PERILAKU
ERNA SARIANA
1. Health Belief Model (HBM)
Health Belief Model (HBM) dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli
psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini
digunakan sebagai upaya menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit dan sering kali
dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan manusia yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang
kesehatan.
Selain itu, HBM digunakan untuk mengidentifikasi beberapa faktor prioritas
penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam
situasi yang tidak menentu
2
HBM merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku
peningkatan kesehatan. Menurut HMB, kemungkinan seseorang melakukan
tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan
atau penilaian kesehatan (health belief), yaitu :
1. (Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illnes). Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit
atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu,
jika ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan
meningkat berupa :
a. Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived vulnerabilty). Individu mungkin
dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai kondisi
b. Keseriusan yang dirasakan (perceived saverity). Individu mengevaluasi
keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah individu
tersebut atau penyakit dibiarkan jika ditangani
3
2. Kuntungan dan kerugian (benefits and costs), Pertimbangan
antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan
melakukan tindakan pencegahan atau tidak
3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses
perilaku, yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang
menonjol (salient position). Hal ini berupa berbagai infoamasi
dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan
(misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit
dari anggota keluarga yang lain atau teman).
4
Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan dan kerugian
dipengaruhi oleh :
1. Variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya)
2. Variabel Sosio-psikologi (kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial),
3. Variabel struktural (pengetahuan, dan pengelaman sebelumnya), sebagai
contoh orang tua akan memandang secara berbeda risiko kanker dan penyakit
jantung dari pada remaja.
Orang yang memiliki pengalaman dengan penyakit tertentu akan bersikap lain
terhadap penyakit terserbut dibandingkan orang yang tidak memiliki
pengalaman ini.
Penilaian terhadap masalah kesehatan terdahulu merupakan petunjuk untuk
berprilaku (cues to action) diduga tepat untuk memulai proses perilaku.
5
Bagan : Health Belief Model (HBM)
6
Penerapan HBM merupakan perilaku pencegahan yang
berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai
perilaku, seperti check up pencegahan dan skrining, dan
imunisasi
Dalam perkembangannya, HBM telah menggunakan
ketertarikan dalam kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang
dikaitkan dengan perkembangan dari kondisi kronis, termasuk
gaya hidup tertentu seperti merokok, diet, olahraga, perilaku
keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom
untuk pencegahan AIDS.
7
2. SOCIAL LEARNING THEORY
Social learning theory adalah teori dari Albert Bandura (1977).
Menurut Bandura , manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain.
Teori Social Learning ini juga dikenal dengan nama Observational Learning
Social learning theory, atau teori belajar sosial, adalah pengembangan dari
karya Cornell Montgomery (1843-1904).
Montgomery mengajukan pemikiran bahwa belajar sosial terjadi melalui empat
tahap:
◦ kontak dekat,
◦ imitasi terhadap pihak yang superior,
◦ memahami konsep yang perilaku yang hendak ditiru
◦ perilaku model peran
Dalam Social Learning and Clinical Psychology (1954), Julian Rotter menyatakan bahwa efek
suatu perilaku dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan hal serupa.
Individu cenderung menghindari sesuatu yang berdampak negatif, sekaligus menginginkan hasil
yang positif. Jika seseorang mengharapkan keluaran positif dari suatu perilaku, atau berpikir
bahwa ada kemungkinan mendapatkan imbalan positif, maka kemungkinan mereka mau
melakukan perilaku tersebut.
Perilaku ini di-reinforce, dengan keluaran positif, membuat individu cenderung mengulangi
perilaku untuk mendapat imbalan lagi.
Teori Albert Bandura kemudian melengkapi pemikiran Rotter, sekaligus melengkapi karya Miller
dan Dollard (1941). Menurut Bandura, manusia bukanlah makhluk yang sekadar meniru apapun
yang ia lihat; manusia bisa memilih perilaku apa yang ia pilih dan mana yang ia buang.
Bandura menyempurnakan teori belajar sosial dengan
menambahkan aspek perilaku dan kognitif.
Behavioral learning (belajar perilaku) berarti lingkungan
menyebabkan seseorang melakukan perilaku tertentu. Belajar
kognitif berarti bahwa faktor psikologis pun punya andil dalam
mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku.
Manusia dapat meniru perilaku, namun ia juga punya
kemampuan memilih dan memilah perilaku apa yang mau ia
pelajari.
Kecakapan memilah dan memilih inilah aspek kognitif yang
dimaksud.
