Anda di halaman 1dari 11

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA DALAM MENJAGA KEUTUHAN

WILAYAH NKRI DARI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

Disusun:
Ns. Villia Deanti Putri, S.Kep (199103102022032005)
Ahli Pertama-Perawat
UPTD RS S.K Lerik Kota Kupang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan Bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita warga Negara yang telah tertuang ke
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia yaitu
melindung segala hal atau komponen yang membentuk Bangsa Indonesia di antaranya rakyat,
sumber daya alam, sumber daya manusia, serta nilai-nilai, norma dan budaya yang hidup di
masyarakat termasuk hak asasi manusia. Tujuan yang kedua adalah memajukan kesejahteraan
umum, yaitu memberikan jaminan dan kesejahteraan bagi setiap warga negaranya dalam
berbagai aspek. Tujuan yang ketiga adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu, setiap warga
Negara Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Tujuan keempat
adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (Nugroho, H, 2021).

Dalam rangka mencapai tujuan nasional itu, maka diperlukan adanya ASN yang
professional, bebas dari politik dan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN dalam tugas
dan tanggung jawabnya memiliki 3 (tiga) fungsi, yaitu pelaksana kebijakan publik, pelayanan
publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Oleh karena itu, ASN perlu memiliki wawasan
kebangsaan sebagai suatu konsep cara pandang yang didasari akan kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi dalam Modul
Pelatihan Dasar CPNS (2021) mengatakan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang
Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selain itu, ASN juga harus memahami nilai-nilai bela negara guna mencapai tujuan
nasional seperti yang tercantum di atas. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada banyak
ancaman yang dapat merusak keutuhan wilayah NKRI. Ancaman tersebut bisa jadi merupakan
ancaman yang nyata seperti terorisme, adanya perkembangan aliran yang tidak sesuai dengan
Pancasila (contohnya paham komunisme, liberalisme), bahaya narkoba, maraknya berita hoax,
dan pencemaran. Selain itu, ada pula potensi ancaman dari luar wilayah NKRI seperti agresi
militer, sabotisme, spionisme, dan aksi terorisme negara lain, dan gerakan separatis.

1.2 Konsep Wawasan Kebangsaan/ Bela Negara

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap system nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila , UUD
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan Negara demi mencapai yang aman, adil, makmur, dan sejahtera (Lembaga
Administrasi Negara, 2021).

Wawasan kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki 4 konsesus


dasar,sebagai berikut:

1. Pancasila
Pancasila merupakan landasan bagi kokoh tegaknya Negara dan Bangsa. Selain itu,
Pancasila juga memiliki fungsi lain seperti sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok
bangsa.
2. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 merupakan dasar dari segala undang-undang dan hukum di Indonesia. Hal ini
berarti bahwa setiap peraturan perundang-undangan yang akan dibuat oleh Pemerintah
Indonesia harus mengacu kepada UUD 194.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Sesuai dengan makna Bhinneka Tungal Ika yang terkutip dalam Kakawain Sutasoma,
semboyan ini berarti berbeda-beda tetapu hakekatnya satu. Hal ini berarti meskipun
NKRI terdiri dari banyak perbedaan dalam berbagai aspek tetai pada hakekatnya tetap
satu.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa
proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan
kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Lembaga Administrasi Negara, 2021).

Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara
mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan
untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan
sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara (Agung, I Gusti, 2016).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa keikutsertaan warga
negara dalam usaha bela negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dengan pembinaan kesadaran bela negara dengan menanamkan nilai dasar bela negara (Lembaga
Administrasi Negara, 2021). Adapun nilai-nilai bela negara, sebagai berikut:

1. Cinta tanah air


2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal bela negara
1.3 Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang ingin diangkat oleh penulis adalah adanya bahaya dari sikap
diskriminasi SARA (suku, agama, ras, antargolongan) di Indonesia. Seperti yang diketahui, saat
ini banyak sekali paham-paham dan aliran-aliran baru maupun organisasi- organisasi yang
mengatasnamakan agama, suku atau golongan tertentu yang dapat memecah belah Bangsa
Indonesia. Sejauh ini sudah banyak contoh kasus diskriminasi SARA yang terjadi di Indonesia
seperti kasus konflik suku di Sampit yang terjadi karena adanya konflik antara suku Dayak asli
dan orang pendatang dari Madura, dan kasus konflik SARA di Papua yang terjadi karena adanya
kelompok separatisme dari kelompok suku di Papua.

Selain itu, sikap diskriminasi SARA juga ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari. Seperti contoh masyarakat memandang orang yang berkulit putih lebih baik dan
lebih rupawan dibandingkan dengan orang yang berkulit gelap. Contoh lain bisa dilihat dimana
masyarakat memandang orang-orang yang tinggal di daerah timur Indonesia seperti di NTT,
Maluku maupun Papua sebagai orang yang terbelakang. Munculnya stigma-stigma tertentu
terhadap suatu suku maupun agama juga dapat memicul masalah lain yang dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan NKRI. Pada akhirnya, tidak sesuai dengan Pancasila dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.

1.4 Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas Latsar (Pelatihan Dasar) CPNS
2021 sebagai syarat kelulusan. Namun di lain sisi makalah ini disusun agar lebih memahami
tentang pentingnya wawasan kebangsaaan dan sikap bela negara sebagai seorang ASN. Penulis
juga berharap dengan disusunnya makalah ini, penulis dapat lebih mampu mengidentifikasi
ancaman-ancaman yang dapat merusak keberlangsungan NKRI. Pada akhirnya, penulis dapat
mempraktikan nilai-nilai bela negara dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai ASN di
lingkungan kerja dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Masalah

Indonesia adalah Negara yang beragam. Keberagaman Bangsa Indonesia terjadi karena
Indonesia adalah Negara kepulauan, dimana setiap pulau di pisahkan oleh lautan. Oleh karena
itu, Indonesia memiliki banyak budaya, bahasa, agama dan ras. Masyarakat di Indonesia
menganut 6 agama, yaitu islam, kristen, katolik, budha, hindu, dan kong hu cu. Berdasarkan data
sensus 2010, jumlah keseluruhan suku di Indonesia adalah 1340 suku (dilansir dari
Indonesia.go.id). Sedangkan, jumlah keseluruhan bahasa di Indonesia adalah 718 bahasa
(dilansir dari Kemendikbud.go.id).

Masalah dan ancaman yang merusak persatuan dan kesatuan NKRI dapat terjadi jika
masing-masing suku, agama, golongan merasa paling baik, benar, dan paling penting dan
kemudian memandang rendah dan remeh suku, agama, golongan lain. Adanya perbedaan kaum
mayoritas dan minoritas juga sering memicu perpecahan. Terkadang golongan mayoritas dalam
suatu negara sering memandang sebelah mata golongan minoritas karena merasa bahwa suatu
berdiri karena banyaknya orang dalam golongannya. Sikap seperti yang disebut di atas inilah
yang memicu timbulnya kelompok-kelompok atau aliran-aliran baru yang dapat memecah
NKRI.

Sikap tidak menghargai, dan menghormati satu sama lain dan suka merendahkan orang lain
serta suka membeda-bedakan sikap ketika memperlakukan orang lain berdasarkan suku, agama,
ras, golongannya adalah akar masalah dari munculnya konflik SARA di Indonesia dan yang
paling sering memicu munculnya sikap diskriminasi dan konflik antar SARA. Contoh paling
sederhana dapat kita lihat dari adanya perbedaan perlakuan antara orang yang berkulit terang
dengan gelap ataupun orang yang berambut lurus dianggap lebih menarik dari rambut keriting.
Hal-hal seperti ini sering terjadi di tengah masyarakat Indonesia di mana orang yang berkulit
gelap dan rambut keriting menjadi bahan lelucon dan ejekan masyarakat.
2.2 Solusi Pemecahan Masalah

Untuk mencegah terjadinya konflik-konflik seperti hal yang disebutkan di atas, setiap warga
negara harus memahami nilai-nilai setiap sila di Pancasila dan arti dari semboyan dari Bhinneka
Tunggal Ika. Selain itu, diperlukan juga adanya pemahaman tentang nilai-nilai bela negara
seperti:

1. Cinta tanah air


Cinta tanah air dapat diwujudkan dengan menjaga pekarangan rumah dan wilayah
RT/RW, contohnya bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan gotong royong di wilayah
RT/RW, memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia melalui profesi dan pekerjaan
yang ditekuni, dan bangga menggunakan hasil karya atau produk asli Indonesia.
Sehingga dengan demikian masing-masing warga negara bisa bangga menjadi Warga
Negara Indonesia.
2. Sadar berbangsa dan bernegara
Contoh sederhana dalam penerapan nilai bela Negara ini adalah ikut aktif dalam
pemilihan umum, dan aktif dalam organisasi-organisasi yang ada di dalam
masyarakat,profesi maupun politik misalnya aktif dalam kegiatan PKK untuk kaum ibu-
ibu, atau aktif berpartisipasi dalam masing-masing organisasi profesi,seperi PPNI yaitu
organisasi profesi perawat Indonesia, serta terlibat dalam kegiatan poskamling suatu desa.
Contoh lain adalah menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya saat
berkendara sepeda motor menggunakan helm.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi Negara
Nilai bela negara ini dapat diimplementasikan melalui taat beribadah sesuai pengamalan
sila 1, saling membantu antaranggota masyarakat sesuai pengamalan sila 5, terlibat di
dalam musyawarah mufakat saat memutuskan suatu keputusan sesuai dengan sila 4, tidak
membeda-bedakan perlakuan terhadap orang lain seperti pengamalan sila ke 2,
melakukan tugas dan tanggung jawab sesuai profesi sesuai dengan pengamalan sila ke 3.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
Salah satu implementasi dari nilai bela negara ini adalah berpartisipasi aktif dalam
pembangunan Bangsa dan Negara. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan profesinya
dengan penuh tanggung jawab dan selalu bersedia mengembangkan kemampuan diri
untuk membantu memajukan pembangunan Bangsa Indonesia sesuai dengan profesi yang
ditekuni. Selain itu, nilai ini bisa diwujudkan dengan kerelaan hati bergabung ke dalam
Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (Polri). TNI dan Polri
adalah pertahanan utama Bangsa Indonesia.

5. Kemampuan awal bela Negara


Sebagai warga Negara Indonesia, maka setiap orang wajib menjaga kesehatan tubuh dan
mentalnya dengan cara rajin berolahraga dan makan makanan sehat, sehingga setiap
warga negara mampu melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mampu menjaga
persatuan dan kesatuan Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Penutup

Berdasarkan hasil pemaparan identifikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Wawasan
kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila , UUD 1945, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
Negara demi mencapai yang aman, adil, makmur, dan sejahtera (Lembaga Administrasi Negara,
2021). Adapun 4 konsesus dasar wawasan kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika.

Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara
mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan
untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan
sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara (Agung, I Gusti, 2016). Nilai- nilai
bela negara adalah cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai
ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela negara

Sikap tidak menghargai, dan menghormati satu sama lain dan suka merendahkan orang lain
serta suka membeda-bedakan sikap ketika memperlakukan orang lain berdasarkan suku, agama,
ras, golongannya adalah akar masalah dari munculnya konflik SARA dan yang paling sering
memicu munculnya sikap diskriminasi dan konflik antar SARA di Indonesia.

Untuk mencegah terjadinya konflik-konflik seperti hal yang disebutkan di atas, setiap warga
negara harus memahami nilai-nilai setiap sila di Pancasila dan arti dari semboyan dari Bhinneka
Tunggal Ika. Selain itu, diperlukan juga adanya pemahaman tentang nilai-nilai bela negara.
Pemahaman tentang wawasan kebangsaan dan nilai bela negara dapat dilakukan melalui
tindakan sederhana yang biasa dilakukan di tengah masyarakat.

3.2 Rekomendasi

Dalam hal ini penulis menuliskan beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wawasan kebangsaan dan nilai bela negara, yaitu
dengan:

a. Diadakannya materi kewarganegaraan dan sejarah berdirinya Bangsa Indonesia di


sekolah-sekolah untuk memupuk rasa bangga atas Bangsa Indonesia sejak kecil.
b. Diadakan kembali kegiatan-kegiatan masyarakat seperti gotong royong, acara perayaan
Hari Kemerdekaan Indonesia untuk memupuk rasa kebersamaan dan menghargai satu
sama lain sebagai warga negara Indonesia.
c. Diadakan adanya program pertukaran kebudayaan antarsuku dan antarbahasa di
Indonesia sehingga masing-masing suku dan bahasa lebih menghargai budaya dan bahasa
dari suku lain.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan Bela Negara. Diunduh dari


0c505977480375a7625748533db608b9.pdf (unud.ac.id) pada tanggal 12 September 202
pukul 13.09

Indonesian Student. (2022). 14 Contoh Konflik di Indonesia Yang Pernah Terjadi. Diunduh dari
√ 14 Contoh Konflik di Indonesia Yang Pernah Terjadi | IndonesiaStudents.com pada tanggal 12
September 2022 pukul 14.10.

Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra (2022).Daftar Bahasa Daerah Di Indonesia.


Diunduh dari Daftar Bahasa Daerah di Indonesia (kemdikbud.go.id) pada tanggal 12
September 2022 pukul 14.15.

Lembaga Administrasi Negara. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Wawasan
Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara. Diunduh dari materi%20latsar/1.%20Modul
%20Wawasan%20kebangsaan%20dan%20Nilai%20BN.pdf pada tanggal 12 September
13.10.

Lembaga Administrasi Negara. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Wawasan
Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara (PPT). Diunduh dari
materi%20latsar/1.%20Modul%20Wawasan%20kebangsaan%20dan%20Nilai
%20BN.pdf pada tanggal 12 September 2022 pukul 13.10.

Lembaga Administrasi Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Kesiapan Bela
Negara Diunduh dari Modul 8 Kesiapsiagaan Bela Negara.pdf pada tanggal 12
September 2022 pukul 13.10

No Name (2017). Suku Bangsa. Diunduh dari Indonesia.go.id - Suku Bangsa pada tanggal 12
September 2022 pukul 14.15.

Nugroho, H. (2017). Bela Negara Sebagai Karakter Dasar ASN. Diunduh dari Bela Negara
sebagai Karakter Dasar ASN (kemenkeu.go.id) pada tanggal 12 September 2022 pukul
14.00.

Anda mungkin juga menyukai