Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313410545

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH MASYARAKAT PESISIR DI DESA SANGSIT

Article in JURNAL WIDYA LAKSANA · January 2017


DOI: 10.23887/jwl.v5i2.8494

CITATIONS READS

6 2,972

3 authors:

Indra Christiawan Putu Ananda Citra


Ganesha University of Education Ganesha University of Education
37 PUBLICATIONS 75 CITATIONS 33 PUBLICATIONS 90 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Made Arie Wahyuni


Ganesha University of Education
23 PUBLICATIONS 71 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Indra Christiawan on 15 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH MASYARAKAT PESISIR


DI DESA SANGSIT
Putu Indra Christiawan1, I Putu Ananda Citra2, Made Arie Wahyuni3
1,2
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, 3Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail: indra.christiawan@undiksha.ac.id

Abstrak
Desa Sangsit merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Buleleng yang memiliki sumberdaya
kelautan yang potensial. Kenyataan ini didukung dengan peningkatan produktivitas hasil tangkapan
ikan, terutama masyarakat pesisir yang bermata-pencaharian sebagai nelayan. Meskipun
produktivitas hasil tangkapan ikan meningkat, tetapi kondisi ekonomi masyarakat nelayan terkategori
miskin. Kemiskinan ini dimanifestasikan dalam wujud permukiman kumuh. Berdasarkan dari
fenomena tersebut, kegiatan ini memiliki tujuan untuk: (1) mendesain visi misi penataan permukiman
kumuh masyarakat pesisir, (2) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat pesisir,
khususnya masyarakat nelayan di dalam menjaga kualitas permukiman dan (3) menata permukiman
kumuh masyarakat pesisir yang sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan
masyarakat nelayan dalam menata permukiman skala mikro. Pelaksanaan inti kegiatan P2M ini
dalam format pembinaan, pelatihan dan pendampingan yang mengkhusus pada masing-masing
rumah mitra. Narasumber dalam kegiatan ini adalah pakar lingkungan dan permukiman, yaitu Prof.
Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si. Materi pembinaan dan pelatihan yang telah dilaksanakan meliputi
identifikasi karakteristik permukiman kumuh dan strategi penataan permukiman kumuh serta praktek
penataan permukiman kumuh skala mikro yang meliputi penataan bangunan rumah, fasilitas rumah,
sanitasi, kondisi lingkungan dan penataan keindahan. Evaluasi kegiatan P2M ini dilakukan terhadap
proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berupa penilaian kinerja yang meliputi semangat, kerja-
sama dan keterbukaan mitra termasuk kemampuan mitra dalam menata permukiman, sementara
evaluasi produk dilakukan terhadap hasil kinerja mitra berupa hasil penataan pada masing-masing
komponen permukiman skala mikro. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dengan bantuan rubrik
penilaian, serta dianalisis dan diinterpretasi secara deskriptif. Hasil kegiatan P2M ini berjalan sesuai
dengan rencana dan disambut positif dan antusias oleh mitra. Pasca mengikuti kegiatan P2M
terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan mitra di dalam menata
permukiman kumuh untuk menjadi permukiman yang memenuhi syarat-syarat rumah sehat.

Kata kunci: Permukiman Kumuh, Penataan Permukiman Skala Mikro

Abstract
Sangsit village is part of the district of Buleleng that have the potential of marine resources. This fact
is supported by the increased productivity of fish catches, especially coastal communities as
fishermen. Although the fish catches productivity is increased, but the economic conditions of the
fishermen communities are categorized poor. Poverty is manifested in the form of slums. Based on
this phenomenon, these activities aim to: (1) designing the vision and mission of structuring the slums
of coastal communities, (2) improving the knowledge and understanding of coastal communities,
especially the fishing community in maintaining the quality of the housing and (3) organize the slums
of coastal communities which is in line with efforts to increase the abilities and skills of fishing
communities in managing micro-scale settlements. The core of implementation activity is in the format
of coaching, training and mentoring in each house partners. Professional persons who give the
knowledge in this activity are environmental experts and settlements, namely Prof. Dr. I Gede Astra
Wesnawa, M.Sc. Coaching and training materials that have been implemented include the
identification of the characteristics of slums and slum settlements strategies and practices of micro-
scale slum settlements which include the arrangement of house building, house facilities, sanitation,
environmental conditions and the aesthetic. This activity evaluation was conducted on processes and
products. Evaluation process in the form of performance assessment that includes the spirit,
cooperation and openness of partners including the ability of partners in managing the settlement,
while the product evaluation conducted on the results of the performance of partners in the form of the
arrangement of the individual components of micro-scale settlements. Likert scale is used to scoring

