Anda di halaman 1dari 9

Berikut abstrak dari judul “Transformasi Paradigma Manusia dalam Era Digital: Dari

Postmodernisme ke Postruth”:

Dalam era digital yang berkembang pesat, paradigma manusia mengalami pergeseran
signifikan. Artikel ini menyelidiki perubahan paradigma ini dari postmodernisme menuju
postruth. Dulu, postmodernisme mendominasi pemikiran manusia dengan penekanan
pada pluralisme dan skeptisisme terhadap narasi tunggal. Namun, era digital membawa
konsep postruth, di mana narasi dan opini tampaknya memiliki kekuatan yang lebih
besar daripada fakta objektif. Abstrak ini menggambarkan perubahan ini dan
menggarisbawahi dampak serta tantangan yang dihadapi dalam menghadapi fenomena
postruth dalam masyarakat digital saat ini.

Pendahuluan

Era digital telah membawa perubahan revolusioner dalam cara manusia berinteraksi
dengan informasi, budaya, dan pandangan dunia mereka. Pada abad ke-20, dominasi
postmodernisme memunculkan pemikiran skeptis terhadap narasi tunggal, menekankan
pluralitas, dan mempertanyakan sifat objektif dari kebenaran. Namun, pada saat ini, kita
tengah menyaksikan transisi yang mengubah paradigma ini menjadi apa yang dikenal
sebagai “postruth.” Dalam era di mana media sosial, algoritma, dan informasi berlimpah,
konsep kebenaran tampaknya bergeser dari fakta yang dapat dikuantifikasi ke narasi
yang dapat disesuaikan. Artikel ini bertujuan untuk menjelajahi perubahan signifikan ini
dalam paradigma manusia dan faktor-faktor yang mendukungnya dalam konteks era
digital yang terus berkembang. Dengan memahami transformasi ini, kita dapat lebih baik
menyelidiki implikasinya terhadap keputusan, perilaku, dan interaksi sosial di dunia yang
semakin terhubung ini.

Konteks Era Digital


Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan akses yang belum
pernah terjadi sebelumnya terhadap jumlah besar data, informasi, dan sudut pandang.
Era digital ini ditandai dengan eksponensialnya pertumbuhan platform media sosial,
internet, serta algoritma yang mengatur aliran informasi. Ini telah menciptakan
lingkungan di mana siapa pun dapat dengan mudah mengakses, menghasilkan, dan
menyebarkan informasi, baik yang akurat maupun yang tidak.

Postmodernisme: Paradigma Awal

Awal abad ke-20 melihat dominasi pemikiran postmodernisme, yang mencabut konsep
kebenaran absolut dan menekankan keragaman pandangan serta ketidakpastian.
Postmodernisme mendorong orang untuk mempertanyakan narasi yang diberikan dan
menyadari bahwa kebenaran seringkali subjektif. Ini adalah puncak dari pengertian
bahwa realitas adalah konstruksi sosial yang bisa dipertanyakan.

Munculnya Postruth.

Era digital telah membawa munculnya postruth sebagai konsep yang berbeda. Postruth
tidak hanya menyoroti subjektivitas dalam interpretasi fakta, tetapi juga penekanan pada
narasi dan opini yang melebihi pentingnya fakta itu sendiri. Informasi yang sesuai dengan
narasi yang diterima lebih diutamakan daripada informasi yang berdasarkan pada bukti
atau kebenaran objektif. Postruth sering kali mengarah pada penyebaran desinformasi,
dan berpotensi merusak proses pengambilan keputusan yang rasional.
Tujuan Penelitian

Dengan adanya pergeseran ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana
transformasi paradigma ini telah terjadi dalam masyarakat kita yang semakin
terdigitalisasi. Kami akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong perubahan ini
dan menggali implikasi yang mungkin timbul dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang postruth, kita dapat mempertimbangkan
bagaimana mengatasi tantangan yang muncul, meningkatkan literasi informasi, dan
mempromosikan pengambilan keputusan yang berbasis bukti dalam era ini.

Dalam pembahasan ini, kita akan menggali berbagai aspek transformasi paradigma ini,
termasuk dampaknya pada keputusan individu, dinamika sosial, dan perubahan dalam
dinamika kebenaran dalam masyarakat yang semakin terhubung ini. Dengan demikian,
kita dapat memahami lebih baik bagaimana manusia beradaptasi dengan perubahan ini
dan mencari solusi untuk menghadapinya secara efektif dalam era digital yang terus
berkembang.

