Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI MANAJEMEN

“METODE HARGA POKOK PROSES”


(Proses Cost Method)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu: Mursekha, S. Sy., ME

Disusun Oleh :
1. Ahmad Zuhdi Mubarok
2. Inayatul Aulia
3. Mahmudatul Amaliyah

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmatNya, penulis dapat menyusun makalah dengan judul “Metode Harga
Pokok Proses”. Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Manajemen. Makalah yang berjudul “Metode Harga Pokok
Proses” diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai cara
bagaimana dalam mengetahui tentang apa itu Metode Harga Pokok Proses.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat
positif demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Terselesaikannya makalah ini
tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Saepudin, MA.., Rektor Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal.
2. Drs. H. Sururi, M.Hum., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal.
3. Alip Toto Handoko, SE., MM., Ketua Prodi Ekonomi Syariah Institut Agama
Islam Bakti Negara (IBN) Tegal.
4. Mursekha, S. Sy., ME. Dosen Mata Kuliah Akuntansi Manajemen.
5. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Institut Agama Islam Bakti Negara
(IBN) Tegal, yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik
kepada penulis.
6. Semua rekan-rekan dan pihak yang telah membantu kelancaran makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
darikesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Senin, 2 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Definisi dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses .................................. 2
B. Metode Harga Pokok Proses (Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk
Dalam Proses Awal) ...................................................................................................... 2
BAB III............................................................................................................................. 16
PENUTUP........................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah dari bahan baku
menjadi barang jadi dan memasarkan hasil produksinya tersebut. Ada tiga fungsi
pokok dalam perusahaan manufaktur yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan
fungsi administrasi dan umum. Bagian yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi
produksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian yang mengolah secara
langsung bahan baku menjadi produk jadi dan bagian yang membantu
menyediakan jasa untuk memperlncar proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Kelompok pertama disebut departemen produksi dan kelompok
kedua disebut departemen pembantu.
Secara garis besar proses pengolahan pruduk dalam perusahaan
manufaktur dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu proses produksi
berdasarkan pesanan dan proses produksi massa. Perusahaan yang proses
produksinya berdasarkan pesanan mengumpulkan biaya produksinya dengan
metode kos pesanan. Perusahaan yang proses produksinya berupa produksi massa
mengumpulkan biaya
produksinya dengan metode kos proses.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan karakteristik metode harga pokok proses?
2. Apa metode harga pokok proses (tanpa memperhitungkan persediaan produk
dalam proses awal) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan karakteristik metode harga pokok proses.
2. Untuk mengetahui metode harga pokok proses (tanpa memperhitungkan
persediaan produk dalam proses awal).

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode Harga Pokok Proses adalah suatu sistem penetapan harga pokok
produk yang digunakan dalam industri yang menyelenggarakan kegiatan produksi
untuk suatu produk tertentu secara berkelanjutan tanpa berdasarkan permintaan
yang spesifik dari pelanggan tertentu.
Sebagai akuntansi untuk perusahaan industri, antara harga pokok pesanan
dengan harga pokok proses pada dasarnya memiliki banyak persamaan. Pertama
dilihat dari tujuan dasarnya, kedua sistem produksi sama-sama membebankan
bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pada produk dalam suatu
mekanisme penghitungan harga pokok per unit produk. Kedua, kedua sistem
menggunakan dasar akun pabrikasi yang sama, sebagai media pencatatan dan
pengumpulan data biayanya. Arus fisik produksinya sama-sama melibatkan
overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Ketiga, arus
fisik dan biaya dalam akun pabrikasi pada dasarnya sama pada kedua sistem
tersebut.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik
produksinya adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standa untuk jangka waktu tertentu.
B. Metode Harga Pokok Proses (Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk
Dalam Proses Awal)
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok
proses dalam pengumpulan biaya produksi, berikut ini disajikan contoh
penggunaan metode harga pokok proses yang belum memperhitungkan dampak
adanya persediaan produk dalam proses awal. Variasi contoh penggunaan metode
harga pokok proses yang diuraikan dalam bab ini mencakup:
a) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi

2
b) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
c) Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan
harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
 Produk hilang pada awal proses
 Produk hilang pada akhir proses
1. Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi
Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode
harga pokok proses, berikut ini diuraikan contoh metode harga pokok proses
yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu
departemen produksi tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam
proses awal periode.
Contoh 1
Misalkan PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu
departemen produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari
20X1 disajikan dalam Gambar 3.1.
Data Produksi dan Biaya PT Risa Rimendi Bulan Januari 20x1
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Total Biaya Produksi Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut


adalah:
Produk jadi 2000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut:
Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 %,
Biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %. 500 kg

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 20x1


Masuk ke dalam proses: 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg

3
Perhitungan harga pokok produksi per satuan

Unsure biaya Total Biaya Unit Biaya produksi per


produksi ekuivalensi satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 7.500
Rp 39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
BBB : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
BBP: 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
BTK: 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
BOP: 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000
Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 20x1 Rp 39.875.000

Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 20x1


PT Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 20x1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000 kg
Produk dalam Proses akhir 500 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg
Biaya yang dibebankan dalam Bulan Januari 20x1
Total PerKg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Biaya bahan penolong 7.500.000 3.000
Biaya Tenaga kerja 11.250.000 5.000
Biaya overhead pabrik 16.125.000 7.500
Jumlah Rp 39.875.000 Rp 17.500

4
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.000 kg @ Rp 17.500 Rp 35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 1.500.000
Biaya tenaga kerja 1.250.000
Biaya overhead pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan Rp 39.875.000
januari

2. Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi


Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, perhitungan
biays produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi
pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh 1 di atas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang
bersifat kumulatif Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya,
yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya tersebut,
maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama terdiri dari:
a) Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.
b) Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama. Dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut
dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, dalam hal ini perlu
diperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki rendah dari nilai
jual setelah produk tersebut diperbaiki.
Faktor penyebab terjadinya produk cacat antara lain :
a. Bersifat normal
Dimana setiap proses produksi tidak bisa dihindari terjadinya produk cacat,
maka biaya untuk memperbaiki produk cacat tersebut dibebankan ke setiap

5
departemen dimana terjadinya produk cacat,dengan cara menggabungkan
setiap elemen biaya yang dibebankan pada setiap departemen.
b. Akibat kesalahan
Dimana terjadinya produk cacat diakibatkan kesalahan dalam proses produksi
seperti kurangnya perencanan, kurangnya pengawasan dan pengendalian,
kelalaian pekerja dan sebagainya. Maka biaya untuk memperbaiki produk
cacat seperti ini tidak dibebankan ke setiap elemen biaya, tetapi dianggap
sebagai kerugian perusahaan yang harus dimasukkan ke dalam rekening rugi
produk cacat.
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua
departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut ini.
Contoh 2
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi departemen A dan departemen
B untuk menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya kedua departemen
tersebut dalam bulan Januari 20X1 disajikan dalam Gambar 3.6.
Data produksi Bulan Januari 20x1
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 Kg
Produk selesai ditransfer ke departemen B 30.000 Kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 Kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 Kg 6.000 Kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk
proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A


Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi
Produksi per Kg
Bahan baku Rp70.000 35.000 Rp 2
Tenaga kerja Rp155.000 31.000 5
Overbead pabrik Rp248.000 31.000 8
Total Rp 473.000 Rp 15

6
Menghitung Unit Ekuivalen:
(Produk jadi) + (% x Produk dalam proses)
30.000 + (100% x 5.000)
30.000 + 5.000
= 35.000
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp 5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 20x1 Rp 473.000

Laporan Biaya Produksi departemen A Bulan Januari 20x1


PT Eliona sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20x1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk jadi transfer ke gudang 30.000 kg
Produk dalam proses akhir 5.000
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg

Biaya yang dibebankan Departemen A


dalam Bulan Januari 20x1 Total PerKg
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155.000 5
Biaya overhead pabrik 248.000 8
Jumlah Rp 473.000 Rp 15
Perhitungan Biaya
Harga pokok oroduk jadi yang ditransfer
ke Departemen B
30.000 kg @ Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir
Biaya bahan baku Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 5.000
Biaya overhead pabrik 8.000

7
23.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp 473.000
departemen A bulan Januari

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi
Produksi per Kg
Tenaga kerja 270.000 27.000 10
Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25
Menghitung Unit Ekuivalen:
(Produk jadi) + (% x Produk dalam proses)
24.000 + (50% x 6.000)
24.000 + 3.000
= 27.000

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke
gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer 960.000
Departemen ke gudang 24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen 165.000
B
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari Rp 1.125.000
20x1

Laporan Biaya Produksi departemen a bulan Januari 20x1


PT Eliona sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 20x1
Data produksi

8
Diterima dari Departemen A 30.000 kg
Produk yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir 6.000
Jumlah produk yang dihasilakan 30.000 kg
Biaya Kumulatif yang Dibebankan Departemen B dalam Bulan Januari 20x1
Total Per Kg
Harga pokok dari dep. A (30.000 kg) Rp 450.000 Rp 15
Biaya yang ditambahkan Dep. B
Biaya Tenaga Kerja Rp 270.000 Rp 10
Biaya overhead pabrik 405.000 15
Jumlah biaya yang ditambahkan Dep. B Rp 675.000 Rp 25
Total biaya kumulatif di Dep. B Rp 1.125.000 Rp 40
Perhitungan Biaya
Jurnal pencatatan biaya produksi departemen B
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000
kg @ Rp 40 Rp 960.000

Harga pokok persediaan produk dalam


proses akhir
Harga pokok dari Dep. A Rp 15 x 6.000 Rp 90.000
Biaya yang ditambahkan Dep. B
Biaya tenaga kerja 30.000
Biaya overhead pabrik 45.000
165.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp 1.125.000
departemen B bulan Januari 20x1

3. Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga


Pokok Produksi perSatuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak
diikutsertakan dalam perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam
departemen setelah departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal
proses mempunyai dua akibat: (1) menaikkan harga pokok produksi per satuan

9
produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya dan (2) menaikkan
harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen produksi
setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh 3
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya
departemen A dan departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua
departemen tersebut untuk bulan Januari 20X1 disajikan dalam Gambar 3.12.
Data produksi Bulan Januari 20x1
Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 Kg -
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya 200 Kg -
konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi - 100 Kg
50 %
Produk yang hilang pada awal proses 100 Kg 200 Kg

Biaya produksi Bulan Januari 20 x1


Departemen A Departemen B
Biaya Bahan Baku Rp 22.500 Rp -
Biaya Bahan Penolong 26.000 16.100
Biaya Tenaga Kerja 35.100 22.500
Biaya Overhead Pabrik 45.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 20x1


Jenis Biaya Jumlah produk yang Biaya Biaya per kg
dihasilkan oleh departemn produksi produk yang
A ( unit ekuivalensi Departemen A dihasilkan oleh
departemen A
Biaya Bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = Rp 22.500 Rp 25
Baku 900 kg
Biaya Bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 26.000 29
Penolong 900 kg

10
Biaya Tenaga 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
Kerja
Biaya Overhead 700 + 40%x200kg=780kg 45.800 60
Pabrik
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 20x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : Rp 111.300
700 x Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200
Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
Rp 19.200

Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen


pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 159,00
departemen A Rp 111.300 : 700 kg
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 222.60
departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di
Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200
kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal Rp 63.60
dari Departemen A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 20 x1


Jenis Biaya Jumlah produk yang Biaya Biaya per kg
dihasilkan oleh departemn B produksi produk yang
( unit ekuivalensi Departemen B dihasilkan oleh
departemen B
Biaya Bahan 400 kg + 60 % x 100 kg = Rp 16.100 Rp 35
Penolong 460 kg
Biaya Tenaga 400 kg + 50 % x 100 kg = Rp 22.500 Rp 50

11
Kerja 460 kg
Biaya Overhead 400 kg + 50 % x 100 kg = Rp 24.750 Rp 55
Pabrik 460 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 20x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg x Rp 145.040
Rp 362.60 => ( 222,60 + 140)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100
kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 = 2.750
Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

4. Produk yang Hilang pada Akhir Proses terhadap Perhitungan Harga


Pokok Produksi perSatuan
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus
diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh
departemen tersebut. Baik di dalam departemen produksi pertama maupun
departemen-departemen produksi setelah departemen produksi pertama, harga
pokok produk yang hilang pada akhir proses harus dihitung, dan harga pokok ini
diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal ini akan mengakibatkan
harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya
atau ke gudang menjadi lebih tinggi.

Contoh 4
Untuk menggambarkan pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses
terhadap perhitungan harga pokok per satuan, akan digunakan data yang disajikan
dalam contoh 3. Untuk itu disajikan kembali data contoh 3 berikut ini dengan
perubahan pada keterangan mengenai produk yang hilang, yang dalam contoh 3
terjadi pada awal proses, pada contoh 4 diubah menjadi pada akhir proses.

12
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan
produknya: departemen A dan departemen B. Data produksi dan biaya produksi
kedua departemen tersebut untuk bulan Januari 20X1 disajikan dalam Gambar
3.21.
Data produksi Bulan Januari 20x1
Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari


20 x1
Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan


januari 20 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 Rp 22.500 Rp 22.50
kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 26.100 26.10
penolong kg
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp142.67

13
Produk Yang Hilang Pada Akhir Proses Di Departemen Produksi
Setelah Departemen Produksi Pertama
Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 20x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 Rp 99.169
xRp 141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00
hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40
disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4
Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan


januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah Biaya per kg


olehdepartemen B ( unit biaya yang
ekuivalensi) produksi ditambahkan
yang di Departemen
ditambahka B
n di
departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = Rp 16.100 Rp 24.39
penolong 660 kg
Biaya tenaga 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 22.500 Rp 34.62
kerja 650 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 24.750 Rp 38.08
pabrik 650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 20x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : Rp 64.764,00


400 xRp 161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( 51.800,00
Rp161.91+Rp 97.09

14
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B 155.400,00
setelahdisesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100
Kg)
Harga pokok dari dep. A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904
Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Harga Pokok Proses adalah suatu sistem penetapan harga pokok
produk yang digunakan dalam industri yang menyelenggarakan kegiatan produksi
untuk suatu produk tertentu secara berkelanjutan tanpa berdasarkan permintaan
yang spesifik dari pelanggan tertentu. karakteristik produksinya adalah Produk
yang dihasilkan merupakan produk standar, Produk yang dihasilkan dari bulan ke
bulan adalah sama, Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standa untuk jangka waktu tertentu.
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok
proses dalam pengumpulan biaya produksi, berikut ini disajikan contoh
penggunaan metode harga pokok proses yang belum memperhitungkan dampak
adanya persediaan produk dalam proses awal. Variasi contoh penggunaan metode
harga pokok proses yang diuraikan dalam bab ini mencakup:
1) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi
2) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
3) Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan
harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan: Produk hilang pada awal
proses, Produk hilang pada akhir proses
B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga
pembahasan dalam makalah kami ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Sari Indah Dian. 2018. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode
Harga Pokok Proses Pada PT. Persada. eJournal Vol 9 No.9. Hal 163-
170.
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya. yogyakarta: Unit penerbit dan percetakan.
Wijayanti, B. (2012). Akuntansi Biaya. Jember: Universitas Muhammadiyah
Jember.

17

Anda mungkin juga menyukai