Anda di halaman 1dari 12

Contoh

Penyusunan Skala intensi Mencontek Pada Mahasiswa

A. Latar belakang penyusunan skala


Mencontek adalah perilaku yang melanggar norma akademik dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain (Arikunto, 2010). Perilaku
mencontek dapat menyebabkan mahasiswa tidak belajar dengan baik, karena mereka tidak perlu berusaha untuk memahami materi pelajaran
(Hartanto, 2012). Selain itu, perilaku mencontek juga dapat merugikan mahasiswa lain yang tidak mencontek, karena mereka harus bersaing
dengan mahasiswa yang mencontek (Nugroho, 2016).
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan instrumen yang dapat mengukur intensi mencontek pada mahasiswa (Samiroh & Muslimin,
2015) . Dengan mengukur intensi mencontek, peneliti, dosen, dan perguruan tinggi dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
mencontek dan mengambil tindakan untuk mengurangi perilaku tersebut.
Penyusunan skala intensi mencontek pada mahasiswa akan membantu peneliti untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi intensi
mencontek. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Syah, 2010). Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri mahasiswa, seperti keyakinan, nilai, dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari lingkungan mahasiswa, seperti tekanan akademik, budaya akademik, dan dukungan sosial. Dengan memahami faktor-faktor tersebut,
peneliti dapat mengembangkan intervensi yang efektif untuk mengurangi perilaku mencontek (Wibowo, 2016).
Penyusunan skala intensi mencontek pada mahasiswa juga akan membantu perguruan tinggi untuk mengevaluasi efektivitas program anti-
mencontek (Arikunto, 2010). Penyusunan skala intensi mencontek pada mahasiswa juga akan membantu dosen untuk menilai risiko mencontek
pada mahasiswa. Dengan mengetahui risiko mencontek pada mahasiswa, dosen dapat mengambil tindakan preventif untuk mengurangi perilaku
mencontek. Tindakan preventif tersebut dapat berupa memberikan kuliah yang menarik dan interaktif, memberikan tugas yang menantang, dan
memberikan umpan balik yang konstruktif.
Ada beberapa alasan penting mengapa perlu disusun skala intensi mencontek pada mahasiswa (Arikunto, (2010); Nugroho, (2016); Wibowo,
(2016)), yaitu:
1. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mencontek. Skala intensi mencontek dapat digunakan untuk mengukur
faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mencontek, seperti norma subjektif, persepsi kontrol diri, dan sikap terhadap perilaku. Dengan
memahami faktor-faktor ini, maka dapat dikembangkan intervensi untuk mengurangi perilaku mencontek.
2. Untuk mengevaluasi efektivitas program pencegahan mencontek. Skala intensi mencontek dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas program pencegahan mencontek. Dengan mengukur intensi mencontek sebelum dan sesudah program dilaksanakan, maka
dapat diketahui apakah program tersebut efektif dalam mengurangi intensi mencontek.
3. Untuk mengidentifikasi mahasiswa yang berisiko mencontek. Skala intensi mencontek dapat digunakan untuk mengidentifikasi
mahasiswa yang berisiko mencontek. Dengan mengetahui mahasiswa yang berisiko mencontek, maka dapat diberikan intervensi yang
tepat untuk mencegah mereka mencontek.
4. Untuk membantu dosen untuk menilai risiko mencontek pada mahasiswa. Dengan mengetahui risiko mencontek pada mahasiswa,
dosen dapat mengambil tindakan preventif untuk mengurangi perilaku mencontek.
5. Untuk membantu perguruan tinggi untuk mengevaluasi efektivitas program anti-mencontek. Dengan mengukur intensi mencontek
sebelum dan sesudah program anti-mencontek, perguruan tinggi dapat menilai efektivitas program tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan skala intensi mencontek pada mahasiswa merupakan hal yang penting untuk
dilakukan. Skala ini dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mencontek, mengevaluasi efektivitas program
pencegahan mencontek, dan mengidentifikasi mahasiswa yang berisiko mencontek.

B. Landasan teoritis mengenai intensi mencontek mahasiswa


Intensi mencontek mahasiswa dapat dianalisis dengan menggunakan teori perilaku berencana (TPB) dari Ajzen (1991; Ajzen & Fishbein, (1980);
Banas dkk. (2010)). TPB menyatakan bahwa intensi perilaku merupakan prediktor yang paling kuat dari perilaku itu sendiri. Intensi perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor (Ajzen & Fishbein, (1980); Ajzen, (1991); Banas dkk. (2010)), yaitu:
1. Persepsi norma subjektif, yaitu persepsi individu tentang apa yang diharapkan oleh orang lain dari dirinya.

2. Persepsi kontrol perilaku, yaitu persepsi individu tentang seberapa besar ia dapat mengontrol perilakunya.

3. Kognisi tentang hasil, yaitu persepsi individu tentang konsekuensi positif dan negatif dari perilakunya.

Berdasarkan landasan teoritis TPB, intensi mencontek mahasiswa dapat didefinisikan sebagai konstruk unidimensi yang terdiri dari tiga aspek,
yaitu norma subjektif, persepsi kontrol diri, dan sikap terhadap perilaku.
1. Norma subjektif adalah keyakinan seseorang bahwa orang-orang yang penting baginya akan menyetujui atau tidak menyetujui perilaku
tertentu. Dalam konteks mencontek, norma subjektif dapat diukur dengan menggunakan aitem-aitem yang menanyakan tentang persepsi
mahasiswa tentang persepsi orang-orang penting dalam hidupnya terhadap mencontek. Contoh aitem untuk mengukur norma subjektif
mencontek:
a. Saya pikir orang tua saya akan menyetujui jika saya mencontek.
b. Saya pikir teman-teman saya akan menyetujui jika saya mencontek.
c. Saya pikir dosen saya akan menyetujui jika saya mencontek.
2. Persepsi kontrol diri adalah keyakinan seseorang bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan perilaku tertentu. Dalam konteks
mencontek, persepsi kontrol diri dapat diukur dengan menggunakan aitem-aitem yang menanyakan tentang persepsi mahasiswa tentang
kemampuannya untuk mencontek.
Contoh aitem untuk mengukur persepsi kontrol diri mencontek:
a. Saya yakin saya bisa mencontek dengan sukses.
b. Saya yakin saya bisa menghindari ketahuan saat mencontek.
c. Saya yakin saya bisa mencontek tanpa merasa bersalah.
3. Sikap terhadap perilaku adalah penilaian seseorang terhadap perilaku tertentu. Dalam konteks mencontek, sikap terhadap perilaku
dapat diukur dengan menggunakan aitem-aitem yang menanyakan tentang persepsi mahasiswa tentang mencontek. Contoh aitem untuk
mengukur sikap terhadap perilaku mencontek:
a. Saya pikir mencontek adalah perilaku yang tidak etis.
b. Saya pikir mencontek adalah perilaku yang tidak jujur.
c. Saya pikir mencontek adalah perilaku yang merugikan orang lain.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intensi mencontek, seperti norma
subjektif, persepsi kontrol diri, dan sikap terhadap perilaku. Norma subjektif adalah keyakinan seseorang bahwa orang-orang yang penting
baginya akan menyetujui atau tidak menyetujui perilaku tertentu. Persepsi kontrol diri adalah keyakinan seseorang bahwa dia mampu atau tidak
mampu melakukan perilaku tertentu. Sikap terhadap perilaku adalah penilaian seseorang terhadap perilaku tertentu.

C. Konstruk intensi mencontek mahasiswa


Berdasarkan TPB, intensi mencontek mahasiswa dapat didefinisikan sebagai kehendak individu untuk mencontek dalam ujian. Konstruk ini
memiliki dimensi unidimensi, yaitu intensi mencontek. Dimensi ini terdiri dari aspek-aspek berikut:
1. Persepsi norma subjektif mencontek adalah keyakinan individu bahwa orang lain akan mencontek dalam situasi tertentu. Keyakinan
ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk budaya, lingkungan, dan pengalaman pribadi. Individu yang percaya bahwa
mencontek adalah hal yang umum dilakukan orang lain, akan lebih cenderung untuk mencontek sendiri.
2. Persepsi kontrol perilaku mencontek adalah keyakinan individu bahwa mereka dapat mengendalikan perilaku mencontek mereka
sendiri. Keyakinan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemampuan individu, motivasi, dan situasi. Individu yang percaya
bahwa mereka dapat mengendalikan perilaku mencontek mereka sendiri, akan lebih cenderung untuk mencontek jika mereka merasa
perlu.
3. Kognisi tentang hasil positif mencontek adalah keyakinan individu bahwa mencontek akan menghasilkan hasil yang positif. Keyakinan
ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pentingnya tugas, konsekuensi dari mencontek, dan risiko tertangkap. Individu yang
percaya bahwa mencontek akan menghasilkan hasil yang positif, akan lebih cenderung untuk mencontek.
4. Kognisi tentang hasil negatif mencontek adalah keyakinan individu bahwa mencontek akan menghasilkan hasil yang negatif.
Keyakinan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk moralitas, nilai, dan hukuman. Individu yang percaya bahwa mencontek
akan menghasilkan hasil yang negatif, akan lebih cenderung untuk tidak mencontek.
D. Tabel Blueprint Skala Intensi Mencontek pada Mahasiswa
Berdasarkan konstruk intensi mencontek pada mahasiswa, tabel blueprint skala intensi mencontek mahasiswa dapat disusun sebagai berikut:

Definisi
Konstruk Dimensi Aspek Perilaku penanda Aitem Favourable Aitem Unfavourable
teori

1. Individu yang 1. Saya percaya bahwa 1. Saya percaya bahwa teman-


melihat teman- teman-teman saya akan teman saya enggan mencontek
teman mereka mencontek jika mereka tidak meskipun mereka tidak yakin
mencontek, yakin akan jawaban mereka. akan jawaban mereka.
mungkin akan
lebih cenderung 2. Saya percaya bahwa 2. Saya percaya bahwa
untuk mencontek mencontek adalah hal yang mencontek adalah hal yang tidak
sendiri. umum dilakukan orang lain. wajar dilakukan orang lain.
Persepsi
norma 2. Individu yang
subjektif berasal dari
mencontek budaya yang
Unidimensi,
menganggap
Intensi yaitu
TPB mencontek
mencontek intensi
sebagai hal yang
mencontek
umum, mungkin
akan lebih
cenderung untuk
mencontek
sendiri.

Persepsi 1. Individu yang 1. Saya percaya bahwa saya 1. Saya percaya bahwa meskipun
kontrol percaya bahwa dapat mencontek tanpa saya dapat mencontek pada
perilaku mereka pandai tertangkap. akhirnya suatu saat pasti bisa
mencontek mencontek, tertangkap.
mungkin akan 2. Saya percaya bahwa saya 2. Saya percaya bahwa saya sulit
lebih cenderung dapat mengendalikan mengendalikan perilaku
untuk perilaku mencontek saya mencontek saya sendiri.
mencontek. sendiri.

2. Individu yang
merasa tertekan
untuk
mendapatkan
nilai yang baik,
mungkin akan
lebih cenderung
untuk
mencontek.

1. Individu yang 1. Saya percaya bahwa 1. Saya percaya bahwa


percaya bahwa mencontek akan membuat mencontek sulit membuat saya
mereka akan saya terlihat lebih pintar. terlihat lebih pintar.
mendapatkan
nilai yang lebih 2. Saya percaya bahwa 2. Saya percaya bahwa
baik jika mereka mencontek akan membantu mencontek bisa menghambat
mencontek, saya untuk lulus ujian. saya untuk lulus ujian.
Kognisi
mungkin akan
tentang
lebih cenderung
hasil positif
untuk
mencontek
mencontek.

2. Individu yang
percaya bahwa
mencontek akan
membantu
mereka untuk
lulus ujian,
mungkin akan
lebih cenderung
untuk
mencontek.

1. Individu yang 1. Saya percaya bahwa 1. Saya percaya bahwa


percaya bahwa mencontek adalah hal yang mencontek adalah hal yang bisa
mencontek salah. dibenarkan.
adalah hal yang
salah, mungkin 2. Saya percaya bahwa saya 2. Saya percaya bahwa saya
akan lebih akan tertangkap jika saya termasuk lihai dalam mencontek.
cenderung untuk mencontek.

Kognisi tidak mencontek.


tentang 2. Individu yang
hasil negatif percaya bahwa
mencontek mereka akan
tertangkap jika
mereka
mencontek,
mungkin akan
lebih cenderung
untuk tidak
mencontek.
E. Tabel proporsi skala intensi mencontek mahasiswa
Berdasarkan tabel blueprint skala, tabel proporsi skala intensi mencontek mahasiswa dapat disusun sebagai berikut:

Definisi
Konstruk Dimensi Aspek Perilaku penanda Persentase
teori

Intensi Unidimensi, yaitu Persepsi norma 1. Individu yang melihat teman-teman mereka 20%
mencontek intensi mencontek subjektif mencontek, mungkin akan lebih cenderung untuk
mencontek mencontek sendiri.
TPB
2. Individu yang berasal dari budaya yang menganggap
mencontek sebagai hal yang umum, mungkin akan
lebih cenderung untuk mencontek sendiri.

Intensi Unidimensi, yaitu Persepsi norma 1. Individu yang percaya bahwa mereka pandai 20%
mencontek intensi mencontek subjektif mencontek, mungkin akan lebih cenderung untuk
mencontek mencontek.
TPB
2. Individu yang merasa tertekan untuk mendapatkan
nilai yang baik, mungkin akan lebih cenderung untuk
mencontek.

Intensi Unidimensi, yaitu Persepsi kontrol 1. Individu yang percaya bahwa mereka akan 20%
mencontek intensi mencontek perilaku mencontek mendapatkan nilai yang lebih baik jika mereka
mencontek, mungkin akan lebih cenderung untuk
TPB mencontek.

2. Individu yang percaya bahwa mencontek akan


membantu mereka untuk lulus ujian, mungkin akan
lebih cenderung untuk mencontek.
Intensi Unidimensi, yaitu Kognisi tentang 1. Individu yang percaya bahwa mencontek adalah hal 20%
mencontek intensi mencontek hasil positif yang salah, mungkin akan lebih cenderung untuk tidak
mencontek mencontek.
TPB
2. Individu yang percaya bahwa mereka akan
tertangkap jika mereka mencontek, mungkin akan lebih
cenderung untuk tidak mencontek.

Intensi Unidimensi, yaitu Kognisi tentang 1. Individu yang melihat teman-teman mereka 20%
mencontek intensi mencontek hasil negatif mencontek, mungkin akan lebih cenderung untuk
mencontek mencontek sendiri.
TPB
2. Individu yang berasal dari budaya yang menganggap
mencontek sebagai hal yang umum, mungkin akan
lebih cenderung untuk mencontek sendiri.

Total 100%
F. Pemilihan Rentang Respon Skala
Item-item skala intensi mencontek pada mahasiswa ini dirancang untuk digunakan dalam tujuan mengukur perilaku penanda mencontek. Aitem-
aitem skala tersebut harus dijawab dengan menggunakan skala Likert, dari rentang respon 1 (sangat tidak sesuai) hingga 5 (sangat sesuai).
Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena
sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Skala intensi mencontek pada mahasiswa ini terdiri dari serangkaian
pernyataan yang dijawab oleh responden dengan menggunakan skala numerik, biasanya dari 1 (sangat tidak sesuai) hingga 5 (sangat sesuai).
Dalam konteks mengukur perilaku penanda mencontek, skala Likert memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1. Mudah digunakan dan dipahami oleh responden. Responden hanya perlu memberikan penilaian numerik pada setiap pernyataan.

2. Mampu mengukur intensitas persepsi, sikap, atau pendapat responden. Responden dapat memberikan penilaian yang lebih akurat
tentang intensitas persepsi, sikap, atau pendapat mereka dengan menggunakan skala numerik.
3. Mampu menghasilkan data yang dapat dianalisis secara statistik. Data dari skala Likert dapat dianalisis menggunakan berbagai
metode statistik, seperti analisis regresi dan analisis korelasi.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa skala Likert dengan rentang 1 (sangat tidak sesuai) hingga 5 (sangat sesuai) digunakan untuk
mengukur perilaku penanda mencontek:
1. Rentang skala ini cukup luas untuk mengukur intensitas berbagai perilaku penanda. Misalnya, untuk mengukur persepsi norma
subjektif mencontek, responden dapat memberikan penilaian dari 1 (sangat tidak setuju) jika mereka percaya bahwa mencontek adalah
hal yang sangat tidak umum dilakukan orang lain, hingga 5 (sangat setuju) jika mereka percaya bahwa mencontek adalah hal yang sangat
umum dilakukan orang lain.
2. Rentang skala ini mudah dipahami oleh responden. Responden dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksud dengan setiap
titik pada skala.
3. Rentang skala ini dapat menghasilkan data yang dapat dianalisis secara statistik. Data dari skala Likert dengan rentang 1 (sangat
tidak sesuai) hingga 5 (sangat sesuai) dapat dianalisis menggunakan berbagai metode statistik, seperti analisis regresi dan analisis
korelasi.
Daftar pustaka
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179-211.
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding attitudes and predicting social behavior. Englewood Cliffs, Prentice-Hall.
Arikunto, S. (2010). Manajemen pendidikan. Rineka Cipta.
Banas, J. R., & colleagues. (2010). The theory of planned behavior and cheating among college students. Journal of Applied Social
Psychology, 40(11), 2766-2780.
Doddy Hartanto. (2012). Menyontek: Masalah, faktor, dan solusi. Gramedia.
Nugroho, A. W. (2016). Menyontek: Problematika dan solusi. Deepublish.
Samiroh, S., & Muslimin, M. (2015). Perilaku menyontek siswa: Faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya pencegahannya. Jurnal
Pendidikan UNS, 2(1), 1-10.
Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Wibowo, A. (2016). Mengatasi perilaku menyontek pada siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 6(1), 1-10.

Anda mungkin juga menyukai