SANDIKALA
Seluruh bentuk kehidupan dan keadaan yang ada di dunia ini perlahan akan berubah
seiring berjalanya waktu. Setiap detik memaksa semua yang ada untuk tunduk kepada sang
waktu. Tak ada satupun hal yang dapat luput oleh waktu. Waktu tidak dapat direkayasa untuk
kembali ke masa lalu ataupun pergi jauh ke masa depan. Ia akan memaksa semua yang ada
untuk tunduk dan tak pernah kuasa untuk melawanya.
Dalam Lontar Kala Purana dikisahkan Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki
sesorang putra yang berwujud menyerupai raksasa Sang Hyang Kala dilahirkan tepat pada
sandikala atau pertemua antara dua waktu yang berbeda antara siang dengan malam.
Sandikala berseumber dari dua kata yaitu sandi yang berarti pertemua dan kala yang berarti
waktu. Dalam kepercayaan masyarakat Hindu di Bali, Sandikala merupakan waktu yang
sangat keramat untuk manusia. Karena pada saat itulah pertemuan antara dua elemen waktu
dan dua elemen dunia sedang terjadi. Alam manusia identik dengan waktu siang hari dan
alam makhluk tak kasat mata yang menguasai waktu malam hari.
Saat dua elemen waktu ini bertemu, manusia sangat diharapkan untuk menghentikan
atifitasnya sejenak, sebagai bentuk rasa mawas diri dan senantiasa berhati-hati, karena ketika
Sandikala semua benda dan keadaan akan tampak tidak jelas ( saru ). Jika manuasia tetap
beraktifikas ketika waktu Sandikala maka besar kemungkinan akan mengalami kecelakaan
fisik maupun ketidak seimbangan dalam faktor psikologis.
Caka. 1945