Jurnal Widya Laksana | 52


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

with an assessment rubric, and analyzed and interpreted descriptively. Results of this activity is
progressing as planned and welcomed positive and enthusiastic partner. Post follow the activities of
this activity there is an increased knowledge and understanding and ability in managing partner in the
slums to become a settlement that meets the requirements of a healthy home.

Keywords: Slum Settlement, Micro Scale Settlement Arrangement

PENDAHULUAN individu lain dalam suatu kelompok.


Pulau Bali sebagai bagian dari Berdasarkan hasil penelitian yang sama,
negara maritim Indonesia adalah wilayah ditemukan bahwa pendapatan terendah
kepulauan yang memiliki sumberdaya adalah kurang dari Rp 500.000,- dan
bahari yang sangat kaya dan berlimpah tertinggi adalah sebesar Rp 2.000.000,-
(biodiversity). Sumberdaya bahari ini perbulan. Pendapatan kelompok nelayan
terdiri dari keberlimpahan hasil tangkapan, yang termasuk berpendapatan rendah
keindahan terumbu karang, pantai yang tersebut juga disebutkan tidak secara
eksotis dan berbagai kebermanfaatan dari konsisten didapatkan nelayan di setiap
hutan mangrove. Secara teoritis bulan.
masyarakat pesisir pada umunya dan Sementara dari sisi permukiman
masyarakat nelayan pada khususnya terlihat bahwa sebagian besar kondisi
adalah masyarakat yang memiliki tingkat rumah tinggal dari masyarakat pesisir
kesejahteraan yang tinggi. Hal ini berada dalam kategori tidak layak huni
dikarenakan segmen masyarakat ini dan cenderung bersifat kumuh (Wesnawa,
merupakan masyarakat dengan 1993). Kondisi ini terlihat dari luas
kehidupan dan penghidupan yang halaman yang sempit, sanitasi yang
bersentuhan secara langsung dengan rendah, fasilitas pendukung yang tidak
berbagai keberlimpahan sumberdaya lengkap dan tata letak yang tidak sesuai
hayati tersebut. dengan peruntukan, khususnya tata letak
Kenyataan dari kondisi perlengkapan melaut (Suparlan, 1995).
kesejahteraan masyarakat pesisir, Kemampuan sumberdaya finansial
khususnya pada masyarakat nelayan yang rendah secara langsung akan
sangat berlawanan dengan kondisi yang mengurangi perhatian masyarakat
diharapkan. Sebagian besar masyarakat nelayan di dalam memperbaiki dan
nelayan yang yang berdomisili di dekat memelihara kualitas rumah. Hal ini
pantai dan mencurahkan aktivitas dikarenakan sumberdaya finansial yang
ekonomi hanya pada aktivitas melaut berasal dari pendapatan yang rendah
memiliki kondisi sosial ekonomi yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
rendah, bahkan beberapa berada di dalam pokok anggota keluarga. Kondisi ini akan
lingkaran kemiskinan. Kondisi sosial mengakibatkan dampak permasalahan
ekonomi yang rendah ini terutama dialami permukiman yang dihadapi oleh
kelompok nelayan sebagai masyarakat masyarakat pesisir akan menjadi lebih
pesisir di Desa Sangsit, Kecamatan luas dan kompleks. Dampak negatif dari
Sawan (BPS Kec.Sawan, 2014). Kondisi keberadaan permukiman kumuh ini tidak
sosial ekonomi masyarakat pesisir, hanya bersifat mikro yang dialami
khususnya kelompok nelayan dapat langsung oleh pemukim, tetapi dapat
ditunjukkan dengan tingkat pendapatan bersifat meso maupun makro yang
dan tingkat kekumuhan rumah tempat dirasakan juga oleh masyarakat yang
tinggal mereka. Hasil penelitian Sintiawati berada di sekitar permukiman kumuh
(2014) menunjukkan bahwa sebagian tersebut. Permasalahan permukiman
besar pendapatan rata-rata masyarakat kumuh ini akan dapat menurunkan
pesisir yang bermata pencaharian nelayan kualitas lingkungan pesisir dan pantai,
di Desa Sangsit adalah dalam kisaran Rp serta lebih jauh dapat merusakan
500.000,- hingga Rp 1.000.000 per bulan. ekosistem laut yang akan berdampak
Pendapatan tersebut secara individual pada pengurangan hasil tangkapan ikan
bervariasi antara satu individu dengan masyarakat pesisir yang bermata

