Safety Stock dan Lead Time

Keteramgan :
AB = Besarnya EOQ
C = Reorder Point
D = Bahan yang dipesan tiba
EF = Lead Time

Contoh 6.2

Dari contoh 6.1 diketahui bahwa penggunaan bahan selama 1 tahun 160.000 unit. Apabila ditentukan
Lead Time (waktu tunggu) ½ bulan dan Safety Stock 10.000 unit. Apabila 1 tahun dihitung 360 hari, maka
Reorder Point dapat dihitung sebagai berikut:
Penggunaan bahan perhari = 160.000 unit : 360 = 444,44 unit atau = 444 unit
Penggunaan bahan selama waktu tunggu = 15 hari x 444,44 unit = 6.667 unit,
Reorder Point = Safety Stock + penggunaan selama waktu tunggu
= 10.000 unit + 6.667 unit = 16.667 unit

B
50.000

ROP

C
16.667

D
10.000

Safety Stock

O E F Waktu
Gambar 6.3: Besarnya ROP, Safety Stock dan EOQ

Keterangan :
Keterangan :
Besarnya EOQ = 50.000 unit – 10.000 unit = 40.000 unit
Besarnya ROP = 10.000 unit + 6.667 unit = 16.667 unit
Besarnya Lead Time = 6.667 unit

Soal Dan Penyeselesaian


Soal 1:
Kebutuhan bahan PT.”LOSARI” selama 1 tahun 480.000 unit dengan harga per unit Rp 10,-. Biaya
(ordering cost) setiap kali pesan Rp 60.000,-. Biaya simpan (carrying cost) sebesar 40% dari nilai rata-rata
persediaan. Safety stock 30.000 unit, dan waktu tunggu (lead time) selama ½ bulan. Dari data tersebut :
1. HitunglahEOQ
2. Hitunglah ROP
3. Gambarkan grafik hubungan EOQ, ROP dan Safety stock
4. Gambarkan hubungan antara Total Cost Ordering Cost dan Carrying Cost

Penyelesaiannya :
1. Mengitung besarnya EOQ
2xRxS
EOQ =
PxI

Di mana : R = Jumlah bahan yang dibutuhkan selama periode tertentu


S = Biaya pesan setiap kali pesan
P = Harga pembelian bahan per unit
I = Biaya simpan dinyatakan dalam presentase dari nilai persediaan

2 x 480.000 x 60.000
EOQ = = 57.600.000.000 = 120.000 unit
10 x 40%

2. Mengitung ROP
Penggunaan 1 tahun 480.000 unit penggunaan perbulan = 40.000 unit
Penggunaan selama lead time (1/2 bulan) = ½ x 40.000 unit = 20.000 unit
ROP = Safety stock + penggunaan selama lead time
= 30.000 unit + 20.000 unit = 50.000 unit
Jadi pemesanan kembali dilakukan ketika persediaan tinggal 50.000 unit

3. Gambar grafik hubungan EOQ, ROP dan Safety stock adalah sebagai berikut :

Unit
150.000

ROP = 50.000 unit

C
50.000
Pemesanan datang

30.000

Safety Stock= 30.000 unit

O Lead time Waktu

4. Grafik hubungan Total Cost (TC) dan Carrying Cost (CC)


Untuk menggambar grafik hubungan antara total biaya, (total cost), biaya pesan (ordering cost)
dan biaya simpan (carrying cost) terlebih dahulu disusun tabel perhitungan untuk mencari total
biaya yang paling ekonomis (minimal). Tabel ini menunjukkan berbagai alternatif jumlah yang
akan dibeli pada setiap kali pembelian / pesanan. Kita tahu bahwa biaya persediaan terdiri dari
biaya pesan dan biaya simpan pada berbagai frekuensi dan jumlah pembelian, akan diperoleh
biaya yang paling minimal seperti pada tabel berikut :
Tabel 6.2: Biaya persediaan pada berbagai alternatif jumlah pembelian
Keterangan Biaya Persediaan Pada Berbagai Frekuensi Pembelian
(dalam Rupiah)
Satu kali Dua kali Tiga kali Empat kali Lima kali Enam kali
Inventory (unit) 480.000 240,000 160.000 120.000 96.000 80.000
Nilai Inventory (RP) 4.800.000 2.400.000 1.600.000 1.200.000 960.000 800.000
Inv.rata-rata (Rp) 2.400.000 1.200.000 800.000 600.000 480.000 400.000
Ordering cost (Rp) 60.000 120.000 180.000 240.000 300.000 360.000
Carrying cost (Rp) 960.000 480.000 320.000 240.000 192.000 160.000
Total cost (Rp) 1.200.000 600.000 500.000 480.000 492.000 520.000

Total cost terendah sebesar Rp 480.000,- pada frekuensi pembelian empat kali dimana ordering
cost = carrying cost (atau biaya pesan sama dengan biaya simpan).

Apabila ditunjukkan dengan grafik hubungan antara Total Cost, Ordering Cost dan Carrying cost
akan terlihat sebagai beriku :

Biaya (Cost)
Total Inventory Cost
Carrying Cost

480.000

Biaya Persediaan Minimal pada EOQ = 120.000 unit

240.000 Biaya Pesan = biaya simpan

Ordering Cost

0 EOQ Kuantitas

Soal 2:
Perusahaan “SABUGA” dalam setahun membutuhkan bahan mentah sebanyak 150.000 unit dengan
harga Rp 2000,- per unitnya.Biaya pesanan setiap kali pesan sebesar Rp 150.000,- dan biay simpan 10%
dari rata-rata nilai persediaan. Pada saat ini perusahaan memiliki gudang yang terbatas kapasitasnya,
sehingga hanya bisa menyimpan maksimum 12.000 unit. Perusahaan akan meningkatkan kapasitas
gudangnya menjadi 15.000 unit. Untuk meningkatkan kapasitas gudang menjaadi 15.000 unit
membutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp 1.500.000,- sehingga perusahaan perlu utang ke bank,
apabila biaya modal untuk menambah kapasitas tersebut adalah 20% apakah sebaiknya gudang tersebut
diperluas menjadi 15.000 unit atau tetap saja berkapasitas 12.000 unit?

Penyelesaian :
Jumlah pembelian ekonomis adalah :

2 x 150.000 x 150.000
EOQ = = 15.000 unit
2.0 x 10%

Jadi jumlah pembelian yang ekonomis sebesar 15.000 unit, berarti kapasitas gudang tidak mencukupi
karena hanya mampu menampung maksimum 12.000 unit. Dengan demikian perlu dipertimbangkan
untuk memperluas gudang sampai kapasitas 15.000 unit, yang memerlukan biaya Rp 1.500.000,- dengan
biaya modal 20%.

Alternatif Pertama : Tidak memperluas gedung, sehingga pembelian hanya sesuai kapasitas gudang yaitu
12.000 unit setiap kali pesan.
 Biaya pesan 1 tahun = (150.000/12.000)xRp 150.000 = Rp 1.875.000,-
 Biaya simpanan 1 tahun = Rp 2.000x10%x(12.000/2) = Rp 1.200.000,-
Total Biaya Rp 3.075.000,-

Alternatif Kedua : Memperluas gudang agar kapasitas mencapai 15.000 unit sesuai dengan
Pembelian ekonomis
 Biaya pesan 1 tahun = (150.000/15.000) x Rp 150.000 = Rp 1.500.000,-
 Biaya simpanan 1 tahun = (2.000x10%) x (15.000/2) = Rp 1.500.000,-
 Biaya modal investasi = 20% x Rp 1.500.000 = Rp 300.000,-
Total Biaya Rp 3.300.000,-

Ternyata dengan menambah kapasitas, biaya persediaan yang dikeluarkan menjadi lebih besae yaitu Rp
3.300.000 dibanding apabila kapasitasnya 12.000 unit yaitu sebesar Rp
3.075.000,-. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan tidak melakukan perluasan gudang dan pembelian
setiap kali beli sebesar 12.000 unit sesuai dengan kapasitas gudang.

SOAL UNTUK LATIHAN

Soal 1:
Sebuah perusahaan memerlukan bahan baku dalam setahun sebesar 4.900 kg dengan harga Rp
25.000,- per kg. Peerusahaan melakukan pembelian setiap bulan. Biaya simpan sebesar 20%dari nilai
persediaan, sedangkan biaya pesan setiap kali dilakukan pemesanan sebesar Rp 250.000,-. Dari
informasi diatas hitunglah :
a. Biaya persediaan yang terjadi
b. Berapa jumlah bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal?

Soal 2:
Pada tahun 2013 perusahaan ABC akan memproduksi 2.700 unit produk. Setiap unit produk
membutuhkan 4 kg bahan baku. Untuk memenuhi bahan baku tersebut, perusahaan harus membelinya
melalui pemesanan terlebih dahulu. Harga bahan baku yang dibutuhkan diperkirakan akan tetap sebesar
Rp 2.000,- per kg setiap tahun. Dari informasi tersebut hitunglah(1 tahun dihitung 360 hari).:
a. Besarnya EQQ dan total biaya untuk pengadaan bahan baku diatas
b. Frekuensi pembelian bahan baku dalam setahun yang paling ekonomis
c. Reorder ponit (ROP) jika waktu tunggu (lead time) 2 minggu

B. MANAJEMEN KAS

PENGERTIAN KAS

Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk operasi perusahaan sehari – hari (dalam
bentuk modal kerja) maupun untuk pembelian aktiva tetap memiliki sifat kontiyu dan tidak kontiyu.
Kebutuhan kas yang terus menerus (kontinyu) sepert untuk pembelian-pembelian bahan baku dan
bahan pembantu, membayar upah dan gaji, membeli suplies kantor habis pakai, dan
sebagaimanya.sedangkan kebutuhan yang tidak kontiyu atau tidak rutin seperti kebutuhan kas untuk
membeli aktiva tetap, pembayaran asuran hutang, pembayaran deviden, pembayaran pajak, dan
sebagainya. Kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran tersebut diatas merupakan aliran kas
(cash outflow) atau termasuk dalam pembelajaan aktif.
Adapun (cash inflow) adapun aliran kas masuk (cash inflow) atau termasuk dalam pembelanjaan pasif
merupakan aliran sumber-sumber dari mana kas diperoleh. Seperti pada aliran kas keluar, aliran kas
masuk juga ada yang sifatnya terus menerus (rutin) sebagaian besar berasal dari penjualan produk
utama perusahaan yang dijual secara tunai.. disamping itu juga penerimaan piutang yang telah
dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan. Adapun penerimaan kas yang tidak rutin
antara lain penerimaan dari uang sewa gedung, penjualan aktiva yang tidak terpakai, penerimaan
modal saham dari para investor, penerimaan hutang atau kredit, dan penerimaan bunga.
Dengan adanya aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang kontiyu dan tidak kontiyu, maka sangat
penting usaha pengolahan kas ini. Perimbangan pengeluaran dan penerimaan kas harus disesuaikan
dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan harus menentukkan berapa besarnya kas minimal yang
harus ada diperusahaan dan berapakah yang ideal boleh disimpan oleh perusahaan sehingga operasi
perusahaan tidak terganggu terlalu lama.
Pada dasarnya, perusahaan akan membutuhkan/menyimpan uang kas dengan tiga tujuan.
Pertama, kebutuhan kas untuk transaksi. Kebutuhan kas untuk transaksi ini diperlukan dalam operasi
usaha perusahaan. Kegiatan perusahaan sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian bahan
baku, biaya administrasi dan biaya kantor. Pembelian aktiva dan kegiataan lain merupakan kegiataan
transaksi perusahaan yang pengeluaran kasnya direncanakan untuk jangka panjang. Kedua,
kebutuhan kas untuk berjaga-jaga. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontiyu dan sulit diperkirakan. Pengeluaran
yang tiba-tiba muncul dan harus dibayar perusahaan akan menyulitkan perusahaan apabila tidak
memiliki cadangan kas yang cukup. Pengeluaran kas ini biasanya tidak diperkirakan sebelumnya. Oleh
karena itu, perusahaan perlu mengalokasikan kasnya dalam rangka untuk berjaga-jaga apabila ada
pengeluaran yang belum diperdiksi sebelumnya. Ketiga, kebutuhan kas untuk berspekulasi.
Kebutuhan kas untuk spekulasi dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan
apabila ada barang yang dapat dibeli secara murah. Perusahaan misalnya berspekulasi dalam
pembelian bahan mentah yang melebihi kebutuhan. Hal ini karena menurut prediksi perusahaan,
bahan mentah tersebut harganya akan naik secara signifikan dimasa yang akan datang. Untuk
mengurangi risiko kenaikan harga tersebut, maka perusahaan dapat membelinya saat ini, dengan
sendirinya harus dipertimbangkan biaya-biaya yang muncul akibat penyimpanan barang tersebut dan
risiko kerusakkannya.
Meskipun kita telah mengetahui pentingnya kas bagi operasi perusahaan, namun kita kesulitan untuk
menentukkanberapa besarnya kas yang harus disediakan dan kapan waktu yang tepat untuk
menyediakan kas tersebut agar pemanfaatan kas tersebut dapat efektif dan efisien. Ditinjau dari
waktu kapan terjadinya kas masuk dan kas keluar, kebutuhan dapat dikelompokkan menjadi
kebutuhan kas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kebutuhan kas keluar jangka
pendek biasanya akan mengahasilkan kas masuk dalam jangka panjang. Misalnya kebtuhan kas untuk
investasi penambahan mesin. Kebutuhan kas ini adalah untuk masa waktu yang lama. Hasil yang
diharapkan dari investasi ini juga dalam waktu yang panjang. Kebutuhan kas untuk melaksanakan
promosi berupa iklan akan menghasilkan kenaikan kas masuk dari kenaikan penjualan dalam jangka
waktu yang panjang di masa yang akan daatang.

PERESEDIAAN KAS MINIMAL

Telah dijelaskan dimuka bahwa kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki likuiditas paling
tinggi. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang
harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Kewaijban perusahaan tersebut baik kewajiban
kepada pihak kreditur jangka pendek maupun kewajiban dalam pembiayaan operasi perusahaan
sehari-hari demi kelangsungan produksi. Semakin besar jumlah kas yang tersedia diperusahaan,
maka makin tinggi pula likuiditasnya. Namun, persediaan kas yang terlalu besar yang berarti
likuiditasnya tinggi bukan berarti perusahaan tersebut baik. Adanya kas yang terlalu besar berakibat
pemanfaatan kas tersebut kurang efisien karena kas tersebut menganggur dan tidak menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(disebut rentabilitas)menjadi rendah. Dengan demikian perusahaan akan berusaha agar
rentabilitasnya tinggi namun tidak mengabaikan tingkat likuiditasnya.
Likuiditas perusahaan secara umum dapat dilihat dari jumlah aktiva lancar yang tersedia. Aktiva
lancar sebagai modal kerja akan dibandingkan dengan jumlah hutang lancar sebagai kewajiban
finansial yang harus segera dipenuhi perusahaan. Likuiditas, khususnya dilihat dari kas yang tersedia
dapat juga dibandingkan dengan hutang lancar yang ada. Perbandingan antara kas dengan hutang
lancar disebut rasio kas (cash ratio). Rasio kas yang tinggi menunjukkan kemampuan membayar
hutang lancar juga tinggi. Besarnya kas yang cukup baik dan aman menurut HG. Guthmann (Riyanto,
1998) adalah antara 5% s/d 10% dari aktiva lancar yang ada. Jumlah kas yang kurang dari 5% dari
aktiva lancar akan menyulitkan operasi perusahaan. Standar jumlah kas 5% sampai dengan 10% ini
biasanya layak untuk perusahaan manufaktur. Bagi perusahaan jasa perbankan, jumlah kas biasanya
akan lebih besar lagi.

Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak. Setiap saat, perusahaan harus
memiliki persediaan kas minimal yang harus ada atau sering disebut persediaan besi (safety cash).
Persediaan minimal kas pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persediaan minimal pada
persediaan barang. Persediaan kas minimal ini bertujuan untuk menjaga agar kelangsungan operasi
perusahaan tetap terjamin dan dapat memenuhi kewajiban finansial perusahaan apabila sewaktu-
waktu harus dibayar. Kewajiban finansial ini dapat berupa hutang lancar maupun biaya-biaya baik
tetap maupun biaya variabel yang harus segera harus dibayar untuk kelangsungan operasi
perusahaan.

Jumlah uang kas minimal yang harus asa di perusahaan berbeda- beda antara perusahaan yang
satu dengan lainnya. Hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya perusahaan dan kemampuan
perusahaan. Disamping itu kas minimal juga tergantung pada aliran kas masuk dan kas keluar beserta
penyimpannya. Prediksi aliran kas keluar perlu mempertimbangkan adanya biaya yang keluar secara
tunai dan biaya yang tidak tunai. Dalam perencanaan kas, baiaya yang tidak tunai seperti penyusutan
tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kas minimal perusahaan. Akhirnya, hubungan baik
dengan pihak perbankan, suplier dan perantara juga akan mempengaruhi besarnya persediaan kas
minimal yang harus dijaga oleh perusahaan.

MODEL MANAJEMEN KAS

Model manajemen kas yang terkenal adalah model yang dikemukakan oleh William Baumol
(Weston dan Brigham, 1998). Pertama-tama Baumol mencatat bahwa saldo kas yang ada dalam
perusahaan diperlakukan sama dengan persediaan barang. Model Economic OrderQuantity (EOQ)
yang digunakan untuk menghitung pesanan barang yang paling ekonomis. Konsep EOQ ini juga
berlaku dalam perhitungan persediaan kas yang paling ekonomis atau saldo kas yang ditargetkan.
Model Baumol ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan kas dengan pola yang konstan
baik kebutuhkan kas, aliran kas masuk maupun aliran kas keluarnya. Misalnya rencana penggunaan
kas suatu perusahaan selama seminggu sebesar Rp 5.000.000. Aliran kas masuk diperkirakan sebesar
Rp 4.000.000 per minggu. Oleh karena itu kebutuhan kas bersih atau kas keluar bersih sebesar Rp
5.000.000- Rp 4.000.000 = Rp 1.000.000,-.

Keadaan posisi kas tersebut akan terlihat sebagai berikut:


Saldo kas Rp
Kas maksimum
Sebesar C =
3.000.000

Kas rata-rata
Sebesar C/2=
1.500.000
Kas akhir 0 3 6 9 minggu
Gambar 9.1: Saldo kas menurut model Baumol

Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila perusahaan ini mulai bekerja (awal waktu) dengan saldo
kas sebesar C= Rp 3.000.000 9saldo kas maksimum). Jika kas keluar bersih per minggu sebesar Rp
1.000.000, maka saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir minggu ketiga. Rata-rata saldo kas yang
ada sebesar C/2 = Rp 3.000.000 : 2 = Rp 1.500.000. Pada awal minggu ketiga, perusahaan harus
mengisi kasnya kembali dengan jumlah yaitu sebesar Rp 3.000.000. Demikian seterusnya.
Apabila jumlah kas maksimum dinaikkan menjadi Rp 6.000.000 dan kebutuhan kas keluar bersih
tetap sebesar Rp 1.000.000 per minggu, maka jangka waktu pemakaiannya akan lebih lama yaitu
selama 6 minggu. Dengan demikian saldo kas rata-ratanya akan naik menjadi Rp 6.000.000 : 2 = Rp
3.000.000,-. Apabila kas tersebut diperoleh dari pinjaman, maka biaya transaksi peminjaman akan
lebih lebih kecil apabila frekuensi peminjamannya lebih kecil atau jumlah saldo kas yang dimiliki
diperbesar. Artinya apabila jumlah uang kas yang dipinjam besar dalam sekali pinjam, maka frekuensi
peminjamannya kecil sehingga biaya administrasinya juga kecil. Tetapi di lain pihak terjadi sebaliknya,
dengan saldo kas yang semakin besar maka pendapatan yang diperoleh akan semakin kecil karena
banyak kas yang menganggur. Hal ini karena kas yang menganggur tidak dapat menghasilkan
pendapatan, kecuali kas menganggur tersebut diinvestasikan dalam surat berharga atau deposito
bank. Oleh karena itu perlu ditentukam berapa besarnya jumlah kas yang optimal bagi perusahaan.

Baumol memberikan formula untuk menentukan jumlah kas yang optimal dengan konsep EOQ
tersebut di atas, yaitu:

2 (F) (T)
C=
k
Di mana: C = jumlah kas yang optimal
F = biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas
T = jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu
k = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki. Biaya kesempatan merupakan
penghasilan yang seharusnya dapar diperoleh dari kas yang melanggar
Berikut ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas.
Latihan :

Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun sebesar Rp 150.000 jumlah
kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per minggu sebesar Rp 1.000.000, sehingga setahun = 52 x
Rp 1.000.000 = Rp 52.000.000,-. Besarnya penghasilan investasi yang diharapkan sebesar 15% per
tahun. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan adalah :

2 (F) (T)
C=
K

2 (150.000) (52.000.0000)
C= = Rp 10.198.039,
0,15

Jadi kas optimal perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 10.198.039,-. Jumlah frekuensi
transaksi yang harus dilakukan sebanyak = Rp 52.000.000 / Rp 10.198.039 = 5,09 kali atau sebanyak
5 kali. Sedangkan rata-rata saldo kas = Rp 10.198.039 : 2 =Rp 5.099.019,5 atau sebesar Rp 5.099.020,-

Dari contoh di atas, modal Baumol jelas terlalu sederhana, utama dengan asumsi mengenai aliran kas
masuk dan keluar yang dianggap konstan dan diperkirakan dengan tepat tanpa mengindahkan
adanya situasi musiman atau fluktuasi ekonomi. Untuk mengatasi perubahan aliran kas masuk dan
kas keluar yang tidak konstan, dapat dilakukan dengan modal Miller dan Orr (Husnan dan Pudjiastuti,
1994).
Model Miller dan Orr merupakan model penetuan persediaan apabila aliran kas masuk dan keluar
tidak konstan. Konsep Miller dan Orr ini mengatakan bahwa perusahaan harus menetapkan jumlah
saldo kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah sebagai batas bawah. Apabila
saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan hendaknya merubah sebagaian kas tersebut
kedalam bentuk surat berharga agar saldo kas kembali pada jumlah yang ideal. Sebaliknya, apabila
jumlah saldo kas telah mencapai (batas bawah), maka perusahaan dapat merubah sekuritas yang ada
menjadi kas sehingga mencapai jumlah saldo kas yang ideal.

Test Normatif

Soal 1:
Kebutuhan kas suatu perusahaan pertahun sebesar Rp 12.000.000. Kas yang digunakan per hari
besarnya tetap. Biaya transaksi yang dikeluarkan setiap merubah setiap sekuritas menjadi kas
sebesar Rp 50.000. Tingkat bunga yang diharapkan dari sekuritas yang dimiliki sebesar 20% per
tahun. Berapa jumlah sekuritas yang harus di rubah menjadi kas setiap kali transaksi (sebagai kas
optimal).
Soal 2:
Kebutuhan kas suatu perusahaan pertahun sebesar Rp 12.000.000. Kas yang digunakan per hari
besarnya tetap. Biaya transaksi yang dikeluarkan setiap merubah setiap sekuritas menjadi kas
sebesar Rp 5.000. Tingkat bunga yang diharapkan dari sekuritas yang dimiliki sebesar 12% per tahun.
Ditanyakan:
a. Berapa jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas setiap kali transaksi (sebagai kas
optimal) ?
b. Berapakah frekuensi transaksi yang harus dilakukan sema setahun?
c. Berapa rata-rata saldo kasnya?

C. MANAJEMEN PIUTANG

1 PENGERTIAN PIUTANG

Piutang dagang (aacount receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan/pembeli


atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Piutang usaha ini(untuk selanjutnya dalam buku
ini akan disebut piutang) muncul karena adanya penjualan kredit. Piutang ada yang berbetuk wesel
(notes receivable). Wesel ini merupakan kesanggupan membayar dari pembeli kepada penjual
sejumlah uang tertentu di masa mendatang. Penjual biasanya lebih suka melakukan penjualan
secara tunai karena uang hasil penjualan dapat segera diterima. Tetapi adanya persaingan
memaksa perusahaan untuk menjual secara kredit. Besarnya piutang yang ada di perusahaan (bagi
perusahaan yang menjual produknya secara kredit) biasanya mencapai lebih kurang 20% dari nilai
aktivanya. Hal ini disebabkan pembeli banyak yang lebih suka membeli secara kredit karena dapat
menggunakan uang yang relatif lebih kecil dibanding membeli secara tunai. Dengan demikian,
kebijakan penjualan kredit oleh perusahaan akan memunculkan dua pos perkiraan dalam neraca.
Bagi penjual, penjualan kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang.
Sedangkan bagi pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang (account payable)
dan menambah persediannya.

Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya bagi
perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang
tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya oiutang yang mungkin tidak tertagih. Namun
demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan , maka biaya piutang tersebut
akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang
merupakan pengelolahan piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya
keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh
dari kebijakan tersebut.

2. PENENTUAN BESARNYA PIUTANG

Besarnya investasi pada piutang yang muncul do perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama,
adalah besarnya presentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah kebijakan
penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu penaghian piutang).
Kebijakan ini dipengaruhi oleh jangka waktu penjualan kredit, kualitas pelanggan dan usaha
pengumpulan piutang.

Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh kualitas pelanggan, baik
kualitas kemampuan perusahaan pelnaggan maupun kualitas karakter pelanggan itu sendiri.
Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko kemungkinan piutang tk
tertagih (bad debt) dan memperkecil biaya penagihan piutang. Jika kualitas pelanggan menurun
maka biaya penagihan akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan ini dapat diperoleh dari
diperoleh dari laporan keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit pelanggan,
asosiasi pedagang, pesaing, referensi bank dan sebagainya. Salah satu cara untuk menilai kualitas
pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit scoring).

Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan seringkali menggunakan cara-cara statistik untuk
menentukan kualitas pelanggan dengan memberi nilai (skor) tertentu pada pelanggan. Skor ini akan
menunjukkan kemungkinan seorang pelanggan membayar hutang. Misalnya, skor 1 adalah bagi
pelanggan yang memiliki kemungkinan hutangnya macet sebesar dibawah 10%, skor 2
kemungkinan macet sebesar 10% samapi 20%, skor 3kemungkinan macet antara 20% antara 30%
dan seterusnya. Pelanggan-pelanggan tersebut dikelompokkan dalam skornya masing-masing,
sehingga perusahaan akan mudah Dalam memprediksi kemungkinan piutangnya macet.

Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan 5K atau 5C. Kelima K (atau 5C) tersebut adalah
Karakter (Character), dan kondisi (Condition). Penilaian karakter pelanggan ditunjukkan untuk
melihat sejauh mana pelanggan akan memenuhi kewajiban kreditnya. Penilaian ini sangat
tergantung pada moral pelanggan sebagai faktor terpenting dalam evaluasi kredit.

Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih (net credit
sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).

Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata – rata piutang
Dengan demikian, perputaran piutang tersebut dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Jadi
apabila perputaran piutang suatu perusahaan sebanyak 5 kali, artinya bahwa dalam satu tahun
piutang perusahaan tersebut berputar sebanyak 5kali. Jika satu tahun dihitung 360 hari, maka hari
rata – rata pengumpulan piutangnya adalah 360 hari : 5 kali = 72 hari untuk setiap kali perputaran.

Tingkat perputaran piutang ini mempunyai efek terhadap besar kecilnya modal yang tertanam
dalam piutang. Makin tinggi perputaran piutang berarti modal yang tertanam dalam investasi
makin kecil, karena dana yang tertanam dalam piutang semakin cepat kembali sebagai kas masuk.
Kas masuk ini selanjutnnya digunakan lagi untuk membeli persediaan yang kemungkinan ijual lagi,
demikian seterusnya.

3 PENGELOLAAN PENGUMPULAN PIUTANG

Pengelolaan pengumpulan piutang perlu melihat bagaimana prosedur yang digunakan untuk
menangih piutang. Perjanjian yang tertera pada jual beli juga hrus ditetapkan secara jelas dan rinci.
Dalam perjanjian tersebut biasanya meliputi tentang jumlah piutang, besarnya diskon, periode
diskon, jangka waktu penagihan dan sangsi yang dikenakan terhadap pembeli dan atau penjual jika
barang yang diperjual belikan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Surat teguran atau
penagihan dapat diberikan kepada debitur apabila sampai dengan tanggal tertentu debitur belum
mengangsur atau melunasi hutang.

Proses penagihan piutang memerlukan biaya. Besar kecilnya biaya penagihan pituag akan
tergantung pada besar kecilnya tagihan dan sifat debitur yang ada pada 5 K di atas (Karakter,
Kapasitas, Kolateral, Kapital dan Kondisi). Banyaknya kredit yang macet (piutang tidak tertagih)
akan menyulitkan kelangsungan saha perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil
sikap tegas agar pengembalian piutang tidak terganggu. Perusahaan perlu memperhitungkan
keseimbanagan antara manfaat dan biaya yang mungkin diderira dalam kebijakan pengumpulan
piutang ini. Kebijakan pengumpulan piutang yang dilakukan perusahaan sebenarnya dapat diubah
pada periode tertentu. Namun, perubahan kebijakan ini akan membawa implikasi terhadap jumlah
penjualan periode pengumpulan piutang, persentase piutang yang tidak tertagih, laba perusahaan,
kebijakan diskon, umur piutang dan perputaran piutang.

3.1 Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Tidak Berdiskon

Kebijakan kredit yang optimal yaitu kesimbngan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang
dikeluarkan dalam pemberian kredit tergantung pada kondisi masing-masing perusahaan. Untuk
itu, perusahaan (dalam hal ini adalah manajer kredit) harus memantau secara teratur jangka waktu
pengumpulan piutang dan skedul umut piutang dari masing- masing debitur. Pemantauan ini akan
langsung memperlihatkan pola arus kas yang dapat dikelola perusahaan. Tanpa pemantauan yang
teratur, kemungkinan besar pola arus kas masuk dari pengumpulan piutang akan kacau. Arus kas
dari pengumpulan piutang ini dapat digunakan untuk menganggarkan jumlah aliran kas yang
masuk. Dengan anggaran aliran kas masuk, maka perusahaan dapat memperkrakan berapa
pengeluaran yang mampu dibayai oleh perusahaan. Jika adana berasal dari penjualan tidak
mencukupi, perasaan juga dapat merencanakan berapa besarnya dana yang harus dipinjam dari
pihak lain atau bank.

Sebagaimana ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang tidak berdiskon, berikut
ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.

Contoh

Perusahaan “MISKAM” melakukan kebijakan kredit atas penjualan barang dagangannya. Untuk
tahun 2012, perusahaan ini menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan
dengan jangka waktu kredit selama 4bulan. Dari kredit yang diberikan tersebut pembeli harus
mengangsur hutangnya dengan ketentuan masing – masing sebesar 30% dibayar pada bukan
pertama dan kedua, dan sebesar 20% masing – masing dibayar pada bulan ketiga dan keempat
setelah bulan penjualan. Penjualan kredit yang direncanakan selama 6bulan pertama dan keempat
setelah bulan penjualan. Penjualan kredit direncanakan yang direncankan selama 6bulan pertama
tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Bulan Penjualan total Penjualan tunai Penjualan kredit


Januari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Pebruari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Maret Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
April Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
Mei Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000
Juni Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000

Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6 bulan pertama
tahun 2012.

Tabel 7.1: Perusahaan “MIRUMAH”


Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2012
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjua Bul Pengump Piuta
lan an ulan ng
Penj Kredit J Pe Ma April Mei Jun Juli
a b ret i
n
Janua 3.000 - 90 900 6002) 6002) - -
ri 01) 1)

Pebr 3.000 - - 900 900 600 60 -


uari 0
Mare 3.600 - - - 1080 1.08 72 72
t 0 0 0
April 3.600 - - - - 1.08 1.0 72
0 80 0
Mei 4.800 - - - - - 1.4 1.4
40 40
Juni 4.800 - - - - - - 1.4
40
Jumla 22.800 - 90 180 2580 3.36 3.8 4.3
h 0 0 0 40 20
Keterangan :

Penjualan kredit bulan Januari = Rp 3.000.000


1)
Penerimaan piutang bulan Pebruari = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
2)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
3)
Penerimaan piutang bulan April = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
4)
Penerimaan piutang bulan Mei = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan – bulan selanjutnya.

7.3.2. Pengumpualan Piutang untuk Penjualan yang Berdiskon

Untuk meningkatkan pernjualan, perusahaan sering memberikan diskon (potongan tunai)


kepada pembeli yang mampu membayar pada periode waktu yang ditentukan. Lamanya jangka
waktu penjualan kredit mengindikasikan kemungkianan adanya diskon bagi pembeli yang
membayar lebih awal, periode diskon, dan periode kredit. Kemungkinan adanya diskon ditunjukkan
oleh syarat pembayaran seperti 2/10 – net/30. Artinya, pembeli akan memperoleh diskon sebesar
2% apabila dibayar maksimal 10hari setelah pembelian. Jangka waku pembayaran kredit selama 10
hari sampai 30hari, pembeli tidak memperoleh diskon ( dibayar bersih sebesar pembeliannya), dan
periode pembayaran kredit tersebut maksima selama 30 hari setelah pembelian.

Adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual dalam 2 hal. Pertama, penjual dapat
memperbanyak pemberli baru yang mengaggao bahwa diskon merupakan suatu penurunan harga.
Diskon ini akan benar-benar menguntungkan penjual apabila pembeli mematuhi syarat
pembayaran kreditnya. Keduanya, diskon akan memperpendek penagihan piutang karena pembeli
akan segera membayar hutangnya pada periode diskon yang ditawarkan.
Sebagai ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang berdiskon, berikut ini diberikan
contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.

Contoh 7.2
Apabila perusahaan “MISKAM” sebagaimana contoh melakukan kebijakan penjualan kredit yang
berdiskon dengan syarat pembayaran 5/20, net/60, maka untuk tahun 2012 perusahaan
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit
selama 4 bulan. Dari pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberian kepada pembeli,
cara pembayarannya adalah sebagai berikut :

a. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan penjualan
b. Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu21 s/d 30 hari setelah bulan penjualan
c. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan
d. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan
e. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan

Adapun penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan dpertama tahun 2012 sebagai berikut :

Bulan Penjualan Total Penjualan TunaiPenjualan Kredit


Januari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Pebruari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Maret Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
April Rp 6.000.000 Rp 2.400.00 Rp 3.600.000
Mei Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000
Juni Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000

Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
meperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama tahun 2012 sebagi berikut :

Tabel 7.2: Perusahaan “MIRUMAH ”


Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2012
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjualan Bul Pengump Piut
Kredit an ulan ang
Penjualan J Peb Mar April Mei Juni Juli
a
n
Januari 3.000 - 1.4551) 9001) 3001) 3001)
2) 2)
Pebruari 3.000 - - 1.455 900 9002) 3002) 3602)
Maret 3.600 - - - 1.7463) 1.0803) 3603) 360
April 3.600 - - - - 1.746 1080 360
Mei 4.800 - - - - - 2.3284) 1.4404
Juni 4.800 - - - - - - 2328
Jumlah - 1.455 1.355 2.946 3.426 4.068 4.488

Keterangan :
Penjualan kredit bulan januari = Rp 3.000.000
1) Penerimaan piutang bulan Pebruari:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
Diskon = 5%nx Rp 900.000 = Rp 45.000
= Rp 855.000

Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000


Jumlah penerimaan piutang bulan Pebruari = Rp1.455.000
1) Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp3.000.000 = Rp 900.000
1)
Penerimaan piutang bulan April =10% x Rp3.000.000 = Rp 300.000
1) Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp3.000.000 = Rp 300.000

4 RISIKO PENJUALAN KREDIT


Keberhasilan atau kegagalan kebijakan penjualan kredit yang ditetapkan perusahaan terutama
tergantung pada permintaan atas produk yang dijualnya. Semakin tinggi permintaan atas produk
yang ditawarkan, maka semakin menguntungkan penjualan produk yang bersangkutan. Kebijakan
penjualan secara kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan, tetapi juga menimbulkan risiko.
Namun, beberapa risiko yang mungkin timbul dengan kebijkan kredit ini adalah : periode
pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang yang tidak tertagih atau pembeli tidak membayar
hutangnya kepada perusahaan (kredit macet) dan besarnya investasi yang tertanam dalam piutang
tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan kredit tersebut.
Untuk mengurangi dan memperkecil risiko kredit diatas, perusahaan dapat menilai calon debitur
berdasar 5 K (Karakter, Kapital, Kolateral, Kapasitas dan Kondisi) sebagaimana telah dijelaskan di
muka. Disamping itu, perusahaan juga perlu memperkirakan besarnya risiko yang mungkin akan
dialami berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu dengan menganlisa presentase besarnya
piutang yang tidak tertagih dan mengklasifikasikan pelanggan menurut lamanya umur piutang.

Contoh :
Misalnya, suatu perusahaan akan meningkatkan penjualan kreditnya sebesar Rp 10.000.000 dengan
jangka waktu kredit maksimal 4bulan (120 hari). Berdasarkan pengalaman, piutang yang tidak dapat
tertagih (kredit macet) dikaitkan dengan umur piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 7.3: Umur Piutang, Penjualan Kredit dan Kredit Macet

Umur Penjualan kredit Penjualan tidak tertagih


piutang % Jumlah % Jumlah
(hari)
0 – 20 50% Rp 1% Rp 50.000
5.000.000
21 – 30 20% Rp 2% Rp 40.000
2.000.000
31 – 60 10% Rp 4% Rp 40.000
1.000.000
61 – 90 15% Rp 4% Rp 60.000
1.500.000
91 – 120 5% Rp 10% Rp 50.000
500.000
Jumlah Rp Rp 240.000
10.000.000

Tabel diatas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad debt) adalah Rp
240.000 atau sebesar (Rp 240.000 : Rp 10.000.000) x 100% = 2,4%
Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga pokok penjualan
sebesar Rp 7.000.000 dan mengakibatkan bertambahnya biaya operasi sebesar Rp 1.000.000, maka
manfaat (keuntungan) yang diperoleh adalah:

Tambahan penjualan kredit = Rp 10.000.000


Harga pokok penjualan = Rp 7.000.000
Tambahan laba kotor = Rp 3.000.000
Tambahan biaya operasi = Rp 1.000.000
Tambahan keuntungan = Rp 2.000.000
Piutang tak tertagih = Rp 240.000
Tambahan keuntungan bersih = Rp 1.760.000

Apabila risiko piutang tak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu dengan mengurangkan piutang
yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.

7.5 KEBIJAKAN PENAMBAHAN JANGKA WAKTU KREDIT

Kebijakan untuk menambah penjualan kredit dapat dilakukan dengan memperpanjang jangka
waktu pengembalian kredit. Kebijakan ini akan meningkatkan penjualan yang berasal dari
pelanggan lama dan masuknya pelanggan baru. Namun demikian, perpanjangan jangka waktu
kredit akan meningkatkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, misalnya tambahan dana
untuk investasi pada modal kerja, investasi pada aktiva tetap dan investasi pada piutang itu sendiri.
Perpanjangan jangka waktu kredit dibenarkan apabila hasil (return) yang diharapkan dari
perpanjang perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan
akibat kebijakan tersebut. Sebaliknya apabila perpanjangan jangka waktu kredit mengakibatkan
biaya yang harus harus ditanggung lebih besar daripada hasil yang diperoleh maka kebijakan
tersebut tidak menguntungkan. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh berikut.

Contoh :
Perusahaan “DASKA” dalam tahun 2011 telah melakukan penjualan hasil produksinya sebanyak
80.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu 30 hari. Perusahaan
merencanakan meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang akan datang dengan merubah
jangka waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan merubah jangka waktu kredit, penjualan tahun
2012 diharapkan akan naik sebesar 25%. Biaya produksi yang ditanggung perusahaan meliputi biaya
tetap sebesar Rp 22.000.000, biaya variabel per unit Rp 150,-. Sedangkan harga penjualan per unit
adalah Rp 500,-. Apabila jangka waktu diperpanjang menjadi 60 hari, maka biaya tambahan modal
yang diperhitungkan sebesar 30%. Apakah kebijakan perpanjangan jangka waktu kredit tersebut
perlu dilaksanakan?
Untuk menyelesaikan masalah diatas, perlu kita lakukan perhitungan manfaat kenaikan penjualan
dan biaya yang dikeluarkan dengan perpanjang waktu kredit, yaitu:

1. Menghitung laba tahun 2011 : Penjualan 80.000 unit


Penjualan = 80.000 x Rp 500 = Rp 40.000.000
Biaya Tetap = Rp 22.000.000
Biaya Variabel = 80.000 x Rp 150 =Rp 12.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 34.000.000
Laba = Rp 6.000.000

2. Menghitung laba tahun 2012 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp 500 = Rp 50.000.000
Biaya Tetap = Rp 22.000.000
Biaya Variabel = 100.00 x Rp 150 = Rp 15.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 37.000.000
Laba = Rp 13.000.000

3. Mengitung Tambahan laba dab biaya modal tahun 2012


Dengan perpanjangan waktu kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, maka tambahan laba yang
diperoleh adalah = Rp 13.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 7.000.000,-
Sedangkan tambahan biaya modal dengan tambahan investasi piutang dapat dihitung sebagai
berikut :
30 hari x Rp 34.000.000
Investasi piutang tahun 2011 = = Rp 2.833.333
360 hari

60 hari x Rp 37.000.000
Investasi piutang tahun 2011 = = Rp 6.166.667
360 hari

Tambahan modal investasi = Rp 6.166.667 – Rp 2.833.333 = Rp 3.333.333


Tambahan biaya modal = 30% x Rp 3.333.333 = Rp 999.999,99 = Rp 1.000.000
Dari perhitungan tambahan laba dan tambahan biaya diatas ternyata perpanjangan jangka waktu
kredit akan menghasilkan tambahan laba (Rp 7.000.000) lebih besar dibanding tambahan biaya
modalnya, yakni Rp 1.000.000. Oleh karena itu, kebijakan memperpanjang jangka waktu kredit
akan diberikan.

D. Rangkuman dan latihan

Soal :
Perusahaan “NAYAGA” melakukan kebijakan penjualan kredit yang berdiskon dengan syarat
pembayaran 2/10, net/30. Untuk tahun 2012, perusahaan menetapkan penjualan kreditnya sebesar
50% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit selama 3 bulan. Dari pengalaman penjualan
kredit dengan diskon yang diberikan kepada pembeli, cara pembayaran adalah sebagai berikut:
a. Sebanyak 30% membayar dalam waktu 1 s/d 10 hari setelan bulan penjualan.
b. Sebanyak 20% membayar dalam waktu 11 s/d 30 hari setelah bulan penjualan.
c. Sebanyak 30% membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan.
d. Sebanyak 10% membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan.
e. Sebanyak 10% membayar dalam waktu 91 s/d 120\hari setelah bulan penjualan.

Adapun penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama tahun 2012 adalah :
Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan
Kredit
Januari Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Pebruari Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
Maret Rp 12.000.000 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
April Rp 12.000.000 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
Mei Rp 16.000.000 Rp 8.000.000 Rp 8.000.000
Juni Rp 18.000.000 Rp 9.000.000 Rp 9.000.000

Dari data tersebut, buatlah rencana pengumpulan piutang yang telah memperhitungkan
diskon selama 6 bulan pertama tahun 2012.

Penyelesaiannya :
Rencana pengumpulan piutang yang telah memperhitungkan diskonselama 6 bulan pertama tahun
2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 7.4: Perusahaan “NAYAGA”


Rencana Pengumpulan Piutang Peride Januari s/d Juni 2012
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjuala Bulan Perngumpulan Piutang
Penjualan n Jan Peb Maret April Mei Juni Juli
Kredit
Januari 5.000 - 2.4701) 1.5001) 5001) 5001) - -
Pebruari 5.000 - - 2.4702) 1.5002) 5002) 5002) -
Maret 6.000 - - - 2.9433) 1.8003) 6003) 6003)
April 6.000 - - - - 2.964 1.800 600
Mei 8.000 - - - - - 3.9524) 2.4004)
-
Juni 9.000 - - - - - 4.4465)
juli 40.000 - 1.4555 1.35 2.946 3.426 4.06 4.488
5 8

Keterangan :
Penjualan kredit bulan januari
Penerimaan piutang bulan pebruari: = Rp 5.000.000
Pada periode diskon (1-10 hari) = 30% x Rp 5.000.000 = Rp 1.500.000
Diskon = 2% x Rp 1.500.000 = RP 30.000
= Rp 1.470.000
Periode tidak berdiskon (11-30 hari) = 20% x Rp 5.000.000 = Rp 1.000.000
Jumlah penerimaan piutang bulan pebruari = Rp 2.470.000
1)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp5.000.000 = Rp 1.500.000
1)
Penerimaan piutang bulan April =10% x Rp5.000.000 = Rp 500.000
1)
Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp5.000.000 = Rp 500.000

