Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL REVIEW JOURNAL

“Green managerial practices and green performance: A serial mediation model”

Dosen Pengampu: Dr. Desak Nyoman Sri Werastuti, SE., M.SI., Ak.

Oleh:

Luh Nopia Yudiastuti


NIM. 2329141023

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
Judul Green managerial practices and green performance: A serial
mediation model
Jurnal International Journal of Innovation Studies
Volume dan Halaman International Journal of Innovation Studies 7 (2023) 196-207
Penulis Shafique Ur Rehman
Hamzah Elrehail Marc Poulin
Mohamed Dawood Shamout
Haitham M. Alzoubi

PENDAHULUAN
Fenomena Permasalahan Penelitian ini, dibuktikan pada Latar Belakang Penelitian:
Pada penelitian ini, fenomena yang dijelaskan adalah pergeseran perhatian peneliti
dan praktisi industri terhadap isu-isu lingkungan yang lebih hijau atau ramah lingkungan. Pada
masa lampau, banyak organisasi tidak memperhatikan lingkungan karena mereka menganggap
produk mereka tidak berbahaya bagi lingkungan. Namun, saat ini, organisasi telah beralih
untuk bekerja dengan praktik-praktik hijau dan berusaha mengurangi emisi udara, bahan
berbahaya, polusi, dan pemborosan air. Konsep rantai pasokan hijau (GSCM) muncul sebagai
tanggapan terhadap perubahan ini. Organisasi mulai mengintegrasikan praktik hijau dalam
rantai pasokan mereka untuk mengurangi dampak lingkungan dan memenuhi tuntutan
pelanggan. Green culture (GC) dalam organisasi diakui sebagai faktor penting dalam
mendukung praktik hijau dan kinerja hijau. Organisasi harus mengadopsi Proactive
Environmental Strategy (PES) yang berfokus pada tanggung jawab lingkungan dan kepatuhan
terhadap peraturan lingkungan, kemudian Green Production Innovation (GPI) sangat
diperlukan diperlukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan (GP).

Variabel yang digunakan dalam penelitian dari variabel terikat sampai dengan variabel
bebas dan penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
Pada pendahuluan juga telah memberikan penjelasan secara umum mengenai variable
terikat dan variable bebas yang diteliti. Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini
yakni green performance, sedangkan variable bebas dalam penelitian ini terdiri dari GSCM
Pratice (Praktik Manajemen Rantai Pasokan Hijau), Green Culture, Proactive Environmental
Strategy, dan Green Production Innovation.
Benang merah permasalahan
Benang merah permasalahan yang dibahas dalam pendahuluan mengenai pentingnya
adopsi praktik-praktik lingkungan oleh organisasi, khususnya dalam industri manufaktur.
Selain itu, perubahan preferensi konsumen terhadap produk dan layanan yang ramah
lingkungan mendorong organisasi untuk mengadopsi praktik-praktik hijau. Dalam penelitian
ini, permasalahan utama yang dibahas adalah bagaimana praktik-praktik rantai pasokan hijau
(Green Supply Chain Management/GSCM), budaya hijau, strategi lingkungan proaktif
(Proactive Environmental Strategy/PES), dan inovasi produksi hijau (Green Production
Innovation/GPI) mempengaruhi kinerja hijau suatu organisasi manufaktur.
Dalam pendahuluan, peneliti telah menyampaikan mengenai penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan, namun hanya sedikit penelitian yang mengamati pengaruh GPI
terhadap Green Performance sehingga hal tersebut menjadi motivasi penelitian ini. Dalam
pendahuluan juga dijelaskan mengenai grand theory yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teori pandangan berbasis sumber daya untuk memahami hubungan antara variable-variabel
yang diteliti.
Secara umum dalam latar belakang peneliti telah menjelaskan secara detail mengenai
fenomena penelitian, variable penelitian, dan research gap penelitian, sehingga benang
merah penelitian ini dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

