Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Secara bahasa (etimologi), Bhinneka
memiliki arti yaitu beraneka ragam, tunggal memiliki arti yaitu satu, dan Ika memiliki arti
yaitu itu. Bila kita gabungkan ketiga kata tersebut, maka secara bahasa Bhinneka Tunggal Ika
memiliki arti “beraneka ragam satu itu.”
Kemudian, agar penerjemahannya tidak terlalu kaku, maka Bhinneka Tunggal Ika secara
bahasa dapat diartikan menjadi “Berbeda-beda tapi tetap satu kesatuan.”
Berdasarkan pasal 36A UUD 1945, Bhinneka tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia.
Mengapa dijadikan semboyan Negara Indonesia? Alasannya, karena arti dari Bhinneka
Tunggal Ika mewakili karakteristik negara Indonesia.
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya, bahasa,
agama dan lain-lain. Meskipun beranekaragam, tetapi negara Indonesia tetap satu kesatuan.
Perbedaan diantara warga masyarakatnya bukan menjadi alasan untuk saling bermusuhan,
namun perbedaan diantara warga masyarakatnya justru menjadi keunikan yang menambah
kekayaan negara Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari syair jawa kuno (kakawin), adapun kakawin tersebut
adalah Kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Empu Tantular (seorang pujangga pada masa
Kerajaan Majapahit).
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan pada pupuh 139 bait 5 pada Kakawin
Sutasoma, yaitu :
Pada masa Kerajaan Majapahit, kalimat Bhinneka Tunggal Ika menjadi doktrin bagi para
penganut Budha dan Hindu-Siwa agar bisa hidup rukun dan damai walaupun dalam
perbedaan, bahkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika ini diyakini merupakan salah satu sebab
Kerajaan Majapahit dapat menyatukan nusantara.
Begitu terkenalnya kalimat ini, sehingga dapat melintasi zaman, yaitu dari zaman Kerajaan
Majapahit hingga zaman Pergerakan Nasional Indonesia bahkan sampai zaman sekarang.
Pada zaman Pergerakan Nasional Indonesia, Muhammad Yamin mencetuskan kalimat
Bhinneka Tunggal Ika beberapa kali dalam Sidang BPUPKI serta mengusulkan kepada
Soekarno untuk dijadikan sebagai semboyan negara. Soekarno menerima usulan Muhammad
Yamin untuk menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
Setelah Indonesia merdeka, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara diakui melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 dalam pasal 5 yang berbunyi “Di bawah
lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno, yang
berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA.”
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tertulis dalam sebuah pita berwarna putih, digenggam erat
oleh kedua cakar lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila.
Selanjutnya, pengakuan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara Indonesia juga
diperkuat dalam hasil amandemen kedua UUD 1945, yakni pasal 36A yang berbunyi
“Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.”
Melalui pengakuan dan penguatan tentang Bhinneka Tunggal Ika melalui peraturan
perundang-undangan tersebut, akhirnya bangsa Indonesia yang hidup pada saat ini dapat
mengenal tentang semboyan dimaksud meskipun Bhinneka Tunggal Ika ini berasal dari lintas
zaman (zaman majapahit hingga saat ini).
Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka prinsip ini memiliki arti bahwa Bhinneka
Tunggal Ika dapat membentengi bangsa Indonesia agar tidak fanatik kepada suatu
doktrin tertentu dan menolak paham yang berbeda dengannya, serta tidak bersifat
ingin berkelompok sendiri terpisah-pisah dari kelompok lainnya.
4. Bersifat Konvergen
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, konvergen memiliki arti bersifat menuju
satu titik pertemuan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka prinsip ini memiliki arti
bahwa Bhinneka Tunggal Ika dapat menyatukan perbedaan yang dimiliki bangsa
Indonesia menuju satu titik pertemuan yang sama, yaitu menjaga keutuhan bangsa dan
negara Indonesia.
LATIHAN SOAL
11. Orde Baru yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun akhirnya runtuh, ditandai dengan
Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menyerahkan jabatannya pada B.J Habibie.
Berikut ini yang bukan merupakan penyebab runtuhnya Orde Baru adalah …
a. Politik tidak stabil akibat partai politik mementingkan kelompoknya masing-masing
b. Krisis ekonomi yang melanda masyarakat
c. Meningkatnya angka pengganguran
d. Terungkapnya praktik KKN di kalangan pejabat pemerintah
e. Terjadinya krisis kepercayaan
12. Perkembangan demokrasi di Indonesia diawal kemerdekaan ditandai dengan
dilaksanakannya Demokrasi Liberal dengan berdasarkan UUDS tahun 1950. Dalam
pelaksanaan demokrasi praktik demokrasi tersebut terdapat penyimpangan terhadap
Pancasila khususnya sila ke-3 yaitu …
a. peristiwa yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan yang lainnya
b. terjadi instabilitas politik akibat kabinet sering berganti
c. rakyat tidak diberi kebebasan untuk mendirikan partai politik
d. Indonesia terkucil dari pergaulan internasional karena menolak berhubungan dengan
blok barat
e. gagal dalam menjalankan pemilihan umum yang merupakan pesta rakyat dalam
menyalurkan aspirasi
13. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila tidak hanya dalam kehidupan bernegara, tetapi
pelaksanaan Demokrasi Pancasila dapat dilaksanakan di keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Berikut ini yang bukan penerapan Demokrasi Pancasila di lingkungan
masyarakat adalah …
a. Pemilihan organisasi masyarakat melalui musyawarah
b. Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat
c. Berpatisipasi dalam rapat HUT Kemerdekaan RI di balai desa
d. Ikut berpartisipasi dalam iuran desa
e. Berlaku adil terhadap semua anggota keluarga tanpa pilih kasih