Penjualan kredit bulan Pebruari


1) Penerimaan piutang bulan Maret: = Rp 5.000.000
Pada periode diskon (1-10 hari) = 30% x Rp 5.000.000 = Rp 1.500.000
Diskon = 2% x Rp 1.500.000 = RP 30.000
= Rp 1.470.000
Periode tidak berdiskon (11-30 hari) = 20% x Rp 5.000.000 = Rp 1.000.000
Jumlah penerimaan piutang bulan Maret = Rp 2.470.000
2)
Penerimaan piutang bulan April = 30% x Rp5.000.000 = Rp 1.500.000
2)
Penerimaan piutang bulan Mei =10% x Rp5.000.000 = Rp 500.000
2)
Penerimaan piutang bulan Juni = 10% x Rp5.000.000 = Rp 500.000
Penjualan kredit bulan Maret
2) Penerimaan piutang bulan April: = Rp 6.000.000
Pada periode diskon (1-10 hari) = 30% x Rp 6.000.000 = Rp 1.800.000
Diskon = 2% x Rp 1.800.000 = RP 36.000
= Rp 1.764.000
Periode tidak berdiskon (11-30 hari) = 20% x Rp 6.000.000 = Rp 1.200.000
Jumlah penerimaan piutang bulan April = Rp 2.470.000
3)
Penerimaan piutang bulan Mei = 30% x Rp 6.000.000 = Rp 1.800.000
3)
Penerimaan piutang bulan Juni = 10% x Rp 6.000.000 = Rp 600.000
3)
Penerimaan piutang bulan Juli = 10% x Rp 6.000.000 = Rp 600.000
Aliran kas penerimaan penjualan april sama dengan bulan Maret
Penjualan kredit bulan mei = Rp 8.000.000
4)
Penerimaan piutang bulan Juni:
Pada periode diskon (1-10 hari) = 30% x Rp 6.000.000 = Rp 2.400.000
Diskon = 2% x Rp 2.400.000 = RP 48.000
= Rp 2.352.000
Periode tidak berdiskon (11-30 hari) = 20% x Rp 6.000.000 = Rp 1.600.000
Jumlah penerimaan piutang bulan Juni = Rp 3.952.000
4)
Penerimaan piutang bulan Juli = 30% x Rp 8.000.000 = Rp 2.400.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

Penjualan kredit bulan Juni


5)
Penerimaan piutang bulan Juli: = Rp 9.000.000
Pada periode diskon (1-10 hari) = 30% x Rp 9.000.000 = Rp 2.700.000
Diskon = 2% x Rp 2.700.000 = RP 54.000
= Rp 2.646.000
Periode tidak berdiskon (11-30 hari) = 20% x Rp 9.000.000 = Rp 1.800.000
Jumlah penerimaan piutang bulan Juli = Rp 3.952.000
6)
Penerimaan piutang bulan Agustus = 30% x Rp 8.000.000 = Rp 2.400.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

Soal 2
Perusahaan “ANDALUSIA” dalam tahun 2011 telah melakukan penjualan hasil produksinya
sebanyak 8.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu 30 hari
perusahaan merencanakan meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang akan datang
dengan merubah jangkaaa waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan merubah jangka waktu kredit
penjualan tahun 2012 diharapkan akan naik sebesar 5%. Biaya produksi yang ditanggung
perusahaan meliputi biaya tetap sebesar RP 1.200.000,- , biaya variabel perunir Rp 250,-.
Sedangkan harga penjualan per unit adalah Rp 600,-.Apabila jangka waktu diperpanjang menjadi 60
hari, maka biaya tambahan modal untuk investasi piutang yang diperhitungkan sebesar 25% dan
tambahan biaya gaji pengawas produksi (sebagai biaya tetap) sebesar Rp 100.000. Dari informasi
tersebut, apakah kebijakan perpanjang jangka waktu kredit tersebut perlu dilaksanakan?

Untuk menyelesaikan masalah diatas, perlu kita lakukan perhitungan manfaat kenaikan penjualan
biaya yang dikeluarkan dengan perpanjangan waktu kredit yaitu:

1. Menghitung laba tahun 2011 : Penjualan 80.000 unit


Penjualan = 8.000 x Rp 600 = Rp 4.800.000
Biaya Tetap = Rp 1.200.000
Biaya Variabel = 80.000 x Rp 250 =Rp 2.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 3.200.000
Laba = Rp 1.600.000
2. Menghitung laba tahun 2012 : Penjualan 105% x 8.000 unit = 8.400 unit
Penjualan = 8.400 x Rp 600 = Rp 5.040.000
Biaya Tetap = Rp 1.200.000 + Rp 100.000 = Rp 1.300.000
Biaya Variabel = 8.400 x Rp 250 = Rp 2.100.000
Harga pokok penjualan = Rp 3.400.000
Laba = Rp 1.640.000

3. Mengitung Tambahan laba dab biaya modal tahun 2012


Dengan perpanjangan waktu kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, maka tambahan laba yang
diperoleh adalah = Rp 1.640.000 – Rp 1.600.000 = Rp 40.000,-
Sedangkan tambahan biaya modal dengan tambahan investasi piutang dapat dihitung sebagai
berikut :
30 hari x Rp 3.200.000
Investasi piutang tahun 2011 = = Rp 266.667
360 hari

60 hari x Rp 3.400.000
Investasi piutang tahun 2012 = = Rp 566.667
360 hari
Tambahan modal investasi = Rp 566.667 – Rp 266.667 = Rp 300.000

Tambahan biaya modal = Rp 25% x Rp 300.000 = Rp 75.000

Dari penghitungan tambahan laba dan tambahan biaya diatas ternyata perpanjangan jangka waktu
kredit akan menghasilkan tambahan laba (Rp 40.000) lebih kecil dibanding tambahan biaya
modalnya yaitu sebesar Rp 75.000. oleh karena itu kebijakan memperpanjang jangka waktu kredit
tidak menguntungkan perusahaan.

E. Test Normatif

Soal 1

Perusahaan “MIRAH” melakukan kebijakan penjualan kredit yang berdiskon dengan syarat
pembayaran 5/20, net/60. Untuk tahun 2012, perusahaan menetapkan penjualan kreditnya sebesar
40% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit selama 4 bulan dari pengalaman penjualan
kredit dengan diskon yang diberikan kepada pembeli, skedul penerimaan piutang adalah sebagai
berikut:

a. Sebanyak 30% membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelan bulan penjualan.
b. Sebanyak 20% membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan penjualan.
c. Sebanyak 30% membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan.
d. Sebanyak 10% membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan.
e. Sebanyak 10% membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan.

Adapun penjualan yang direncanakan selam 6 bulan pertama tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Bulan Penjualan
Januari Rp 25.000.000
Pebruari Rp 25.000.000
Maret Rp 20.000.000
April Rp 16.000.000
Mei Rp 18.000.000
Juni Rp 18.000.000
Dari data tersebut, buatlah rencana pengumpulan piutangnya dengan memperhitungkan diskon
selama 6 bulan pertama tahun 2012?

Soal 2
PT. “ERLANGGA” dalam tahun 2011 telah melakukan penjualan hasil produksinya sebanyak 5.000
unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu 30 hari. Perusahaan
merencanakan meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang akan datang dengan merubah
jangka waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan merubah jangka waktu kredit, penjualan tahun
2012 diharapkan akan naik sebesar 5%. Biaya produksi yang ditanggung perusahaan meliputi biaya
tetap sebesar Rp 12.000.000, biaya variabel per unit Rp 200,-. Sedangkan harga penjualan per unit
adalah Rp 500. Apabila jangka waktu diperpanjang menjadi 60 hari maka biaya tambahan modal
yang diperhitungkan sebesar 25%. Apakah kebijakan perpanjangan jangka waktu kredit tersebut
perlu dilaksanakan?
Bab IV . TIME VALUE OF MONEY

A. Future Value (FV)

Adalah nilai yang terjadi dimasa yang akan datang dimana ketika bunga dibayar terhadap investasi
selama periode pertama ditambahkan ke pokok atau dana investasi saat ini.

Rumusnya: FV1 = PV ( 1 + i )

dengan FV = Future Value (nilai masa depan investasi di akhir tahun pertama)

i = Interest Value (tingkat suku bunga atau diskonto tahunan)

PV = Present Value (nilai sekarang/ jumlah investasi mula-mula diawal tahun pertama)

Contoh :

Mr. Doni menyimpan $100 dalam tabungan dengan tingkat suku bunga majemuk 6% per tahun.
Bagaimana pertumbuhan tabungannya?

FV1 = PV ( 1 + i )

= $100 (1 + 0,006)

= $100 (1,06)

= $106

Dari hasil diatas terlihat bahwa pada tahun kedua akan mendapat bunga sebesar $6,36. Mengapa
mengalami perbedaan dikarenakan bunga yang kita terima sekarang didapat dari jumlah setoran awal
serta atas bunga pada tahun pertama. Efeknya, kita akan mendapat bunga dari bunga. Konsep inilah
yang disebut dengan bunga majemuk.

Maka pada tahu kedua kita akan mendapatkan:

FV2 = FV1 ( 1 + i )
= $106 (1,06)

= $112,36

Dan pada tahun ketiga akan mendapatkan:

FV3 = FV2 ( 1 + i )

= $112,36 (1,06)

= $119,10

Ilustrasi table bunga:

Tahu Nilai Pendapatan Nilai


n Awal Bunga Akhir
1 $ 100 $ 6,00 $ 106
2 106 6,36 112,36
3 112,36 6,74 119,1
4 119,1 7,15 126,25
5 126,25 7,57 133,82
6 133,82 8,03 141,85
7 141,85 8,51 150,36
8 150,36 9,02 159,38
9 159,38 9,57 168,95
10 168,95 10,13 179,08

Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai untuk suatu investasi yang dimajemukkan per
tahun dengan tingkat pertumbuhan i untuk tahun ke-n adalah sebagai berikut :

F Vn=PV ( 1+i )❑n

Contoh:

Jika kita menempatkan $1000 dalam tabungan dengan tingkat suku bunga majemuk 5% pertahun,
berapa jumlah tabungandalam 10 tahun?

F Vn = FV1 ( 1 + i )❑n

= $1000 (1 +0,05)❑10

= $1000 (1,62880)

= $1.628,89
Nilai dari $100 yang dimajemukkan pada berbagai Tingkat Suku Bunga

i
Untuk 1 Tahun pada i% = 2% 5% 10% 15%
Dimajemukkan tahunan $ 102,00 105,00 110,00 115,00
Dimajemukkan tengah-tahunan 102,01 105,06 110,25 115,56
Dimajemukkan kuartalan 102,02 105,09 110,38 115,87
Dimajemukkan bulanan 102,02 105,12 110,47 116,08
Dimajemukkan mingguan (52) 102,02 105,12 110,51 116,16
Dimajemukkan harian (365) 102,02 105,13 110,52 116,18

i
Untuk 10 Tahun pada i% = 2% 5% 10% 15%
Dimajemukkan tahunan $ 121,90 162,89 259,37 404,56
Dimajemukkan tengah-tahunan 122,02 163,89 265,33 424,79
Dimajemukkan kuartalan 122,08 164,36 268,51 436,04
Dimajemukkan bulanan 122,12 164,70 270,70 444,02
Dimajemukkan mingguan (52) 122,14 164,83 271,57 447,20
Dimajemukkan harian (365) 122,14 164,87 271,79 448,03

BUNGA MAJEMUK DENGAN PERIODE NON TAHUNAN

Tidak semua periode pemajemukan dalam tahunan, karena tabungan dan pinjaman dari lembaga
keuangan maupun bank melakukan pemajemukan dalam metode kuartalan. Untuk melalukan
penyesuaian, format pemajemukan tahunan tetap dapat dipakai. Proses ini dapat dibakukan dengan
rumus berikut, yaitu untuk mencari nilai masa depan suatu investasi yang dimajemukkan dalam periode
non tahunan.

❑ i mn
FV n =PV (1+ )❑
m
Dengan FV = nilai masa depan investasi di akhir tahun ke-n

n = jumlah tahun pemajemukan

i = tingkat suku bunga (diskonto) tahunan

PV = nilai sekarang atau jumlah investasi mula-mula diawal tahun pertama

m = jumlah berapa kali pemajemukan terjadi

Contoh:

Jika kita menempatkan $100 dalam tabungan dengan bunga 12% dimajemukkan kuartalan, berapa
pertumbuhan investasi tersebut diakhir tahun kelima?

0,12 4 x5
FV 5 = $100 (1+ )❑
4

= $100 (1+0,03)❑20

= $100 (1.806)

= $180,60

NILAI SEKARANG – PRESENT VALUE

Merupakan nilai dari jumlah atas pembayaran di masa mendatang pada saat sekarang ini. Hal ini
merupakan pembalikan dari nilai majemuk.

1
Rumusnya: PV = FVn ( )
( 1+i ) n

PV = nilai sekarang jumlah uang di masa depan

FVn = nilai masa depan investasi di akhir tahun ke-n

n = jumlah tahun hingga pembayaran diterima

i = tingkat bunga (diskonto) tahunan

Contoh:
Berapa nilai sekarang dari $500 yang diterima 10 tahun kemudian jika tingkat diskontonya 6%?

1
PV = $500 ( )
( 1+ 0.6 ) 10

1
= $500 ( )
1.791

= $500 (0.558)

=$279

Untuk membantu menghitung nilai sekarang, maka faktor bunga ke nilai sekarang

untuk i dan n dibuat dalam formasi baru dengan persamaan PV = FV n (PVIFi,n).

Tabel PVIF i,n


n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
0,99 0,98 0,97 0,96 0,95 0,94 0,93 0,92 0,91 0,90
1 0 0 1 2 2 3 5 6 7 9
0,98 0,96 0,94 0,92 0,90 0,89 0,87 0,85 0,84 0,82
2 0 1 3 5 7 0 3 7 2 6
0,97 0,94 0,91 0,88 0,86 0,84 0,81 0,79 0,77 0,75
3 1 2 5 9 4 0 6 4 2 1
0,96 0,92 0,88 0,85 0,82 0,79 0,76 0,73 0,70 0,68
4 1 4 8 5 3 2 3 5 8 3
0,95 0,90 0,86 0,82 0,78 0,74 0,71 0,68 0,65 0,62
5 1 6 3 2 4 7 3 1 0 1
0,94 0,88 0,83 0,79 0,74 0,70 0,66 0,63 0,59 0,56
6 2 8 7 0 6 5 6 0 6 4
0,93 0,87 0,81 0,76 0,71 0,65 0,62 0,58 0,54 0,51
7 3 1 3 0 1 5 3 3 7 3
0,92 0,85 0,78 0,73 0,67 0,62 0,58 0,54 0,50 0,46
8 3 3 9 1 7 7 2 0 2 7
0,91 0,83 0,76 0,70 0,64 0,59 0,54 0,50 0,46 0,42
9 4 7 6 3 5 2 4 0 0 4
1 0,90 0,82 0,74 0,67 0,61 0,55 0,50 0,46 0,42 0,38
0 5 0 4 6 4 8 8 3 2 6

Contoh 1:

Beerapa nilai sekarang dari $1.500 yang diterima di akhir kesepuluh jika tingkat diskontonya 8%?

Dengan melihat di baris n= 10 dan kolom i=8% maka ditemukan PVIFi, n = 0.463
PV = $1.500 (0.463)

= $694.50

Comtoh 2:

Berapa nilai sekarang dari investasi yang menghasilkan $500 pada 5 tahun kemudian dan $1000 yang
akan diterima 10 tahun yang akan datang, jika tingkat diskonto adalah 4%.

Dengan memasukkan nilai n=5 dan i=4% dan FV5 = $500 dan n=10 dan i= 4 dan FV=$1000, maka

1 1
PV = $500 ( ) + $1000 ( )
( 1+ 0.04 ) 5 ( 1+ 0.04 ) 10

= $500 (PVIF 4%, 5yr) + $1000 (PVIF 4%, 10yr)

= $500(0.822) + $1000(0.676)

=$411 + $676

=$1.087

ANUITAS (ANNUITY)

Merupakan serangkaian pembayaran yang sama selama beberapa tahun tertentu. Terdapat dua tipe
dasar anuitas, yaitu anuitas biasa dan anuitas jatuh tempo. Anuitas Biasa adalah anuitas dengan
pembayaran diakhir periode, sedangkan Anuitas Jatuh Tempo adalah anuitas dengan pembayaran di
awal periode.