KAJIAN TEORI
Grand Theory (teori utama yang memayungi penelitian) dan Perumusan Hipotesis
Pada kajian teori yang menjadi grand theory adalah Teori Natural RBV. Disamping
itu juga terdapat beberapa literature yang membahas mengenai definisi dari masing-masing
variable penelitian. Kajian teori dan penelitian terdahulu sudah disertakan dalam setiap
perumusan hipotesis dalam hubungan atau pengaruh antar variabel yang digunakan. Adapun
research gap dalam penelitian ini yaitu kurangnya penelitian yang menguji hubungan antara
praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM), budaya hijau, strategi lingkungan proaktif
(PES), inovasi produksi hijau (GPI), dan kinerja hijau secara bersamaan. Beberapa penelitian
sebelumnya telah mempelajari hubungan antara variabel-variabel ini secara terpisah, namun
belum ada penelitian yang secara komprehensif menguji hubungan simultan antara GSCM,
budaya hijau, PES, GPI, dan kinerja hijau. Selain itu, penelitian ini juga mengisi kesenjangan
penelitian dalam hal penggunaan teori sumber daya berbasis alam (natural RBV theory) dalam
konteks hubungan antara GSCM, budaya hijau, PES, GPI, dan kinerja hijau. Teori sumber daya
berbasis alam ini mengakui pentingnya strategi bisnis yang berfokus pada lingkungan dalam
mencapai kinerja berkelanjutan dan keunggulan kompetitif. Namun, penelitian sebelumnya
cenderung tidak mempertimbangkan faktor-faktor ini secara bersamaan dalam konteks GSCM
dan kinerja hijau.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berada di tiga kota
di Pakistan, yaitu Sialkot, Faisalabad, dan Lahore. Populasi ini dipilih karena ketiga kota
tersebut merupakan kota industri terbesar di provinsi Punjab, Pakistan, dan sektor manufaktur
memiliki dampak lingkungan yang signifikan di Pakistan.
Untuk memilih sampel dari populasi tersebut, peneliti menggunakan teknik simple
random sampling dengan mendistribusikan 1500 kuesioner kepada manajemen puncak
perusahaan. Setiap perusahaan hanya diberikan satu kuesioner. Namun, beberapa perusahaan
tidak merespons karena keterbatasan waktu manajemen puncak. Oleh karena itu, peneliti
mengunjungi kembali perusahaan-perusahaan tersebut setelah dua minggu untuk
meningkatkan tingkat respons. Dari 1500 kuesioner yang didistribusikan, 663 kuesioner yang
dikembalikan digunakan untuk analisis akhir setelah mengeluarkan sembilan kuesioner yang
tidak valid.

Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan metode analisis
data yang digunakan adalah Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
PLS-SEM adalah metode analisis yang cocok digunakan dalam penelitian dengan sampel kecil
dan besar, serta ketika data tidak memenuhi asumsi normalitas. Analisis PLS-SEM dilakukan
menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.2.9. Metode ini dianggap lebih handal daripada
metode analisis berbasis kovarian (CB-SEM) dalam hal estimasi dan validitas variabel.
Disamping itu peneliti juga melakukan Uji Common Method Variance (CMV). CMV adalah
bias yang terjadi dalam penelitian yang menggunakan satu sumber data untuk mengukur
beberapa variabel. CMV dapat terjadi ketika responden memberikan jawaban yang sama atau
terlalu serupa pada beberapa pertanyaan dalam kuesioner, sehingga menghasilkan korelasi
yang tidak seharusnya antara variabel-variabel yang diukur. Dalam hal ini peneliti
menggunakan Herman's single factor untuk menguji CMV. Jika total varian tidak melebihi
50%, maka data dianggap bebas dari masalah CMV. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
CMV pada penelitian ini adalah 42,98%, yang berada di bawah batas 50%, sehingga tidak ada
masalah CMV pada penelitian ini.

Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian


Definisi operasional variabel dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah
dijelaskan secara rinci dalam metodelogi. Setiap variabel yang digunakan sudah terdapat
informasi secara spesifik tentang bagaimana setiap variabel diukur atau dioperasionalkan dan
sudah mencantumkan sumber yang relevan.

Hasil Analisis Data dan Pembahasan


Hasil penelitian sudah menjelaskan secara terstruktur semua variabel penelitian
Hasil penelitian telah menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini secara terstruktur. Hasil penelitian ini mencakup statistik deskriptif untuk mengetahui
pengaruh dari setiap variabel yang sudah dirumuskan sebelumnya. Hasil penelitian juga sudah
mencantumkan tabel hasil penelitian dan penjelasan hasil penelitian dari setiap model yang
dilakukan uji analisis.

Pembahasan sudah menjawab semua rumusan hipotesis


Dalam pembahasan penelitian ini, hasil analisis data telah mampu menjawab rumusan
hipotesis yang diajukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa praktik manajemen rantai pasokan
hijau (GSCM) tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja hijau (GP).
Namun, budaya hijau (GC) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja hijau.
Selain itu, strategi lingkungan proaktif (PES) dan inovasi produksi hijau (GPI) juga memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja hijau.
Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa PES dan GPI berperan sebagai
mediator dalam hubungan antara GSCM dan kinerja hijau, serta antara budaya hijau dan kinerja
hijau . Hal ini menunjukkan bahwa praktik manajemen rantai pasokan hijau dan budaya hijau
dapat meningkatkan kinerja hijau melalui pengaruh mereka terhadap strategi lingkungan
proaktif dan inovasi produksi hijau.