Jurnal Widya Laksana | 53


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

pencaharian sebagai nelayan di Desa dilaksanakan sangat diharapkan mampu


Sangsit. untuk meningkatkan pemahaman dan
Berdasarkan permasalahan kemampuan masyarakat berkaitan
permukiman kumuh tersebut, maka dengan membangun lingkungan
diperlukan suatu solusi yang visioner. permukiman yang lebih berkualitas dan
Solusi visioner yang dimaksud adalah layak huni, serta masyarakat yang
solusi yang tidak hanya bersifat memiliki kesadaran mandiri terhadap
meningkatkan kualitas permukiman kondisi lingkungan tempat tinggal mereka.
masyarakat nelayan, tetapi juga dapat
sebagai pondasi awal di dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
pengembangan wilayah pesisir di Desa Kegiatan Persiapan Pelaksanaan
Sangsit. Solusi visioner yang dibutuhkan Program P2M
adalah dengan penataan permukiman Pada tahap awal pelaksanaan
masyarakat nelayan di Desa Sangsit. program P2M telah dilaksanakan kegiatan
Penataan permukiman yang menjadi persiapan meliputi pengurusan ijin
fokus kegiatan adalah penataan pelaksanaan, survei lokasi dan koordinasi
permukiman skala mikro. Penataan dengan mitra, Kegiatan persiapan ini
permukiman masyarakat nelayan skala dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari
mikro adalah penataan lingkungan satuan bulan Maret sampai pada bulan Juni 2016.
rumah tempat tinggal dari masyarakat Hasil kegiatan survei lokasi dan koordinasi
tersebut. Penataan permukiman skala adalah: (1) menetapkan 3 keluarga
mikro ini meliputi penataan bangunan nelayan sebagai mitra, yaitu Bapak
rumah, fasilitas rumah, sanitasi, kondisi Kusniadi, Bapak M.Salim dan Bapak
lingkungan, aspek estetis dan aspek Hambali serta (2) waktu pelaksanaan
arsitektural. Penataan permukiman kegiatan P2M ditetapkan mengambil hari
tersebut dibutuhkan sebagai upaya Jum’at dengan pertimbangan bahwa pada
optimalisasi penataan kawasan hari itu ketiga mitra pada khususnya dan
permukiman masyarakat pesisir, masyarakat nelayan pada umumnya tidak
eksplorasi sumberdaya wilayah pesisir melaut karena adanya kegiatan Jum’atan,
dan pengembangan ekonomi pesisir. mengingat seluruh mitra adalah
masyarakat muslim.
METODE
Metode yang digunakan untuk Kegiatan Pembinaan
memecahkan permasalahan permukiman Kegiatan pembinaan dilaksanakan
kumuh masyarakat nelayan di Desa pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2016
Sangsit terdiri dari 3 metode, yaitu bertempat di Banjar Pabean Sangsit,
pembinaan, pelatihan dan pendampingan. tepatnya pada halaman rumah salah satu
Pertama, pembinaan melalui diskusi mitra, yaitu Bapak Hambali. Kegiatan ini
tentang dampak negatif permukiman dilaksanakan selama 3 jam dari pukul
kumuh terhadap kualitas kehidupan dan 15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA
penghidupan masyarakat pesisir, bersama tim pelaksana, narasumber,
khususnya masyarakat nelayan di Desa kepala dusun serta seluruh mitra.
Sangsit. Kedua, pelatihan tentang strategi Kegiatan pembinaan dalam program P2M
penataan permukiman kumuh skala mikro yang disampaikan kepada mitra ini
yang secara langsung meningkatkan merupakan transfer Ipteks tentang
kualitas lingkungan tempat tinggal dan dampak negatif permukiman kumuh yang
sekaligus meningkatkan kesadaran diawali dengan penyampaian batasan
mandiri dalam menjaga kebersihan serta permukiman kumuh, karakteristik, faktor
keteraturan sarana prasarana rumah penyebab dan dampak negatif dari
tempat tinggal. Ketiga, pendampingan keberadaan permukiman kumuh. Secara
dalam menata permukiman kumuh skala tidak langsung terlihat bahwa mitra
mikro secara bertahap dengan sebenarnya telah merasakan bahwa
pendekatan community based lingkungan tempat tinggal yang dimukimi
development Kegiatan pembinaan, termasuk ke dalam kategori kumuh. Akan
pelatihan dan pendampingan yang tetapi, mereka belum memiliki

Jurnal Widya Laksana | 54


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

pengetahuan untuk dapat mengidentifikasi dengan lokasi yang sama dengan tempat
faktor-faktor penyebab, proses serta kegiatan pembinaan, yaitu bertempat di
bentuk kekumuhan, baik yang terdapat di depan halaman rumah Bapak Hambali.
dalam rumah maupun di lingkungan Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam
sekitar rumah. Berdasarkan kondisi dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00
tersebut, maka tim pelaksana P2M WITA bersama seluruh tim pelaksana
bersama narasumber memberikan P2M, narasumber, kepala dusun serta
pembinaan tentang dampak negatif seluruh mitra. Kegiatan pelatihan dalam
permukiman kumuh secara mendetail, program P2M merupakan kegiatan
sehingga dapat memperkuat pola pikir lanjutan dari kegiatan pembinaan.
mitra terhadap kondisi dan kualitas Kegiatan pelatihan ini memfokuskan pada
lingkungan tempat tinggal yang baik, strategi penataan permukiman kumuh
sekaligus merancang visi misi penataan dengan mempresentasikan langkah-
permukiman kumuh bersama mitra. langkah dan bentuk nyata dari penataan
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan permukiman kumuh yang sesuai dengan
pembinaan ini adalah berupa rancangan misi yang telah dirancang pada kegiatan
visi misi penataan permukiman kumuh pembinaan, yaitu kebersihan,
dan penilaian pola pikir mitra. Adapun visi keselamatan dan keamanan. Kegiatan
misi penataan permukiman kumuh yang pelatihan berjalan dengan baik dan lancar.
disepakati bersama adalah menciptakan Terutama ketika membahas dan
permukiman nelayan yang sehat dengan mendiskusikan arahan dan bentuk strategi
mengedepankan kebersihan, keselamatan penataan permukiman kumuh yang akan
dan keamanan. Berdasarkan evaluasi dilaksanakan dengan menunjukkan
hasil kegiatan menunjukkan bahwa pola komponen-komponen rumah yang ada
pikir mitra terhadap dampak negatif pada masing-masing rumah mitra. Produk
permukiman kumuh tergolong baik yang dihasilkan dalam kegiatan pelatihan
dengan rerata skor 3,95. Dengan ini adalah berupa penilaian strategi yang
demikian seluruh mitra mampu memahami disusun oleh mitra dalam menata
berbagai dampak negatif yang diakibatkan permukiman kumuh dan persiapan
oleh kondisi dan kualitas lingkungan pelaksanaan penataan permukiman
tempat tinggal yang kumuh, dan mampu kumuh. Berdasarkan evaluasi hasil
mengidentifikasi penyebab dan proses kegiatan menunjukkan bahwa terdapat
permukiman kumuh. beberapa kesamaan strategi penataan
yang disusun oleh mitra seperti yang
Kegiatan Pelatihan terlihat pada Tabel 1
Kegiatan pelatihan dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 15 Juli 2016

Tabel 1. Rancangan Strategi Penataan Permukiman Kumuh


No Penataan Strategi
Mitra 1 Mitra 2 Mitra 3
1 Bangunan Memperbaiki pagar Memperbaiki Membatasi rumah
Rumah pagar dengan pagar kayu

2 Fasilitas Menempatkan alat Memerlukan Memerlukan wadah


Rumah nelayan di atas meja wadah khusus khusus untuk alat
untuk alat nelayan
nelayan
3 Sanitasi Menempatkan tempat Menyediakan Menyediakan tempat
sampah di halaman tempat sampah sampah
rumah
4 Lingkungan Melakukan Melakukan Melakukan penghijauan
penghijauan penghijauan

Jurnal Widya Laksana | 55


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

5 Keindahan Merapikan instalasi Merapikan Merapikan instalasi


kabel instalasi kabel kabel
6 Arsitektural Menyusun dari yang Menyusun dari Menyusun sesuai
paling sering yang paling dengan fungsinya
digunakan berat

Adapun persiapan pelaksanaan mendapatkan pengalaman yang semakin


penataan permukiman kumuh yang telah luas di dalam menata permukiman. 1)
disepakati bersama adalah menandai Kegiatan Pendampingan Pertama yaitu
komponen rumah yang akan ditata, Kegiatan pendampingan pertama
mempersiapkan sarana prasarana dan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 5
menentukan urutan waktu lokasi Agustus 2016 di rumah Bapak Kusniadi.
penataan. Secara keseluruhan kegiatan Secara garis besar inti kegiatan adalah
pelatihan ini terlaksana tanpa mengalami menata komponen permukiman yang
kendala. Bahkan mitra telah meliputi aspek bangunan, fasilitas,
mengaplikasikan nilai kebersihan, sanitasi, lingkungan hingga aspek
keselamatan dan keamanan, yaitu dengan keindahan rumah sesuai rancangan
membiasakan diri untuk menyapu strategi penataan yang telah disusun; 2)
halaman rumah, menempatkan peralatan Kegiatan pendampingan berjalan dengan
nelayan di satu tempat dan meletakkan baik dan lancar. Kondisi ini dikarenakan
peralatan nelayan yang berat dan mitra sebagai pemilik rumah langsung
berbahaya jauh dari jangkauan anak-anak sangat antusias dalam menata rumah
mereka. Dengan demikian kegiatan secara mandiri. Di sisi lain, mitra yang lain
pelatihan ini diharapkan dapat juga mengamati. Dalam kegiatan
mempertinggi kepedulian mitra terhadap pendampingan ini, terlihat bahwa mitra
kondisi dan kualitas lingkungan tempat sudah memiliki kemampuan dan
tinggal secara berkelanjutan, sehingga keterampilan dasar dalam menata
mitra dapat mewujudkan rumah sehat permukiman secara mandiri. Akan tetapi,
yang bersih, selamat dan aman. terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi
mitra pertama, khususnya pada aspek
Kegiatan Pendampingan lingkungan di dalam menentukan posisi
Kegiatan pendampingan dalam pemasangan pot tanaman gantung, dan
penataan permukiman kumuh masyarakat aspek keindahan rumah di dalam menata
pesisir dilaksanakan selama 3 kali selama instalasi kabel. Melihat kondisi tersebut,
3 minggu pada bulan Agustus, yaitu pada tim pelaksana segera membantu mitra di
tanggal 5, 12 dan 19 Agustus 2016. dalam menata aspek lingkungan dan
Meskipun kegiatan pendampingan hanya keindahan rumah. Berdasarkan evaluasi
menata 1 rumah pada setiap kali kegiatan, kegiatan ditinjau dari proses, kemampuan
tetapi tetap mengikutsertakan seluruh dan hasil kerja menunjukkan bahwa
mitra untuk mengetahui bersama tahapan penataan yang telah dilaksanakan mitra
kerja serta membandingkan komponen berkategori nilai yang tinggi dengan rerata
dan kondisi rumah mitra satu dengan yang skor 3,67 seperti terlihat pada Tabel 2.
lain. Dengan demikian seluruh mitra

Tabel 2. Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Pertama


No Penilaian Nilai Rerata Kategori
1 Proses Kerja 19 3,80 Tinggi
2 Kemampuan Kerja 19 3,80 Tinggi
3 Hasil Kerja 17 3,40 Cukup
Rerata 18 3,67 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Jurnal Widya Laksana | 56


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

Dengan demikian seluruh mitra sebelumnya pada kegiatan pendampingan


mampu memahami menata permukiman pertama. Di sisi lain, mitra yang lain juga
kumuh sesuai dengan strategi yang telah mengamati dan membandingkan
disusun. Kegiatan pendampingan pertama komponen rumah mereka dengan rumah
ini berjalan sesuai dengan rencana dan Bapak M.Salim. Dalam kegiatan
alokasi waktu kegiatan yang disusun; 3) pendampingan ini, terlihat bahwa mitra
Kegiatan Pendampingan Kedua yaitu sudah memiliki kemampuan dan
Kegiatan pendampingan pertama keterampilan dasar dalam menata
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 permukiman secara mandiri. Mitra hanya
Agustus 2016 di rumah Bapak M.Salim. mengahadapi kesulitan di dalam
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam menentukan posisi pemasangan pot
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 tanaman gantung, dan aspek keindahan
WITA bersama seluruh tim pelaksana rumah di dalam menata instalasi kabel.
P2M, surveyor dan seluruh mitra. Secara Melihat kondisi tersebut, tim pelaksana
garis besar kegiatan diawali dengan segera membantu mitra di dalam menata
persiapan awal terkait alat dan bahan aspek lingkungan dan keindahan rumah.
untuk penataan permukiman, dan Berdasarkan evaluasi kegiatan ditinjau
kemudian dilanjutkan dengan menata dari proses, kemampuan dan hasil kerja
komponen-komponen permukiman yang menunjukkan bahwa penataan yang telah
meliputi aspek bangunan, fasilitas, dilaksanakan mitra tergolong nilai yang
sanitasi, lingkungan hingga aspek tinggi dengan rerata skor 4,07 seperti
keindahan rumah sesuai dengan terlihat pada Tabel 3. Dengan demikian
rancangan strategi penataan yang telah seluruh mitra mampu memahami menata
disusun secara kolektif. Kegiatan permukiman kumuh sesuai dengan
pendampingan berjalan dengan baik dan strategi yang telah disusun. Kegiatan
lancar. Kondisi ini dikarenakan mitra pendampingan kedua ini berjalan lebih
sebagai pemilik rumah langsung sangat lancar dan sesuai dengan alokasi waktu
antusias dalam menata rumah secara kegiatan yang disusun.
mandiri, dan juga memiliki pengalaman

Tabel 3. Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Kedua


No Penilaian Minimum Maksimum Mean
1 Proses Kerja 20 4,00 Tinggi
2 Kemampuan Kerja 21 4,20 Tinggi
3 Hasil Kerja 20 4,00 Tinggi
Rerata 20 4,07 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Kegiatan Pendampingan Ketiga telah dilaksanakan oleh mitra ketiga.


Kegiatan pendampingan pertama Kegiatan pendampingan berjalan dengan
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19 sangat baik dan lancar. Kondisi ini
Agustus 2016 di rumah Bapak Hambali. dikarenakan mitra sebagai pemilik rumah
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam sudah memiliki pengalaman dan waktu
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 lebih banyak dari kegiatan pendampingan
WITA. Secara garis besar kegiatan pertama dan kedua. Di sisi lain, kedua
berjalan hampir sama dengan kegiatan mitra yang lain juga menyempurnakan
pendampingan pertama dan kedua. kembali hasil penataan yang telah
Perbedaan yang nampak adalah bahwa dilakukan pada pendampingan pertama
mitra memiliki inisiatif untuk menata dan kedua. Dalam kegiatan
beberapa aspek permukiman lebih awal, pendampingan terakhir ini, terlihat bahwa
sehingga pada saat kegiatan mitra sudah memiliki kemampuan dan
pendampingan hal utama yang dilakukan keterampilan yang lengkap dalam menata
adalah menyempurnakan penataan yang permukiman secara mandiri dan penuh

Jurnal Widya Laksana | 57


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

kreativitas, khususnya dalam menata program. Berdasarkan evaluasi kegiatan


aspek bangunan rumah, fasilitas rumah ditinjau dari proses, kemampuan dan hasil
dan aspek keindahan rumah. Mitra tidak kerja menunjukkan bahwa penataan yang
mengalami kesulitan apapun di dalam telah dilaksanakan mitra tergolong sangat
menata rumah. Melihat kondisi tersebut, tinggi dengan rerata skor 4,73 seperti
tim pelaksana sangat mengapresiasi terlihat pada Tabel 4.
usaha dan inisiatif mandiri dari para mitra

Tabel 4. Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Ketiga


No Penilaian Nilai Rerata Kategori
1 Proses Kerja 23 4,60 Sangat Tinggi
2 Kemampuan Kerja 24 4,80 Sangat Tinggi
3 Hasil Kerja 24 4,80 Sangat Tinggi
Rerata 24 4,73 Sangat Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Dengan demikian seluruh mitra (4) hubungan dengan tetangga yang juga
mampu memahami menata permukiman semakin erat dan (5) rasa nyaman, yang
kumuh sesuai dengan strategi yang telah membuat mitra merasa betah berada di
disusun, dan bahkan melebihi ekspektasi rumah. Refleksi kegiatan yang dinilai
awal. Kegiatan pendampingan ketiga ini adalah manfaat kegiatan, kesan selama
berjalan sangat lancar dan dengan alokasi kegiatan dan harapan mitra. Manfaat
waktu kegiatan yang sangat efisien dan kegiatan yang dirasakan oleh seluruh
efektif. mitra secara langsung adalah kondisi
lingkungan tempat tinggal yang rapi,
Kegiatan Evaluasi bersih, aman dan nyaman. Kesan selama
Kegiatan evaluasi telah kegiatan berlangsung adalah jalinan
dilaksanakan setiap akhir kegiatan, baik komunikasi dan saling memahami yang
pembinaan, pelatihan maupun kegiatan baik, serta kesederhanaan di dalam
pendampingan untuk menilai kemampuan menyampaikan materi, sehingga dapat
mitra dalam menata permukiman kumuh dipahami dengan baik oleh para mitra.
skala mikro. Di samping itu, dilaksanakan Sedangkan harapan dari para mitra
juga evaluasi dampak dan refleksi dari sebagian besar adalah agar kegiatan
program P2M bersama seluruh mitra serupa yang bersentuhan langsung dalam
untuk mengetahui kebermanfaatan meningkatkan kemampuan dan
pembinaan, pelatihan dan pendampingan keterampilan masyarakat untuk menata
dalam penataan permukiman kumuh yang rumah secara mandiri lebih dikhususkan
telah dilaksanakan oleh seluruh mitra. pada aspek perbaikan dan pemeliharaan.
Dampak utama yang dirasakan dari mitra Di sisi lain, mitra juga mengharapkan agar
program adalah perubahan sosial yang kegiatan selanjutnya secara langsung
meliputi: (1) rasa aman, mitra merasa melibatkan seluruh anggota keluarga,
aman berada di lingkungan tempat tinggal, termasuk anak-anak. Hal ini dipandang
(2) hubungan dengan keluarga yang penting untuk memberikan pendidikan
semakin intens, (3) rasa tenang, mitra usia dini mengenai kesehatan lingkungan
merasa tenang berada di dalam rumah, dan kesehatan rumah tempat tinggal.
pembinaan terlaksana dengan baik,
PENUTUP karena adanya motivasi dan partisipasi
Simpulan yang aktif dari seluruh mitra. Setelah
Berdasarkan pada rencana kegiatan pembinaan, mitra menjadi
kegiatan yang telah dicapai dalam memiliki pemahaman yang holistik
pelaksanaan program P2M ini, maka mengenai faktor penyebab, proses dan
dapat disimpulkan sebagai berikut. bentuk dari dampak negatif dari
Pertama, pelaksanaan kegiatan permukiman kumuh. Kedua, pelaksanaan

