Anda di halaman 1dari 15

1

Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN

Aulia Heny Sakina Abstrak


Universitas Islam Negeri Raden Fatah Al-Qur’an is a source of knowledge. This jurnal
Palembang is made to know the relation between Islam and
2220202135@radenfatah.ac.id knowledge, The relation between Al-Qur’an and
science, the relation between Al-Qur’an and math, to
Muhammad Ashif Barkia
knowing the expansion between knowledge and Al-
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Qur’an and, to knowing knowledge and technology.
Palembang
The law of seking knowledge is fardhu ‘ain. (the
2220202145@radenfatah.ac.id
personal have to do). According to the monitoring, al-
Rizki Alfajri Zein qur’an contains all of information that human need.
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Al-quran as a source of knowledge gives the seeds of
Palembang knowledge to be expanded by human become a
2220202159@radenfatah.ac.id science and technology that very useless. Science
correspondency with the nature accident, so in al-
quran more than 750 ayat about the nature accident.
So the conclusion is , Al-Quran and knowledge are
the one of unity that can’t be separate.
Keywords: Al-Qur’an, Islam, Sains.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
2
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

PENDAHULUAN
Ilmu merupakan kebutuhan yang penting untuk memperbaiki kehidupan.
Sebagaimana firman Allah yang termuat di dalam ayat suci AlQur’an maupun di
hadits nabi yang menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu. Di dalam Q.S. Al-
Alaq ayat 1 Allah telah berfirman “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan.” Dari ayat tersebut kita dapat memahami bahwasanya Allah
memerintahkan kepada setiap umat manusia untuk membaca. Ada banyak
manfaat dari membaca. Salah satunya dengan membaca kita mendapatkan sumber
pengetahuan.
Kemudian dalam Q.S. Al-Ghasiyah ayat 17-30 juga dijelaskan bahwa
“Tidakkah mereka perhatikan bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan,
gunung ditegakkan dan bumi dihamparkan”. Jika ayat-ayat tersebut kita resapi
maknanya maka kita akan mendapatkan makna yang mendalam, ayat tersebut
merupakan panggilan untuk kita merenungi dan memikirkan segala ciptaan Allah.
Tentu untuk memikirkan dan mererenungi segala ciptaan Allah tidak terlepas dari
ilmu pengetahuan. Sebagaimana perintah dari Allah yang menyuruh manusia
untuk membaca dan menggali ilmu pengetahuan.
Pengetahuan ialah suatu yang diketahui manusia melalui pengalaman,
informasi maupun perasaan. Sedangkan ilmu atau ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan mengingatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. 1Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-imu
diperoleh dari keterbatasannya. 2
Sebagai makhluk yang berakal, manusia memilki kemampuan untuk
berpikir. Lewat dari proses mengamati sesuatu manusia bisa mendapatkan
informasi. Kemudian dari hasil pengamatan itu akan berubah menjadi sebuah ilmu
pengetahuan. Demikianlah halnya dengan contoh peristiwa alam dan benda-
benda yang ada di dunia. Peristiwa alam tidak dapat dipikirkan dan diolah oleh
manusia untuk kepentingan hidupnya dan untuk memperkuat imannya, kecuali

1
Dafrita, Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama, Dakwah, 9, no.2, 2015, 159.
2
Dafrita, Ilmu dan Hakekat, 159

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
3
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

oleh orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya. Allah berfirman: “Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” QS. Al - Ankabut : 43).3
Dengan demikian untuk mengkaji bahkan menjangkau hal yang tidak kita
ketahui maka ilmu berperan sebagai sumber informasi. Al-Qur’an adalah sumber
ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, secara tidak langsung Allah SWT telah
menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan. Allah
telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Quran,
manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah
ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S. Ar-Rahman ayat 33 artinya:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.” 4
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan
isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah
dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka
punya kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud di sini
sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan
teknologi, hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan ditemukannya
alat transportasi yang mampu menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah
mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali
melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-planet lainnya. 5
METODE PENELITIAN
Tulisan ini menggunakan metode penelitian studi (Library research).
Metode ini merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data kepustakaan, membaca, mencatat, serta mengolah data
penelitian tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk melacak sumber-sumber
penelitian yang sudah ada, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam

3
Mutia dan Huda, “Mengenal Matematika Dalam Perpekstif Islam”, Kajian Keislaman dan
Kemasyarakatan, 2, no.2, 2017, 183.
4
Qutub,“Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran dan Hadits”, Humaniora, 2, no. 2,
2011,1341.
5
Qutub,“Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran dan Hadits”, 1341

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
4
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

metodologis. Metode penelitian ini benar-benar memanfaatkan sumber


kepustakaan yang ada, tanpa mengaharuskan seseorang peniliti untuk terjun ke
lapangan. Penelitian yang bertemakan agamapun, seperti yang ada pada tulisan ini
umumnya sangat bergantung pada studi literatur, terutama penelitian yang
relevansi dengan pembahasan ini.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Pengetahuan dalam Islam


Ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala hal yang dapat diindera
oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, perasaan dan keyakinan) melalui
akal atau proses berfikir (logika). Ini adalah konsep umum (barat) yang disebut
(knowledge). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan
formula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Al-Qur’an, keduanya
disebut (ilmu). Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang dimaksud ilmu itu
tidak terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (sience) saja, melainkan
justru diawali oleh ilmu Allah yang dirumuskan dalam lauhul mahfudzh yang
disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. 6
Ilmu Allah itu melingkupi semua ilmu, mencakup semua
ilmu manusia, tentang alam semesta dan manusia itu sendiri. Bila diikuti jalan
fikiran ini, maka dapatlah kita fahami bahwa Al-Qur’an merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia (Knowledge dan science). Dengan membaca dan
memahami Al-Qur’an, manusia pada hakekatnya akan memahami ilmu Allah,
yaitu firman-firman-Nya. 7

Jadi, berdasarkan fakta-fakta yang ada dan apa-apa yang terkandung dalam
al-qur’an, kita dapat membulatkan pernyataan bahwa ilmu yang dimiliki oleh
manusia dan yang wajib dituntut oleh manusia, semua berporos pada
agama. Agama yang menjunjung tinggi peran akal dalam mengenal hakikat segala
sesuatu. Begitu pentingnya peran akal, sehingga bahkan dikatakan bahwa tak ada
agama bagi orang yang tak berakal, dengan akal yang telah sempurna itulah maka
Islam diturunkan ke alam semesta. Melalui akal, manusia dengan proses berfikir
berusaha memahami berbagai realita yang hadir dalam dirinya, sehingga manusia
mampu menemukan kebenaran sesuatu, membedakan antara yang haq

6
Qohar Masjqoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, 2003), hlm. 213
7
Ibid. hlm. 216

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
5
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

dengan yang bathil. Sehingga dapat dikatakan bahwa akal dan kemampuan
berfikir yang dimiliki manusia adalah fitrah manusia yang membedakannya dari
makhluk-makhluk yang lain.
B. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Sebagai orang yang rendah pengetahuan keislamannya beranggapan bahwa
Al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita-cerita kuno yang tidak mempunyai
manfaat yang signifikan terhadap kehidupan modern, apalagi jika dikolerasikan
dengan kemajuan IPTEK saat ini. Al-Qur’an menuntut mereka cukuplah dibaca
untuk sekedar mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu
didalamnya, apalagi untuk menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern
dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan, hal itu adalah sesuatu yang keliru.
Anggapan-anggapan di atas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau
berusaha untuk membuka Al-Qur’an dan menganalisis kandungan ayat-ayatnya.
Oleh karenanya maka anggapan tersebut adalah sangat keliru dan bertolak
belakang dengan semangat Al-Qur’an itu sendiri. Bukti-bukti ini yang
menunjukkan sebaliknya misalnya, bahwa wahyu yang pertama kali diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW adalah perintah untuk
membaca/belajar dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa atau
dzikrullah. Demikian tinggi hikmah turunnya ayat ini, menunjukkan perhatian
Islam yang besar terhadap ilmu pengetahuan. 8
Sejarah menunjukkan, bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan
melaksanakan agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia dengan
pakar-pakar yang menguasai dalam disiplin ilmunya masing-masing, sehingga
Barat pun belajar dari mereka. baru di masa kaum muslimin meninggalkan ajaran
agamanya dan tergiur dengan kenikmatan duniawi dan berpaling ke barat, maka
Allah SWT merendahkan dan menghinakan mereka. Sungguh telah benar
Rasulullah SAW yang telah memperingatkan umatnya dalam hal ini. Karena
kedudukan ilmu yang sedemikian tingginya, maka islam mewajibkan umatnya
untuk memperlajari ilmu. 9

C. Ayat-ayat tentang Ilmu Pengetahuan


1. Surat Taubah (9) ayat 122

8
Ibid. hlm. 215
9
Ibid. hlm. 216

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
6
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

‫ِين َو ِليُنذ ُِرواْ قَ ۡو َم ُهمۡ إِذَا‬ َ ۡ‫۞و َما َكانَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِليَنف ُِرواْ َكآفَّ ۚٗة فَلَ ۡو ََل نَف ََر مِن كُ ِل ف ِۡرقَ ٖة م ِۡن ُهم‬
ِ ‫َة ِليَتَفَقَّ ُهواْ فِي ٱلد‬ٞ ‫طآئِف‬ َ
١٢٢ ‫رج ُع ٓواْ ِإل ۡي ِهمۡ لعلَّ ُهمۡ ي ۡحذ ُرون‬
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.

Tafsir Ayat :
Anjuran yang demikian gencar, pahala yang demikian besar bagi yang
berjihad, serta kecaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan,
menjadikan kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju ke
medan juang. Ini tidak pada tempatnya karena ada area perjuangan lain yang harus
dipikul. Ulama yang menyatakan bahwa ketika Rasul saw. tiba kembali di
Madinah, beliau mengutus pasukan yang terdiri dari beberapa orang ke beberapa
daerah. Hal ini banyak sekali yang ingin terlibat dalam pasukan kecil itu sehingga
jika diperturutkan, tidak akan ada yang tinggal di Madinah bersama Rasul kecuali
beberapa gelintir orang saja. Maka dalam hal ini ayat ini menuntun kaum
muslimin untuk membagi tugas dengan menyatakan : Tidak sepatutnya bagi
orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan
perang pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersedia lagi yang
melaksanakan tugas-tugas yang lain. Jika memang tidak ada panggilan yang
bersifat mobilisasi umum, maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni
kelompok besar, di antara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk
bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga
mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang
lain dan juga untuk memberi peringataan kepada kaum mereka yang menjadikan
anggota pasukan yang ditugaskan oleh Rasul saw. itu apabila nanti setelah
selesainya tugas, mereka, yakni anggota pasukan itu, telah kembali kepada
mereka yang memperdalam pengetahuan itu supaya mereka yang jauh dari Rasul
saw. karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka. 10
Menurut al-Biqa’i sebagaimana dikutip Quraish menyatakan bahwa
kata thaaifah dapat berarti satu atau dua orang. Sementara ulama yang lain tidak

10
Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), Hlm.
187

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
7
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

menentukan jumlah tertentu, namun yang jelas ia lebih kecil dari firqah yang
bermakna . Sekelompok manusia yang berbeda dengan kelompok yang lain.
Karena itu, satu suku atau bangsa, masing-masing dapat dinamai
dengan firqah. Sedangkan kata liyatafaqqahuu terambil dari kata fiqh, yakni
pengetahuan yang mendalam menyangkut hal-hal yang sulit dan tersembunyi.
Bukan hanya sekadar pengetahuan. Penambahan huruf taa pada kata tersebut
mengandung makna kesungguhan upaya, yang dengan keberhasilan upaya itu para
pelaku menjadi pakar-pakar dalam bidangnya. Demikianlah kata-kata tersebut
mengundang kaum muslimin untuk menjadi pakar-pakar pengetahuan. Sementara
kata fiqh bukan terbatas pada apa yang diistilahkan dalam disiplin ilmu agama
dengan ilmu fiqh, yakni pengetahuan tentang hukum-hukum agama islam yang
bersifat praktis dan yang diperoleh melalui penalaran terhadap dalil-dalil yang
terperinci. Tetapi, kata itu mencakup segala macam pengetahuan mendalam. 11
Jadi dapat saya simpulkan bahwa Orang-orang yang beriman tidak wajib
pergi semua untuk berjihad dan meninggalkan negeri mereka dalam keadaan
kosong. Tapi harus tetap ada yang tinggal disana dan satu kelompok lagi yang
keluar menuntut ilmu yang bermanfaat. Apabila mereka kembali ke kampung
halaman, mereka wajib mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada kaumnya yang
tidak ikut menuntut ilmu. Mereka harus memberikan pemahaman kepada
kaumnya tentang agama Allah SWT, memperingatkan mereka akan bahaya
maksiat dan melanggar perintah-Nya. Menyerukan supaya mereka bertakwa
kepada Tuhan mereka dengan mengamalkan kitab-Nya dan sunnah Nabi SAW.

2. Surat Mujaadalah (58) ayat 11

‫ٱَّللُ لَكُمۡۖۡ َوإِذَا قِي َل ٱنش ُُزواْ َفٱنش ُُزواْ يَ ۡرفَ ِع‬
َّ ‫ح‬ َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َجل ِِس َف ۡٱف‬
ِ ‫س ُحواْ يَ ۡف َس‬ َّ َ‫ي ٓٓأَي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا قِي َل لَكُمۡ تَف‬
١١ ‫ير‬ٞ ِ‫ٱَّللُ بِ َما ت َعۡ َملُو َن َخب‬
َّ ‫ت َو‬ ٖ ٗۚ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ مِنكُمۡ َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱلع ِۡل َم دَ َر َٰ َج‬ َّ
Artinya :
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

11
Ibid. hlm. 188

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
8
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

Tafsir Ayat :
Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada
kamu, oleh siapapun: “Berlapang-lapanglah, yakni berupayalah dengan
sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberikan tempat pada
orang lain, dalam majelis-majelis, yakni satu tempat, baik itu tempat duduk
maupun bukan untuk duduk, apabila diminta kepada kamu untuk melakukan itu
maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan sukarela. Maka jika
kamu melakukan hal tersebut, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu
buat kamu dalam hidup ini. Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu ke tempat
yang lain, atau duduk diduduki tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau
bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka
berdiri dan bangkitlah, Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara
kamu, wahai yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan
Allah Maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa
datang. 12
Kata tafassahuu dan ifsahuu pada ayat tersebut, terambil dari kata fasaha,
yakni lapang. Sedangkan kata unsyuzuu diambil dari kata nuzuz, yakni tempat
yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang lebih
tinggi. Yang dimaksudkan adalah pindah ke tempat lain untuk memberikan
kesempatan kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar
pindah itu atau bangkit melakukan suau aktifitas yang positif. Sementara itu, ada
juga yang memahaminya dengan berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama-lama
di sana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi SAW. yang lain dan yang perlu
segera Beliau hadapi. Sedangkan kata majaalis adalah bentuk jamak dari majelis.
Pada umumnya berarti tempat duduk. dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi
SAW memberikan tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud di sini
adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik itu tempat duduk, tempat berdiri,
atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atau tuntunan ayat ini
adalah memberi tempat yang wajar secara mengalah kepada orang-orang yang
dihormati atau pun orang-orang yang lemah,Seorang tua non-muslim sekalipun13.
Jadi dapat kita ketahui dari ayat diatas bahwa para sahabat berlomba-lomba
untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulallah SAW untuk mendengarkan

12
Ibid. hlm. 179
13
Ibid. hlm. 174

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
9
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

pembicaraan beliau yang mengandung banyak kebaikan dan keutamaan yang


besar. Diperintahkan pula untuk memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak
merapatkannya, dan apabila yang demikian ini menimbulkan rasa cinta didalam
hati dan kebersamaan dalam mendengarkan hukum-hukum agama, maka akan
dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat.
Isi kandungan pada ayat diatas berbicara tentang etika atau akhlak ketika
berada dalam majelis ilmu. Etika dan akhlak tersebut antara lain ditunjukan untuk
mendukung terciptanya ketertiban, kenyamanan dan ketenangan suasana dalam
majelis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Ayat
diatas juga sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di
bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan
menghadiri majeis ilmu. Dan orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan
mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
Menurut Imam Al Qurthubi "Maksud ayat di atas yaitu, dalam hal pahala
di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah Subhanahu wa Taala akan meninggikan
orang beriman dan berilmu di atas orang yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud,
dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala memuji para ulama. Dan makna bahwa
Allah Subhanahu wa Ta ala akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama, apabila mereka melakukan
perintah- perintah Allah".
3. Surat Al-Alaq (96) ayat 1-5

َ َٰ ‫ٱۡلن‬
َ‫سن‬ َ ٤ ‫علَّ َم ِب ۡٱلقَلَ ِم‬
ِ ۡ ‫علَّ َم‬ َ ‫ ٱلَّذِي‬٣ ‫ۡٱۡل َ ۡك َر ُم‬ َ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َربك‬٢ ‫ق‬
ٍ َ‫عل‬ ۡ َ‫سن‬
َ ‫مِن‬ َ َٰ ‫ٱۡلن‬ ۡ ‫ۡٱق َر ۡأ ِب‬
ِ ۡ َ‫ َخلَق‬١ َ‫ٱس ِم َر ِبكَ ٱلَّذِي َخلَق‬
٥ ۡ‫َما لَمۡ يَعۡ لَم‬
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah (3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4). Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

Tafsir Ayat :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (ayat 1).
Dari suku kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama
dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk
membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau atas nama Allah, tuhan yang
telah menciptakan. Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah” (ayat 2).

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
10
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah
berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan yang setelah 40 hari
lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal darah dan dari segumpal darah
itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging. “Bacalah, dan tuhanmu
itu adalah maha mulia”(ayat 3). 14
Setelah pada ayat pertama beliau menyuruh membaca dengan nama allah
yang menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh
membaca diatas nama tuhan. Sedang nama tuhan yang selalu akan diambil jadi
sandaran hidup itu ialah Allah yang maha mulia, maha dermawan, maha kasih dan
saying kepada mahluknya. “Dia yang mengajarkan dengan kalam”(ayat 4).
Itulah istimewanya tuhan itu lagi. Itulah kemulianya yang tertinggi. Yaitu
diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia,
diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah yaitu dengan
qalam. Dengan pena disamping lidah untuk membaca, tuhanpun mentaksirkan
pula bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat.
Pena itu kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena
itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia “Mengajari manusia
apa-apa yang dia tidak tahu” (Ayat 5). Terlebih dahulu Allah ta’ala mengajar
manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu
banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh allah kepadanya, sehingga dapat pula
dicatat ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam
tanganya15.

Jadi dapat saya simpulkan berdasarkan ayat tersebut Rasulullah disuruh


untuk membaca agar menjadi orang yang bisa membaca sebelum tadinya tidak.
Betapa pentingnya membaca itu, bahkan sesungguhnya setiap detik hidup ini
adalah membaca. Tanpa membaca, orang akan kesulitan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan. Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun yang
membedakan adalah kualitas pembacaannya.
Pada masa jahiliyyah dahulu, kondisi kehidupan masyarakat didominasi
oleh pembacaan yang salah. Membaca yang benar dalam arti menyeluruh harus
menjadi bagian dari hidup seorang muslim. Manusia dapat baru dapat dimintai
pertanggungjawaban setelah mampu membaca dalam arti luas. Sebab kemampuan
membaca adalah tanda berfungsinya akal seseorang. Dikutip dari sebuah
hadits, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”. Kualitas pembacaan

14
HAMKA, Tafsir Al-Azhar jilid 10 (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1998) hlm. 8059
15
Ibid. Hlm. 8060

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
11
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

juga ditandai dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit
indikator atau tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi
apa yang dilihatnya.
Dalam ayat tersebut dapat diketahui perintah Allah SWT kepada manusia
untuk menuntut ilmu, dan dijelaskan pula sarana yang digunakan untuk menuntut
ilmu yaitu kalam. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia dan
mengamalkannya juga merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai,
semakin takut pula kepada Allah SWT sehingga dengan sendirinya akan
mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun dalam salah satu hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air
hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat
tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang
banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air
maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka
bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan
airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang
tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan.
Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang
mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan
mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak
perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah
yang aku diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi SAW agar bersemangat
untuk mencari ilmu, yaitu beliau SAW memberikan perumpamaan terhadap apa
yang beliau bawa, yaitu hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan
memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian
beliau SAW menyerupakan orang yang mendengar ilmu dengan bumi/tanah yang
bermacam-macam dimana air hujan (ilmu) turun padanya:
1. Diantara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan
ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik,
yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan
menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan
manfaat bagi yang lainnya.
2. Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya,
di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya
dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
12
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan
kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air
sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
3. Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak
menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula
menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah
lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.

Kelompok pertama dan kedua dalam perumpamaan tersebut kelak akan


dikumpulkan menjadi satu karena kebersamaan mereka dalam memanfaatkan
ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat.
Dan kelompok ketiga yang tercela akan dipisahkan dari kelompok satu dan dua
karena tidak adanya kemanfaatan darinya. Dan tidak diragukan lagi bahwasanya
terdapat perbedaan yang besar antara orang yang mencari ilmu lalu memberikan
manfaat pada dirinya dan orang lain dengan orang yang rela dengan kebodohan
dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun
dari warisannya para Nabi.

D. Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Islam memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam kehidupan manusia. Martabat manusia selain ditentukan oleh
peribadatannya juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Allah juga menyatakan bahwa orang-orang
berilmulah yang takut kepada Allah. Hal ini disampaikan dalam ayat QS. Fathir
(35 : 28) :16

‫غفُ ْو ٌر‬
َ ‫ع ِزي ٌْز‬ َ ‫ّٰللا م ِْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَمَٰۤ ؤ َُۗا ا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ َ ‫ِف ا َ ْل َوانُه ك ََٰذل َِۗكَ اِنَّ َما يَ ْخشَى ه‬
ٌ ‫اَل ْنعَا ِم ُم ْختَل‬ ِ ‫اس َوالد ََّو ۤا‬
َ ْ ‫ب َو‬ ِ َّ‫َومِنَ الن‬

Artinya :
“(Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.”

Malaikat mengatakan manusia hanya akan menciptakan kerusakan dan


pertumpahan darah di muka bumi. Allah membuktikan keunggulan manusia
16
Emoto, Masaru. The Miracle of Water. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
13
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu pengetahuan.


Manusia dapat mengeksplorasi kekayaan alam yang diberikan oleh Allah. Namun
ajaran Islam tidak boleh diabaikan ketika manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan serta memanfaatkan kekayaan alam. Hal ini dimaksudkan agar hasil
yang diperoleh memberikan manfaat sesuai dengan fitrah hidup manusia.

‫ق بَ ِع ْي ٍد‬ َ َ ‫ّٰللا ث ُ َّم َكف َْرت ُ ْم بِ ٖه َم ْن ا‬


ٍ ٍۢ ‫ضل ِم َّم ْن ه َُو فِ ْي ِشقَا‬ ْ َ‫قُ ْل ا َ َر َء ْيت ُ ْم ا ِْن َكان‬
ِ ‫مِن ِع ْن ِد ه‬

Artinya :
“ Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur'an) itu datang dari sisi Allah,
kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)?”

Seni Islam murni melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat manusia
merenungkan keesaan Ilahi, begitu pula dengan semua ilmu yang bersifat Islami
menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Kedua
hal ini, seni dan ilmu pengetahuan yang bersifat Islami, menjadikan manusia dapat
menuju kearah perenungan keagungan dan keesaan Ilahi.
Teknologi dapat membawa dampak baik positif maupun negatif dalam
kehidupan manusia. Teknologi dapat membawa kemajuan dan kesejahteraan pada
manusia, namun juga bisa membawa kehancuran dan kerusakan alam semesta.
Komponen ketiga dari ipteks adalah seni. Seni adalah hasil ungkapan akal dengan
segala prosesnya. Hasil ekspresi manusia tersebut merupakan bagian dari budaya
manusia. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena
ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. 17
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam AlQuran.
Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang
telah diklarifikasi, diorganisasi, disistemisasi, dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran objektif, sudah teruji kebenarannyam dan dapat diuji
ulang secara ilmiah. Istilah teknologi merupakan produk terapan dari ilmu melalui
perekaciptaan membuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhan /kesejahteraan
manusia. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur
budaya sebagai hasil penerapan praktis ilmu pengetahuan. 18

17
Sholeh, Khudori. 2010. Integrasi Agama & Filsafat.Malang : Uin-Maliki Press.
18
Slamet, Achmad. 2016. Buku Ajar : Metodologi Studi Islam. Yogyakarta : Deepublish.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
14
Vol. 5, No. 1, (November 2023): 1-16
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

Dalam pemikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari


wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara
wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu. Dalam Islam wahyu dan
akal, agama dan ilmu harus sejalan dan tidak boleh dipertentangkan. Hal ini
karena hakikat agama adalah pembimbing dan pengarahan akal.
Teknologi memiliki banyak arti dan pengertian yang luas. Untuk
membatasi pengertian teknologi yang luas, pengertian teknologi dapat
dikelompokan sebagai berikut : 19
1. Teknologi sebagai barang buatan : Tidak ada manusia yang
sempurna, semua pasti memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada
pada diri manusia itu kemudian diminimalkan dengan adanya
teknologi agar kelemahan yang dimiliki manusia menjadi sedikit
berkurang. Tetapi barang-barang buatan tidak hanya terbatas pada
kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang tadinya belum
terpikirkan.
2. Teknologi sebagai kegiatan manusia : Kegiatan manusia tidak
lepas dari kegiatan membuat dan menggunakan. Kegiatan manusia
itu merupakan bentuk dari teknologi itu sendiri.
3. Teknologi sebagai ilmu terapan : Kegiatan membuat dan
menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat (produk)
dan ilmu menggunakan (komsumsi). Ilmu tersebut merupakan
kumpulan dari pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai
sumber.
4. Teknologi sebagai kebulatan sistem : Pembahasan yang bulat dan
menyeluruh akan tercapai kalau teknologi dtinjau sebagai suatu
sistem. Ini berarti teknologi dibahas sebagai suatu kebulatan unsur
yang saling berkaitan dan saling memengaruhi dalam lingkungan
sistem itu sendiri.

Teknik berarti semua manifestasi dalam arti material yang lahir dari daya
cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna
mempertahankan kehidupan. Banyak sekali saat ini cabang ilmu yang merupakan
bagian dari teknik. Dalam peradaban manusia teknik sangat memegang peran
penting terhadap perkembangan manusia. 20

19
Yedi Purwanto. 2011. Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Jurnal
Sosioteknologi.
20
Abday Rathomy, Moh. 2019. Tiga Serangkai ; Sendi Agama. Bandung : PT. Alma Arif.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1
15
Vol. 5, No. 1, (Oktober 2023): 1-14
Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

DAFTAR PUSTAKA

Abday Rathomy. Moh. 2019. Tiga Serangkai ; Sendi Agama. Bandung : Pt. Alma
Arif.

Abudin Nata. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada,


2012), Hlm. 187

Dafrita, Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama, Dakwah, 9,
No.2, 2015, 159.

Emoto, Masaru. The Miracle Of Water. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 10 (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1998) Hlm. 8059

Mutia Dan Huda, “Mengenal Matematika Dalam Perpekstif Islam”, Kajian


Keislaman Dan Kemasyarakatan, 2, No.2, 2017, 183.

Qohar Masjqoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, 2003), Hlm. 213

Qutub,“Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran Dan Hadits”,


Humaniora, 2, No. 2, 2011,1341.

Sholeh, Khudori. 2010. Integrasi Agama & Filsafat.Malang : Uin-Maliki Press.

Slamet, Achmad. 2016. Buku Ajar : Metodologi Studi Islam. Yogyakarta :


Deepublish.

Yedi Purwanto. 2011. Islam Mengutamakan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.


Jurnal Sosioteknologi.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


Avaliable Online At: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
DOI: 10.19109/pairf.v5i1

Anda mungkin juga menyukai