Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd
Dr. Agung Listiadi, M.Ak
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd
Moh. Danang Bahtiar, S.Pd., M.Pd
Dr. Susanti, M.Si
Editor
Prof. Dr. Hariyati, Ak., M.Si., CA
Dr. Titik Indarti, M.Pd
Penerbit
Unesa University Press
i
AKUNTANSI BIAYA
Nama Penulis
Drs. Joni Susilowibowo, M.Pd, dkk
Nama Editor
Prof. Dr. Hariyati, Ak., M.Si., CA
Dr. Titik Indarti, M.Pd
Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : unipress@unesa.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
Buku ajar mahasiswa yang penulis buat ini masih belum sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan buku
ajar ini kami nantikan. Akhirnya semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unesa.
.
Penulis
iii
BAB 4
METODE HARGA POKOK PROSES
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat cakupan materi bab ini
Bab ini membahas tentang karakteristik metode harga pokok proses,
mengidentifikasi cara menyusun harga pokok produksi, prosedur akuntansi biaya
produksi satu departemen maupun lebih dari satu departemen dengan
memperhatikan hilang dalam pengolahan, menyusun laporan harga pokok produk
secara rata-rata, dan MPKP
2. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
B. Materi
Perusahaan manufaktur mengumpulkan harga pokok dengan dua metode yaitu :
(1). Metode harga pokok pesanan, dan (2) metode harga pokok proses. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada perusahaan yang memiliki karakteristik
memproduksi produk jika ada pesanan maka perhitungan harga pokok produk bisa
menggunakan perhitungan metode harga pokok pesanan. Jika perusahaan yang memiliki
karakteristik dengan memproduksi produk secara massa tanpa ada pesananpun
98
perusahaan tetap memproduksi produk, maka perusahaan jenis ini dapat menghitung
harga pokok produk menggunakan metode harga pokok proses.
1. Pengertian dan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah besar atau massa.
Karakteristik dari metode harga pokok proses disajikan berikut ini:
1. Dasar kegiatan produksi, budget produksi dalam skala tertentu.
2. Tujuan produksi, mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
3. Bentuk produk yang dihasilkan, bersifat homogin dan standar, baik bentuk maupun
ukurannya.
4. Sifat produksi terus-menerus (kontinyu), mengikuti standar waktu produksi (bulan,
triwulan, semester atau tahunan).
5. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, mengikuti standar
waktu produksi (bulan, triwulan, semester bahkan tahunan).
6. Sistem pembebanan biaya dapat menganut: (a) hystorical cost system, artinya
seluruh komponen biaya produksi, baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi pada
periode yang bersangkutan. (b) menganut normal cost system, artinya biaya yang
dibebankan kepada produk, menggunakan : (1) biaya yang sesungguhnya terjadi,
untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan (2) menggunakan tarip
biaya yang ditentukan di muka (predetermined rates) untuk pembebanan biaya
overhead pabrik, agar menjamin ketelitian dan keadilan dalam penetapan biaya. Pada
metode harga pokok proses dapat pula menggunakan sistem harga pokok yang
ditentukan di muka untuk seluruh elemen biaya produksi (pre-determined cost
system).
7. Harga pokok produk dihitung, pada akhir periode produksi, dengan menjumlahkan
seluruh elemen biaya produksi yang terjadi dengan jumlah produk yang dihasilkan
pada periode itu pula.
8. Produk yang telah selesai diproduksi dipindahkan ke gudang barang jadi dan
selanjutnya siap dijual.
99
9. Perusahaan industri yang menganut prosedur akuntansi biaya metode harga pokok
proses, diantaranya: industri pupuk, industri tekstil, indutri makanan, industri alat
tulis.
Tahap 1:
Menyajikan Data Produksi:
Pada bagian ini disajikan informasi tentang: (a) berapa kuantitas (unit) produk yang
dimasukkan dalam proses produksi. (b) Dari produk yang diproses tersebut, berapa
unit produk yang dinyatakan menjadi produk selesai (barang jadi), dan berapa unit
produk yang dinyatakan masih dalam proses (barang setengah jadi) dengan
menyertakan prosentase serapan setiap elemen biaya produksi. Misalnya biaya
bahan baku (BB) telah menyerap 100%, biaya konversi (BK) menyerap 75 %, hal ini
berarti biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik masing-masing
menyerap biaya sebesar 75%.
Tahap 2:
a. Menyajikan Biaya Yang Dibebankan:
Pada bagian ini disajikan tentang berapa jumlah biaya produksi yang
dibebankan kepada produk untuk setiap elemen biaya produksi pada periode
tertentu, yang meliputi biaya bahan baku (BBB) biaya tenaga kerja langsung
(BTKL) dan biaya overhead pabrik (BOP).
100
Contoh:
Biaya Bahan Baku Rp 25.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Rp 36.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 18.000.000,-
101
kendali saat penyajian perhitungan harga pokok produksi. Total biaya yang
dibebankan harus sama besar dengan penjumlahan antara harga pokok barang
jadi dengan harga pokok produk (barang) dalam proses.
Penjumlahan biaya per-satuan biaya produksi menjadi dasar untuk menentukan
harga pokok produk barang jadi (PS), sementara itu setiap elemen biaya per- satuan
digunakan juga sebagai dasar pada saat menghitung harga pokok produk dalam proses
(PDP).
Tahap 3:
Pada bagian ini merupakan bagian akhir pada kegiatan penyusunan Laporan Harga
Pokok Produksi, dimulai dengan melaporkan jumlah harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk yang masih dalam proses.
Jumlah harga pokok produk jadi merupakan hasil kali dari unit produk jadi (sumber dari
data produksi) dengan total harga pokok per satuan (sumber di biaya yang
dibebankan), sedangkan harga pokok produk dalam proses merupakan hasil kali dari
biaya persatuan dengan unit ekuivalen setiap elemen produk dalam proses.
Berdasarkan tahapan tersebut dapat disajikan format Laporan Harga Pokok Produksi
sebagai berikut :
102
103
3. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses:
Pembebanan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses dapat
dilakukandengan menggunakan sistem sebagai berikut:
Contoh 1:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi,
berikut ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Maret 2019:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke
gudang 4.600 unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret
adalah 400 unit, dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya
konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 52.500.000,00,
Biaya Tenaga Kerja Rp 39.200.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
sebesar Rp 35.280.000,00.
104
105
B) Normal Cost System (sistem biaya normal)
Pada sistem ini biaya bahan dan tenaga kerja dibebankan berdasarkan biaya
sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif. Sistem ini dipakai
apabila kondisi yang ada di dalam perusahaan mengharuskan dipakainya tarif biaya
overhead pabrik dengan tujuan untuk membebankan biaya secara adil dan teliti kepada
produk tersebut apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk, produksi
perusahaan tidak stabil dari waktu ke waktu dan jumlah elemen biaya overhead tetap yang
jumlahnya relatif tinggi.
Contoh 2:
PT. Megajaya, Surabaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi, berikut
ini data kegiatan produksi dan biaya untuk bulan Januari 2019:
Produk yang masuk proses 5.000 unit, produk selesai yang dimasukan ke gudang 4.600
unit, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir Maret adalah 400 unit, dengan
tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 75 % biaya konversi.
Biaya produksi yang diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 52.500.000,00, Biaya Tenaga
Kerja Rp 39.200.000,00, dan Biaya Overhead Pabrik dibebankan sebesar 80% dari BTKL.
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta menyusun laporan harga pokok produksi
untuk bulan Januari Tahun 2019.!!
106
C) Predetermind Cost System (sistem biaya yang ditentukan dimuka)
Pada sistem ini penentuan harga pokok produk semua elemen biaya baik biaya
bahan, tenaga kerja maupun overhead pabrik dibebankan berdasarkan harga pokok
yang ditentukan di muka. Sistem harga pokok yang ditentukan di muka ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu sistem harga pokok taksiran (Estimated cost system) dan
sistem harga pokok standar (Standard cost system).
1) Pengadaan (procurement) :
Merupakan kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan ke dalam: (a)
Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies
pabrik dan elemen (barang) lainnya, yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi, (b) Perolehan jasa dan tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak
langsung dan jasa lainnya yang akan dibebankan pada kegiatan produksi.
2) Produksi (production) :
Produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pada
kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang
dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
3) Penyimpanan produk selesai (Warehousing of finish goods) :
Produk yang telah selesai diproduksi, dari pabrik akan dipindahkan ke dalam
gudang barang jadi dan menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4) Penjualan produk selesai (Selling of finish product) :
Produk yang terjual dikeluarkan dari gudang barang jadi dan dikirim kepada
pembeli, selanjutnya perusahaan mencatatnya sebagai piutang usaha atau kas
dan pengakuan atas harga pokok penjualan (jika pencatatan dengan metode
perpetual).
107
Gambar 4.1: Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur (satu Departemen)
Pada perusahaan manufaktur yang menggunakan metode harga pokok proses dan memiliki
lebih dari satu departemen produksi, maka aliran biaya produksinya dapat dilihat pada Gambar
4.2., Bagian Akuntansi tentu menambahkan akun yang berhubungan dengan penyerapan biaya
produksi pada setiap departemen produksi.
Proses penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi yang diolah melalui satu
departemendilakukan dengan ketentuan:
1) Tidak terdapat persediaan produk dalam proses awal
2) Tidak terdapat produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.
3) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian untuk menghitung harga pokok produk
yang diolah melalui satu departemen:
Contoh Kasus:
CV. Dirgahayu, Surabaya dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan
melalui satu departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama
bulan September 2022 yakni sebagai berikut :
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dalam proses dengan
Tingkat penyelesaian bahan baku dan
penolong 100 %; biaya konversi 40 %. 1.200 unit
109
JAWABAN:
Pertanyaan Nomor: 1, 2 dan 3 terjawab pada Tabel Laporan Harga Pokok Produksi sebagai berikut:
CV. DIRGAHAYU, SURABAYA
Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan : September 2022
DATA PRODUKSI: Unit
Produk yg dimasukkan proses 5000
Produk Selesai yang ditransfer ke
3800
Gudang
Produk dlm proses akhir (100% BB, 40%
1200
BK)
5000
BIAYA YANG DIBEBANKAN:
Prod.
Elemen Biaya Jumlah HP/Unit
Ekuivalen
Biaya Bahan Baku Rp 30.000.000 5000 Rp 6.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 51.360.000 4280 Rp 12.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 64.200.000 4280 Rp 15.000,00
Rp 145.560.000 Rp 33.000,00
PERHITUNGAN HARGA POKOK:
HP Produk Selesai yang ditransfer ke Gudang = '2.000 x Rp 14.500,00= Rp 125.400.000,00
HP Produk Dalam Proses:
BBB = '1200 x 100% x Rp 6.000,00 = Rp 7.200.000,00
BTK = '1200 x 40% x Rp 12.000,00 = Rp 5.760.000,00
BOP = '1200 x 40% x Rp 15.000,00 = Rp 7.200.000,00
Rp 20.160.000,00
Jumlah Harga Pokok yang diperhitungkan di Dep. Pengolahan = Rp 145.560.000,00
110
Jawaban berupa Jurnal transaksi yang diperlukan sebagai berikut:
111
6. Mengerjakan Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi Perusahaan
Mengolah Produk Melalui Lebih dari Satu Departemen dan Pencatatan
Transaksinya
Produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi di hitung dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tiap departemen produksi dihitung harga pokoknya.
2. Harga pokok barang jadi departemen pertama merupakan bahan baku
departemen berikutnya.
3. Harga pokok barang jadi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di departemen
pertama ditambah biaya yang di keluarkan di departemen berikutnya.
Berikut ini adalah contoh kasus dan penyelesaian metode harga pokok proses untuk
produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
112
Contoh Kasus:
PT. SINAR memiliki dua departemen produksi, yaitu departemen Pengolahan dan
departemen Penyelesaian, dalam menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya
produksi kedua departemen tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah laporan biaya produksi departemen Pengolahan
dan departemen Penyelesaian beserta jurnalnya !
113
A. Perhitungan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
114
PT.SINAR, SURABAYA
Laporan Harga Pokok Produksi – Departemen Penyelesaian
Bulan : Agustus 2019
Rp 15.584.000 Rp 8.206,250
Rp 44.584.000 Rp 22.706,250
PERHITUNGAN HARGA POKOK:
Rp 3.712.750
115
Pencatatan Biaya Produksi dalam Jurnal Umum untuk Departemen Pengolahan:
Tgl Akun dan Keterangan Debet Kredit
116
Pencatatan Biaya Produksi dalam Jurnal Umum untuk Departemen Penyelesaian
117
Kasus-kasus khusus pada Metode Harga Pokok Proses:
Jika produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, maka karakteristik
penentuan harga pokok produknya adalah sebagai berikut:
a. produk hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya,
b. pada akhir periode dibebani biaya,
c. disertakan dalam penentuan unit ekuivalen, dan
d. produk hilang akhir proses dibebankan pada produk selesai di departemen
dimanaproduk hilang tersebut terjadi. Akibatnya harga pokok per satuan dari
departemenyang bersangkutan menjadi naik.
Departemen Penyulingan:
Produk yang masuk proses 7.500 liter, produk selesai yang ditransfer ke Departemen
Pengemasan 6.000 liter, sedangkan produk yang masih dalam proses di akhir April
adalah 1.200 liter, dengan tingkat penyelesaian meliputi 100% biaya bahan, dan 80 %
biaya konversi, sedangkan 300 liter hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang
diserap meliputi: Biaya Bahan Baku Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Rp
5.760.00,00, dan Biaya Overhead Pabrik Rp 4.320.000,00.
118
Departemen Pengemasan:
Unit produk yang diterima dari Departemen Penyulingan 6.000 liter, produk selesai
yang ditransfer ke gudang 5.500 liter, produk yang masih dalam proses 400 liter
dengan tingkat penyelesaian 75% biaya konversi, dan sebanyak 100 liter ternyata
hilang dalam pengolahan. Biaya produksi yang ditambahkan meliputi: biaya tenaga
kerja sebesar Rp 3.770.000,00 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.016.000,00
Berdasarkan data tersebut Saudara diminta:
119
Jawaban:
A.1 Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Penyulingan dan Departemen
Pengemasan untuk bulan 31 Januari 2019, jika produk yang hilang dianggap terjadi pada awal
proses.
Catatan:
Perhitungan Produksi Ekuivalen:
Biaya Bahan Baku = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) > 6.000 + 1.200 (100%) = 7.200
Biaya Konversi = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) > 6.000 + 1.200 ( 80%) = 6.960
120
121
B. Berdasarkan data Laporan Harga Pokok Produksi Departemen Penyulingan dan
Departemen Pengemasan di atas, dapat disusun pencatatan transaksi kegiatan
produksi tersebut dalam Jurnal Umum sebagai berikut:
122
A.2 Menyusun laporan harga pokok produksi di Depertemen Departemen Penyulingan dan
Departemen Pengemasan untuk bulan 31 Januari 2019, jika produk yang hilang dianggap
terjadi pada akhir proses.
Catatan:
Perhitungan Produksi Ekuivalen:
BBB = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) + Produk Hilang > 6.000 + 1.200 (100%)+ 300 = 7.500
BK = Produk Selesai + PDP Akhir (TP) + Produk Hilang > 6.000 + 1.200 ( 80%)+ 300 = 7.260
123
124
B. Menyajikan pencatatan dalam jurnal, sebagai berikut:
125
2) Mengerjakan penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi, perusahaan
mengolahproduk melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya
Produk Dalam Proses Awal dengan metode harga pokok rata – rata dan
pencatatan transaksinya.
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal
ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata. Harga
pokok rata-rata ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi
yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara
mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.
Berikut ini disajikan karakteristik penentuan harga pokok produksi
jikaterdapat produk dalam proses awal periode, menggunakan metode harga pokok
rata-rata (average cost method) :
a. Harga pokok produk dalam proses awal, diuraikan kembali elemennya
b. Elemen harga pokok produk dalam proses awal disatukan dengan biaya produksi
sekarang (current cost), baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,dan biaya
overheadpabrik
c. Unit ekuivalen dihitung dengan rumus =
Produk Selesai + ( Barang Dalam Proses Akhir x % Tingkat Penyelesaian)
d. Harga Pokok Produk Jadi tidak dilaporkan asal – usulnya, apakah berasal dari Produk
Dalam Proses Awal atau dari Current Cost.
PT. Menara Jaya, Surabaya mengolah produk tertentu melalui dua departemen produksi,
yaitu Departemen A dan Departemen B, berikut data produksi dan biaya pada pada bulan
Desember 2022, sebagai berikut :
Keterangan Departemen A Departemen B
Produk dalam proses periode 1 Desember 2022:
Unit produksi 1.000 Unit 800 Unit
Biaya produksi yang melekat:
Harga Pokok dari Departemen A - Rp 24.000.000
Biaya Bahan Baku Rp 15.000.000 Rp -
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 12.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 9.000.000 Rp 8.000.000
126
Produk yang masuk proses pada bulan 6.500 unit 7.000 unit
Desember
127
Jawaban:
1a) Laporan Harga Pokok Produksi, pada Departemen A:
128
1b) Laporan Harga Pokok Produksi, pada Departemen B:
129
2) Berdasarkan kedua laporan di atas dapat disusun Jurnal Umum, sebagai
berikut:
130
3) Mengerjakan Laporan Harga Pokok Produksi perusahaan mengolah produk
melalui lebih dari satu departemen, memperhatikan adanya Produk Dalam
Proses Awal Periode dengan metode harga pokok masuk pertama keluar
pertama (MPKP) atau first in first out (FIFO) dan pencatatan transaksinya.
Berikut ini diberikan contoh implementasi Perlakuan PDP Awal dalam penentuan
harga pokok produksi dengan metode harga pokok, masuk pertama keluar pertama
(MPKP) maka penyajiannya adalah sebagai berikut:
Produk yang masuk proses pada bulan Desember 6.500 unit 7.000 unit
Produk Selesai yang ditransfer ke Dep. B/Gudang 7.000 Unit 7.500 Unit
Produk yang masih dalam proses di Akhir Periode
(100% BB, 75 % Biaya Konversi) 500 Unit
(60 % Biaya Konversi) 300 unit
131
Biaya Produksi yang dikeluarkan pada bulan Desember
2022:
1) Menyusun Laporan Harga Pokok Produksi kedua departemen, dengan metode harga pokok MPKP.
Jawaban:
132
133
Dari kedua Laporan Harga Pokok Produksi tersebut dapat dicatat dalam Jurnal Umum sbb:
134
135
136