FUTURE VALUE ANNUITY atau Anuitas Majemuk

Melibatkan menyimpan atau penginvestasikan sejumlah uang yang sama di akhir tahun untuk suatu
jumlah tertentu dan membiarkannya berkembang.
Contoh:

Untuk memenuhi pendidikan universitas kita akan menabung $500 tiap akhir tahun selama 5tahun
denga tingkat suku bunga 6%. Berapakah yang akan kita dapat ditahun ke lima?

FV5 = $500 (1+0.006)❑4 +$500 (1+0.006)❑3 +$500 (1+0.006)❑2 + $500 (1+0.06)+$500

= $500 (1.262) +$500 (1.191)+ $500 (1.124)+ $500 (1.060)+ $500

= $631.00 +$595.50 + $562.00 + $530.00 +$500

= $2.818.50

Tabel FVIFA i,n


N 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

1 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

2 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.060 2.070 2.080 2.090 2.100

3 3.030 3.060 3.091 3.122 3.152 3.184 3.215 3.246 3.278 3.310

4 4.060 4.122 4.184 4.246 4.310 4.375 4.440 4.506 4.573 4.641

5 5.010 5.204 5.309 5.416 5.526 5.637 5.751 5.867 5.985 6.105

6 6.152 6.308 6.468 6.633 6.802 6.975 7.153 7.336 7.523 7.716

7 7.214 7.434 7.662 7.898 8.412 8.394 8.654 8.923 9.200 9.487

8 8.286 8.853 8.892 9.214 9.519 9.897 10.260 10.637 11.028 11.436

9 9.368 9.755 10.159 10.583 11.027 11.491 11.978 12.488 13.021 13.579

10 10.462 10.950 11.464 12.006 12.578 13.181 13.816 14.487 15.193 15.937
n−1
Persamaannya: FVn=∑ ( 1+i ) atau FVn = PMT(FVIFAi,n)
t

t=0

FV = Nilai masa depan anuitas di akhir tahun ke –n

PMT = pembayaran anuitas yang disimpan atau diterima di akhir tiap tahun

i = tingkat bunga (diskonto) tahunan

n= jumlah tahun berlangsungnya anuitas

Contoh:

Dengan melihat contoh sebelumny, dsini hanya tinggal memasukkan kepersamaan yang didapat dari
tabel saja, dengan n ke-5 dan kolom i= 6%

FV5 = $500(5.637)

= $2.818,50

Untuk mencari nilai PMT, dimisalkan kita membutuhkan $10.000 untuk biaya pendidikan selama 8
tahun. Berapakah uang yang harus kita simpan pada setiap akhir tahun dengan tingkat suku bunga 6%?

8 −1
$10.000 = PMT ∑ (1+0.06)
t

t =0

$10.000 = PMT (FVIFA6%,8th)

$ 10000
= PMT
9.897

PMT = $1.010.41

Nilai Sekarang Anuitas (Present Value of an Annuity)

Persamaannya : PV= PMT (PVIFA i,n)


Contoh: berapa nilai sekarang anuitas selama 10 tahun atas $1000 yang di diskontokan kembali ke masa
sekarang pada tingkat 5%?

Dengan memasukkan n= 10tahun dan i= 5% dan PMT= $1000 maka

PV = $1000(7.722)

= $7.722

Tabel PVIFA i,n


n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

1 0,990 0,980 0,971 0,962 0,952 0,943 0,935 0,926 0,917 0,909

2 1,970 1,942 1,913 1,886 1,859 1,833 1,808 1,783 1,759 1,736

3 2,941 2,884 2,829 2,775 2,723 2,673 2,624 2,577 2,531 2,487

4 3,902 3,808 3,177 3,680 3,546 3,465 3,387 3,312 3,240 3,170

5 4,853 4,713 4,580 4,452 4,329 4,212 4,100 3,993 3,890 3,791

6 5,795 5,601 5,417 5,242 5,076 4,917 4,767 4,623 4,486 4,355

7 6,728 6,472 6,230 6,002 5,786 5,582 5,389 5,206 5,033 4,868

8 7,652 7,326 7,020 6,733 6,463 6,210 5,971 5,747 5,535 5,335

9 8,566 8,162 7,786 7,435 7,108 6,802 6,515 6,247 5,995 5,759

10 9,471 8,983 8,530 8,111 7,222 7,360 7,024 6,710 6,418 6,145
Ikthisar Persamaan Nilai Waktu Uang

Perhitungan Persamaan

Nilai Masa Depan Pembayaran Tunggal FV n = PV (1+i)n = PV (PVIFi,n)

i
Nilai Masa Depan Pembayaran Tunggal FV n = PV (1 + ) nm
m
Dengan Pemajemukkan non tahunan

1
Nilai Sekarang Pembayaran Tunggal PV = FVn ( ) = FV n (PVIFi,n
( 1+i ) n

n−1
Nilai Masa Depan Anuitas FVn=∑ ( 1+i)t = PMT(FVIFAi,n)
t=0

n −1
PV = ∑ (1+i) = PMT (PVIFA i,n)
t
Nilai Sekarang Anuitas
t =0

PP
Nilai Sekarang Perpetuity PV ¿
i

Notasi : FV = nilai masa depan investasi di akhir tahun ke-n

PMT = Pembayaran Anuitas Yang Disimpan Atau Diterima Ditiap akhir tahun

PP = jumlah mata uang yang diberikan perpetuity

m = jumlah pemajemukkan terjadi tahun itu


BAB VI KONSEP TVM DI LAB. MANAJEMEN KEUANGAN

A. Bunga Majemuk

Berapakah nilai akhir dari:

1. $5 ribu disimpan selama 10 tahun dengan bunga 10% majemuk per tahun?

2. $8 ribu disimpan selama 7 tahun dengan bunga 8% majemuk per tahun?

3. $775 ribu disimpan selama 12 tahun dengan bunga 12% majemuk per tahun?

4. $21 ribu disimpan selama 5 tahun dengan bunga 5% majemuk per tahun?

B. Bunga Majemuk untuk menyelesaikan n

Berapa tahunkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan:

1. $500 menjadi $1039,50 jika disimpan dengan bunga 5% majemuk per tahun?

2. $35 menjadi $53,87 jika disimpan dengan bunga 9% majemuk per tahun?

3. $100 menjadi $298,60 jika disimpan dengan bunga 20% majemuk per tahun?

4. $53 menjadi $78,76 jika disimpan dengan bunga 2% majemuk per tahun?

C. Bunga Majemuk untuk menyelesaikan i

Berapakah bunga yang diperlukan untuk mengembangkan:

1. $500 menjadi $1.948 dalam 12 tahun

2. $300 menjadi $422,1 dalam 7 tahun

3. $50 menjadi $280,20 dalam 20 tahun

4. $200 menjadi $497,6 dalam 5 tahun


D. Nilai Sekarang

Berapakah nilai sekarang untuk investasi yang bernilai akhir:

1. $800 diterima 10 tahun mendatang dan di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 10%

2. $300 diterima 5 tahun mendatang dan di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 5%

3. $1.000 diterima 8 tahun mendatang dan di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 3%

4. $1.000 diterima 8 tahun mendatang dan di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 20%

E. Anuitas Majemuk

Berapakah jumlah akhir dari tiap-tiap pembayaran:

1. $500 per tahun selama 10 tahun anuitas majemuk sebesar 5%

2. $100 per tahun selama 5 tahun anuitas majemuk sebesar 10%

3. $35 per tahun selama 7 tahun anuitas majemuk sebesar 7%

4. $25 per tahun selama 3 tahun anuitas majemuk sebesar 2%

F. Nilai Sekarang Anuitas

Berapakah nilai sekarang dari anuitas berikut:

1. $2.500 per tahun selama 10 tahun di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 7%

2. $70 per tahun selama 3 tahun di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 3%

3. $280 per tahun selama 7 tahun di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 6%

4. $500 per tahun selama 10 tahun di diskonto kembali ke masa sekarang sebesar 10%

G. Bunga Majemuk dengan Periode per-Tahunan

Hitunglah jumlah akhir dari uang dengan masa deposito berikut:


Tingkat Periode Pemajemukan Periode
Jumlah Bunga (Dimajemukkan Tabungan
Akun Deposito Tahunan Tiap Bulan) (Tahun)
$ %
Theodore Loggan III 1.000 10 12 10
Vernel Coles 95.000 12 1 1
Thomas Elliot 8.000 12 2 2
Wayne Robinson 120.000 18 3 2
Eugene Chung 30.000 10 6 4
Kelly Cravens 15.000 12 4 3

H. Bunga Majemuk dengan Periode Non Tahunan

1. Hitung jumlah akhir dari %5.000 jika disimpan di bank selama 5 tahun dengan bunga tahunan 6%

2. Hitung kembali pernyataan diatas dengan pemajemukkan perriode setengah tahun dan 2 bulan

3. Hitung kembali pernyataan 1 dan 2 jika bunga tahunan 12%

4. Hitung kembali pernyataan 1 dengan menggunakan 12 tahun, bunga 6%

5. Kesimpulan apakah yang dapat anda ambil dari ke-4 pertanyaan diatas dari jawaban yang didapat

# Dimisalkan Mr. Joseph telah membandingkan beberapa fasilitas pinjaman antara sebuah bank dengan
perusahaan keuangan. Mr. Joseph dapat meminjam dana dari perusahaan keuangan dengan bunga
sebesar 12% majemuk pertahun, dan dari bank dengan bunga sebesar 13% majemuk pertahun.
Manakah yang akan dipilih Mr. Joseph?

I. Nilai Mendatang

Sebuah buku keuangan terbaru dapat terjual sebanyak 15.000 copy tahun ini., dan diharapkan
meningkat 20% per tahunnya. Berapakah jumlah penjualan yang diharapkan pada setiap akhir periode 3
tahun berikut? Gambarkan grafik untuk kecenderungan ini dan jelaskan.

J. Nilai Mendatang Anuitas


Dalam 10 tahun Mr. Andrew merencakan untuk pensiun dan membeli rumah. Harga rumah yang
diingikan Mr. Andrew saat ini sebesar $100 ribu dan nilainya diharapkan akan meningkat sebesar 5%.
Dianggap Mr. Andrew dapat menyimpan 10% tiap tahun dari setiap investasinya, maka berapakah
jumlah yang harus Mr. Andrew investasikan pada akhir 10 tahun berikut agar dapat membeli rumah
yang diingkan?

BAB VII PENILAIAN OBLIGASI

Obligasi (bond) adalah kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga
dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi tersebut.

Investor memiliki banyak pilihan ketika berinvestasi pada obligasi, tetapi obligasi dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis utama, yaitu obligasi pemerintah (treasury bonds), obligasi
perusahaan (corporate bonds), obligasi pemerintah daerah (municipal bonds), serta obligasi luar negeri
(foreign bonds). Setiap jenis tersebut berbeda dalam hal tingkat pengembalian serta tingkat risiko yang
diperkirakan.
A. JENIS JENIS OBLIGASI

Obligasi pemerintah federal (treasury bonds) adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah
federal. Obligasi ini juga biasanya disebut obligasi pemerintah.

Obligasi perusahaan (corporate bonds), sesuai dengan namanya adalah obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan.

Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds, atau “munis”) adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah negara bagian atau pemerintah local.

Obligasi luar negeri (foreign bonds) diterbitkan oleh pemerintah luar negeri atau perusahaan asing.

B. KARAKTERISTIK OBLIGASI

Nilai Pari

Nilai Pari (par value) adalah nilai nominal yang dinyatakan pada suati obligasi. Nilai pari pada
umumnya mencerminkan jumlah uang yang dipinjam oleh suatu perusahaan dan yang dijanjikan akan
dibayarkan kembali pada tanggal jatuh tempo.

Tingkat Bunga Kupon

Obligasi yang diterbitkan oleh Allied mengharuskan perusahaan tersebut membayar sejumlah
bunga yang besarnya tetap setiap tahunnya (atau, biasanya, setiap enam bulan). Jika pembayaran kupon
(coupon payment) ini dibagi dengan nilai parinya maka akan diperoleh tingkat bunga kupon (coupon
interest rate).

Tetapi, dalam beberapa kasus, pembayaran kupon suatu obligasi akan bervariasi dari waktu ke
waktu. Obligasi dengan tingkat bunga mengambang (floating rate bond) yaitu obligasi yang tingkat suku
bunganya berfluktuasi sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat suku bunga secara
umum.
Beberapa obligasi tidak membayarkan kupon sama sekali, tetapi obligasi tersebut ditawarkan
dengan diskon yang substansial di bawah nilai pari dan akibatnya akan memberikan suatu apresiasi
modal daripada pendapatan bunga. Sekuritas-sekuritas seperti ini disebut dengan obligasi dengan kupon
nol (zero coupon bond atau zero). Secara umum, setiap obligasi yang pada awalnya ditawarkan dengan
harga yang jauh di bawah nilai parinya disebut sebagai obligasi dengan diskon penerbitan awal (original
issue discount – OID).

Tanggal Jatuh Tempo

Obligasi umumnya memiliki tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan di mana nilai parinya harus
dibayarkan kembali. Kebanyakan obligasi memiliki waktu jatuh tempo awal (original maturity) atau
waktu jatuh tempo pada saat obligasi tersebut diterbitkan, yang berkisar antara 10 hingga 40 tahun,
namun secara legal waktu jatuh tempo berapa pun tetap diperkenankan. Tentu saja jatuh tempo efektif
dari suatu obligasi akan menurun setiap tahun setelah diterbitkan.

Provisi Penebusan

Banyak obligasi perusahaan memiliki provisi penebusan (call provision), yang memberikan hak
kepada perusahaan penerbit untuk menebus kembali obligasi. Provisi penebusan umumnya
menyatakan bahwa perusahaan harus melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi,
jumlah yang lebih besar dari nilai pari jika perusahaan ingin melakukan penebusan. Tambahan
tersebut, dinamakan premi penebusan (call premium), sering kali ditentukan sama dengan
jumlah bunga satu tahun jika obligasi tersebut ditebus kembali pada tahun pertama, dan premi
ini akan menurun dengan tingkat konstan sebesar INT/N seterusnya setiap tahun, dimana INT =
bunga tahunan dan N = waktu jatuh tempo awal dalam tahun. Sebagai contoh, premi penebusan
dari obligasi 10 tahun, 10 persen, dengan nilai pari $1000 biasanya adalah $100 jika ditebus
selama tahun pertama, $90 selama tahun kedua dihitung dengan mengurangi premi $100 atau
10 persen, sebesar satu per sepuluh) dan seterusnya. Akan tetapi, obligasi sering tidak dapat
itebus sampai beberapa tahun kemudian (biasanya 5 hingga 10 tahun) setelah diterbitkan. Hal
ini dikenal sebagai penebusan yang ditangguhkan (deffered call), dan obligasi tersebut dikatakan
memiliki proteksi penebusan (call protection).

Dana Pelunasan

Provisi dana pelunasan adalah provisi dalam sebuah kontrak obligasi yang mengharuskan emiten
setiap tahun membayar kembali sebagian dari obligasi yang diterbitkan.
Di kebanyakan kasus, perusahaan diberikan hak untuk menangani dana pelunasan melalui salah satu
dari dua cara berikut ini:

1. Perusahaan dapat melakukan pelunasan (pada nilai pari) persentase tertentu dari obligasi setiap
tahunnya

2. Perusahaan dapat membeli jumlah obligasi yang dibutuhkan di pasar terbuka.

Fitur Lain

Beberapa jenis obligasi yang lain cukup sering digunakan sehingga layak untuk kita bahas di sini.
Pertama-tama, obligasi yang dapat dikonversi (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukarkan
menjadi saham biasa, pada tingkat harga yang tetap, atas opsi dari pemegang obligasi.

Obligasi yang diterbitkan dengan waran (warrant) adalah sama dengan obligasi yang dapat
dikonversi. Waran adalah opsi yang memungkinkan pemegang membeli saham pada harga yang telah
ditentukan, sehingga akan memberikan keuntungan modal jika harga dari saham mengalami kenaikan.

Berbeda dengan obligasi dapat ditebus yang memberikan opsi kepada emitennya untuk
membeli kembali utang mereka sebelum tanggal jatuh tempo, obligasi yang dapat dijual (putable bond)
memuat provisi yang memungkinkan investor obligasi menjual obligasi tersebut kembali ke perusahaan
sebelum tanggal jatuh tempo dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Jenis obligasi yang lain
yaitu obligasi pendapatan (income bond), yang membayarkan bunga hanya jika bunga tersebut diterima.
Masih terdapat beberapa jenis obligasi lain seperti obligasi indeks atau daya beli, (indexed/purchasing
power). Tingkat bunga yang dibayarkan untuk obligasi-obligasi seperti ini didasarkan pada indeks inflasi
seperti misalnya indeks harga konsumen, sehingga bunga yang dibayarkan akan secara otomatis naik
ketika tingkat inflasi mengalami kenaikan dan melindungi pemegang obligasi dari inflasi.

VALUASI OBLIGASI

Nilai dari setiap aktiva keuangan-saham, obligasi, sewa guna usa, atau bahkan aktiva fisik seperti
gedung apartemen atau mesin aníllala nilai Semarang dari arus kas yang diperkirakan akan dapat
dihasilkan oleh aktiva tersebut.

0 1 2 3 N

...
kd%

Nilai INT INT INT INT

Obligasi M
Dalam hal ini:

kd = tingkat suku bunga pasar obligasi = 10%. Ini adalah tingkat diskonto yang digunakan

untuk menghitung nilai sekarang arus kas obligasi.

N = jumlah tahun sebelum obligasi jatuh tempo = 15.

INT = jumlah bunga yang dibayarkan setiap tahunnya = suku bunga kupon x Nilai pari =
0,10($1000) = $100.

M = nilai pari, atau nilai jatuh tempo obligasi = $1000. Jumlah ini harus dilunasi pada saat
jatuh tempo.

0 1 2 3 15

...
10%

Nilai 100 100 100 100


Obligasi 1000
1100

Persamaan di bawah ini dapat digunakan untuk menghitung nilai dari setiap obligasi :

Nilai obligasi = VB = INT + INT +...+ INT + M


(1 + kd)1 (1+kd)2 (1+kd) N 1+kd)N
N
= Σ INT + M
t=1
(1+kd)t (1+kd)N

Dengan memasukan nilai-nilai untuk contoh obligasi tadi, kita akan mendapatkan

15
VB =Σ $100 + $1.000
t=1
(1,10)t (1,10)15

Imbal Hasil Saat Jatuh Tempo


Seandainya Anda ditawari obligasi 14 tahun, dengan kupon tahunan 10 persen dan nilai
pari $1.000 pada harga $1.494,93. Berapa tingkat bunga yang dapat Anda peroles dari investasi
Anda jika Anda memebeli obligasi tersebut dan memilikinya hingga jatuh tempo? Tingkat bunga
ini disebut sebagai tingkat imbal hasil saat jatuh tempo (yield to maturity-YTM), dan merupakan
tingkat bunga yang umumnya dibahas oleh para investor ketika mereka sedang membicarakan
tingkat pengembalian. Imbal hasil saat jatuh tempo biasanya sama dengan tingkat suku bunga
pasar, kd, dan untuk menemukan nilainya, Anda hanya perlu menghitung Persamaan 7-1 untuk
kd :

VB = $1.494,93 = $100 + . . . + $100 + $1.000


(1+kd)1 (1+kd)14 (1+kd)14

Anda dapat mengganti nilai-nilai k d sampai Anda menemukan nilai yang sesuai dan
dapat memaksa jumlah dari PV-PV yang berada di cébela kanan persamaan menjadi sama
dengan $1.494,93.

Imbal Hasil Saat Ini

Jika Anda menéela laboran obligasi preusan pialang, Anda akan sering melihat acuan ke
imbal hasil saat ini (current yield) dari obligasi. Imbal hasil saat ini hádala pembayaran bunga
tahunan dibagi dengan harga obligasi saat ini. Sebagai contoh, jika obligasi Allied dengan kupon
10 persen saat ini diperdagangkan pada harga $985, imbal hasil obligasi saat ini akan menjadi
10,15 persen ($100/$985).

OBLIGASI DENGAN KUPON SETENGAH TAHUNAN

Meskipun beberapa obligasi membayarkan bunga secara tahunan, mayoritas


sebenarnya membayarkan bunga secara setengah tahunan. Untuk mengevaluasi obligasi
setengah tahunan, kita harus memodifikasi model valuasi (Persamaan 7-1) menjadi sebagai
berikut:
1. Membagi dua pembayaran kupon bunga tahunan untuk menentukan nilai dollar dari bunga
yang dibayarkan setiap enam bulan.

2. Mengalikan jumlah tahun ingá tanggal jatuh tempo, N, dengan 2 untuk menentukan jumlah
periode setengah tahunan.

3. Membagi dua tingkat bunga nominal (tercatat), k d untuk menentukan tingkat bunga periodik
(setengah tahunan).

Dengan melakukan perubahan-perubahan di atas, kita akan mendapatkan persamaan berikut ini
untuk menghitung nilai statu obligasi yang membayarkan bunganya setengah tahunan:

2N
VB = Σ INT/2 + M
t=1
(1+kd/2)t (1+kd/2)2N

BAB VIII POKOK BAHASAN : KONSEP OBLIGASI DI LAB MANAJEMEN KEUANGAN

SOAL JENIS UJIAN

1.Valuasi Obligasi

Garraty Company memiliki dua penerbitan obligasi yang masih beredar. Kedua obligasi
membayarkan bunga tahunan $100 plus $1000 pada saat jatuh tempo nanti. Obligasi L
memiliki waktu jatuh tempo 15 tahun, dan Obligasi S memiliki waktu jatuh tempo 1
tahun.

a. Berapakah nilai dari masing-masing obligasi ini ketika tingkat bunga yang berlaku (1)
5 persen, (2) 8 persen, dan (3) 12 persen? Diasumsikan hanya terdapat satu kali
pembayaran bunga lagi untuk Obligasi S.

b. Mengapa obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang (15 tahun) lebih
berfluktuasi ketika terjadi perubahan tingkat suku bunga daripada obligasi dengan
jangka waktu yang lebih pendek (1 tahun) ?
2.Imbal Hasil Saat Jatuh tempo

Obligasi Heymann Company memiliki sisa waktu 4 tahun sebelum jatuh tempo. Bunga
Obligasi ini dibayarkan setiap tahun dengan nilai pari $1000 dan tingkat suku bunga
kupon sebesar 9 persen.

a. Berapakah imbal hasil saat jatuh tempo pada harga pasar saat ini sebesar (1) $829
atau (2) $1104?

b. Apakah Anda akan membayarkan $829 untuk salah satu obligasi ini jika Anda
merasa seharusnya tingkat suku bunga yang tepat adalah 12 persen yaitu jika k d =
12%? Jelaskan jawaban Anda.

3.Imbal Hasil Saat Penebusan

Enam tahun lalu, Singleton Company menjual penerbitan obligasi 20 tahun dengan suku
bunga kupon tahunan 14 persen dan premi penebusan sebsar 9 persen. Hari ini,
Singleton menebus kembali obligasi tersebut. Obligasi pada awalnya dijual sesuai nilai
nominalnya sebesar $1000. Hitunglah tingkat pengembalian yang diterima bagi para
investor yang membeli obligasi ketika obligasi tersebut diterbitkan dan hari ini
menyerahkannya untuk ditukarkan dengan harga penebusan.

4.Imbal Hasil Obligasi

Obligasi 10 tahun dengan kupon setengah tahunan 12 persen, nilai pari sebesar $1000
dapat ditebus kembali dalam waktu 4 tahun dengan harga penebusan $1060. Obligasi
tersebut dijual seharga $1100. (Diasumsikan obligasi ini baru saja diterbitkan).

a. Berapakah imbal hasil obligasi saat jatuh tempo?

b. Berapakah imbal hasil obligasi saat ini?

c. Berapakah imbal hasil keuntungan atau kerugian modal obligasi?

d. Berapakah imbal hasil obligasi saat penebusan?


BAB IX PENILAIAN SAHAM

Hak Prioritas

Pemegang saham biasa sering memiliki hak, yang disebut hak prioritas (preemptive right), untuk
membeli setiap tambahan saham yang dijual oleh perusahaan. Di beberapa negara bagian, hak prioritas
secara otomatis telah dimasukkan di dalam setiap anggaran dasar perusahaan di negara bagian yang
lain, hak ini perlu dimasukkan khususnya ke dalam anggaran dasar.

Hak prioritas ini memiliki dua maksud. Pertama, hak ini memungkinkan pemegang saham yang
ada saat ini tetap memiliki kendali. Jika tidak ada pengamanan seperti ini, manajemen dari sebuah
perusahaan dapat menerbitkan tambahan saham dalam jumlah besar dan membeli sendiri saham-
saham tersebut. Dengan demikian, manajemen dapat mengambil alih kendali atas perusahaan dan
membuat frustasi para pemegang sahamnya.

Kedua, dan yang memiliki arti yang jauh lebih penting, alasan dari hak prioritas adalah untuk
melindungi para pemegang saham dari dilusi nilai.

a. Perdagangan saham-saham yang beredar dari berbagai perusahaan terbuka dan suda berdiri
yaitu pasar sekunder.

b. Saham tambahan yang dijual oleh perusahaan terbuka dan sudah berdiri yaitu pasar primer.

c. Penawaran perdana (initial public offering – IPO) oleh perusahaan-perusahaan tertutup yaitu
pasar IPO. Ketika saham dari sebuah preusan tertutup ditawarkan untuk yang pertama kalinya
kepada masyarakat luas, maka preusan itu dikatakan masuk bursa (going public). Pasar untuk
saham yang baru saja ditawarkan kepada publik itu disebut pasara penawaran perdana (Initial
public offering market).

VALUASI SAHAM BIASA

Saham biasa mencerminkan suatu kepentingan kepemilikan di dalam sebuah preusan, tetapi
bagi seorang investor, saham biasa aníllala sekedar selembar yertas yang dicirikan oleh dua sifat:

1. Saham memberikan hak atas deviden lepada pemiliknya, asallkan preusan memiliki
keuntungan untuk membayarkan dividen, dan asaltan manajemen memutuskan untuk
membayarkan deviden dan bukannya mempertahankan dan menginvestasikan kembali
seluruh keuntungan yang diperoleh. Berbeda dengan obligasi yang memberikan janji
untuk membayar bunga, saham biasa tidak memberikan janji seperti itu, jika Anda
memiliki saham, Anda dapat mengharapkan akan menerima deviden., tetapi harapan
Anda tersebut memiliki kemungkinan untuk tidak dapat terpenuhi.

2. Saham dapat dijual di suatu tanggal di masa mendatang, harapannya tentu dengan
harga yang lebih tinggi daripada harga belinya. Jika saham tersebut ternyata dijual
dengan harga di atas harga belinya, maka investor akan menerima keuntungan modal.
Biasanya, pada saat orang-orang membeli saham biasa, mereka memang berharap akan
menerima keuntungan modal karena jika tidak, mereka tidak akan membeli saham
tersebut.

Definisi dan Istilah-istilah yang Digunakan Dalam Berbagai Model Valuasi Saham

Dt = dividen yang diharapkan akan diterima oleh pemegang saham pada akhir Tahun t. D 0 adalah
dividen paling akhir yang telah dibayarkan; D 1 adalah dividen pertama yang diharapkan, dan
akan dibayarkan pada akhir tahun ini; D2 adalah dividen yang diharapkan akan diterima pada
akhir tahun kedua dan seterusnya. D1 mencerminkan arus kas pertama yang akan diterima
oleh seorang pembeli baru. Perhatikan bahwa D 0 dividen yang baru saja dibayarkan, diketahui
dengan pasti nilainya. Akan tetapi, nilai dari seluruh dividen yang akan diterima masa depan
adalah nilai-nilai yang diharapkan, sehingga estimasi dari D t akan dapat berbeda-beda di
antara para investor.

P0 = harga pasar (market price) aktual saat ini dari saham.

P1 = harga saham yang diharapkan pada akhir setiap Tahun t (dibaca ”P topi t”). P 0 adalah nilai
intrinsik atau teoretis dari saham hari ini seperti yang dilihat oleh investor yang sedang
melakukan analisis. P1 adalah harga yang diharapkan pada akhir tahun pertama dan seterusnya.
Perhatikanlah bahwa P0 adalah nilai intrinsik dari saham hari ini yang didasarkan atas estimasi
investor atas ekspektasi aliran dividen saham itu dan tingkat risiko dari aliran tersebut. Oleh
karenanya, jika harga saham P0 adalah tetap dan sama untuk semua investor, P 0 dapat berbeda
di antara para investor tergantung pada seberapa optimis pandangan mereka terhadap
perusahaan. Tanda ”topi” digunakan untuk mengindikasikan bahwa P t adalah nilai intrinsik hari
ini, nilai tersebut dapat berada di atas atau di bawah P 0. harga saham saat ini, tetapi seorang
investor akan membeli saham hanya jika estimasi nilai P 0 nya sama atau lebih besar daripada P0.

g = tingkat pertumbuhan (growth rate) yang diharapkan pada dividen seperti yang diramalkan
oleh seorang investor marginal.
ks = tingkat pengembalian yang diminta (required rate of return) atau paling minimal yang dapat
diterima atas saham, dengan mempertimbangkan tingkat risiko dan pengembalian yang tersedia
dari investasi-investasi yang lainnya.

ks = tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan diterima oleh seorang
investor yang membeli saham di masa mendatang.

ks = tingkat pengembalian setelah kejadian, aktual, atau yang diterima.

D1/P0 = imbal hasil dividen (dividen yield) yang diharapkan dari saham tahun depan.

= imbal hasil keuntungan modal (capital gains yield) yang diharapkan dari saham tahun depan.

SAHAM DENGAN PERTUMBUHAN KONSTAN

Dalam banyak kasus, aliran deviden diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang
konstan. Jika yang terjadi adalah kasus seperti itu, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

P0 = D0 (1+g)1 + D0 (1+g)2 + . . . + D0 (1+g)∞

(1+ks)1 (1+ks)2 (1+ks)∞

= D0 (1+g) = D1
ks – g ks – g

*ks > g . Jika persamaan di dalam situasi dimana k s tidak lebih besar daripada g maka hasilnya akan salah
dan tidak berguna.

