Anda di halaman 1dari 4

Term of Refefence

Webbinar

“PERAN PEREMPUAN DALAM PEMILU 2024”

A. PENDAHULUAN

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki


hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Sebagian besar pihak menilai, kondisi masyarakat dan kekuasaan yang masih patriarki
mengharuskan agenda prioritas dalam penegakan demokrasi di Indonesia.

Salah satu prasyarat negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum


(Pemilu). Dalam undang-undang dasar 1945 telah menjelaskan, bahwa kedudukan laki-
laki dan perempun setara, karena setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan. Akan tetapi dalam catatan sejarah nasional,
hanya sedikit perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

Fakta sosial politik ini menjadikan para perumus konstitusi membuat ketentuan
khusus bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang terpinggirkan dalam
mendapatkan jaminan kesetaraan dan keadilan sehingga melahirkan kebijakan afirmasi
(affirmative action) bagi perempuan, khususnya di bidang politik dan pemerintahan.

Kebijakan afirmasi ini diimplementasikan dalam bentuk adanya kuota


keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik dan daftar calon anggota
legislative pada pemilu. Perjuangan untuk lahirnya kebijakan afirmasi dilakukan oleh
kelompok-kelompok permpuan setelah mereka menyadari bahwa pemilu 1999, yang
merupakan pemilu demokrasi pertama setelah rezim orde baru tumbang, justru
menghasilkan jumlah perempuan di parlemen lebih sedikit daripada pemilu-pemilu
sebelumnya. Artinya, demokrasi dan pemilu demokratis tidak serta merta dapat
meningkatkan jumlah parlemen di parlemen, sehingga perempuan harus
memperjuangkan sendiri hak-hak kesetaraan politiknya.

Perjuangan itu dimulai menunjukkan hasil ketika undang-undang nomor 12 tahun


2003 mengadopsi kebijakan afirmasi secara terbatas. Perjuangan yang terus menerus
menjadikan kebijakan afirmasi semakin jelas bentuknya, yakni kuota 30 persen
keterwakilan perempuan dalam daftar calon pemilu legislative yang dajukan oleh partai
politik.

Undang-undang nomor 12 tahun 2003 yang menjadi dasar penyelenggaraan


pemilu 2004 menyebutkan, bahwa dalam menyusun daftar keterwakilan perempuan
sekurang-kurangnya 30 persen. Ketentuan yang hanya “memperhatikan” kuota 30
persen keterwakilan tersebut, oleh undang-undang 10 tahun 2008 yang menjadi dasar
pemilu 2009 dipertegas, bahwa dalam daftar calon partai politik harus menempatkan
sedikitnya satu calon pelempuan diantara tiga nama calon.
Ketentuan norma afirmasi perempuan ini juga masih dipertahankan dalam
undang-undang nomor 7 tahun 2017 yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pemilu
2019 dan pemilu 2014. Tidak hanya akumulatif jumlah caleg perempuan secara
nasional (total dapil), namun tiap daerah pemilihan (dapil) wajib memuat paling kurang
30 persen perempuan dalam daftar calon.

Aturan tersebut membuka peluang partisipasi politik perempuan menjadi lebih


tinggi di tiap dapil. Dengan asumsi aturan afirmasi pencalonan perempuan tidak
berubah dalam Undang-undang Pemilu. Dalam pengaturan teknis, Komisi Pemilihan
Umum telah membuat ketentuan terpenuhinya kuota 30 persen keterwakilan
perempuan dalam daftar calon di setiap daerah pemilihan.

Partai politik yang tidak memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan


dalam daftar calon di suatu dapil, maka di dapil tersebut partai politik tidak bisa
mengikuti pemilu. Dengan kata lain, status kepesertaan pemilunya dicoret di dapil itu.
Dengan adanya aturan ini, tentunya semua partai politik berusaha keras menghindar
dari sanksi administrasi tersebut.

Selain itu, peran perempuan dalam demokrasi tidak hanya ada di lingkup peserta
pemilu saja, akan tetapi peren perempuan juga ada di lingkup penyelenggra dan
peserta pemantau. tidak hanya itu, peran perempuan juga dalam dunia politik semakin
penting, sebab suara perempuan bisa dipergunakan untuk mempengaruhi kebijakan
yang berpihak kepada perempuan.

Atas dasar tersebut di atas, Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten


Lampung Selatan bermaksud mengadakan Webbinar tentang Peran Perempuan Dalam
Pemilu.

B. RENCANA KEGIATAN WEBBINAR PERAN PEREMPUAN DALAM PEMILU 2024


1) Maksud
Maksud diselenggarakannya kegiatan Webbinar Peran Perempuan dalam
Pemilu 2024 adalah untuk mengetahui pentingnya peranan perempuan dalam
pemilu 2024.
2) Tujuan
Webbinar bertujuan untuk:
- Meningkatkan peran perempuan dalam pemilu
- Meningkatkan kesadaran atau awareness tentang perempuan dalam politik
- Peningkatan Kompetensi politik
3) Sasaran
Webinar ini ditujukan kepada masyarakat umum, terutama perempuan yang
ingin ikut andil dalam penyelenggara pemilu, peserta pemilu atau pemilih.
4) Output
- Pelaksanaan pemilu 2024 mendatang diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi perempuan.
- Partisipasi tersebut bisa terwujud dalam ruang lingkup penyelenggara,
Peserta pemilu atau pemantau pemilu.

C. DASAR KEGIATAN
Dasar kegiatan ini adalah :
1. Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

D. ACARA

Acara akan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : ……………… 2021

Waktu :………………./

Tempat :………………..

Waktu Kegiatan keterangan


08.00-08.30 Pendaftaran Panitia
08.30-08.40 Sambutan
08.40-08.45 Arahan dan pembukaan
08.45-09.45 Keynote Speeck
“Peran Perempuan dalam
Pemilu”

09.45-12.00 Talkshow moderator


Panel

E. METODE KEGIATAN
- Metode paparan terstruktur
Dilaksanakan melalui arahan narasumber/fasilitator secara terstruktur berdasarkan
term of refference yang disusun oleh panitia.
- Metode dialog
Dilaksanakan setelah seassion paparan narasumber/fasilitator dipandu oleh
moderator yang ditunjuk oleh panitia.

F. PENYELENGGARA
Penyelenggara webinar peran perempuan dalam pemilu 2024 ini adalah Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Selatan.
G. PENUTUP
Demikianlah term of reference kegiatan webinar peran perempuan dalam pemilu 2024
semoga dapat menjadi acuan dalam kegiatan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai