Anda di halaman 1dari 14

Anggota Kelompok 4:

1. ZAINAB UMI KHULTUM (2101421125)


2. YESSANIA ANINDHITA GUNAWAN (2101421128)
3. MUHAMMAD IQBAL (2101421131)
4. ELSA DWI HERAWATI (2101421136)
5. INKA PUTRI SURYANI (2101421138)
6. WAHID ILHAM FIKROH MUSA'ID (2101421145)
7. WULAN PUTRI PAMUNGKAS (2101421147)

Lampiran Teks Rekon

1. Pengertian Teks Rekon


Menurut Dadang (2008:13) dalam (Marista, Dhelfi, Padi Utomo, 2021) teks
rekon merupakan sebuah cerita yang membawa pendengar maupun
pembaca ke sebuah perjalanan melalui berbagai rentetan kejadian.
Kemudian, menurut Gestiana (2013:50) teks rekon merupakan sebuah teks
yang menceritakan kembali sebuah peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Teks rekon atau cerita ulang adalah teks yang menceritakan kembaii suatu
peristiwa, kegiatan, kejadian, pengalaman masa lalu yang telah dilakukan
atau diamati secara kronologis dengan tujuan untuk memberi informasi, atau
menghibur pembacanya, atau bisa keduanya. Teks rekon di dalamnya
mengisahkan tentang tokoh atau pelaku, peristiwa, dan masalah yang
dihadapinya. Cerita tokoh tentang apa yang terjadi di masa lampau sesuai
dengan urutan waktu, peristiwa, kejadian, atau kegiatan yang menimpa
seseorang.

2. Ciri-ciri teks rekon


Ciri-ciri dari teks cerita ulang, sebagai berikut:
a. Sifatnya faktual atau imajinatif.
b. Bercerita tentang kejadian di masa lalu.
c. Disusun secara kronologis.

3. Jenis-jenis teks rekon


Teks rekon terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual
(informasional), dan rekon imajinatif. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang
memuat kejadian ketika penulisnya terlibat secara langsung. Rekon faktual
(informasional) adalah cerita ulang yang memuat kejadian faktual seperti
eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain. Rekon imajinatif adalah cerita
ulang yang memuat cerita imajinatif dengan lebih detail.

4. Struktur teks rekon


Struktur teks merupakan sebuah penggambaran terkait bagaimana sebuah
teks disusun. Struktur dari teks rekon adalah:
a. Judul: Kata atau frasa kunci yang mewakili keseluruhan teks
b. Orientasi: Bagian pengenalan atau pembuka dari sebuah teks.
Biasanya memuat gambaran umum dari cerita yang akan dibawakan
seperti nama, tempat, latar belakang, dan riwayat pendidikan tokoh
yang diangkat.
c. Urutan peristiwa: Rekaman peristiwa yang terjadi dan biasanya
disampaikan melalui urutan kronologis. Bagian ini merupakan inti dari
teks.
d. Reorientasi: Pembahasan ulang peristiwa, biasanya disertai komentar
pribadi penulis. Bagian ini bersifat opsional yang artinya tidak semua
teks terdapat bagian ini.

5. Ciri kebahasaan teks rekon


Salah satu cara untuk membedakan teks rekon dengan teks naratif lainnya
adalah dengan melihat ciri kebahasaan yang dimiliki oleh teks ini. Ciri
kebahasaan teks rekon adalah:
a. Menggunakan kata penjelas waktu untuk melakukan penceritaan
waktu lampau. Seperti: pada masa itu, pada tanggal 6 Agustus 1945,
dahulu kala, dll.
b. Menggunakan kata-kata yang ditujukan untuk menunjukan urutan
peristiwa atau kronologis dalam cerita. Seperti: setelah, selanjutnya,
kemudian.
c. Menggunakan kata yang menunjukan siapa (partisipan: aku, kami,
mereka, dia, dll), apa, kapan, dimana, bagaimana. Seperti: nama
orang, ia, kita, menyenangkan, dll.
d. Menggunakan kata yang menunjukan kata tempat dan waktu. Seperti:
Tentara Rakyat Indonesia beserta rakyat sengaja membakar kota
Bandung pada tanggal 24 Maret 1946. Kerajaan yang terletak di
Lembah Sungai Mahakam, Kalimantan TImur, ini berdiri pada abad ke-
5 Masehi.
e. Menggunakan kata kerja aksi. Seperti: mengeksploitasi, meledakkan,
dll.
f. Menggunakan kata sifat. Seperti saksama, kacau, dll.

Teori Pendekatan Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran Secara Umum


Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yangdiajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka (Muslich, 2007: 41) dalam Muhtar (2012).
Komponen Pendekatan Kontekstual
Menurut Almasdi Syahza (2012) dalam Muhtar (2012) menjelaskan ada 7 komponen
utama pembelajaran model pembelajaran kontekstual, yaitu:
● Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Pembelajaran
konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif
dan produktif berdasarkan pengetahuanterdahulu dan dari pengalaman belajar yang
bermakna.
● Bertanya (Questioning)
Bertanya dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai upaya guruyang bisa
mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkansiswa untuk memperoleh
informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Pada
sisi lain, kenyataan me nunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang
selalu bermula daribertanya.
● Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti kontekstual. Kegiatan
ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolehsendiri oleh
siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilanyang diperoleh siswa tidak
dari hasil mengingat seperangkat fakta,tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta
yang dihadapinya.
● Masyarakat belajar (Learning Community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperolehdengan sharing antar teman,
antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun
di luar kelas.
● Pemodelan (Modelling)
Komponen pendekatan kontekstual ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisaditiru siswa.
Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara
mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, memper tontonkan suatu
penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akanlebih cepat dipahami siswa dari
pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan
modelnya atau contohnya.
● Refleksi (Reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajarandengan
pendekatan kontekstual adalah perenungan kembali atas pengetahuanyang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari,menelaah, dan
merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalamanyang terjadi dalam
pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan
menyadari bahwa pengetahuanyang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau
bahkan revisi daripengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam
ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap
pengetahuan-pengetahuan baru.
● Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstualadalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi
tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan
pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar
tidaknya proses belajarsiswa.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran bisa dikatakan berbasis kontekstual apabila terdapatciri-ciri yang ada
dibawah ini:
1) Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran;
2) Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi;
3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalahyang
disimulasikan;
4) Perilaku dibangun atas kesadaran diri;
5) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman;
6) Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, dan;
7) Siswa mengunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam
mengupayakan terjadinya proses pembelajaran efektif, ikut ber tanggungjawab atas
terjadinya pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke
dalam proses pembelajaran.

Penerapan Pembelajaran Kontekstual


- Kegiatan Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yangakan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual. Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa tiapkelompok ditugaskan untuk
melakukan identifikasi kebutuhandan keinginan; misalnya kelompok 1 dan 2
melakukan identifikasi kebutuhan dan keinginan pada panti asuhan, dan kelompok 3
dan 4 melakukan identifikasi kebutuhan dan keinginan pada orang miskin yang ada
di sekitar, melalui identifikasi tersebut siswa ditugaskanuntuk mencatat berbagai
macam kebutuhan dan keinginan apa saja yang ditemukan dilapangan.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakanoleh setiap
siswa.
- Kegiatan Inti
Kegiatan dilapangan, meliputi: (a) siswa melakukan identifikasisesuai dengan
pembagian tugas kelompok, dan; (b) siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan
sesuai dengan alat observasi yang telahmereka tentukan sebelumnya. Kemudian
kegiatan di kelas, meliputi: (a)siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai
dengan kelompoknya masing-masing; (b) siswa melaporkan hasil diskusietiap
kelompokmenjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
- Kegiatan penutup, yaitu: (a) dengan bantuan guru siswa menyimpulkanhasil
identifikasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harusdicapai, dan; (b) guru
menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka
dengan tema “utamakan kebutuhanbukan keinginan”.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual


Kelebihan
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalamanbelajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting,sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengankehidupan nyata.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganutaliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
1) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metodekontekstual, guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi olehtingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukanatau menerapkan
sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pendekatan Proses Informasi

Pendekatan proses informasi adalah kerangka kerja atau paradigma yang


digunakan dalam psikologi kognitif untuk memahami bagaimana manusia
memproses informasi dari lingkungan mereka. Pendekatan ini berfokus pada proses
mental yang terjadi di dalam pikiran manusia saat mereka menerima, mengolah,
menyimpan, dan menggunakan informasi.

Berikut adalah beberapa poin penting dalam pemahaman tentang Pendekatan


Proses Informasi:

1. Input: Proses dimulai dengan penerimaan informasi dari lingkungan, baik melalui
panca indera (seperti penglihatan, pendengaran, dan sentuhan) atau melalui
informasi yang diterima dari dalam diri sendiri.

2. Proses mental: Informasi yang diterima oleh individu kemudian diproses dalam
pikiran mereka. Ini mencakup sejumlah proses seperti perhatian, pengenalan pola,
pemahaman, penyimpanan dalam memori, dan pengambilan keputusan.

3. Output: Hasil dari proses tersebut adalah tindakan atau respon yang dihasilkan
oleh individu. Respon ini dapat berupa tindakan fisik atau pemikiran lebih lanjut.

4. Penyimpanan dan pemulihan: Informasi yang diproses dapat disimpan dalam


memori jangka pendek atau jangka panjang. Ketika diperlukan, individu dapat
mengambil kembali informasi tersebut dari memori.

5. Pengaruh pengalaman: Pendekatan Proses Informasi mengakui bahwa


pengalaman sebelumnya dan pengetahuan yang dimiliki individu dapat
memengaruhi bagaimana mereka memproses informasi baru.

6. Faktor individual: Pendekatan ini juga mempertimbangkan perbedaan individual


dalam proses informasi, seperti perbedaan dalam kecepatan pemrosesan, kapasitas
memori, dan strategi kognitif.

7. Model-model kognitif: Dalam Pendekatan Proses Informasi, peneliti sering


mengembangkan model-model kognitif untuk menjelaskan bagaimana informasi
diproses dalam pikiran manusia. Model-model ini dapat membantu dalam
memahami mekanisme proses mental yang terlibat dalam tugas-tugas kognitif
tertentu.

Pendekatan Proses Informasi telah digunakan dalam berbagai bidang, termasuk


psikologi, neurosains, pendidikan, dan ilmu kognitif lainnya untuk memahami
bagaimana manusia berinteraksi dengan dunia sekitarnya melalui proses-proses
kognitif mereka. Pendekatan ini telah memberikan wawasan penting tentang
bagaimana kita mengolah informasi, membuat keputusan, dan belajar.

Model Problem Based Learning


Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang dipicu oleh
permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam
kelompok untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan
serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai (Hotimah, 2020).
Metode PBL / pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan
menghadapkan siswa kepada suatu problem/masalah untuk dipecahkan atau
diselesaikan secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran. Pemecahan
masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama. Metode pemecahan masalah (problem solving)
juga dikenal dengan metode brainstorming, karena merupakan sebuah metode yang
merangsang dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Guru disarankan tidak berorientasi pada metode tersebut,
akan tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh siswa, pendapat
siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat mereka, dan sesekali
guru tidak boleh tidak menghargai pendapat siswa, sesekalipun pendapat siswa
tersebut salah menurut guru.
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada
pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk
pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran
ilmu medis di McMaster University Canada [3]. Model pembelajaran ini menyajikan
suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian
diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.
Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu :
● Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap
ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan
mengajukan masalah.
● Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta
didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
● Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap
ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
● Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru
membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama
temannya.
● Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan
masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.

Model Membaca Atas Bawah

Model Membaca Atas Bawah berpandangan bahwa pengetahuan merupakan unsur


primer dan struktur bacaan merupakan unsur sekunder. Pembaca hanya melihat
stimulus yang berupa isyarat simbol grafis seperlunya saja, selebihnya pembaca
menggunakan isyarat kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa yang telah
dimilikinya karena kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa berada di otak
pembaca dan otak pembaca berada di atas bacaan.

Proses membaca atas bawah adalah sebagai berikut:


1. Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat (membaca) lambang-
lambang grafis seperlunya saja sesuai yang dibutuhkan.
2. Rangsangan yang berupa lambang-lambang grafis yang telah dipilih
diteruskan oleh syaraf mata ke otak.
3. Pembaca memberi penafsiran (pemahaman) dari bacaan yang dibaca
berdasarkan kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa yang dimilikinya.

Lambang-lambang grafis pada dasarnya tidak punya makna apa-apa. Pembaca


tidak memperoleh makna dari simbol-simbol grafis yang dibaca, tetapi pembaca
memberikan makna atas simbol-simbol grafis yang dibaca. Contohnya adalah jika
pembaca melihat sebuah titik pada kertas, titik tersebut tidak bermakna. Titik
tersebut bermakna jika diberi tafsir pembaca. Titik yang berada di akhir deretan kata-
kata yang berbentuk klausa maka titik tersebut berarti atau bermakna sebuah tanda
berhenti. Jika titik tersebut berada di dalam peta, dimaknai sebagai letak sebuah
kota. Dalam sandi morse, titik itu diberi interpretasi sebagai lambang huruf. Dalam
bahasa Yunani, titik tersebut sebagai tanda atau simbol vokal. Jika tidak diberi
interpretasi, titik itu tidak punya makna apa-apa.

Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy dan Nutall.
Pandangan mereka diilhami dari teori psikolinguistik, yaitu pandangan tentang
adanya interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman dan Nutall menggambarkan
bahwa membaca merupakan kegiatan psycholinguistic quessing game (permainan
menebak dalam psycholinguistik). Maksudnya adalah bahwa membaca merupakan
proses yang mencakup penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukan
yang diperoleh melalui persepsi pembaca.

Dengan menggunakan MMAB, pembaca membuat prediksi (prakiraan) terhadap


bacaan yang dibacanya. Pembaca hanya melihat beberapa bagian dari bacaan
(kata kunci, bagian yang penting, dan atau kalimat pokok), kemudian pembaca
memprediksi pemahaman atau informasi secara menyeluruh yang terdapat pada
bacaan. Dengan menggunakan syarat semantik dan sintaksis, pembaca memahami
bacaan dan mengantisipasi yang akan ada pada bagian bacaan selanjutnya
ketepatan prakiraan dibuat dengan menggunakan stategi konfirmasi. Jika prediksi
kurang cermat, pembaca menggunakan strategi konfirmasi. Jika prediksi kurang
cermat, pembaca menggunakan strategi koreksi yang di dalamnya terjadi
pemprosesan isyarat tambahan untuk mencari makna bacaan Tugas mata dalam
MMAB hanyalah sekedar menyerap informasi visual dalam bentuk cahaya dan
mengubahnya menjadi energi syaraf merambat melalui jutaan serabut syaraf optik
yang kemudian diteruskan ke otak pembaca. Otak menginterpretasikan apa yang
diterimanya ke dalam bentuk pesan, lisan, berita, dan atau informasi dengan
memanfaatkan informasi visual.

Metode Ceramah dan Diskusi

Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pembelajaran dengan


mengutamakan interaksi antara guru dan siswa. Dimana seorang guru
menyampaikan materi pembelajarannya melalui proses penerangan dan penuturan
secara lisan kepada siswanya. Metode ceramah didalamnya sangat mengutamakan
ucapan dari seorang guru. Oleh karena itu, seorang guru jika menggunakan metode
ceramah dalam menyampaikan materi pembelajarannya harus menggunakan vokal
atau ucapan yang jelas agar siswa mengerti dengan apa yang disampaikan dan
kalimat yang diucapkan mudah dipahami oleh siswa serta apa yang disampaikan
oleh guru tersebut jangan monoton sehingga metode ceramah termanfaatkan
dengan baik.

Kelebihan Metode Ceramah:

1. Pembelajaran ceramah dinilai ekonomis, praktis, dan efektif untuk menyajikan


informasi, konsep ilmu dan gagasan, dengan menerapkan metode ceramah,
persiapan satu-satunya bagi guru adalah buku catatannya.
2. Suasana berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktifitas yang
sama sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.
3. melatih murid untuk menggunakan pendengaran mereka dengan baik
sehingga peserta didik dapat menangkap dan juga menyimpulkan hasil
pembelajaran dengan metode ceramah dengan cepat dan tepat.

Kelemahan Metode Ceramah:

1. Pihak guru lebih lebih aktif di dalam proses pembelajaran sedangkan murid
cenderung lebih pasif.
2. kurang cocok atau kurang serasi untuk membentuk keterampilan cenderung
membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan hanya
mengandalkan ingatan guru, kemungkinan adanya materi pelajaran yang
kurang sempurna diterima oleh peserta didik.
3. Para guru mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa sejauh
mana pemahaman mereka akan materi yang telah dipaparkan oleh guru.

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang memfokuskan pada pertukaran


pikiran antara guru dan semua siswa, pertukaran pikiran tersebut dilakukan untuk
memecahkan persoalan atau sebuah masalah yang menyangkut materi
pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa atau bahkan persoalan yang
diberikan siswa dan dipecahkan oleh siswa yang lain dan dibenarkan oleh seorang
guru. Metode diskusi sangat membantu siswa untuk melatih diri dalam berpikir logis,
melatih diri untuk memutuskan suatu perkara, dan melatih diri agar lebih bisa
menghargai pendapat orang lain.

Kelebihan Metode Diskusi:

1. Suasana kelas menjadi lebih hidup dan juga menjadi lebih bersemangat
2. Hasil dari diskusi dapat dipahami langsung oleh para peserta didik,karena
mereka secara aktif mengikuti perdebatan mengenai masalah yang telah
dipaparkan di dalam diskusi tersebut.
3. Membangun hubungan sosial yang baik di antara para peserta didik dimana
mereka dituntut dan diajarkan untuk saling menghargai pendapat dan
pemikiran orang lain, bertoleransi dengan sesama, dan juga menuntut
mereka untuk berpikir secara kritis dan juga sistematis.

Kekurangan Metode Diskusi:

1. Adanya beberapa peserta didik yang masih kurang berpartisipasi aktif dalam
metode diskusi tersebut dan juga bisa menimbulkan sikap acuh tak acuh
pada diri peserta didik dan juga tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil
dari diskusi tersebut.
2. Sulit memperkirakan hasil yang akan dicapai, karena pada metode diskusi
biasanya cenderung memakan waktu yang cukup panjang.
3. Para peserta didik terkadang cenderung kesulitan mengeluarkan ide-ide dan
pemikiran mereka secara ilmiah.

Langkah-langkah metode ceramah dan diskusi

1. Guru mempersiapkan kondisi belajar siswa


2. Guru memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi
(metode ceramah).
3. Guru mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat,
peserta dan waktu).
4. Guru merangsang seluruh peserta berpartisipasi dalam diskusi,
5. Guru memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk aktif.
6. Siswa mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang penting.

Metode Membaca SQ3R

Teknik Belajar SQ3R adalah metode pembelajaran dengan membaca secara intensif
dan rasional dengan prosedur yang sangat sistematik dan bersifat praktik. Metode
ini diperkenalkan oleh guru besar psikologi dari Ohio State University, Prof. Francis
P. Robinson pada tahun 1941.

Tahapan dalam SQ3R

Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima tahapan,


yakni:

1. Survey (penelaahan pendahuluan) yang dilakukan dengan membaca


singkat seluruh organisasi buku dengan tujuan untuk mendapatkan kesan
umum atau hal menarik dari buku tersebut;
2. Question (bertanya) dimana pembaca akan mengubah judul, topik atau
subtopik ke dalam bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui setiap
detail dari bahan bacaan;
3. Read (baca) adalah tahap menjawab pertanyaan yang sudah dibuat
sebelumnya;
4. Recite (mengutarakan kembali) dimana pembaca menulis ulang materi
dengan kalimatnya sendiri setiap informasi yang sudah didapatkan; dan
5. Review (mengulang kembali) dimana penulis membaca kembali bagian-
bagian penting pada teks atau cerita yang telah dibaca dengan tujuan untuk
memperjelas pemahaman terhadap teks atau cerita.

Daftar Pustaka

Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning


Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Edukasi, 7(3), 5. https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599

Marista, Dhelfi, Padi Utomo, A. T. (2021). Analisis Teks Rekon (Recount) Di Surat
Kabar. Jurnal Ilmiah KORPUS, 5(2), 227–234.
https://doi.org/10.33369/jik.v5i2.14741

Hidayat, M. S. (2012). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran. INSANIA:


Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 17(2).

https://campus.quipper.com/kampuspedia/teknik-belajar-sq3r

Anda mungkin juga menyukai