Berikut contoh metode penelitian dan tinjauan pustaka untuk judul “Transformasi
Paradigma Manusia dalam Era Digital: Dari Postmodernisme ke Postruth”:
Metode Penelitian:

1. Desain Penelitian:

Penelitian ini akan mengadopsi pendekatan kualitatif dan analisis konten. Kualitatif
digunakan untuk memahami pandangan subjektif dan pengalaman individu terkait
transformasi paradigma. Analisis konten akan digunakan untuk menganalisis narasi yang
berkembang dalam media digital terkait postruth.

2. Sampel:

Sampel akan terdiri dari individu yang aktif secara digital, termasuk pengguna media
sosial, pembuat konten, dan komentator online. Sampel akan dipilih secara acak dari
berbagai kelompok usia, latar belakang, dan pandangan politik.
3. Pengumpulan Data:

Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan anggota sampel dan
analisis konten dari platform media sosial, situs berita, dan sumber digital lainnya.
Wawancara akan mencakup pertanyaan terkait pandangan mereka tentang kebenaran,
media sosial, dan pandangan politik.

4. Analisis Data:

Data kualitatif akan dianalisis menggunakan metode analisis isi untuk mengidentifikasi
pola dan tema dalam narasi online yang berkaitan dengan postruth. Hasil wawancara
akan dianalisis dengan pendekatan induktif untuk mengidentifikasi tema utama yang
muncul.

5. Etika Penelitian:

Penelitian akan mematuhi pedoman etika penelitian, termasuk privasi dan anonimitas
peserta. Semua data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya.
Tinjauan Pustaka:

1. Postmodernisme:

Postmodernisme adalah paradigma intelektual yang muncul pada abad ke-20,


menekankan skeptisisme terhadap narasi tunggal, relativisme, dan pluralisme. Karya-
karya filosof seperti Jean-François Lyotard dan Michel Foucault berkontribusi pada
perkembangan pemikiran postmodernisme.

2. Era Digital:

Era digital merujuk pada periode di mana teknologi informasi, khususnya internet dan
media sosial, telah merubah fundamental cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan
mengakses informasi. Perkembangan teknologi ini memfasilitasi penyebaran berita dan
opini secara global dengan cepat.

3. Postruth:
Postruth merujuk pada fenomena di mana emosi dan opini seringkali lebih
mempengaruhi pandangan individu daripada fakta objektif. Hal ini berhubungan erat
dengan perubahan dalam media dan komunikasi digital, di mana narasi sering kali lebih
kuat daripada fakta.

4. Pengaruh Media Sosial:

Media sosial memainkan peran kunci dalam pembentukan narasi postruth. Mereka
memungkinkan individu untuk membagikan opini, memperkuat pemikiran kelompok,
dan mempengaruhi pandangan orang lain.

5. Polaritas Pandangan:

Polarisasi pandangan politik dan ideologis telah menjadi ciri khas era digital. Perubahan
ini dapat memperkuat fenomena postruth, karena orang cenderung mencari informasi
yang mengonfirmasi pandangan mereka sendiri.

Tinjauan pustaka ini akan memberikan dasar teoretis dan kontekstual bagi penelitian
yang akan dilakukan, yang akan membantu dalam memahami transformasi paradigma
manusia dari postmodernisme ke postruth dalam era digital.
Tentu, mari kita analisis dan bahas judul “Transformasi Paradigma Manusia dalam Era
Digital: Dari Postmodernisme ke Postruth”:

### Implikasi dan Relevansi

Pemahaman tentang transformasi paradigma ini adalah penting dalam menghadapi


tantangan yang dihadirkan oleh era digital. Ini memengaruhi cara kita mengonsumsi
informasi, mengambil keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk menjaga
pemahaman yang lebih rasional dan objektif tentang dunia, literasi informasi yang baik
dan kritis sangat penting. Selain itu, pemikiran kritis tentang narasi dan opini yang
mungkin memengaruhi persepsi kebenaran juga menjadi keterampilan yang sangat
berharga dalam era digital ini.

Kesimpulan dari judul "Transformasi Paradigma Manusia dalam Era Digital: Dari
Postmodernisme ke Postruth" adalah bahwa dalam era digital, manusia mengalami
perubahan paradigma signifikan. Dari pemahaman postmodernisme yang menekankan
pluralisme dan skeptisisme terhadap narasi tunggal, kita telah bergerak menuju
postruth, di mana fakta tampaknya dapat disesuaikan dengan narasi dan opini.
Perubahan ini dipengaruhi oleh teknologi, eksposur terhadap informasi yang besar, dan
polarisasi pandangan. Dampaknya mencakup pengambilan keputusan yang kurang
rasional dan perubahan dalam dialog sosial. Oleh karena itu, penting untuk
meningkatkan literasi informasi dan kritis agar kita dapat menghadapi tantangan
postruth dengan lebih bijak dalam era digital ini.

Anda mungkin juga menyukai