Ilustrasi Saham Dengan Pertumbuhan Konstan

Diasumsikan Allied Food Products baru saja membayarkan dividen sebesar $1,15 (atau D 0 =
$1,15. Sahamnya memiliki tingkat pengembalian yang diminta, k s sebesar 13,4 persen, dan investor
berharap di masa depan dividen akan tumbuh secara konstan dengan tingkat 8 persen. Estimasi dividen
satu tahun akan menjadi D1 = $ 1,15 (1,08) = $1,24, D 2 menjadi $1,34 dan estimasi dividen selama lima
tahun akan sebesar $1,69.
D5 = D0 (1+g)5 = $1,15(1,08)5 = $1,69

Persamaan untuk menemukan nilai instrinsik saham sebesar $23;

P0 = $1,15(1,08) = $1,242 = $23,00

0,134 – 0,08 0,054

Model pertumbuhan konstan seringkali cocok untuk diterapka pada perusahaan-perusahaan


yang mapan dengan sejarah pertumbuhan yang stabil. Tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan
bervariasi antara tiap-tiap perusahaan, tetapi pertumbuhan dividen di kebanyakan perusahaan yang
sudah mapan umumnya diharapkan akan terus berlanjut di masa depan pada tingkat yang kurang lebih
sama dengan nilai nominal produk domestik produk (GDP). Atas dasar ini, kita dapat mengharapkan
dividen dari suatu perusahaan rata-rata atau “normal” akan tumbuh dengan tingkat 5 sampai 8 persen
setahun.

SAHAM PREFEREN
Saham preferen adalah suatu jenis hibrida (hybrid) dalam beberapa hal tertentu mirip dengan
obligasi dan mirip dengan saham biasa dalam beberapa hal yang lain. Sifat hibrida dari saham preferen
tampak jelas terlihat ketika kita mencoba untuk mengklasifikasikannya sehubungan dengan obligasi dan
saham biasa. Seperti obligasi, saham preferen memiliki nilai pari dan terdapat dividen dalam jumlah
tetap yang harus dibayarkan sebelum dividen dapat dibayarkan kepada saham biasa. Akan tetapim jika
dividen preferen tidak diberikan, para direktur dapat menghilangkan (atau ‘membiarkan’) pembayaran
tersebut tanpa harus memasukkan perusahaan ke dalam kebangkrutan. Jadi, meskipun saham preferen
memiliki pembayaran tetap seperti obligasi, kegagalan dalam melakukan pembayaran tersebut tidak
akan mengarah pada kebangkrutan.
Seperti yang telah dibahas di atas, saham preferen memberikan hak kepada pemiliknya untuk
mendapatkan pembayaran dividen secara rutin dan dalam jumlah tetap. Jika pembayaran tersebut
terjadi untuk selamanya, maka masalahnya adalah anuitas abadi yang nilainya V p akan dihitung dengan
cara sebagai berukut:

VP = DP
kP
VP adalah nilai dari saham preferen, D P adalah dividen preferen, dan k P adalah tingkat
pengembalian yang diminta. Allied Food Products memiliki daham preferen beredar yang membayarkan
dividen sebesar $10 per tahun. Jika tingkat pengembalian yang diminta dari sahama preferen ini adalah
10 persen, maka nilainya adalah $100, yang dihitung dengan menghitung persamaan diatas sebagai
berukut

VP = $10,00 = $100,00

0,10

Dalam keadaan ekuilibrium pegembalian yang diharapkan, k p akan sama dengan pengembalian yang
diminta, kP. Jadi, jika kita mengetahui harga saat ini dari sebuah saham preferen dan dividennya, kita
akan dapat menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan dengan cara sebagai berikut:

kP = DP

VP

Soal Ujian Mandiri

UM- 3 Valuasi saham dengan pertumbuhan konstan

Harga saham Ewald Company saart ini adalah $36, dan dividen terakhirnya adalah sebesar
$2,40. Melihat posisi keuangan Ewald yang kuat dan risikonya yang rendah, sebagai akibatnya, tingkat
pengembalian yang diminta hanyalah 12 persen. Jika dividen diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat
yang konstan, g, di masa mendatang dan jika ks diperkirakan akan tetap pada angka 12 persen,
berapakah ekspektasi harga saham Ewald 5 tahun dari sekarang?

8-1 Perhitungan DPS

War Corporation baru saja membayarkan dividen sebesar $1,50 per lembar saham (jadi, D 0 = $1,50).
Dividen tersebut diperkirakan akan tumbuh sebesar 5 persen setahun selama tiga tahun berikutnya, dan
kemudian 10 persen. Berapakah dividen per lembar saham yang diperkirakan untuk setiap tahun selama
5 tahun ke depan?

8-2 Valuasi pertumbuhan konstan


Thomas Brothers diharapkan akan membayar dividen sebesar $0,50 per lembar saham pada akhir tahun
(jadi, D1 = $0,050). Dividen diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat konstan sebesar 7 persen setahun.
Tingkat pengembalian yanv diminta atas saham ks, adalah 5 persen. Berapakah nilai per lembar saham
perusahaan?

8-3 Valuasi pertumbuhan konstan

Saham Horison Clothier saat ini dijual dengan harga $20 per lembar saham. Saham tersebut baru saja
membayarkan dividen sebesar $1,00 per lembar saham (jadi D 0 = $1,00). Dividen diperkirakan akan
tumbuh dengan tingkat konstan sebesar 10 persen setahun. Berapakah harga saham yang diharapkan
dalam satu tahun dari sekarang? Berapakah tingkat pengembalian yan diminta dari saham perusahaan?

8-4 Valuasi saham preferen

Fee Founders memiliki saham preferen beredar yang membayarkan dividen sebesar $5 pada setiap akhir
tahun. Saham Preferen tersebut diperdagangkan dengan harga $60 per lembar. Berapakah tingkat
pengembalian saham preferen yang diminta?

A. SIFAT DAN JENIS SAHAM


B. PENILAIAN SAHAM PREFEREN
C. TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PREFEREN
D. PENILAIAN SAHAM BIASA
E. TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM BIASA
F. RANGKUMAN
G. TEST NORMATIF

BAB X POKOK BAHASAN : CAPITAL BUDGETING


CAPITAL BUDGETING

Investasi dalam aktiva tetap berbeda dengan investasi pada aktiva lancarperputaran dana yang
diinvestasikan dalam aktiva lancar melalui siklus = Kas Aktiva Lancar Kas. Sedangkan
perputaran dana yang diinvestasikan pada aktiva tetap melalui siklus sebagai berikut = Kas Aktiva
Tetap Depresiasi (dalam beberapa tahun) Kas.

10.1 PENGERTIAN KEPUTUSAN INVESTASI

Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu aset
(aktiva ) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang. Dilihat dari jangka
waktunya, investasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka
menengah dan investasi jangka panjang. Sedangkan dilihat dari jenis aktivanya, investasi dibedakan ke
dalam investasi pada aktiva rill dan investasi pada aktiva non-rill (aktiva finansial).

Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan
untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengembalian investasi dan risiko investasi yang
mungkin timbul. Keputusan investasi ini diharapkan memperoleh penerimaan-penerimaan yang
dihasilkan dari investasi tersebut yang dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkannya.

10.2 ALIRAN KAS DALAM INVESTASI

Ada 3 macam aliran kas yang terjadi dalam investasi yaitu :

1. Initial Cashflow (Capital Outlays)


Intial Cashflow (Capital Outlays) merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran
kas pertama kali untuk keperluan suatu investasi. Cashflow ini misalnya harga perolehaan
pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, perbaikan mesin dan investasi aktiva
tetap lainnya.

2. Operational Cashflow
Operational Cashflow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi. Operational
Cashflowini berasal dari pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan biaya- biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Aliran kas operasi sering disebut cash inflow (aliran kas masuk) yang
nantinya akan dibandingkan dengan cash outflowuntuk menutup investasi. Operational
Cashflow (cash inflow) ini biasanya diterima setiap tahun selama umur ekonomis investasi yang
berupa aliran kas masuk bersih (disebut Proceeds). Besarnya Proceeds terdiri dari 2 sumber yaitu
berupa laba setelah pajak atau Earning After Tax (EAT) ditambah depresiasi.

a. Perhitungan besarnya Proceedsbila investasi menggunakan Modal Sendiri

Proceeds = Laba Bersih Setelah Pajak + Depresiasi

b. Perhitungan Proceedsbila investasi menggunakan Modal Sendiri dan Hutang


Proceeds = Laba Bersih Setelah Pajak + Depresiasi + Bunga (1-Pajak)

3. Terminal Cashflow
Terminal Cashflow merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat
habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal cashflow akan diperoleh pada akhir
umur ekonomis suatu investasi. Terminal cashflowdapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari
aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan
nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang
bersangkutan. Besarnya nilai residu ini sangat penting dalam perhitungan biaya depresiasi dan
aliran kas masuk perusahaan.

10.3 METODE PENILAIAN INVESTASI

Pengambilan keputusan proyek investasi terutama didasarkan pada pertimbangan ekonomis.


Secara ekonomis apakah suatu investasi layak atau tidak dilaksanakan dapat dihitung dengan beberapa
metode penilaian atau kriteria proyek investasi, yaitu:

1. Metode Payback Period (PBP)


2. Metode Net Present Value (NPV)
3. Metode Profitability Index (PI)
4. Metode Inrenal Rate of Return (IRR)

10.3.1 METODE PAYBACK PERIOD (PBP)

Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk neto (proceeds) yang diperoleh. Formula untuk
mencari Payback Period adalah sebagai berikut :

Capital Outlays
PBP = x 1 tahun
Proceeds

Contoh 10.2

Proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp 12.000.000. Aliran kas masuk atau Proceeds (lana neto +
penyusutan) diperkirakan Rp 40.000.000 per tahun selama 6 tahun, maka besarnya Payback Period –nya
adalah :

120.000.000
PBP = x 1 tahun = 3 tahun
40.000.000
Apabila proceeds setiap tahun tidak sama,misalnya diperkirakan :
Tahun 1. Rp 50.000.000 Tahun 4. Rp30.000.000
Tahun 2. Rp 50.000.000 5. Rp 20.000.000
Tahun 3. Rp 40.000.000 6. Rp 20.000.000
Maka Payback Period –nya dapat dihitung sebagai berikut
Outlays (Investasi) Rp 120.000.000
Proceeds th ke-1 Rp 50.000.000
Rp 70.000.000
Proceeds th ke-2 Rp 50.000.000
Rp 20.000.000

20.000.000*)
PBP = 2 tahun + x 1 tahun = 2 tahun 6 bulan
40.000.000

*) Pada tahun ketiga sisa investasi yang belum kembali sebesar Rp 20.000.000. padahal pada
tahun ketiga proyek B diperkirakan memperoleh aliran kas masuk bersih sebesar Rp
40.000.000 (1tahun). Oleh karena itu untuk mengembalikan dana investasi sebesar Rp
20.000.000 memerlukan waktu selama: (20.000.000/40.000.000) x 12 bulan = 6 bulan. Sehingga
Payback Period –nya selama 2 tahun 6 bulan. Apabila Payback Period ini lebih pendek dibanding
jangka waktu kredit (apabila dananya berasal dari pinjaman) yang disyaratkan oleh investor atau
pihak bank, maka investasi proyek B diterima.

Beberapa kelemahan yang terdapat metode Payback Period adalah:


1. Mengabaikan nilai waktu dari uang
2. Mengabaikan proceeds setelah PBP dicapai
3. Mengabaikan nilai sisa

Untuk mengatasi kelemahan metode Payback Period dimana metode ini menabaikan nilai waktu
dari uang, maka beberapa perusahaan melakukan modifikasi dengan pendekatan discounted payback
period (DPP). Metode ini seperti metode payback period biasa, tetapi dalam perhitungannya
menggunakan aliran kas yang didiskontokan dengan discount rate tertentu. Untuk lebih jelas kita ikuti
contoh berikut ini.

Contoh 10.3
Ada 2 usulan proyek investasi A dan B. Intial cashflow kedua proyek tersebut sama besar yaitu masing-
masing Rp 10.000.000. Usia ekonomis proyek selama 5 tahun, dan proyek b hanya 2 tahun. Keuntungan
yang disyaratkan kedua proyek tersebut 16%.

Tabel 10.1 Aliran Kas Proyek A dan B


Aliran Kas Proyek A Proyek B
Cash Outlay - Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000
Aliran kas masuk:
Tahun 1 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
Tahun 2 Rp 4.000.000 Rp 5.000.000
Tahun 3 Rp 3.000.000 -
Tahun 4 Rp 2.000.000 -
Tahun 5 Rp 1.000.000 -

Perhitungan discounted payback period masing-masing proyek adalah sebagai berikut:

1. Discounted payback period proyek A


Tahun Aliran kas PVIF 16%,n Discounted Kumulatif
cashflow discounted
cashflow
0 -10.000.000 1,0 -10.000.000 -10.000.000
1 5.000.000 0,862 4.310.000 -5.690.000
2 4.000.000 0,743 2.972.000 -2.718.000
3 3.000.000 0,641 1.923.000 -795.000
4 2.000.000 0,552 1.104.000 309.000
5 1.000.000 0,476 476.000 785.000

2. Discounted payback period proyek A


Tahun Aliran kas PVIF 16%,n Discounted Kumulatif
cashflow discounted
cashflow
0 -10.000.000 1,0 -10.000.000 -10.000.000
1 6.000.000 0,862 5.172.000 -4.828.000
2 5.000.000 0,743 3.175.000 -1.653.000
3 - - -1.653.000
4 - - -1.653.000
5 - - -1.653.000

Discounted payback period proyek A = 3 tahun + (795.000/1.104.000) x 12 bulan


= 3 tahun + 8,6 bulan.
Untuk menetukkan apakah proyek A diterima atau ditolak, kita bandingkan antara jangka waktu yang
disyaratkan dengan jangka waktu pengembalian proyek A yaitu selama 3 tahun 8,6 bulan. Apabila jangka
waktu yang disyaratkan adalah 5 tahun, maka discounted payback period proyek A ini lebih cepat
daripada jangka waktu yang disyaratkan oleh investor, sehingga proyek A layak dilaksanakan.
Sebaliknya, discounted payback period proyek B tidak ada karena aliran kas masuk proyek B tidak dapat
mencukupi untuk menutup pengualaran proyek tersebut. Dengan demikian proyek B jelas tidak terima
atau tidak layak dilaksanakan.

10.3.2 METODE NET PRESENT VALUE (NPV)


Metode NPV merupakan metode untuk mencari selisih antara nilai sekarang dari aliran kas neto
(proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays).

n At
NPV = - I o + ∑
t=0
(1 + r) t

Keterangan : I o = Nilai investasi atau Outlays


At = Aliran kas neto pada periode t
r = Discount Rate
t = Jangka waktu proyek investasi (umur proyek investasi)

Contoh 10.4
Dari proyek B pada contoh 10.2. di atas kita dapat menghitung besarnya Net Present Value (NPV) bila
diketahui discount rate-nya = 10%, yaitu:

1. Apabila aliran kas masuk bersih (Proceed) tiap tahum besarnya sama, yaitu Rp 40.000.000
40.000.000 40.000.0000 40.000.0000 4.000.0000
NPV = - 120.000.000 + + + + +
(1+0,10)1 (1+0,10)2 (1+0,10)3 (1+0,10)4

40.000.000 40.000.000
+
(1+0,10)5 (1+0,10)6

NPV = -120.000.000 + 40.000.000 (4,3553)*)


NPV = -120.000.000 + 174.212.000 = Rp 54.212.000,-

*) Gunakan tabel nilai sekarang dari suatu annuity dari satu rupiah (lihat lampiran)

2. Apabila aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun besarnya tidak sama, (lihat data contoh
10.2 di atas).

50.000.000 50.000.0000 40.000.0000 30.000.0000


NPV = - 120.000.000 + + + + +
1 2 3
(1+0,10) (1+0,10) (1+0,10) (1+0,10)4

20.000.000 20.000.000
+
(1+0,10)5 (1+0,10)6

NPV = -120.000.000 + 160.980.000 = Rp 40.980.000

10.3.3 Metode Profitability Index (PI)


Menurut Profitability Index atau Benefit Cost Ratio merupakan metode yang memiliki hasil
keputusan sama dengan metode NPV. Artinya, apabila suatu proyek investasi diterima dengan
menggunakan metode PV maka akan diterima pula jika dihitung menggunakan metode Profitability
Index ini. Formula metode PI ini adalah :

Total PV dari Proceeds Total PV of Proceeds


PI = atau PI =
Investasi Initial Outlays

Pengambilan keputusan apakah suatu usulan proyek investasi akan diterima (layak) atau ditolak (tidak
layak) kita bandingkan dengan angka 1. Apabila PI > 1, maka rencana investasi layak diterima, sedangkan
apabila PI < 1 maka rencana investasi tidak layak diterima atau ditolak. Untuk jelasnya kita hitung
besarnya Profitability Index dari contoh 10.2 sebelumnya sebagai berikut:

1. Untuk aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya sama, yaitu Rp 40.000.000,
maka :

174.212.000
PI = = 1,45 > 1 maka proyek investasi diterima
120.000.000

2. Untuk contoh aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya tidak sama (dilihat
data contoh 10.2 diatas), maka.

160.000.000
PI = = 1,34 > 1 maka rencana investasi layak diterima
120.000.000

10.3.4 Metode Internal Rate of Return

Tahun Proceeds DR(20%) PV DR (30%) PV


1 50.000.000 0,833 41.650.000 0,770 38.500.000
2 50.000.000 0,694 34.700.000 0,592 29.600.000
3 40.000.000 0,579 23.160.000 0,455 18.200.000
4 30.000.000 0,482 14.460.000 0,350 10.500.000
5 20.000.000 0,402 8.040.000 0,269 5.380.000
20.000.000 0,335 6.700.000 0,207 4.140.000
PV dari Proceeds 128.710.000 106.320.000
Investasi (Outlays) 120.000.000 120.000.000
NPV 8.710.000 -13.680.000
Pada tingkat bunga 20% diperoleh NPV positif dan pada tingkat bunga 30% diperoleh NPV negatif.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat bunga maka NPV semakin kecil dan sebaliknya. Untuk
menghitung besarnya IRR, kita lakukan proses interpolasi (analisis selisih) yaitu:

Tingkat bunga Pv of Proceeds PV of Outlays NPV


30% Rp 106.320.000 Rp 120.000.000 -Rp 13.680.000
20% Rp 128.710.000 Rp 120.000.000 Rp 8.710.000
Selisih 10% Rp 22.390.000 Rp 22.390.000

174.212.000
IRR = 20% + 10% = 20% + 3,89% = 23,89%
120.000.000
Atau

(-13.680.000)
IRR = 30% + x 10% = 30% + 6,11% = 23,89%
22.390.000

Internal Rate of Return dapat juga dihitung dengan mudah tanpa menggunaka cara interpolasi, yaitu
dengan rumus:

NPV rk
IRR = rk + x (rb – rk)
TPV rk – TPV rb
Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return
Rk = tingkat bunga yang kecil (rendah)
Rb = tingkat bunga yang besar (tinggi)
NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga yang kecil
PV rk = Present Value of Proceeds pada tingkat bunga yang kecil
PV rb = Present Value of Proceeds pada tingkat bunga yang besar
Sehingga untuk contoh diatas, dapat dihitung IRR-nya sebagai berikut

8.710.000
IRR = 20% + x (30% - 20%) = 20% + 3,89% = 23,89%
128.710.000 – 106.320.000
Atau

NPV rb
IRR = rb + x (rb – rk)
TPV rk – TPV rb

-13.680.000
IRR = 30% + x (30% - 20%) = 30% + 6,11% = 23,89%
128.710.000 – 106.320.000
Contoh 10.9

Perusahaan “MATARI” akan mengadakan investasi senilai Rp 250.000.000 selama 5 tahun. Investasi
tersebut akan didepresiasikan dengan metode garis lurus tanpa nilai residu. Marjin laba dai investasi
tersebut sebesar Rp. 80.000.000 per tahun. Apabila pajak uang dikenakan 40% dan tingkat inflasi
sebesar 6%, bagaimana pola alira kas senbelum dan sesudah ada pengaruh inflasi?
Untuk menyelesaikan persoalan diatas, kita buat pola aliran kasnya (dallam Rp.000):

Tahun Marjin Laba Depresiasi Laba bersih Pajak 40% Laba Setelah Aliran Kas
Pajak bersih
1 Rp. 80.000 Rp. 50.000 Rp. 30.000 Rp. 12.000 Rp. 18.000 Rp. 68.000
2 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
3 80.000Rp. 50.000Rp. 30.000Rp. 12.000Rp. 18.000Rp. 68.000Rp.
4 80.000Rp. 50.000Rp. 30.000Rp. 12.000Rp. 18.000Rp. 68.000Rp.
5 80.000Rp. 50.000Rp. 30.000Rp. 12.000Rp. 18.000Rp. 68.000Rp.
80.000 50.000 30.000 12.000 18.000 68.000
Jumlah aliran kas masuk bersih selama umur ekonomis Rp. 340.000

IRR usulan investasi di atas (sebelum ada inflasi) adalah :


NPV 10%, 5tahun = -250.000.000 + 68.000.000 (3,791) = Rp. 7.788.000
NPV 20%, 5tahun - -250.000.000 + 68.000.000 (2,991) = - Rp. 46.612.000
IRR = 10% + (7.788.000/54.400.000) X 10% = 10% + 1,43% = 11,43%
Apabila terdapat inflasi sebesar 6% per tahun, maka harga akan naik sebesar 6% yang berarti penjualan
juga akan naik sebesar 6%. Oleh karena itu, pola aliran kasna menjadi seperti terlihat pada tabel berikut
(dalam Rp.000):

Tahun Marjin Laba Depresiasi Laba bersih Pajak 40% Laba Setelah Aliran Kas
Pajak bersih
1 Rp. 84.800 Rp. 50.000 Rp. 34.800 Rp. 13.920 Rp. 20.880 Rp. 70.880
2 Rp. Rp. 50.000 Rp. Rp. Rp. Rp.
3 89.888Rp. Rp. 50.000 39.888Rp. 15.955Rp. 23.933Rp. 73.933Rp.
4 95.281Rp. Rp. 50.000 45.281Rp. 18.112Rp. 27.169Rp. 77.169Rp.
5 100.998Rp. Rp. 50.000 50.998Rp. 20.399Rp. 30.559Rp. 80.599Rp.
107.058 57.058 22.823 34.235 84.235
Jumlah aliran kas masuk bersih selama umur ekonomis Rp. 386.816

Dari kedua hasil perhitungan aliran kas pada tabel diatas terlihat bahwa dengan adanya inflasi maka nilai
aliran kas selama umur ekonomis menjadi ebih besar, yaitu sebesar Rp.386.816.000 dibanding tanpa
inflasi sebesar Rp. 340.000.000. Namun demikian, secara riil beolum tentu keadaan setelah inflasi lebih
baik dibanding sebelum inflasi karena secara teoritis ke3adaan investasi dengan inflasi yang tinggi justru
akan lebih jelek. Untuk membuktikannya kita deflasikan aliran kas investasi tersebut dengan tingkat
deflasi sebesar tingkat inflasinya yaitu 6% sebagai “discount rate”-nya yaitu :

Tahun Aliran kas bersih DR = 6% PV aliran kas bersih


1
2
3
4
5

IRR usulan investasi setelah ada inflasi 6% adalah :


Untuk discount rate 7%:
Investasi
PV aliran kas tahun 1 = Rp. 66.839.840 x 0,935 = Rp. 62.495.250
PV aliran kas tahun 2 = Rp. 65.800.370 x 0,837 = Rp. 57.443.723
PV aliran kas tahun 3 = Rp. 64.821.960 x 0,816 = Rp. 52.894.719
PV aliran kas tahun 4 = Rp. 63.834.408 x 0,763 = Rp. 48.705.653
PV aliran kas tahun 5 = Rp. 62.923.545 x 0,713 = Rp. 44.864.448
Jumlah PV aliran kas
NPV aliran kas, DR = 7%

Untuk discount rate 10%


Investasu
PV aliran kas tahun 1 = Rp. 66.839.840 x 0,909 = Rp. 60.757.415
PV aliran kas tahun 2 = Rp. 65.800.370 x 0,827 = Rp. 54.416.906
PV aliran kas tahun 3 = Rp. 64.821.960 x 0,751 = Rp. 48.681.292
PV aliran kas tahun 4 = Rp. 63.834.408 x 0,683 = Rp. 43.598.901
PV aliran kas tahun 5 = Rp. 62.923.545 x 0,621 = Rp. 39.075.521
Jumlah PV aliran kas
NPV aliran kas, DR = 10%

IRR = 7% + (16.403.833/19.873.798) x 3% = 7% + 2,48% = 9,48%

Dari perhitungan present value diatas ternyata nilai usulan investasi dengan adanya inflasi sebesar 6%
adalah Rp. 324.220.123 lebih kecil dibanding selama inflasi yaitu sebesar Rp.340.000.000. Demikian pula
besarnya IRR sebelum inflasi yaitu 11,43% lebih besar dibanding IRR setelah inflasi yaitu 9,48%. Hal ini
berarti bahwa inflasi akan menurunkan return yang diharapkan perusahaan.

10.9 SOAL DAN PENYELESAIANNYA

Soal 1 :
PT “BUSAMI” merencanakan sebuah proyek investasi yang membutuhkan dana investasi sebesar Rp.
500.000.000,- Dari dana tersebut Rp. 50.000.000,- sebagai modal kerja dan sisanya sebagai modal tetap.
Investasi diperkirakan mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp.100.000.000,- Metode
penyusutan menggunakan metode garis lurus.
Proyek penjualan selama umur ekonomis adalah sebagai berikut:
Tahun Penjualan (Rp)
1 350.000.000
2 360.000.000
3 370.000.000
4 410.000.000
5 430.000.000

Struktur biaya yang dikeuarkan terdiri dari biaya variabel 40% dari penjualan dan biaya tetap selain
penyusutan Rp.15.000.000,- Pajak 30% dan tingkat keuntungan yang diharapkan 20% . Anda diminta
untuk menganalisis dengan berbagai metode apakah rencana investasi tersebut layak dilaksanakan.

Penyelesaiannya :

Investasi sebesar Rp.500.000.000 terdiri dari modal kerja Rp.50.000.000,- dan modal tetap Rp.
450.000.000,-

Penyusutan = Rp.450.000.000 – Rp. 100.000.000 = Rp.70.000.000,- per tahun

Metode Internal Rate of Return (IRR) :

Tahun Proceeds DR = 20% P.V of DR = 30% PV of


Proceeds Proceeds
1 157.500.000 0,833 131.197.500 0,769 121.117.500
2 161.700.000 0,694 112.219.800 0,592 95.726.400
3 165.900.000 0,579 96.056.100 0,455 75.484.500
4 182.700.000 0,482 88.061.400 0,350 63.945.000
5 341.100.000 0,402 137.122.200 0,269 91.755.900
Total P.V. dari Proceeds 564.675.000 448.029.000
Investasi atau Outlays 500.000,000 500.000.000
Net Present Value (NPV) 64.675.000 (51.970.700)

IRR = 20% + 64.675.000 (30% - 20%) – 20% + 5,54% = 25,54%


564.675.000-448.029.000

Atau

IRR = 30% + 51.970.000 (30% - 20%) = 30% - 4,46% = 25,54%


564.675.000-448.029.000

10.5 SOAL UNTUK LATIHAN

Soal 1:

Proyek B membutuhkan investasi Rp.800.000.000,- dimana Rp.100.000.000 merupakan modal kerja dan
sisanya merupakan modal tetap. Umur ekonomis proyek 5 tahun. Penyusutan dengan metode garis
lurus dengan nilai sisa (residu) Rp.100.000.000,- Cost of capital 15%. Laba neto selama 5 tahun
diperkirakan:

Tahun Laba neto


1 150.000.000
2 160.000.000
3 170.000.000
4 180.000.000
5 190.000.000

Hitunglah :

a. Payback Period
b. NPV
c. PI
d. IRR
e. Bagaimana kesimpulan anda
Soal 2:
PT “SADEWA” mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru. Mesin
lama sebenarnya sudah direhabilitasi sehingga diperkirakan mempunya umur ekonomis sama
dengan mesin baru. Perbandingan mesin lama dan mesin baru adalah sebagai berikut:

Keterangan Mesin lama Mesin Baru


Harga beli Rp.200.000.000 Rp.320.000.000
Umur ekonomis 10 tahun 10 tahun
Nilai residu Rp.20.000.000 Rp.20.000.000
Biaya tunai per tahun Rp.200.000.000 Rp.150.000.000
Penghasilan per tahun Rp.325.000.000 Rp.325.000.000

Perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus dan pada waktu ini dikenakan tarif
pajak penghasilan 35%. Apabila keuntungan yang diharapkan 20%. Saudara diminta untuk
menganalisis apakah perusahaan tetap menggunakan mesin lama atau mengganti dengan mesin
baru dengan metode penilaian investasi yang telah anda kenal.
A. KRITERIA PENILAIAN INVESTASI
B. PERHITUNGAN INITIAL INVESTMENT
C. PERHITUNGAN OPERATING CASHFLOW
D. RANGKUMAN
E. TEST FORMATIF

BAB XI POKOK BAHASAN : CAPITAL BUDGETING

A. PAYBACK PERIOD
B. DISCOUNTED PAYBACK PERIOD
C. NET PRESENT VALUE
D. INTERNAL RATE OF RETURN

BAB XII POKOK BAHASAN : CAPITAL BUDGETING DI LAB. MANAJEMEN KEUANGAN

A. OPERATING CASHFLOW
B. PAYBACK PERIOD
C. DISCOUNTED PAYBACK PERIOD
D. NET PRESENT VALUE
E. INTERNAL RATE OF RETURN
BAB PENUTUP

Daftar Pustaka
Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan Edisi kedua, Cetak Pertama 2011, Ekonosia
Yogyakarta
Bambang Riyanto, Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, cetkan pertama, 1995, BPFE
Yogyakarta
Eugene F. Brigham and Joel F. Hoston, Dasar Dasar Manajemen Keuangan terjemahan dari Buku
Essentials of Financial Management,2010, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta
Eugene F. Brigham and Joel F. Hoston, Dasar Dasar Manajemen Keuangan terjemahan dari Buku
Essentials of Financial Management,2006, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta
Kamaludin dan Rini Indriani, Manajemen Keuangan, Konsep dasar dan Penerapannya, Edisi revisi, 2012,
Mandar Maju Bandung
Lawrence J. Gitman and Chad J. Zutter, Principles of Managerial Finance, thirteenth Edition, 2012,
Pearson, Edinburg England.
Suad Husnan dan Enny Pujiastuti, Dasar dasar manajemen Keuangan, edisi keempat, UPP AMP, YKPN
Yogyakarta
Scott . Jr Martin, Petty Keown , Dasar Dasar Manajemen Keuangan terjemahan dari buku Basic Financial
Management , edisi ketujuh, Salemba Empat, Jakarta
Van Horne, Fianancial Managenet and Policy, Prentice Hall International

Anda mungkin juga menyukai