Jurnal Widya Laksana | 58


P-ISSN: 1410-4369 Vol. 5, No.2, Agustus 2016

kegiatan pelatihan dapat mencapai hasil DAFTAR RUJUKAN


yang sesuai dengan rencana. Hal ini Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan
terlihat dari proses dan evaluasi yang Sawan Dalam Angka Tahun 2014.
dilaksanakan, yang menunjukkan Sintiawati, I Gusti Ayu Putu Meika. 2014.
antusiasme dan respon cepat dari mitra di Karakteristik Dan Proses
dalam merancang strategi penataan Terbentuknya Permukiman Kumuh
permukiman kumuh skala mikro yang Di Wilayah Pesisir Desa Sangsit
tepat sasaran. Kegiatan pelatihan ini telah (Kasus Desa Sangsit). Skripsi (tidak
mampu mempertinggi kepedulian mitra diterbitkan). Jurusan Pendidikan
dalam mewujudkan rumah sehat berbasis Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
kebersihan, keselamatan dan keamanan. Universitas Pendidikan Ganesha
Ketiga, pelaksanaan kegiatan Singaraja.
pendampingan dapat mencapai hasil yang Suparlan, Supardi. 1995. Kemiskinan di
optimal, dan bahkan melebihi dari rencana Perkotaan. Jakarta: YOI.
awal. Hal ini terlihat dari proses kerja, Wesnawa, I Gede Astra. (1993). Program
kemampuan kerja dan hasil kerja yang Perbaikan Kampung Dalam Rangka
berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan Penataan Permukiman Kumuh.
kategori nilai yang tinggi, dan salah satu Aneka Widya. Vol 4. (hal.181-187).
mencapai kategori nilai sangat tinggi.
Kegiatan pendampingan ini telah mampu
mempertinggi kemampuan dan
keterampilan mitra secara mandiri dalam
menata berbagai komponen permukiman.

Saran
Berdasarkan pada ketiga kegiatan
pembinaan, pelatihan dan pendampingan
yang telah dilaksanakan di Desa Sangsit.
Dibutuhkan penataan yang bersifat
kontinu dan meluas dari berbagai pihak,
termasuk pemerintah, khususnya di
wilayah pesisir Desa Sangsit, dan juga
desa-desa pesisir lainnya di Kecamatan
Sawan yang mayoritas penduduknya
nelayan. Masyarakat pesisir, khususnya
nelayan sangat membutuhkan informasi
yang berkaitan dengan konsep dan
pemahaman tentang lingkungan tempat
tinggal yang layak huni serta kemampuan
dan keterampilan dalam menata
permukiman secara mandiri dan
berkesesuaian dengan kondisi sosial
ekonomi mereka.

Jurnal Widya Laksana | 59

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai