Anda di halaman 1dari 43

Akuntansi Biaya

Buku Ajar Mahasiswa

Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd
Dr. Agung Listiadi, M.Ak
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd
Moh. Danang Bahtiar, S.Pd., M.Pd
Dr. Susanti, M.Si

Editor
Prof. Dr. Hariyati, Ak., M.Si., CA
Dr. Titik Indarti, M.Pd

Penerbit
Unesa University Press

i
AKUNTANSI BIAYA

Nama Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd, dkk

Nama Editor
Prof. Dr. Hariyati, Ak., M.Si., CA
Dr. Titik Indarti, M.Pd

Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : unipress@unesa.ac.id

XVIII, 193 hal., Illus, 15.5 x 23


ISBN : 978-602-449-550-3

copyright © 2021 Unesa University Press

All right reserved


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun baik
cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga buku ajar untuk mahasiswa
(BAM) dapat terselesaikan dengan baik. Buku ajar yang disusun ini bertujuan
untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah akuntansi
Biaya yang ada di Program Studi Pendidikan Akuntansi. Buku ini disusun
sesuai dengan kurikulum dan RPS yang ada di Program Studi Pendidikan
Akuntansi. Buku ini terdiri dari 5 BAB yang masuk dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPS mata kuliah Akuntansi Biaya sebagai
berikut:

1. BAB 1: Konsep Dasar Biaya


2. BAB 2: Komponen Biaya Produksi
3. BAB 3 : Metode Harga Pokok Pesanan
4. BAB 4 : Metode Harga Pokok Proses
5. BAB 5 : Produk Bersama (Joint Cost and Joint Product)

Buku ajar mahasiswa yang penulis buat ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan buku
ajar ini kami nantikan. Akhirnya semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unesa.
.

Surabaya, 9 Oktober 2021

Penulis

iii
BAB 4
METODE HARGA POKOK PROSES

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang karakteristik metode harga pokok proses,
mengidentifikasi cara menyusun harga pokok produksi, prosedur akuntansi biaya
produksi satu departemen maupun lebih dari satu departemen dengan
memperhatikan hilang dalam pengolahan, menyusun laporan harga pokok produk
secara rata-rata, dan MPKP

2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan pengertian dan karakteristik metode harga pokok proses


2) Mengidentifikasi cara menyusun harga pokok produksi
3) Mengidentifikasi sistem pembebanan biaya pada metode harga pokok proses
4) Mengerjakan prosedur akuntansi biaya metode harga pokok proses
5) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui satu departemen
6) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen
7) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk hilang
dalam pengolahan
8) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk dalam
proses awal secara rata – rata
9) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaan mengolah
produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk dalam
proses secara MPKP

B. Materi
Perusahaan manufaktur mengumpulkan harga pokok dengan dua metode yaitu :
(1). Metode harga pokok pesanan, dan (2) metode harga pokok proses. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada perusahaan yang memiliki karakteristik
memproduksi produk jika ada pesanan maka perhitungan harga pokok produk bisa
menggunakan perhitungan metode harga pokok pesanan. Jika perusahaan yang memiliki
karakteristik dengan memproduksi produk secara massa tanpa ada pesananpun

98
perusahaan tetap memproduksi produk, maka perusahaan jenis ini dapat menghitung
harga pokok produk menggunakan metode harga pokok proses.
1. Pengertian dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah besar atau massa.
Karakteristik dari metode harga pokok proses disajikan berikut ini:
1. Dasar kegiatan produksi, budget produksi dalam skala tertentu.
2. Tujuan produksi, mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
3. Bentuk produk yang dihasilkan, bersifat homogin dan standar, baik bentuk maupun
ukurannya.
4. Sifat produksi terus-menerus (kontinyu), mengikuti standar waktu produksi (bulan,
triwulan, semester atau tahunan).
5. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, mengikuti standar
waktu produksi (bulan, triwulan, semester bahkan tahunan).
6. Sistem pembebanan biaya dapat menganut: (a) hystorical cost system, artinya
seluruh komponen biaya produksi, baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi pada
periode yang bersangkutan. (b) menganut normal cost system, artinya biaya yang
dibebankan kepada produk, menggunakan : (1) biaya yang sesungguhnya terjadi,
untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan (2) menggunakan tarip
biaya yang ditentukan di muka (predetermined rates) untuk pembebanan biaya
overhead pabrik, agar menjamin ketelitian dan keadilan dalam penetapan biaya. Pada
metode harga pokok proses dapat pula menggunakan sistem harga pokok yang
ditentukan di muka untuk seluruh elemen biaya produksi (pre-determined cost
system).
7. Harga pokok produk dihitung, pada akhir periode produksi, dengan menjumlahkan
seluruh elemen biaya produksi yang terjadi dengan jumlah produk yang dihasilkan
pada periode itu pula.
8. Produk yang telah selesai diproduksi dipindahkan ke gudang barang jadi dan
selanjutnya siap dijual.

99
9. Perusahaan industri yang menganut prosedur akuntansi biaya metode harga pokok
proses, diantaranya: industri pupuk, industri tekstil, indutri makanan, industri alat
tulis.

2. Mengidentifikasi Cara Menyusun Harga Pokok Produksi


Setiap akhir periode produksi (dapat dinyatakan dalam periode bulan, triwulan,
semester atau tahun) pada implementasi metode harga pokok proses,
mengharuskan bagian produksi untuk menyajikan pelaporan harga pokok produksi
sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi kepada manajemen
perusahaan. Dokumen Laporan Harga Pokok Produksi dapat menjadi dasar di
Bagian Akuntansi untuk mencatat dalam jurnal transaksi.
Berikut ini merupakan tahapan menyusun Laporan Harga Pokok Produksi pada
metode harga pokok proses, yang meliputi (1) Menyajikan data produksi, (2)
Menyajikan biaya yang dibebankan pada periode yang bersangkutan, dan (3)
Menyajikan Perhitungan Biaya (Harga Pokok).

Tahap 1:
Menyajikan Data Produksi:
Pada bagian ini disajikan informasi tentang: (a) berapa kuantitas (unit) produk yang
dimasukkan dalam proses produksi. (b) Dari produk yang diproses tersebut, berapa
unit produk yang dinyatakan menjadi produk selesai (barang jadi), dan berapa unit
produk yang dinyatakan masih dalam proses (barang setengah jadi) dengan
menyertakan prosentase serapan setiap elemen biaya produksi. Misalnya biaya
bahan baku (BB) telah menyerap 100%, biaya konversi (BK) menyerap 75 %, hal ini
berarti biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik masing-masing
menyerap biaya sebesar 75%.

Tahap 2:
a. Menyajikan Biaya Yang Dibebankan:
Pada bagian ini disajikan tentang berapa jumlah biaya produksi yang
dibebankan kepada produk untuk setiap elemen biaya produksi pada periode
tertentu, yang meliputi biaya bahan baku (BBB) biaya tenaga kerja langsung
(BTKL) dan biaya overhead pabrik (BOP).

100
Contoh:
Biaya Bahan Baku Rp 25.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Rp 36.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 18.000.000,-

b. Menghitung Angka Produksi Ekuivalen (P.Ek):


Produksi ekuivalen merupakan satuan setara untuk menyatakan produk itu selesai
dikerjakan, yang dinyatakan dengan rumus:
Produk Selesai (PS) + Produk Dalam Proses (PDP) x % Tingkat
Penyelesaiannya (TP)”,

atau secara ringkas Produksi Ekuivalen dapat dinyatakan = PS + PDP (% TP).


Contoh:
Sebuah proses produksi dengan memasukkan 2.500 unit, yang dinyatakan selesai
2.000 unit, sementara yang 500 unit dinyatakan masih dalam proses dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan baku dan 80% biaya konversi.
Dari data tersebut maka dapat dhitung angka produksi ekuivalennya sebagai
berikut:
Biaya Bahan Baku = 2.000 + 500 (100%) = 2.500
Biaya Tenaga Kerja = 2.000 + 500 (80%) = 2.400
Biaya Overhead Pabrik = 2.000 + 500 (80%) = 2.400

c. Menghitung Harga Pokok Per Satuan (Unit):


Harga pokok per unit merupakan hasil bagi dari biaya yang dibebankan dengan
angka produksi ekuivalen untuk setiap elemen biaya produksi.
Berdasarkan contoh pada bagian (a) dan (b) di atas, maka dapat dihitung biaya
per satuan sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku = Rp 25.000.000 / 2.500 = Rp 10.000,-
Biaya Tenaga Kerja = Rp 36.000.000 / 2.400 = Rp 15.000,-
Biaya Overhead Pabrik = Rp 18.000.000 / 2.400 = Rp 7.500,-

d. Menjumlahkan semua elemen biaya produksi dan elemen biaya per-satuan


(unit).
Penjumlahan pada biaya yang dibebankan berguna untuk menjadi alat

101
kendali saat penyajian perhitungan harga pokok produksi. Total biaya yang
dibebankan harus sama besar dengan penjumlahan antara harga pokok barang
jadi dengan harga pokok produk (barang) dalam proses.
Penjumlahan biaya per-satuan biaya produksi menjadi dasar untuk menentukan
harga pokok produk barang jadi (PS), sementara itu setiap elemen biaya per- satuan
digunakan juga sebagai dasar pada saat menghitung harga pokok produk dalam proses
(PDP).

Tahap 3:

Melakukan Perhitungan Biaya (Harga Pokok):

Pada bagian ini merupakan bagian akhir pada kegiatan penyusunan Laporan Harga
Pokok Produksi, dimulai dengan melaporkan jumlah harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk yang masih dalam proses.

Jumlah harga pokok produk jadi merupakan hasil kali dari unit produk jadi (sumber dari
data produksi) dengan total harga pokok per satuan (sumber di biaya yang
dibebankan), sedangkan harga pokok produk dalam proses merupakan hasil kali dari
biaya persatuan dengan unit ekuivalen setiap elemen produk dalam proses.

Berdasarkan tahapan tersebut dapat disajikan format Laporan Harga Pokok Produksi
sebagai berikut :

102
103
3. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses:
Pembebanan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses dapat
dilakukandengan menggunakan sistem sebagai berikut:

A) Historical Cost System (sistem biaya sesungguhnya):


Pada sistem ini produk yang diolah dibebani biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dinikmati oleh produk yang
bersangkutan. Pada sistem harga pokok sesungguhnya, harga pokok produk,
pesanan, atau jasa baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya yang
sesungguhnya dikumpulkan. Sistem ini hanya dapat dipakai untuk tujuan
penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, sedangkan untuk
perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan oleh
manajemen tidak dapat memuaskan atau menyajikan informasi untuk tujuan
tersebut.
Berikut ini adalah contoh kasus pembebanan harga pokok dengan menggunakan
sistem biaya sesungguhnya (Historical Cost System):

Contoh 1:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi,
berikut ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2019:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke
gudang 4.600 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret
adalah 400 unit, dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya
konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 52.500.000,00,
Biaya Tenaga Kerja Rp 39.200.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
sebesar Rp 35.280.000,00.

Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun Laporan Harga


Pokok Produksi untuk bulan Maret 2019 !

104
105
B) Normal Cost System (sistem biaya normal)
Pada sistem ini biaya bahan dan tenaga kerja dibebankan berdasarkan biaya
sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif. Sistem ini dipakai
apabila kondisi yang ada di dalam perusahaan mengharuskan dipakainya tarif biaya
overhead pabrik dengan tujuan untuk membebankan biaya secara adil dan teliti kepada
produk tersebut apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk, produksi
perusahaan tidak stabil dari waktu ke waktu dan jumlah elemen biaya overhead tetap yang
jumlahnya relatif tinggi.

Contoh 2:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi, berikut
ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Januari 2019:

Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang 4.600
unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 400 unit, dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 52.500.000,00, Biaya Tenaga
Kerja Rp 39.200.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik dibebankan sebesar 80% dari BTKL.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
untuk bulan Januari Tahun 2019.!!

106
C) Predetermind Cost System (sistem biaya yang ditentukan dimuka)
Pada sistem ini penentuan harga pokok produk semua elemen biaya baik biaya
bahan, tenaga kerja maupun overhead pabrik dibebankan berdasarkan harga pokok
yang ditentukan di muka. Sistem harga pokok yang ditentukan di muka ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu sistem harga pokok taksiran (Estimated cost system) dan
sistem harga pokok standar (Standard cost system).

4. Prosedur akuntansi biaya metode harga pokok proses


Secara umum prosedur pencatatan transaksi pada perusahaan manufaktur yang
menggunakan metode harga pokok proses sama dengan pencatatan pada harga
pokok pesanan. Kegiatan pokok pada perusahaan manufaktur yang melakukan
proses produksi secara massal dan terus -menerus antara lain:

1) Pengadaan (procurement) :
Merupakan kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam: (a)
Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies
pabrik dan elemen (barang) lainnya, yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi, (b) Perolehan jasa dan tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak
langsung dan jasa lainnya yang akan dibebankan pada kegiatan produksi.
2) Produksi (production) :
Produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pada
kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang
dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
3) Penyimpanan produk selesai (Warehousing of finish goods) :
Produk yang telah selesai diproduksi, dari pabrik akan dipindahkan ke dalam
gudang barang jadi dan menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4) Penjualan produk selesai (Selling of finish product) :
Produk yang terjual dikeluarkan dari gudang barang jadi dan dikirim kepada
pembeli, selanjutnya perusahaan mencatatnya sebagai piutang usaha atau kas
dan pengakuan atas harga pokok penjualan (jika pencatatan dengan metode
perpetual).

107
Gambar 4.1: Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur (satu Departemen)

Pada perusahaan manufaktur yang menggunakan metode harga pokok proses dan memiliki
lebih dari satu departemen produksi, maka aliran biaya produksinya dapat dilihat pada Gambar
4.2., Bagian Akuntansi tentu menambahkan akun yang berhubungan dengan penyerapan biaya
produksi pada setiap departemen produksi.

Gambar 4.2: Aliran Biaya Produksi Perusahaan Manufaktur Lebih dari


satuDepartemen
108
5. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi, Perusahaan
Mengolah Produk Melalui Satu Departemen dan Pencatatan Transaksinya

Proses penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi yang diolah melalui satu
departemendilakukan dengan ketentuan:
1) Tidak terdapat persediaan produk dalam proses awal
2) Tidak terdapat produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.
3) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.

Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian untuk menghitung harga pokok produk
yang diolah melalui satu departemen:

Contoh Kasus:
CV. Dirgahayu, Surabaya dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan
melalui satu departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama
bulan September 2022 yakni sebagai berikut :
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dalam proses dengan
Tingkat penyelesaian bahan baku dan
penolong 100 %; biaya konversi 40 %. 1.200 unit

Data Biaya produksi:


Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni
sebagai berikut Biaya bahan baku Rp. 30.000.000,- Biaya tenaga kerja Rp 51.360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 64.200.000,-
Berdasarkan data tersebut di atas, maka tentukan:
1) Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah produk tersebut
2) Tentukan berapa harga pokok produk jadi
3) Berapa harga pokok produk dalam proses akhir bulan September 2022
4) Buatlah jurnal yang diperlukan.

109
JAWABAN:

Pertanyaan Nomor: 1, 2 dan 3 terjawab pada Tabel Laporan Harga Pokok Produksi sebagai berikut:
CV. DIRGAHAYU, SURABAYA
Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : September 2022
DATA PRODUKSI: Unit
Produk yg dimasukkan proses 5000
Produk Selesai yang ditransfer ke
3800
Gudang
Produk dlm proses akhir (100% BB, 40%
1200
BK)
5000
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Prod.
Elemen Biaya Jumlah HP/Unit
Ekuivalen
Biaya Bahan Baku Rp 30.000.000 5000 Rp 6.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 51.360.000 4280 Rp 12.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 64.200.000 4280 Rp 15.000,00
Rp 145.560.000 Rp 33.000,00
PERHITUNGAN HARGA POKOK:
HP Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang = '2.000 x Rp 14.500,00= Rp 125.400.000,00
HP Produk Dalam Proses:
BBB = '1200 x 100% x Rp 6.000,00 = Rp 7.200.000,00
BTK = '1200 x 40% x Rp 12.000,00 = Rp 5.760.000,00
BOP = '1200 x 40% x Rp 15.000,00 = Rp 7.200.000,00
Rp 20.160.000,00
Jumlah Harga Pokok yang diperhitungkan di Dep. Pengolahan = Rp 145.560.000,00

Perhitungan Produksi Ekuivalen:


BBB = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =3800 + 1200 (100%) 5000
BTK = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =3800 + 1200 (40%) 4280

110
Jawaban berupa Jurnal transaksi yang diperlukan sebagai berikut:

Pencatatan Biaya Produksi dalam Jurnal Umum untuk CV. DIRGAHAYU:


Tgl Akun dan Keterangan Debet Kredit

1. BDP - Biaya Bahan Baku - Rp 30.000.000


Persediaan Bahan Baku Rp 30.000.000
(Mencatat pembebanan Biaya Bahan Baku)

2. BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 51.360.000


Gaji dan Upah Rp 51.360.000
(Mencatat pembebanan Biaya Tenaga Kerja)

3. BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Pengolahan Rp 64.200.000


BOP Dep. Pengolahan Rp 64.200.000
(Mencatat pembebanan Biaya Overhead Pabrik )

4. Persediaan Barang Jadi Rp 125.400.000


BDP - Biaya Bahan Baku Rp 22.800.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 45.600.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik Rp 57.000.000

(Mencatat transfer biaya produksi ke Gudang)

5. Persediaan BDP - Dep Pengolahan Rp 20.160.000


BDP - Biaya Bahan Baku Rp 7.200.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.760.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik Rp 7.200.000
(Mencatat pengakuan adanya barang dalam proses
pada akhir periode)

111
6. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan
Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen dan Pencatatan
Transaksinya
Produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi di hitung dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tiap departemen produksi dihitung harga pokoknya.
2. Harga pokok barang jadi departemen pertama merupakan bahan baku
departemen berikutnya.
3. Harga pokok barang jadi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di departemen
pertama ditambah biaya yang di keluarkan di departemen berikutnya.
Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian metode harga pokok proses untuk
produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

112
Contoh Kasus:

PT. SINAR memiliki dua departemen produksi, yaitu departemen Pengolahan dan
departemen Penyelesaian, dalam menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya
produksi kedua departemen tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan Dept.Pengolahan Dept.Penyelesaian


Produk masuk proses 2.500 kg 2.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke dept 2.000 kg -
Penyelesaian
Produk selesai yang ditransfer ke gudang - 1.800 kg
Produk dalam proses akhir periode dengan - 200 kg
tingkat penyelesaian 500 kg -
 BBB 100 % -
 BTKL 50 % 60 %
 BOP 30 % 40 %
Biaya yang dikeluarkan selama satu periode
 BBB Rp 5.000.000 -
 BTKL Rp 11.250.000 Rp 7.500.000
 BOP Rp 16.125.000 Rp 8.084.000

JUMLAH Rp 32.375.000 Rp 15.584.000

Berdasarkan data tersebut diatas buatlah laporan biaya produksi departemen Pengolahan
dan departemen Penyelesaian beserta jurnalnya !

113
A. Perhitungan Biaya Produksi Departemen Pengolahan

PT. SINAR, SURABAYA


Laporan Harga Pokok Produksi - Dep. Pengolahan
Bulan : Agustus 2019
DATA PRODUKSI: Unit
Produk yg dimasukkan proses 2500
Produk Selesai yang ditransfer ke Dep.
2000
Penyelesaian
Produk dlm proses akhir (100% BB, 50%
500
BTK, 30% BOP)
2500
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Elemen Biaya Jumlah Prod. HP/Unit
Ekuivalen
Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000 2500 Rp 2.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 11.250.000 2250 Rp 5.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 16.125.000 2150 Rp 7.500,00
Rp 32.375.000 Rp 14.500,00
PERHITUNGAN HARGA POKOK:
HP Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang Dep. Penyelesaian= '2.000 x Rp 14.500, Rp 29.000.000,00

HP Produk Dalam Proses:


BBB = '500 x 100% x Rp 2000,00 = Rp 1.000.000,00
BTK = '500 x 50% x Rp 5.000,00 = Rp 1.250.000,00
BOP = '500 x 30% x Rp 7.500,00 = Rp 1.125.000,00
Rp 3.375.000,00
Jumlah Harga Pokok yang diperhitungkan di Dep. Pengolahan = Rp 32.375.000,00

Perhitungan Produksi Ekuivalen:


BBB = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =2000 + 500 (100%) 2500
BTK = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =2000 + 500 (50%) 2250
BOP = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =2000 + 500 (30%) 2150

114
PT.SINAR, SURABAYA
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyelesaian
Bulan : Agustus 2019

DATA PRODUKSI: LITER

Produk yg diterima dari Dep. Pengolahan 2000


Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang 1800
Produk dlm proses akhir (60% BTKL, 40% BOP) 200
2000

BIAYA YANG DIBEBANKAN:


Prod.
Elemen Biaya Jumlah HP/Unit
Ekuivalen

HP dari Dep Pengolahan Rp 29.000.000 2000 Rp 14.500,000

Tambahan Biaya di Dep. Penyelesaian:

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 7.500.000 1920 Rp 3.906,250

Biaya Overhead Pabrik Rp 8.084.000 1880 Rp 4.300,000

Rp 15.584.000 Rp 8.206,250

Rp 44.584.000 Rp 22.706,250
PERHITUNGAN HARGA POKOK:

HP Produk Selesai yg ditransfer ke Gudang = 1.800 x Rp 22.706,250 = Rp 40.871.250

HP Produk Dalam Proses:

HP PDP Dep Penyel = 200 x 100% x Rp 14.500= Rp 2.900.000,00

BTK = 200 x 60 % x Rp 3906,25 = Rp 468.750,00


BOP = 200 x 40 % x Rp 4300 = Rp 344.000,00

Rp 3.712.750

Jumlah Harga Pokok yang diperhitungkan di Dep. Penyelesaian = Rp 44.584.000

Perhitungan Produksi Ekuivalen:


BTK = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =1800 + 200 (60%) 1920
BOP = PS + PBDP (% Tk. Penyelesaian) =1800 + 200 (40%) 1880

115
Pencatatan Biaya Produksi dalam Jurnal Umum untuk Departemen Pengolahan:
Tgl Akun dan Keterangan Debet Kredit

1. BDP - Biaya Bahan Baku - Dep. Pengolahan Rp 5.000.000


Persediaan Bahan Baku Rp 5.000.000
(Mencatat pembebanan BBB di Dep. Pengolahan)

2. BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Pengolahan Rp 11.250.000


Gaji dan Upah Rp 11.250.000
(Mencatat pembebanan BTK di Dep. Pengolahan)

3. BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Pengolahan Rp 16.125.000


BOP Dep. Pengolahan Rp 16.125.000
(Mencatat pembebanan BOP di Dep. Pengolahan)

4. BDP-HP dari Dep. Pengolahan-Dep Penyelesaian Rp 29.000.000


BDP - Biaya Bahan Baku - Dep. Pengolahan Rp 4.000.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Pengolahan Rp 10.000.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Pengolahan Rp 15.000.000
(Mencatat transfer biaya produksi pada Dep.
Pengolahan ke Dep. Penyelesaian)

5. Persediaan BDP - Dep Pengolahan Rp 3.375.000


BDP - Biaya Bahan Baku - Dep. Pengolahan Rp 1.000.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Pengolahan Rp 1.250.000
BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Pengolahan Rp 1.125.000
(Mencatat pengakuan adanya barang dalam proses di
Departemen Pengolahan)

116
Pencatatan Biaya Produksi dalam Jurnal Umum untuk Departemen Penyelesaian

6. BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Penyelesaian Rp 7.500.000


Gaji dan Upah Rp 7.500.000
(Mencatat tambahan BTK di Dep. Penyelesaian)

7. BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Penyelesaian Rp 8.084.000


BOP Dep. Penyelesaian Rp 8.084.000
(Mencatat tambahan biaya di Dep. Penyelesaian)

8. Persediaan. Barang Jadi Rp 40.871.250


BDP-HP dari Dep. Pengolahan-Dep Penyelesaian Rp 26.100.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Penyelesaian Rp 7.031.250
BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Penyelesaian Rp 7.740.000
(Mencatat pengakuan barang jadi di Dep. Penyelesaian)

9. Persediaan BDP - Dep Penyelesaian Rp 3.712.750


BDP - Biaya Bahan Baku - Dep. Pengolahan Rp 2.900.000
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Dep. Pengolahan Rp 468.750
BDP - Biaya Overhead Pabrik - Dep. Pengolahan Rp 344.000
(Mencatat pengakuan barang dalam proses di Dep.
Penyelesaian)

117
Kasus-kasus khusus pada Metode Harga Pokok Proses:

1) Mengerjakan penyusunan laporan harga pokok produksi, perusahaamengolah


produk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya produk
hilang dalam pengolahan dan pencatatan transaksinya.

Terdapat 2 (dua) asumsi pengakuan penentuan harga pokok produk, jika


terjadi produk hilang dalam pengolahan. (1) Produk hilang dianggap terjadi pada
awal proses, (2) Produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses.
Jika produk hilang dianggap terjadi awal proses maka karakteristik penentuan
harga pokok adalah sebagai berikut:

a. produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya,


b. pada akhir periode tidak dibebani biaya,
c. tidak disertakan dalam penentuan unit ekuivalen, dan
d. jika produk hilang terjadi di departemen lanjutan, maka harga pokok produk
selesai yang diterima dari departemen sebelumnya harus disesuaikan.
Akibatnya harga pokok per satuan dari departemen sebelumnya tersebut
menjadi naik.

Jika produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, maka karakteristik
penentuan harga pokok produknya adalah sebagai berikut:
a. produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya,
b. pada akhir periode dibebani biaya,
c. disertakan dalam penentuan unit ekuivalen, dan
d. produk hilang akhir proses dibebankan pada produk selesai di departemen
dimanaproduk hilang tersebut terjadi. Akibatnya harga pokok per satuan dari
departemenyang bersangkutan menjadi naik.

Contoh Kasus Produk Hilang Awal dan Akhir Proses


PT Matahari memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya yaitu
Departemen Penyulingan dan Departemen Pengemasan. Data produksi dan biaya
produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 2019 disajikan dalam
gambar berikut :

Departemen Penyulingan:

Produk yang masuk proses 7.500 liter, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Pengemasan 6.000 liter, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir April
adalah 1.200 liter, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 80 %
biaya konversi, sedangkan 300 liter hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang
diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp
5.760.00,00, dan Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00.

118
Departemen Pengemasan:
Unit produk yang diterima dari Departemen Penyulingan 6.000 liter, produk selesai
yang ditransfer ke gudang 5.500 liter, produk yang masih dalam proses 400 liter
dengan tingkat penyelesaian 75% biaya konversi, dan sebanyak 100 liter ternyata
hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya tenaga
kerja sebesar Rp 3.770.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.016.000,00
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta:

(a) Menyusun laporan harga pokok produksi di Departemen Penyulingan dan


Departemen Pengemasan untuk bulan Januari 2019, jika produk yang hilang
dianggap terjadi pada: (1) awal proses, (2) akhir proses.

(b) Membuat jurnal transaksi yang diperlukan.

119
Jawaban:

A.1 Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Penyulingan dan Departemen
Pengemasan untuk bulan 31 Januari 2019, jika produk yang hilang dianggap terjadi pada awal
proses.

Catatan:
Perhitungan Produksi Ekuivalen:
Biaya Bahan Baku = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) > 6.000 + 1.200 (100%) = 7.200
Biaya Konversi = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) > 6.000 + 1.200 ( 80%) = 6.960

120
121
B. Berdasarkan data Laporan Harga Pokok Produksi Departemen Penyulingan dan
Departemen Pengemasan di atas, dapat disusun pencatatan transaksi kegiatan
produksi tersebut dalam Jurnal Umum sebagai berikut:

122
A.2 Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Departemen Penyulingan dan
Departemen Pengemasan untuk bulan 31 Januari 2019, jika produk yang hilang dianggap
terjadi pada akhir proses.

Catatan:
Perhitungan Produksi Ekuivalen:
BBB = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) + Produk Hilang > 6.000 + 1.200 (100%)+ 300 = 7.500
BK = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) + Produk Hilang > 6.000 + 1.200 ( 80%)+ 300 = 7.260

123
124
B. Menyajikan pencatatan dalam jurnal, sebagai berikut:

125
2) Mengerjakan penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi, perusahaan
mengolahproduk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya
Produk Dalam Proses Awal dengan metode harga pokok rata – rata dan
pencatatan transaksinya.

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal
ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata. Harga
pokok rata-rata ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi
yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara
mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.
Berikut ini disajikan karakteristik penentuan harga pokok produksi
jikaterdapat produk dalam proses awal periode, menggunakan metode harga pokok
rata-rata (average cost method) :
a. Harga pokok produk dalam proses awal, diuraikan kembali elemennya
b. Elemen harga pokok produk dalam proses awal disatukan dengan biaya produksi
sekarang (current cost), baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,dan biaya
overheadpabrik
c. Unit ekuivalen dihitung dengan rumus =
Produk Selesai + ( Barang Dalam Proses Akhir x % Tingkat Penyelesaian)
d. Harga Pokok Produk Jadi tidak dilaporkan asal – usulnya, apakah berasal dari Produk
Dalam Proses Awal atau dari Current Cost.

Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan metode harga pokok rata-


rata tersebut disajikan dalam contoh berikut:

PT. Menara Jaya, Surabaya mengolah produk tertentu melalui dua departemen produksi,
yaitu Departemen A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya pada pada bulan
Desember 2022, sebagai berikut :
Keterangan Departemen A Departemen B
Produk dalam proses periode 1 Desember 2022:
Unit produksi 1.000 Unit 800 Unit
Biaya produksi yang melekat:
Harga Pokok dari Departemen A - Rp 24.000.000
Biaya Bahan Baku Rp 15.000.000 Rp -
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 12.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 9.000.000 Rp 8.000.000

126
Produk yang masuk proses pada bulan 6.500 unit 7.000 unit
Desember

Produk Selesai yang ditransfer ke Dep.


B/Gudang
7.000 Unit 7.500 unit
Produk yang masih dalam proses di Akhir
Periode:
- (100% BB, 75 % Biaya Konversi),
500 Unit
- (60% Biaya Konversi)
300 unit

Biaya Produksi yang dikeluarkan pada bulan


Desember 2022:

Biaya Bahan Baku Rp 87.500.000 -


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 80.000.000 Rp 67.500.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 60.000.000 Rp 54.000.000

Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta


untuk :

1) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan metode


harga pokok rata-rata.

2) Membuat Jurnal transaksi yang terjadi.

127
Jawaban:
1a) Laporan Harga Pokok Produksi, pada Departemen A:

128
1b) Laporan Harga Pokok Produksi, pada Departemen B:

129
2) Berdasarkan kedua laporan di atas dapat disusun Jurnal Umum, sebagai
berikut:

130
3) Mengerjakan Laporan Harga Pokok Produksi perusahaan mengolah produk
melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya Produk Dalam
Proses Awal Periode dengan metode harga pokok masuk pertama keluar
pertama (MPKP) atau first in first out (FIFO) dan pencatatan transaksinya.

Karakteristik dan perlakuan penentuan harga pokok produk jika


perusahaan menggunakan metode harga pokok MPKP, sebagai berikut :
a. Harga pokok produk dalam proses awal tidak diuraikan elemennya,
disajikan utuh apa adanya.
b. Harga pokok produk dalam proses awal tidak disatukan dengan biaya
produksi sekarang
c. Unit ekuivalen dihitung dengan rumus =
(Unit PDP awal x % Tingkat penyelesaian yang Diperlukan) + (Current
Production = Produk Selesai – Unit PDP Awal) + (Unit PDP akhir x % Tingkat
penyelesaian yang dinikmati).
d. Harga pokok produk jadi ditelusuri asal – usulnya, harga pokok dari
penyelesaian persediaan dalam Proses Awal dan Produksi Sekarang.

Berikut ini diberikan contoh implementasi Perlakuan PDP Awal dalam penentuan
harga pokok produksi dengan metode harga pokok, masuk pertama keluar pertama
(MPKP) maka penyajiannya adalah sebagai berikut:

PT Menara Jaya, Surabaya mengolah produk tertentu melalui dua departemen


produksi, yaitu Departemen A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya pada
bulan Desember 2022, sebagai berikut :

Keterangan Departemen A Departemen B

Produk dalam proses periode 1 Desember 2022:


Tingkat penyelesaian: - (100% BBB, 80% BK) 1.000 Unit

- (75 % Biaya Konversi) 800 Unit


Biaya produksi yang melekat, pada PDP Awal:

Harga Pokok dari Departemen A Rp 24.000.000


Biaya Bahan Baku Rp 15.000.000 Rp -
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 12.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 9.000.000 Rp 8.000.000

Produk yang masuk proses pada bulan Desember 6.500 unit 7.000 unit

Produk Selesai yang ditransfer ke Dep. B/Gudang 7.000 Unit 7.500 Unit
Produk yang masih dalam proses di Akhir Periode
(100% BB, 75 % Biaya Konversi) 500 Unit
(60 % Biaya Konversi) 300 unit

131
Biaya Produksi yang dikeluarkan pada bulan Desember
2022:

Biaya Bahan Baku Rp 87.500.000 -


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 80.000.000 Rp 67.500.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 60.000.000 Rp 54.000.000

Berdasarkan data tersebut, Saudara diminta untuk :

1) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan metode harga pokok MPKP.

2) Membuat Jurnal transaksi yang terjadi.

Jawaban:

132
133
Dari kedua Laporan Harga Pokok Produksi tersebut dapat dicatat dalam Jurnal Umum sbb:

134
135
136

Anda mungkin juga menyukai