SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta
Disusun Oleh :
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun oleh:
Annas Firdian
Nama :
Sukarja
NIM : 22110204
Program Studi : Hukum
Bagian : Hukum Perdata
Disetujui tanggal:
Dosen Pembimbing:
Mengetahui:
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Disusun oleh:
Annas Firdian
Nama :
Sukarja
NIM : 22110204
Program Studi : Hukum
Bagian : Hukum Perdata
_____________________________________
Anggota Anggota
___________________ _____________________
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Janabadra
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan hasil karya asli
penulis bukan merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika Skripsi ini
terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia
menerima sanksi akademik dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Skripsi ini berisi tentang penelitian sebagaimana kaidah dalam penelitian hukum
harta kekayaan anak yang masih dibawah umur yang tidak berada dibawah
kekuasaan orang tua. Dalam hal pengurusan dimaksud juga dapat diartikan
anak yang masih dibawah umur. Perwalian dalam hal penjualan melakukan
perbuatan hukum bagi anak dibawah umur adalah wajib hukumnya, tidak
pertanahan
Tentang Penetapan Perwalian Bagi Anak Di Bawah Umur Yang Beragama Islam
vi
1. Bapak Prof. Ir. Nur Yuwono, Dip.HE, Ph.D. selaku Rektor Universitas
Janabadra Yogyakarta.
2. Bapak Sudiyana, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Janabadra Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Fransisca R. Harjiyati, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta.
4. Bapak Sunarya Raharja, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta.
5. Bapak Tri Yuli, S.H., M.Hum Selaku Ketua Bagian Program Studi Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta.
6. Ibu Sri Suwarni, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan masukan positif baik berupa kritik dan saran yang membangun
sehingga skripsi ini memperoleh hasil yang maksimal.
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha serta karyawan Fakultas Hukum
Universitas Janabadra Yogyakarta.
8. Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. Hakim Pengadilan Agama Bantul dan
segenap jajaran Pengadilan Agama Kabupaten Bantul yang telah membantu
dalam terselesaikannya penelitian ini.
9. Ibu saya tercinta dan Bapak saya, keluarga saya, saudara-saudara saya yang
selalu mendo’akan sehingga mendorong selesainya skripsi ini serta kawan-
kawan dan seluruh Sahabat/Saudara saya yang lain.
Semoga keseluruhan dari yang saya telah sebutkan di atas mendapatkan
balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada saya, kesuksesan, kesehatan,
karena itu penyusun mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan baik
dalam isi maupun dalam susunan kata. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
vii
Yogyakarta, 21 September
2022
Penulis
Firdian Sukarja
KAJIAN YURIDIS TENTANG PENETAPAN PERWALIAN BAGI ANAK DI
BAWAH UMUR YANG BERAGAMA ISLAM GUNA MELAKUKAN
PERBUATAN HUKUM DI KABUPATEN BANTUL
(Studi Kasus Penetapan Nomor 202/Pdt.P/2016/PA.Btl)
ABSTRAK
viii
JURIDICAL STUDY ON THE DETERMINATION OF GUARDIANS FOR
CHILDREN UNDER THE AGE OF ISLAM, TO PERFORM LEGAL
ACTIONS AT BANTUL REGENCY
(Case Study of Determination Number 202/Pdt.P/2016/PA.Btl)
ABSTRACT
A guardian is someone who manages himself and the assets of underage children
who are not under the authority of their parents. In terms of management, it can
also be interpreted as maintenance, both in the provision of education,
maintenance for children who are still underage. Trusteeship in the case of
selling legal actions for minors is obligatory, including taking legal actions
related to land. In order to obtain data, literature research and field research are
included in the type of normative and descriptive research. The legal research
method carried out is by reviewing and analyzing legal issues regarding the
implementation of guardianship in general and specifically in the case of the sale
of inherited land. In carrying out legal actions for selling land or other actions
related to the skills of the parties, guardianship for minors is mandatory.
Determination of who will be the guardian of the minor is carried out through the
trial process at the local Religious Court based on applicable law. In Bantul
Regency itself, the guardianship trial process is carried out in several stages and
through careful consideration before it is determined who will be the guardian of
the minors concerned.
Keywords: Guardian, Children, Religious Court, Determination.
_______________________
1
Student
2
Supervisor
ix
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...............................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
BAB I - PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian............................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................8
E. Metode Penelitian...........................................................................................9
BAB II - TINJAUAN PUSTAKA....................................................................13
A. Tinjauan tentang Perwalian.....................................................................13
1. Pengertian Perwalian...........................................................................13
2. Dasar Hukum Perwalian Dalam Hukum Islam...................................23
3. Prosedur Perwalian dalam Hukum Islam................................................28
4. Hak dan Kewajiban Wali........................................................................29
B. Tinjauan tentang Anak di Bawah Umur.......................................................30
1. Pengertian Anak......................................................................................30
2. Hak-hak Anak..........................................................................................35
C. Tinjauan Tentang Perbuatan Hukum............................................................38
1. Pengertian Hukum...................................................................................38
2. Perbuatan Hukum Menurut KUHPerdata................................................40
3. Jenis-Jenis Perbuaatan hukum.................................................................43
BAB III - HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................44
A. Deskripsi Tempat Penelitian.........................................................................44
x
1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Bantul.............................................44
2. Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama Bantul..................................48
B. Bagaimana pelaksanaan penetapan perwalian pada anak di bawah umur
dalam melakukan perbuatan hukum penjualan tanah oleh Pengadilan Agama
Bantul?..........................................................................................................50
C. Bagaimana Proses dan Apa Pertimbangan Hakim Dalam Melaksanakan
Sidang Hingga Putusan Terkait Penetapan Perwalian Anak?......................60
BAB IV - PENUTUP.............................................................................................78
A. Kesimpulan...................................................................................................78
B. Saran.............................................................................................................79
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai batasan usia seseorang dapat dikatakan dewasa atau cakap menurut
sudah dapat secara sah melakukan perbuatan hukum ataukah belum. Hal
Indonesia turut memberikan jalan keluar ketika batasan usia seseorang menjadi
lembaga perwalian atau perwakilan, perbuatan hukum oleh anak dibawah usia
21 tahun {dua puluh satu tahun}) adalah dengan cara meniadakan keadaan
1
S. Chandra, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, Persyaratan Permohonan Di Kantor
Pertanahan, Gresindo, Jakarta, 2005, hlm. 29.
1
2
belum dewasa bagi anak dengan syarat anak tersebut sudah mencapai batasan
dalam melakukan jual beli tanah bersertifikat milik bersama anak di bawah
umur harus dilengkapi dengan Surat Penetapan dari Pengadilan. Hal ini sesuai
ketentuan Pasal 309 dan Pasal 393 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
pengalihan hak milik dari anak yang masih di bawah umur harus berdasarkan
merupakan akta otentik,2 yaitu merupakan akta resmi yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang untuk itu. Bertolak dari doktrin yang dikemukakan di atas,
setiap penetapan atau putusan yang dijatuhkan pengadilan bernilai sebagai akta
otentik.3 Doktrin ini pun sesuai dengan ketentuan yang digariskan Pasal 1868
tanah dengan jual beli milik bersama anak di bawah umur pada Kantor
demikian, hingga saat ini belum ada aturan yang tegas bersifat universal
tentang batasan usia cakap bertindak dalam hukum di Indonesia, hal ini terlihat
2
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni, Bandung, 1992,
hlm. 199.
3
Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 126.
3
dari banyaknya batasan usia dinyatakan sebagai anak di bawah umur dalam
berbagai peraturan perundangan di antaranya yang terkait dengan jual beli atas
orang tua (dalam hal ini si Ibu) atau saudara kandung sebagai pemilik hak atas
tanah bersama anak di bawah umur yang memperoleh ahli waris dari
peninggalan orang tuanya suami atau orang tua anak-anak tersebut yang akan
menjual tanah milik bersama itu. Walaupun orang tua (si Ibu) sudah layak
4
S. Chandra, op.cit., hlm. 31.
4
sebagai subjek hukum untuk melakukan jual beli atas tanah milik bersama anak
di bawah umur itu, tetapi si anak yang masih di bawah umur tidak layak
sebagai subjek hukum untuk bertindak atas jual beli tanah tersebut. Seorang ibu
melakukan penjualan atas tanah milik bersama anak dibawah umur adalah
demi kepentingan si anak, karena anak yang masih dibawah umur dan belum
pendidikan.
Pada kenyataannya untuk satu dan lain hal Notaris / PPAT dalam hal ini
saat si orang tua dari ahli waris yang masih belum cukup usia berkehendak
satunya adalah penetapan perwalian anak meskipun wali yang ada saat itu
menyatakan perwalian anak jatuh pada orang tuanya yang masih hidup selama
anak tersebut belum berusia 18 tahun dan belum menikah, serta ayat (2) pun
sebaliknya, orang tua kandung demi memenuhi syarat untuk menjual hak atas
perwalian anak di bawah umur. Berawal dari masalah inilah penulis ingin
PPAT sebagai syarat pembuatan akta jual beli hak atas tanah.
Dipandang lebih umum pada setiap perwalian adanya satu orang wali
saja bagi seorang anak, kecuali jika walinya yaitu ibunya menikah lagi,
undang adalah ketika salah satu orang tua dari anak yang belum dewasa itu
lainnya yang hidup terlama itulah secara otomatis berlaku sebagai wali tunggal
bagi anaknya. Adapun dimana seorang anak yang tidak dalam kekuasaan orang
tuanya yang ternyata ia juga tidak memiliki wali baik satu orang pun,
kemudian dalam hal ini hakim dapat menunjuk lewat penetapan pengadilan
yaitu seorang wali atas permintaan pihak tertentu yang punya kepentingan.
yang berada di bawah perwaliannya dan juga mengurus harta benda anak itu
5
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga di
Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 147.
6
anak itu, selain itu walinya wajib memelihara semua harta benda si anak pada
saat memulai jabatannya sebagai seorang wali dan juga wajib mencatat semua
perubahan yang ada dari harta benda anak itu. Wali yang ditunjuk berdasarkan
kedua orang tua atau orang tua yang masih hidup tapi tidak cakap melakukan
Dimaksudkan di sini bahwa apabila masih ada ibunya dan dia cakap
melakukan perbuatan hukum, maka ibunya yang bertindak sebagai wali, tidak
perlu ditunjuk orang lain. Adapun Pengadilan Agama dapat mencabut hak
perwaliannya, hal ini disebutkan dalam Pasal 109 KHI. Berdasarkan dari uraian
perwalian anak yang diminta PPAT sebagai syarat pembuatan akta jual beli
hak atas tanah di Pengadilan Agama sehingga timbul keinginan penulis untuk
membuat sebuah penelitian hukum dalam bentuk skripsi dengan judul “Kajian
Bantul”
B. Perumusan Masalah
Bantul?
umur dan apa saja pertimbangan hakim dalam penetapan perwalian pada anak
Agama Sleman?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
8
2. Tujuan Subjektif
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Fakultas
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
perwalian.
2. Manfaat Praktis
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan
2. Metode Pendekatan
3. Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
atau narasumber.
1) Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan
7
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia. 2012..
hlm. 52.
11
6. Narasumber, yaitu:
7. Analisis Data
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perwalian
suatu ketika terjadi perceraian, salah satu orang tua atau kedua orang
tua meninggal dunia maka dalam hal ini akan timbul masalah
orang tua yang merupakan kekuasaan yang dilakukan oleh ayah atau
ibu, selama ayah atau ibu masih terikat dalam perkawinan terhadap
mendidik anak- anak yang belum dewasa, meskipun orang tua dari
13
14
kekuasaan orang tua atau menjadi wali, hal itu tidak membebaskan
wali, dan jamak awliya. Kata ini berasal dari kata Arab yang berarti
maupun harta kekayaan anak yang masih dibawah umur yang tidak
8
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Dikeluarga Islam, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, 2001, hlm. 134.
9
Ibid, hlm. 137.
15
kewajiban wali.10
yang belum akil baliq dalam melakukan perbuatan hukum atau orang
anak.
belum mencapai umur dewasa atau tidak pernah kawin yang tidak
10
Siti Hafsah Ramadhanay, Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali
Pengawas Terhadap Harta Anak Dibawah Umur (Study Mengenal Eksitensi Balai Harta
Peninggalan Medan Sebagai Wali Pengawas), SPS-USU, Medan, 2004, hlm. 30.
11
Wahyono Darmabrata dan Surini ahlAn Sjarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga di Indonesia,
cet. 2, Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 147.
12
R. Sarjono, Masalah Perceraian, cet. 1 Academika, Jakarta, 1999, hlm. 36.
16
adalah yang belum berusia 21 tahun atau belum menikah, dan untuk
harta bendanya.
orang tua, yang merupakan kekuasaan yang dilakukan oleh ayah atau
mengurus harta benda anak tersebut baik itu dalam bentuk orang
17
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, Akademika Pressindo, Jakarta 2000, hlm. 104.
19
sendiri.18
mengurus harta benda anak tersebut baik itu dalam bentuk orang
anak yang masih kecil atau belum mumayyiz. Dalam pengertian lain,
si anak itu sudah tidak memiliki orang tua atau memiliki orang tua
anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, orang tua yang masih
22
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI), Prenada Media,
Jakarta, 2004, hlm. 303.
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hlm. 98.
24
Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW, Hukum
Islam, dan Hukum Adat, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 55.
25
Sadikin, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Hukum Keluarga
dan Waris, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Jakarta, 1995, hlm.
18.
21
kecil (belum dewasa) yang telah menjadi yatim oleh Panti Yatim.
sebagai berikut:
adalah dosa yang besar". Ayat ini menjadi suatu landasan dalam
b. Menurut KUHPerdata
telah disebutkan pada Bab XV dalam Pasal 345 sampai Pasal 354
terdapat salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka
hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekadar ini
kekayaan;
(3) Bila wali tidak mampu berbuat atau lalai melaksanakan tugas
23
atau orang lain yang sudah dewasa, berpikir sehat, adil, jujur
harta anak yatim yang belum dewasa dengan baik.26 Serta larangan
26
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, juz 4, terj. Bahrun Abu Bakar, Hery
Noer Aly, CV. Toha Putra, Semarang, 1994, hlm. 323.
27
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 2,
Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 321.
24
harta anak yatim ketika si wali melihat tanda-tanda mereka sudah dewasa.
Dan wali juga memberitahukan kepada anak tersebut bahwa harta itu
Adapun wali bisa menguji kedewasaan anak itu dengan memberi sedikit
hartanya, bila mereka sudah pandai dan mengerti cara menggunakan serta
bahwa anak tersebut siap untuk membina rumah tangga. Serta larangan bagi
kecil dan wajib menghadirkan saksi ketika penyerahan harta tersebut kepada
28
Ahmad Mustafa Al-Maragi, op.cit., hlm. 334.
25
zalim, sebenarnya mereka menelan api dalam perutnya dan mereka akan
tersebut menjelaskan larangan bagi wali memakan harta anak yatim dengan
cara yang tidak benar atau tidak seperlunya saja pada saat yang sangat
Surat al-An‘am ayat 152, sebagai berikut: “Dan janganlah kamu mendekati
harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia
dia kerabat (mu) dan penuhila janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan
Pada ayat ini, lebih berisi perintah-perintah bagi seorang wali yaitu untuk
29
Ibid., hlm. 337.
26
dengan adil (membuat kedua belah pihak senang dalam hal melakukan
transaksi). Kemudian perintah untuk berbicara yang benar dan adil, bila
tidak mampu atau takut mengucapkan kebenaran maka wajib baginya untuk
diam. Serta perintah untuk memenuhi janji kepada Allah untuk memelihara
dan memenuhi hak-hak kaum yang lemah dalam hal ini adalah anak yatim.30
janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu
pasti diminta pertanggung jawabannya.” (Q.S Al-Isra : 34) Pada ayat ini
pula dijelaskan tentang larangan bagi seorang wali berkaitan dengan harta
anak yatim. Pada ayat ini diingatkan kembali bagi para wali agar tidak
alasan bahwa mereka adalah orang yang mengelola harta tersebut, meskipun
dan undang-undang yang diridhoi oleh Allah). Adapun janji ini seperti akad-
30
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 4,
Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 345-348.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume 7,
Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 459.
32
Ahmad Mustafa Al-Maragi, op.cit., hlm. 82.