Konsep Dasar Social Learning Theory
Bandura
A. HARAPAN
B. BELAJAR OBSERVASIONAL
C. KAPABILITAS BEHAVIORAL
D. SELF-EFFICACY/EFIKASI DIRI
E. DETERMINISME RESIPROKAL
F. REINFORCEMENT
A. HARAPAN
Harapan adalah konsep pertama dalam teori belajar sosial. Harapan,
atau ekspektasi, berarti pengetahuan seseorang harus mampu
mewujudkan apa yang ia inginkan dari lingkungan, dan kepercayaannya
terhadap sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan lingkungan.
Kalau kita mengacungkan jempol di Indonesia, Korea, atau Jepang, itu
menandakan kita sedang menyatakan setuju, oke, iya, dsb. Namun, kalau
kita mengacungkan jempol di Brazil, itu menandakan kita sedang
melecehkan orang lain secara seksual. Kita bisa digebukin.
B. Belajar observasional
Belajar observasional berarti seorang individu mendasari pengetahuannya
dengan mengobservasi orang lain di dalam lingkungan.
Seorang individu akan mengenali perilaku orang lain, menyesuaikan
dengan dirinya, lalu menirukan perilaku tersebut di masyarakat. Semua
yang ia ketahui berasal dari perilaku orang-orang di sekitarnya.
Misalnya, kata “pantek”. Kata pantek, di beberapa kota diartikan sebagai
pengeboran manual untuk gali sumur. Di beberapa kota di Sumatera,
pantek diartikan sebagai makian. Seorang dari Sumatera mungkin akan
kaget mendengar kata pantek disebut begitu saja di masyarakat. Namun,
bila dia mengobservasi dengan benar, dia akan sadar bahwa kata itu punya
makna yang berbeda.
C. Kapabilitas Behavioral
Kapasitas behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang
diperlukan untuk mempengaruhi perilakunya.
Selagi perilaku orang lain mungkin dapat mempengaruhi kamu, perilakumu
tidak akan terpengaruh sampai kamu tau/sadar. Barulah saat sadar, kamu bisa
mengubah perilaku agar diterima masyarakat.
Seorang anak mungkin tidak sadar bahwa berteriak di dekat orang tua tidak
sopan, sampai seseorang menegurnya. Kalau tidak mendapat respon negatif,
tentu dia akan terus melakukannya dong. Kan dia nggak sadar. Kalau sudah
dikasi punishment/respon negatif, barulah dia berhenti.
Ketika seseorang mendapat respon negatif, dia akan tau bahwa perilakunya
nggak baik.
Di sinilah kapasitas behavioral bermain.
D. Self-Efficacy/Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika
seseorang yakin terhadap pengetahuannya, ia akan bertindak
berdasarkan pengetahuannya. Ia akan bertindak bila ia pede dengan
tindakannya.
Misalnya mengacungkan jempol tadi. Bila satu orang di Brazil memarahi
kamu karena mengacungkan jempol, kamu akan heran dan mulai ragu
dengan pengetahuanmu. Kamu jadi ragu untuk mengacungkan jempol
lagi. Akhirnya, semakin banyak orang memarahi kamu, kamu jadi
tahu bahwa mengacungkan jempol itu salah.
Kalau sudah yakin mengacungkan jempol salah, kamu nggak
mengacungkan jempol lagi.
E. Determinisme Resiprokal
Determinisme resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat
mereka berinteraksi. Ketika seseorang berada di satu lingkungan, dia
akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Ketika kamu ketemu dosen, mungkin kamu akan bicara mengenai mata
kuliah atau tugas. Kamu akan menggunakan kata “saya” dan nada bicara
yang rendah.
Tapi, saat sama temen, mungkin kamu akan ngomong dengan kata
“ogut” dan nada bicara yang santai. Mungkin diselingi dengan saling
meledek bahkan melecehkan.
F. Reinforcement
Reinforcement adalah respon dari orang lain yang dapat
memperkuat/melemahkan suatu perilaku. Misalnya, bila seorang perempuan
menggunakan pensil alis lalu dia dipuji, maka dia akan meneruskan
menggunakan pensil alis. Malah, mungkin pensil alis itu akan dia gunakan juga di
bagian kumis dan dagu.
Tapi, kalau dia pakai pensil alis lalu semua orang ngeledek “mirip Shinchan”,
mungkin dia akan berhenti menggunakan pensil alis. Sebagai ganti, mungkin dia
akan mengoleskan alisnya dengan pensil 2B, lalu komputer mendeteksi
wajahnya sebagai kunci jawaban.
Proses Mediasi Social Learning Theory
• Syarat utama untuk meniru suatu perilaku adalah: perilaku itu
harus menarik perhatian. Kita mengobservasi banyak
perilaku, tapi tidak semua layak kita perhatikan.
Attention atau Perhatian
2. Empati (emphaty)