Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERPECAHAN PERSATUAN MENIMBULKAN

DISINTEGRASI
Muhammad Ridho Iswardhana S.IP., M.A.

ALVA FAVIAN AHNAF 5180311097


ACHMAD DAIROBBI 5180311098
SOLEH PURNOMO 5180311119
AKMAL NASHIRUDIN 5190311044

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Teori...................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
2.1 Sejarah................................................................................................................3
2.2 Permasalahan.....................................................................................................4
2.3 Dampak..............................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................5
3.1 Hubungan Kasus dan Integrasi Nasional...........................................................6
3.2 Hubungan Kasus dan Nilai-Nilai Persatuan.......................................................6
3.3 Nilai yang diambil..............................................................................................6
BAB IV....................................................................................................................7
4.1 Kesimpulan........................................................................................................7
4.2 Saran...................................................................................................................7

ii
BAB I

I.1 Latar Belakang


Menurut Yones, Yeremia adalah seorang pria berusia 68 tahun dan sudah
berkeluarga. Ia memangku sejumlah jabatan di kampungnya. Antara lain pendeta
Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), wakil ketua Klasis Hitadipa, kepala Sekolah
Theologia Atas ( STA ) Hitadipa, dan penterjemah Alkitab bahasa Moni di
Hitadipa.
berawal pada 14 September lalu, pukul 11.00 WIT. Kala itu, TPNPB di
bawah komando Karel Tipagau melalukan penyerangan di Kampung Mamba,
Distrik Sugapa. Pengojek dan anggota TNI terbunuh dalam penyerangan itu,
sementara lainnya mengalami luka-luka dan di evakuasi di Timika.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas mengapa perpecahan persatuan
dapat menimbulkan pelanggaran HAM?

I.3 Teori
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yaitu Integrasi dan Nasional.
Integrasi berasal dari Bahasa Inggris (integrate) berarti menyatupadukan atau
mempersatukan.
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Integrasi mempunyai arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan
yang utuh.
b. Secara Politis
Integrasi Nasional secara politis mempunyai arti penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional.
c. Secara Antropologi
Integrasi Nasional secara antropologis memiliki arti bahwa proses
penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga
mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.

1
2

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan


yang ada pada suatu Negara. Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan maupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak
positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia
secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan
rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya
menimbulkan masalah.

Nilai persatuan adalah nilai yang memiliki arti bahwa warga Indonesia
harus bersatu dan tidak boleh terpecah-belah karena adanya perbedaan. Sila ke-3
dalam Pancasila lambangnya merupakan sebuah pohon beringin berlatar belakang
putih yang berperan sebagai simbol negara Indonesia sendiri.
Berikut nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam sila ke-3:
a. Menggunakan bahasa persatuan Indonesia
b. Memperjuangkan dan mengharumkan nama Indonesia
c. Cinta terhadap tanah air
d. Mengutamakan kesatuan dan persatuan
e. Berjiwa patriotisme di manapun kaki berpijak
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah
KKB singkatan dari Kelompok Kriminal Bersenjata, yang merupakan
sebuah kelompok yang kerap menebar teror kepada warga sipil maupun TNI serta
Polri di wilayah Papua.
Tujuan KKB Papua adalah melepaskan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, KKB Papua dapat disebut sebagai
gerakan separatis, yang gerakannya kerap memakan korban jiwa. Sebelum lahir
dengan sebutan KKB, kelompok ini dulunya dikenal dengan Organisasi Papua
Merdeka (OPM). OPM didirikan pada 1965 untuk mengakhiri pemerintahan
Provinsi Papua dan Papua Barat, yang sebelumnya disebut Irian Jaya. Mereka
berniat untuk melepaskan diri dari Indonesia. OPM pun kerap menyuarakan
tentang referendum supaya bisa merdeka dari NKRI.
Mereka beberapa kali melakukan gerakan kriminal yang memakan korban
jiwa termasuk pendeta Yeremia Zanambani . Oleh sebab itu, pemerintah
kemudian berinisiatif untuk membentuk Otonomi Khusus bagi Papua dengan
anggaran yang besar. Sayangnya, anggaran tersebut hanya digunakan oleh
golongan elite saja, tidak sampai ke masyarakat luas. Sampai saat ini, KKB Papua
sulit diberantas karena mereka berbekal persenjataan lengkap dan mutakhir.
Beberapa aksi kejahatan yang dilakukan KKB Papua adalah melakukan
penyerangan terhadap pekerja, pembacokan, penembakan, serta pembakaran
rumah dan sekolah di beberapa wilayah di Papua.
Berawal saat Yeremias pulang, pada Jumat (18/09). Keesokan harinya,
pukul 15.00 WIT, ia bersama istrinya pergi memberi makan babi di kandang yang
jaraknya 50 meter dari rumah.
Lalu, begitu tunggu-tunggu dua ekor babinya belum datang, yang lainnya
itu sudah kasih makan. Dua belum datang. Maka isterinya itu ke rumah, sedang

3
4

dia masak untuk anak-anak," kata Timotius. Sampai pukul 18.00 WIT Yeremias
belum juga kembali ke rumah. Istrinya pun menyusul ke kandang babi.
"Jam 6 tidak datang. Istrinya kembali lagi ke kandang. Pendeta ini sudah
dibunuh," kata Timotius. Timotius mengatakan Yeremias tidak langsung
meninggal. Ia sempat bertahan hingga pukul 12 malam di kandang babi tersebut.
Minggu pagi, pemuda-pemuda datang. Langsung dia dibawa sampai di
rumahnya. Langsung hari Minggu itu, mereka tidak ibadah. Mereka kuburkan di
pinggir lapangan. Lalu mereka lari," kata Timotius. Ia melanjutkan, keterangan ini
sudah disampaikan kepada pemerintah daerah setempat, termasuk TNI dan Polri.
Kematian Yeremias menjadi misteri, namun diyakini ada sejumlah saksi
yang mendengar keterangan langsung dari pendeta itu sebelum akhirnya
meninggal. Kematian ini kemudian menimbulkan spekulasi. Landasan Teori
II.2 Permasalahan
Apa penyebab terjadinya pembunuhan pendeta Yeremia? Pembunuhan
tersebut terjadi karena adanya perpecahan nilai nilai persatuan yang
mengakibatkan saling mengutamakan tujuan kelompok. Sehingga timbul rasa
benci dan berakibat kasus pembunuhan.
Kapan terjadinya kasus pembunuhan Pendeta Yeremia? Pendeta Yeremia
terbunuh pada tanggal 19 September 2020. Semua berawal pada 14 September
lalu, pukul 11.00 WIT. Kala itu, TPNPB di bawah komando Karel Tipagau
melalukan penyerangan di Kampung Mamba, Distrik Sugapa. Pengojek dan
anggota TNI terbunuh dalam penyerangan itu, sementara lainnya mengalami luka-
luka dan di evakuasi di Timika.
Dimana kasus pembunuhan Pendeta Yeremia terjadi? Kasus ini terjadi di
papua, lebih tepatnya di Distrik Hitadipa, Papua.
II.3 Dampak
Dampak dari kasus ini dapat menimbulkan ancaman integrasi nasional.
Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam
negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Dapat disimpulkan
ancaman yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia baik dari ancaman Militer ataupun
Non-milter.
a. Ancaman Militer
5

Ancaman militer adalah ancarnan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang


dinilai mempunyai kemampuan yang dapat membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Ancaman militer dapat
berbentuk agresi wilayah, spionase ,sabotase, aksi teror bersenjata,
pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman militer ini dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Ancaman Militer Dalam Negeri
 Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis
beradasarkan sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan pusat.
 Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran
hak asasi manusia sehingga pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu
kerusuhan masal.
 Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem
atau tidak sesuai dengan kebiasan dari masyarakat indonesia.
 Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional
2. Ancaman Militer Luar Negeri
 Pelanggaran batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
 pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
 Teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.
b. Ancaman Non-Militer
Ancaman non militer mempunyai karakteristik yang berbeda dengan ancaman
militer, yakni tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat sepeni ancaman
militer. Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, penahanan dan keamanan.

Berikut ini adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :

1. Ancaman Berdimensi Ideologi

Ancaman berbasis ideologi bisa dalam bentuk penetrasi nilai-nilai


kebebasan (liberalisme) sehingga memicu terjadinya proses disintegrasi
bangsa.

2. Ancaman Berdimensi Politik


6

Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini


membuktikan jika ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim
pemerintahan, bahkan juga menghancurkan suatu negara. Masyarakat
internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti contohnya
Hak Asasi Manusia, demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, serta
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih.

3. Ancaman Berdimensi Ekonomi

a. Ancaman yang berasal dari internal bisa berupa inflasi, penangguran,


infrastruktur yang tidak memadai.

b. Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi


yang buruk, daya saing yang rendah, tidak siapnya menghadapi era
globalisasi serta tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.

4. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi

Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan


pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh masyarakat,
namun, kejahatan juga terus mengikuti perkembangan tersebut, seperti
contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.

5. Ancaman Beridmensi Keselamatan Umum

Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal
gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh
manusia, misal penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia,
pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat
transportasi.

6. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya


7

Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan, kebodohan,


keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik
vertikal, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, beserta dengan
konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
8

BAB III ANALISIS

III.1 Hubungan Kasus dan Nilai-Nilai Persatuan


Hubungan kasus dengan nilai nilai persatuan : Dari kasus ini, masyarakat
setempat tidak mencerminkan nilai nilai persatuan sehingga tidak ada rasa
persatuan dalam diri mereka. Kasus ini tidak akan terjadi jika masyarakat dapat
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan. Sehingga tumbuh rasa nasionalisme pada masyarakat.

III.2 Nilai yang diambil


Setiap warga negara berkewajiban menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan.
Terlebih, Indonesia memiliki suku, agama, dan ras yang beragam.
Penerapan nilai nilai Persatuan Indonesia diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik di rumah maupun lingkungan sekitar. Sebagai contoh :
1. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
2. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
3. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
4. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Adapun penerapan nilai nilai persatuan dalam keluarga atau rumah kita sendiri,
antara lain :
1. Giat belajar agar dapat membanggakan keluarga.
2. Mengembangkan perilaku hormat kepada anggota keluarga yang lebih tua
dan menghargai anggota keluarga yang lebih muda.
3. Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan perbadi.
4. Selalu menjaga kerukunan dengan sesama anggota keluarga.
9

Dengan menerapkan nilai nilai persatuan masa rasa nasionalis dan kepedulian
antar sesama akan muncul meskipun berbeda agama, ras, dan suku. Sehingga
tidak timbul perpecahan antar sesama bangsa Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN

Indonesia negara yang sangat besar baik dari segi kebudayaan maupun
wilayahnya dapat disimpulkan bahwa sila Persatuan Indonesia merupakan
pedoman dan kunci keberlangsungan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam suku, agama dan ras serta kebudayaan ini, terutama dalam mendongkrak
semangat generasi pemuda Indonesia untuk mempertahankan keutuhan
Bangsanya.
,Kejadian pembunuhan pendeta dan masyarakat sipil di papua itu
merupakan bentuk pelanggaran HAM yang disebabkan oleh berbagi oknum
sepertu KKB(Kelompok Kriminal Bersenjata) dan OPM(Organisasi Papua
Merdeka) Kelompok-kelompok tersebut seringkali menebar teror kepada warga
sipil bahkan tak segan membunuh. Dari kejadian tersebut kita dapat simpulkan
bahwa sangat perlunya integrasi nasional dan rasa saling toleransi sesama
manusia.
IV.1 Saran
Kami sangat mengharapkan kesadaran mahasiswa ataupun masyarakat
akan pentingnya penerapan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari
seperti sila “Persatuan Indonesia”.
Demi memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhineka Tunggal Ika. dan supaya tidak terjadi peperangan Antar suku yang
memicu terpecah belahnya bangsa dan agar dapat mewujudkan indonesia damai
tentram sejahtera hingga dapat menjadi bangsa yang maju.

10

Anda mungkin juga menyukai