27
Allah‚ “dan barangsiapa (di antara pemelihara anak yatim itu) mampu maka
harta itu dengan wajar (An-Nisa : 6); Ini diturunkan tentang wali anak yatim
apabila dalam keadaan miskin, yaitu bahwa ia boleh makan harta anak yatim
(HR. Muslim).
mengabarkan mereka dari Husain yakni guru, dan dari Amr bin Syu’aib dari
adalah miskin, tidak memiliki apa-apa dan aku seorang pemelihara anak
yatim yang engkau pelihara itu dengan cara tidak berlebih-lebihan, tidak
syariat saja, juga ada di dalam Hukum Islam positif Indonesia, yaitu dalam
bahwa: “Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah
tua, berada dibawah kekuasaan wali. Dalam ayat (2) Pasal tersebut juga
kepada perwalian terhadap anak yang belum dewasa, yaitu anak yang belum
berumur 18 tahun dan belum pernah kawin, serta mengenai diri pribadi serta
a. Perwalian terjadi karena adanya wasiat dari orang tua si anak yang
mewasiatkan kepada seseorang atau Badan Hukum tertentu untuk
melakukan perwalian atas diri dan kekayaan anak atau anak-anaknya
sesudah ia meninggal dunia (Pasal 108 KHI).
b. Berdasarkan pada Pasal 33 ayat (4) UU No. 35 Tahun 2014, bahwa
pengangkatan wali bagi anak harus melalui penetapan Pengadilan. Dalam
penjelasannya, pengadilan yang dimaksud bagi yang beragama Islam
adalah Pengadilan Agama.
c. Pengadilan agama dapat mencabut hak perwalian seseorang atau Badan
Hukum dan memindahkannya kepada pihak lain (Pasal 109 KHI).
Permohonan untuk pencabutan tersebut diajukan oleh kerabatnya, dengan
alasan wali tersebut pemabuk, penjudi, pemboros, gila, dan atau
melalaikan atau menyalahgunakan hak dan wewnangnya sebagai wali
demi kepentingan yang berada di bawah perwaliannya.
d. Wali wajib untuk mengurus diri dan harta anak yang berada di bawah
perwaliannya (Pasal 110 KHI). Untuk itu wali bertangung jawab
terhadap harta orang yang berda di bawah perwaliannya dan mengganti
kerugian yang timbul sebagai akibat kesalahan atau kelalaiannya.
e. Apabila anak yang berada di bawah perwaliannya telah mencapai usia 21
(dua puluh satu) tahun, maka wali berkewajiban menyerahkan seluruh
hartanya kepadanya (Pasal 111 KHI).
f. Setelah masa perwalian ini berakhir, Pengadilan Agama berwenang
mengadili perselisihan antara wali dan anak yang berada di bawah
33
Anshary, Kedudukan Anak Dalam Persfektif Hukum Islam dan Hukum Nasional, CV. Mandar
Maju, Bandung, 2014, hlm. 51.
29
Hak wali seperti dalam Hukum Islam sama dengan hak orang tua
terhadap anak yaitu bahwa wali berhak atas diri anak yang berada di bawah
dapatnya wali tersebut diambil dari keluarga anak tersebut atau orang
1. Pengertian Anak
35
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 54.
36
Paulus Hadisuprapto, 2010, Delinkuensi Anak Pemahaman dan Penanggulangannya, Selaras,
Malang, hlm.11.
31
bahwa;
pria dan wanita ini jika terikat dalam suatu ikatan perkawinan. Dalam
tinjau lebih lanjut dari segi usia kronologis menurut hukum dapat
37
PERMEN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R.I. Nomor 15 Tahun 2010,
Pedoman Umum Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R.I.
32
secara pidana.38
sebagai berikut:
menangani anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana atau menjadi
38
Paulus Hadisuprapto, Op.Cit, hlm.1.
33
tindak pidana.
kemampuannya karena pada dasarnya anak lahir sebagai sosok yang lemah
sehingga tanpa bantuan dari orang lain anak tidak mungkin mencapai taraf
dengan orang dewasa dan merupakan salah satu kelompok rentan yang
39
Paulus Hadisuprapto, 2010, Delinkuensi Anak Pemahaman dan Penanggulangannya, Selaras,
Malang, hlm. 11.
34
haknya masih terabaikan, oleh karena itu hak-hak anak menjadi penting
diprioritaskan”.40
Pengertian anak itu sendiri jika ditinjau lebih lanjut dari segi usia
dan untuk keperluan apa, hal ini juga akan mempengaruhi batasan yang
40
PERMEN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R.I. Nomor 15 Tahun 2010.
Pedoman Umum Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak R.I.
41
Paulus Hadisuprapto, Op.Cit, hlm.1
42
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Menurut Islam batasan anak adalah mereka yang telah mimpi basah
bagi anak laki-laki dan telah datang haid bagi anak perempuan.
2. Hak-hak Anak
a. Pengertian
hukum lain)”.44
boleh kita lupakan, karena hal itu sebagai suatu bentuk sisi pendekatan
hukum lainnya.
43
Ibid., hlm. 45.
44
Maulana Hasan Wadong, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo,
Jakarta, hlm. 29.
36
1. Pengertian Hukum
Hukum Agama dan Hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
45
Mulyana. W. Kusumah, 1986, Hukum dan Hak-hak Anak, CV.Rajawali, Jakarta, hlm. 62–64.
38
dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan
Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di
Nusantara
masyarakat.48
d. Simorangkir, dan Woerjono Sastropranoto, mengemukakan bahwa
hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,
yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.49
e. Van Vollenhoven mengatakan bahwa hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan
bentur membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lain.50
f. Ridwan Halim menguraikan bahwa hukum merupakan peraturan-
peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada
dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus
ditaati dalam hidup bermasyarakat.51
g. Meyers mengatakan hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.52
terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah melalui
para ahli tersebut, dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur,
yaitu:
48
Ibid, hlm. 22.
49
Ibid.
50
Ibid.
51
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm.6.
52
Ibid, hlm. 7.
40
hukum. Peristiwa hukum ini dibedakan dalam dua macam peristiwa, yang
disebut dengan istilah perbuatan subyek hukum dan perbuatan yang bukan
(persoon) baik manusia atau badan hukum, yang berupa perbuatan hukum
hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu) maupun yang
dilakukan dua pihak (bersegi dua). Hal yang harus diperhatikan dalam
peristiwa yang dikatakan perbuatan hukum adalah akibat, oleh karena akibat
itu dapat dianggap sebagai kehendak dari sipembuat (si pelaku). Akibatnya
53
Samidjo, op.cit., hlm. 22.
54
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2005, hlm. 40-
41.
41
dalam Pasal 1354 KUHPerdata: “Jika orang dengan sukarela tanpa ada
yang sengaja dikehendaki oleh subjek hukum. Pada asasnya akibat hukum
55
Ibid, Hlm. 42.
42
maupun pasif. Meskipun seseorang tidak berbuat, tetapi kalau dari sikapnya
oleh subjek hukum (manusia atau badan hukum), perbuatan mana dapat
perbuatan itu akibatnya tidak dikehendaki oleh yang melakukan atau salah
hukum. Oleh karena itu, kehendak dari subjek hukum (manusia atau badan
hukum) yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan
56
Soedikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 51.
43
kehendak dari yang melakukan perbuatan hukum tersebut dan akibat dari
perbuatan itu diatur oleh hukum. Dan pernyataan kehendak pada asasnya
dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada
satu pihak pula. Contoh dari perbuatan Hukum Sepihak tersebut adalah:
dan 1 kota provinsi ini mengakibatkan kesulitan bagi daerah luar kota
Penambahan kata "Cabang Kantor" karena pada waktu itu belum memenuhi
ketentuan yang terkandung dalam Staats Blaad tahun 1882 nomor 152 jo.
Staats Blad nomor 116 dan 510 tahun 1937 tentang Peraturan Peradilan
talak yang digantungkan. Di samping itu, tuntutan mas kawin atau mahar
dan tuntutan tentang keperluan hidup istri yang menjadi tanggung jawab
uang dan pemberian benda tertentu tidak termasuk wewenang cabang kantor
PA Bantul.
58
SEJARAH SINGKAT PENGADILAN AGAMA BANTUL,
https://www.pa-bantul.go.id/home/artikel/1467210511 , Diakses pada tanggal 13 Agustus 2022
46
dapat dilupakan jasabaik dari H. Jamhari yang pada saat itu sebagai Wakil
Shofwan yang saat itu sebagai Kepala Jawatan PA Propinsi Jawa Tengah
1961 tanggal 25 Juli 1961 yang ditandatangani oleh K.H. Wahid Wahab
perkantoran tidak ada sama sekali dan keadaan seperti ini berlangsung
59
Ibid.
47
Besar Bantul) selama empat bulan. Atas usaha bersama dengan pihak KUA
Kabupaten bantul akhirnya dapat menempati rumah wakaf dari Ny. Zainal
terletak di Jalan Raya Bantul. Di rumah wakaf Ny. Zainal ini sidang
pemeriksaan ini terdiri K.H. Nawawi sebagai Hakim Ketua, Abdul hamid
dan K.H. Tondolaksito sebagai Hakim Aggota dengan dibantu Daman Huri
yang belum memadai. Pada masa itu pula terjadi pergantian pimpinan dari
tahap suasana kantor yang bersifat tradisi lama berubah menjadi instansi
dalam bidang hukum keluarga dan perkawinan bagi mereka yang beragama
semua masalah dan sengketa yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam
tertentu yang tidak dapat diperiksa oleh lembaga peradilan lain, baik
syari’ah”.
yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya. Lebih ringkasnya di sini
Agama Bantul?
1. Yang mengajukan adalah suami atau istri, jika suami yang meninggal
maka istri yang mengajukan, begitupun sebaliknya. Pengajuan
dilakukan dengan menyertakan fotokopi surat kematian.
2. Fotokopi surat kematian orang tua almarhum suami apabila orang
tuanya sudah meninggal apabila istri yang mengajukan permohonan,
begitupun sebaliknya.
3. Fotokopi KTP pemohon sebanyak dua lembar.
4. Fotokopi buku nikah atau akta cerai (bila telah bercerai) sebanyak dua
lembar.
5. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) sebanyak dua lembar.
6. Fotokopi akte kelahiran atau ijazah anak sebanyak dua lembar.
7. Fotokopi buku tabungan atau sertifikat sesuai dengan keperluan.
8. Fotokopi surat keterangan ahli waris dari kelurahan sebanyak dua
lembar.
9. Surat permohonan rangkap lima (surat permohonan harus jelas dan
disertai dengan alasan yang jelas dan terperinci).
10. Membayar panjar biaya perkara.60
60
Data Hasil Penelitian di Pengadilan Agama Bantul 2022
51
jelas menentukan bahwa akta PPAT hanya suatu alat bukti dan tidak menyebut
bahwa akta itu adalah syarat mutlak tentang sahnya suatu jual beli tanah.
Demikian juga dengan Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. mengatakan bahwa
PPAT berfungsi sebagai suatu alat bukti tentang telah terjadi perbuatan hukum
atas tanah. Di lain hal dengan sistem pendaftaran tanah menurut Peraturan
1997) pendaftaran jual beli itu hanya dapat dilakukan dengan akta PPAT
melalui jual beli hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang
sebagai alat bukti tentang telah terjadinya suatu perbuatan hukum at-q-, tanah,
seperti jual-beli, tukar menukar, hibah, juga berfungsi sebagai alat bukti untuk
konsekuensi bahwa bila terjadi sesuatu perbuatan hukum atas tanah berupa
jual-beli, tanpa dibuktikan dengan akta PPAT, maka peralihan hak dari penjual
61
Ibid.
52
kepada pembeli tidak dapat dilangsungkan atau tidak dapat terjadi, demikian
juga dengan pembuktian formal bahwa telah terjadi jual-beli tidak dapat
dibuktikan, sekalipun sesugguhnya jual beli atas tanah menurut asas hukum
agraria adalah sah asalkan terpenuhi unsur terang dan tunai. Oleh karena itu
fungsi akta jual beli yang dibuat oleh PPAT adalah sebagai bukti bahwa benar
telah dilakukan perbuatan hukum, yang bersangkutan dan karena perbuatan itu
Pembuatan akta memiliki dua fungsi yaitu akta memiliki fungsi formil
yang artinya bahwa akta tersebut adalah untuk melengkapi sempurnanya suatu
perbuatan hukum. Akta tersebut merupakan syarat form ii untuk adanya suatu
perbuatan hukum. Kedua, akta memiliki fungsi sebagai alat bukti, artinya akta
tersebut sejak awal memang untuk keperluan pembuktian jika kelak terjadi
memegang suatu akta maka jika di kemudian hari terjadi sengketa para pihak
dengan mudah membuktikan dengan alat bukti yang telah ada dan disiapkan
sebelumnya.
Hak atas tanah dapat beralih dan dialihkan dari pemegang hak kepada
orang lain. Lebih khusus dalam hal ini adalah diterbitkannya penetapan
perwalian anak yang nantinya untuk membuat akta jual beli sehingga menjadi
alat bukti yang sah. Terdapat hubungan beruntun dalam hal ini, untuk
menerbitkan akta jual beli hak atas tanah oleh PPAT dibutuhkan penetapan
53
masalah ini, yaitu teori kepastian hukum, yaitu dimana hukum terlaksana
sesuai dengan substansi hukum yang telah disepakati oleh masyarakat dimana
hukum tersebut berlaku. Hal ini memiliki kaitan erat dengan penegakan
keinginan hukum menjadi kenyataan. Dalam hal ini yang disebut sebagai
hukumnya, itulah yang harus diberlakukan pada setiap peristiwa yang terjadi.
secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak
menimbulkan keraguan (multi tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu
system norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan. Kepastian hukum
tindakan yang sesuai dengan aturan hukum, karena frasa kepastian hukum
benar-benar.
54
perantara alat-alatnya.
akan kerap kali tidak sejalan antara satu dengan yang lain. Adapun hal ini
prinsip keadilan dan sebaliknya tidak jarang pula ' keadilan mengabaikan
harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa keadilan pada umumnya lahir dari
hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu
yang konkrit.
akta jual beli hak atas tanah bagi anak-anak yang orang tuanya telah meninggal
salah satu yang mana pada peraturannya yaitu Pasal 345-354 KUH Perdata
perwaliannya otomatis jatuh kepada orang tuanya yang hidup terlama. Adanya
peralihan hak atas tanah yang dimiliki si anak yang kepemilikan hartanya
62
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
55
terletak pada si anak, jika dilakukan jual-beli, PPAT akan meminta sebuah
penjelasan di atas diketahui bahwa alat bukti menjadi alasan kuat dari
permintaan tersebut.
Perihal alat bukti yang dapat menjaga para pihak sendiri dan juga
adanya perwalian untuk anak di bawah umur yang masih belum cakap
melakukan perbuatan hukum. Semua dikarenakan adanya jual beli hak atas
tanah harus dibuktikan dengan akta PPAT dan kebenarannya dianggap cukup
untuk mendaftar paralihan hak yang terjadi. Seperti tercantum dalam Pasal 37
ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa peralihan hak
hanya dapat didaftarkan jika dengan akta PPAT dan itu adalah syarat bagi
pendaftaran peralihan haknya. Tentu saja itu semua tetap tidak terlepas dari
Pasal 1320 KUH Perdata mengenai sahnya perbuatan hukum peralihan hak
terkait dalam hal ini adalah bahwa si anak yang memiliki hak waris dari orang
tuanya yang telah meninggal tidak dapat melakukan jual beli dalam perbuatan
peralihan hak atas tanah dikarenakan belum cakap dan karena itu orang tuanya
yang hidup terlama harus menjadi walinya yang ditetapkan dengan Penetapan
Pengadilan Agama.
pertimbangan atas akta-akta yang dibuat oleh dan atau di hadapannya juga
memberikan pandangan bukan hanya perihal kebenaran formal dari akta yang
56
Akta PPAT berfungsi sebagai alat pembuktian mengenai benar telah dilakukan
jual beli di samping itu akta jual beli dan atau akta jual beli dapat dibuatkan
oleh PPAT jika pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang menjual hak atas
tanah dan pihak yang membeli hak atas tanah menghadap PPAT di wilayah
kerjanya serta harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum
yang dimaksud atau dapat diwakili oleh seorang kuasa yang sah untuk
Pihak yang menjual hak atas tanah harus memenuhi syarat yaitu
berwenang menjual hak atas tanah yang dimaksud. Demikian pula pihak yang
membeli harus memenuhi syarat subjek dari hak atas tanah yang akan diterima.
PPAT wajib menyelidiki atau memeriksa secara hati-hati kebenaran alat bukti
atau syarat yang dijadikan kelengkapan dalam pembuatan akta dan dilihat
sebagai saksi oleh setidaknya dua atau lebih orang yang memenuhi syarat guna
bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum jual beli itu untuk
dan PPAT. Oleh karena hal tersebut, diperlukan ketelitian dalam segala hal
yang dilakukan oleh PPAT. Pada prakteknya sebagai salah satu contoh dapat
ditemukan transaksi jual beli hak atas tanah yaitu penjualan terhadap hak milik
terkait dengan harta warisan yang dimiliki si anak. Artinya, setelah diputuskan
dengan resmi status wali terhadap diri seseorang, tugas pertama wali adalah
mengidentifikasi apa-apa saja yang menjadi harta warisan yang dimiliki sang
sendiri harta miliknya. ”Wali boleh saja menggunakan harta warisan tersebut
kondisi seperti itu, si wali bisa menggunakan sedikit harta warisan si anak
kepentingan anak, wali wajib mengelola harta milik anak yang bersangkutan.
kelalaiannya.
63
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
64
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
58
Wali juga wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di
tersebut termasuk melakukan audit tahunan atas harta benda anak itu untuk
menjamin bahwa daftar harta benda selalu diperbaharui. Walaupun sudah ada
seringkali tidak disediakan. Selain itu, wali juga dilarang menjual, mengalihkan
hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya, kecuali ada
kepentingan untuk si anak. Penting juga untuk dicatat, jika wali adalah seorang
yang miskin, wali dapat menggunakan harta anak yang berada di bawah
Harta dari anak yang sudah kehilangan orang tua mereka adalah tetap
menjadi milik si anak. Sementara itu, sang wali hanya bertugas sebagai
pengawas saja, ia tidak boleh menguasai, namun boleh meminjam kalau sangat
mengampil upah sekedarnya dari sawah tersebut. Ketika sang anak dewasa
atau sudah menikah, sang wali harus menyerahkan semua harta milik si anak
dengan disaksikan oleh para saksi. Oleh karenanya harus dipahami bahwa
kewajiban dan tanggung jawab seorang wali terhadap anak yang berada di
yang sangat perlu dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Jika demikian
maka masalah perwalian anak merupakan salah satu permasalahan yang sangat
penting dipahami.
66
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
60
tersebut layak untuk disidangkan atau harus diperbaiki terlebih dahulu olleh
Pemohon.
untuk melakukan sidang pada hari yang telah ditentukan. Proses persidangan
67
Ibid.
68
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
61
yaitu Pemohon.”69
sendiri adalah hubungan hukum yang diatur oleh hukum perdata, dimana
hubungan hukum itu terjadi antara subyek hukum yang satu dengan yang
hukum acara perdata terdapat beberapa definisi yang berbeda diantara para
ahli hukum, walaupun pada prinsip dan isinya sama, yaitu peraturan hukum
perdata.
oleh Hakim adalah perkara sekurang-kurangnya harus ada dua pihak yang
69
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bantul Bapak Umar Faruq, S.Ag., M.S.I. pada
tanggal 23 Mei 2022 pukul 10.00 WIB.
62
sedangkan Tergugat adalah orang yang dianggap merugikan pihak lain dan
dalam perkara tersebut hanya terdapat satu pihak, yaitu Pemohon dan
perkara tersebut hanya terdapat satu pihak, yaitu Pemohon dan perkara
dikarenakan hanya ada satu pihak dan tidak ada pihak yang dituntut untuk
1320 KUHPerdata adalah, adanya kata sepakat dari kedua belah pihak yang
suatu perikatan, adanya suatu hal tertentu dan adanya sebab yang halal.
mengadakan atau membuat perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat dan
obyektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian itu sendiri atau
berkaitan dengan obyek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para pihak,
yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang.
maka perjanjian batal demi hukum, tanpa perlu ada permintaan dari para
pihak dengan demikian perjanjian dianggap tidak pernah ada dan tidak
mengikat siapapun. Perjanjian yang batal mutlak dapat juga terjadi, jika
untuk perbuatan hukum tersebut harus dibuat dengan cara yang sudah
karena perjanjian sudah dianggap tidak ada, maka sudah tidak ada dasar
lagi bagi para pihak untuk saling menuntut atau menggugat dengan cam
dalam masyarakat.
hukum. Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah
terhadap individu yang secara hukum terkait dengannya. Suatu sanksi bila
hukum yang sama dengan individu yang melakukan delik sebagai organ
bersumber dari dalam diri sendiri (norma otonom). Kewajiban hukum dan
masyarakat dan dalam hal ini pertanggungjawaban hakim atas apa yang
terjadi pada pihak-pihak yang berpekara. Putusan yang dibuat Hakim untuk
belah pihak yang bersengketa, meskipun terdapat pihak yang merasa tidak
terpuaskan oleh putusan hakim tersebut, namun hakim harus tetap memutus
peradilan agama, dan (2) Ketentuan rincian yang ditetapkan pada bagian
"Kewenangan Pengadilan".
Tahun 2006 ditetapkan bahwa peradilan agama adalah salah satu pelaksana
lebih luas.
pengakuan dalam hukum acara perdata apabila pihak tergugat atau pihak
benda baik bergerak maupun tidak bergerak dan terjadinya suatu peristiwa
hukum disangkal oleh pihak lawan, maka pihak yang disangkal tersebut
harus dapat membuktikan adanya bukti hak kepemilikan atas bendanya dan
bukti atau saksi yang melihat dan mendengar terjadinya peristiwa hukum
yang dilakukan oleh para pihak yang sedang berperkara. Pengakuan yang
alat bukti yang sempurna tentang adanya peristiwa hukum yang menjadi
sendiri, karena itu tanpa ada perkara yang menjadi pegangan, Hakim tidak
yang benar dan siapa yang tidak benar dalam suatu perkara dan mengakhiri
Hakim yang tidak dapat diubah lagi. Melalui putusan ini, hubungan antara
penetapan tersebut, penetapan juga harus memuat pula pasal tertentu dari
rupa, sehingga dapat menunjukan arah, alur dan pola berpikir yang jelas.
unsur sengketa antara para pihak yang mengaku mempunyai hak dan hak
pembuktian. Alat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat
akta dan surat bukan akta, sedangkan pengertian akta adalah surat sebagai
alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi
dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja
untuk membuktikan.
tertentu pada tingkat pertama dalam sidang Majelis Hakim telah menjatuhkan
Buruh Harian Lepas, tempat tinggal di XXX XXXX XXX, kemudian disebut
sebagai Pemohon;
1. Duduk Perkara
bin DS, di Kasihan pada tanggal 20 Maret 2000, yang dicatat oleh
71
d. Pada tanggal 20 April 2007 suami Pemohon (S) tersebut telah meninggal
hak:
1) SSH
2) S
3) ANF
4) MD
5) SAP
6) A
7) OV
8) SP
Untuk biaya pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
g. Untuk keperluan tersebut, berhubung pada saat ini khususnya anak
72
proses balik nama sertipikat serta hal lain yang berkaitan atas sebidang
tanah tersebut.
2. Pertimbangan Hakim
agar Pemohon ditetapkan sebagai wali atas anak kandungnya yang masih
Pemohon.
73
sebagai akta autentik, bermeterai cukup, telah dicap pos (nazegelen) dan
yang hendak dibuktikan oleh Pemohon, maka alat-alat bukti tersebut dinilai
telah memenuhi syarat formil dan materil dan sebagai akta autentik yang
Berdasarkan bukti surat P.1 berupa Surat KTP atas nama Pemohon,
sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan penjelasan Pasal 49 huruf (a) angka 18
bahwa S bin DS dengan Pemohon adalah suami istri sah, tercatat di Kantor
Urusan Agama, hal tersebut sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) Kompilasi
Berdasarkan bukti P.4 berupa Kutipan Akta Kelahiran, terbukti OV, lahir di
Bantul pada tanggal 27Oktober 2001 dari pasangan suami istri SS dan S..
secara materil saling bersesuaian satu sama lain dan relevan dengan dalil-
dalil yang hendak dibuktikan oleh Pemohon serta tidak ada halangan
diterimanya kesaksian para saksi tersebut, maka kedua saksi tersebut telah
sebagai berikut:
kandung dari Pemohon dengan S bin DS, saat ini anak tersebut
baik, bisa hidup sederhana dan tidak boros, tidak pernah minum-
Pasal 107 sampai dengan 112 Kompilasi Hukum Islam, Majelis berpendapat
3. Menetapkan:
rupiah);
pembuatan akta jual beli hak atas tanah adalah orang tua kandungnya yang
hidup terlama. Menurut hakim, Pasal 345- 354 KUH Perdata ini tidak
dari Kepala Desa. Lebih lanjut, pemohon dan PPAT tidak menghendaki hal
Hakim pun tidak secara sepihak menolak atau memaksakan agar PPAT
Penetapan agar tetap berfungsi dan berguna untuk si anak. Majelis hakim
untuk ke depan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan semua
pihak.
Selain itu, meskipun telah disebutkan dalam Pasal 359, 366, 370,
dan 338 KUH Perdata bahwa Weskameer atau Balai Harta Peninggalan
beserta walinya, namun hingga saat ini belum ada implementasi konkrit
yang dilakukan oleh Weskameer. Bertujuan agar harta dari anak yang di
tertentu sangat penting di sini. Oleh karena itulah, saat ini sedang
bahwa sejauh demi Ketuhanan Yang Maha Esa maka tidak ditolak
kemaslahatan bersama.
anak yang berada di bawah perwalian itu sendiri maupun bagi orang
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian didapat fakta bahwa pelaksanaan penetapan perwalian
tanah oleh Pengadilan Agama Bantul telah dilaksanakan dengan baik sesuai
untuk syarat membuat akta jual beli hak atas tanah memiliki tujuan yaitu,
untuk membuktikan dan merupakan syarat bagi pembuatan akta jual beli
hak atas tanah yang nantinya akan didaftarkan pula ke Kantor Pertanahan
Pengadilan untuk melakukan sidang pada hari yang telah ditentukan. Proses
kedua saksi secara materil saling bersesuaian satu sama lain dan relevan
78
79
B. Saran
1. Saran kepada Pengadilan Agama Bantul untuk mempertahankan pelayanan
absolut Pengadilan Agama, oleh karena itu majelis hakim juga harus
bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, juz 4, terj. Bahrun Abu
Bakar, Hery Noer Aly, CV. Toha Putra, Semarang, 1994.
Anshary, Kedudukan Anak Dalam Persfektif Hukum Islam dan Hukum Nasional,
CV. Mandar Maju, Bandung, 2014.
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Dikeluarga Islam, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, 2001.
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni, Bandung,
1992
Siti Hafsah Ramadhanay, Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali
Pengawas Terhadap Harta Anak Dibawah Umur (Study Mengenal
Eksitensi Balai Harta Peninggalan Medan Sebagai Wali Pengawas), SPS-
USU, Medan, 2004,
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992.
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.
Wahyono Darmabrata dan Surini ahlAn Sjarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga
di Indonesia, cet. 2, Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, Jakarta, 2004
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.
Perundang-Undangan :
Siti Hafsah Ramadhanay, Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali
Pengawas Terhadap Harta Anak Dibawah Umur (Study Mengenal
Eksitensi Balai Harta Peninggalan Medan Sebagai Wali Pengawas), SPS-
USU, Medan, 2004.