Implikasi secara teoritis dan praktis pada penelitian


Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi pada literatur tentang praktik
manajemen rantai pasok hijau (GSCM), budaya hijau (green culture), PES, GPI, dan kinerja
hijau. Penelitian ini menggunakan teori RBV alami untuk menganalisis hubungan antara
GSCM dan kinerja hijau, yang sebelumnya belum banyak diteliti. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa PES dan GPI dapat memediasi hubungan antara GSCM, green culture,
dan kinerja hijau. Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa teori RBV alami dapat
digunakan untuk memahami hubungan antara praktik manajemen hijau dan kinerja hijau, dan
bahwa PES dan GPI dapat menjadi faktor penting dalam memperbaiki kinerja hijau.
Secara praktis, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi manajemen
puncak di sektor manufaktur untuk meningkatkan kinerja hijau perusahaan mereka. Penelitian
ini menunjukkan bahwa praktik manajemen rantai pasok hijau (GSCM) tidak memiliki
pengaruh langsung yang signifikan pada kinerja hijau, sementara budaya hijau (green culture)
memiliki hubungan positif dengan kinerja hijau. Selain itu, PES dan GPI dapat digunakan
sebagai faktor mediasi untuk meningkatkan kinerja hijau melalui praktik manajemen hijau dan
budaya hijau. Oleh karena itu, manajemen puncak dapat memfokuskan perhatian mereka pada
praktik manajemen hijau dan budaya hijau, serta mempertimbangkan penggunaan PES dan GPI
untuk meningkatkan kinerja hijau perusahaan mereka.

Saran dan Keterbatasan Penelitian


Berikut adalah keterbatasan atau kelemahan dalam penelitian ini:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu negara, yaitu Pakistan, sehingga hasilnya
mungkin tidak dapat digeneralisasi ke negara lain. Selain itu, Pakistan adalah negara
berkembang yang menghadapi berbagai masalah lingkungan seperti polusi air,
perubahan iklim, polusi udara, erosi tanah, polusi suara, penyalahgunaan pestisida,
degradasi lingkungan, dan penggunaan bahan berbahaya. Oleh karena itu, penelitian di
masa depan dapat menggunakan model penelitian serupa di negara lain dan sektor lain
untuk menentukan apakah hasilnya tetap sama atau berbeda.
2. Penelitian ini hanya mempertimbangkan kinerja hijau melalui praktik manajemen
rantai pasok hijau (GSCM), budaya hijau (green culture), PES, dan GPI. Penelitian di
masa depan sebaiknya memperluas dan memodifikasi kerangka kerja ini dengan
menggunakan beberapa variable seperti tanggung jawab lingkungan, kemampuan hijau,
dan kepedulian lingkungan sebagai konstruk mediasi antara praktik manajemen hijau,
budaya hijau, dan kinerja hijau.
3. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana, yang dapat
mempengaruhi representativitas sampel. Meskipun peneliti telah berusaha
meningkatkan tingkat respons dengan mengunjungi organisasi kembali setelah dua
minggu, tetapi masih ada kemungkinan bias dalam sampel yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk
penelitian selanjutnya.
1. penelitian di masa depan dapat memperluas cakupan penelitian dengan melakukan studi
serupa di negara dan sektor lain untuk menentukan konsistensi dari hasil penelitian.
2. Penelitian di masa depan dapat menggunakan kerangka kerja yang lebih komprehensif
yang mencakup konstruk mediasi tambahan seperti tanggung jawab lingkungan,
kemampuan hijau, dan kepedulian lingkungan. Disamping itu penelitian di masa depan
dapat mengeksplorasi dampak faktor lain seperti regulasi pemerintah, tekanan
pemangku kepentingan, dan budaya organisasi pada hubungan antara praktik
manajemen rantai pasok hijau, budaya hijau, PES, GPI, dan kinerja hijau.
3. Menggunakan metode pengambilan sampel yang lebih representatif, seperti metode
pengambilan sampel acak stratifikasi, untuk meningkatkan validitas hasil penelitian.
4. Menggunakan instrumen pengumpulan data yang lebih variatif, seperti wawancara atau
observasi, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan mengurangi bias
dalam pengisian kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai