Anda di halaman 1dari 29

Psikologi Kesehatan

Pertemuan ke-4

Isu-isu dalam Psikologi


Kesehatan
Pendahuluan
Isu adalah kabar yang tidak jelas asal usulnya dan
tidak terjamin kebenarannya.
Psikolog kesehatan menganut model penyakit dan
kesehatan biopsikososial, sebuah model yang
menggabungkan model biomedis yang lebih
tradisional dan model psikososial.
Hubungan antara stress, gaya hidup dan perilaku
kepribadian, dukungan sosial, serta kesehatan
membentuk dasar-dasar bidang psikologi kesehatan
Tren Perawatan Kesehatan
Psikolog kesehatan adalah spesialis yang bekerja di pusat-pusat
kesehatan atau dalam seting perawatan primer. Psikolog
kesehatan berdasarkan pelatihan mereka, lebih sesuai untuk
memberikan intervensi yang akan membantu memotong biaya
perawatan medis (Bellar &Feist, 2004).
Saat bisnis dan industri menyadari biaya yang harus mereka
tanggung dari pegawai yang kebiasaan dan cara hidupnya
menyebabkan kemangkiran, inefisiensi dan pergantian,
diperkirakan bahwa mereka akan menggunakan keterampilan
psikolog kesehatan lebih sering.
Kebutuhan perawatan kesehatan populasi harus dipenuhi oleh
profesional yang berkompeten, etis dan qualified.
Sampai saat ini, tidak ada keahlian khusus psikologi lain yang
Isu-isu Training Psikologi Kesehatan

memberikan kombinasi pengalaman akademik, ilmiah, profesional dan


rumah sakit yang dibutuhkan untuk bekerja dalam seting medis. Namun
demikian sub-keahlian psikologi yang lain juga direpresentasikan dengan
baik dalam psikologi kesehatan.
Saat ini banyak orang yang menyebut psikologi kesehatan sebagai sebuah
komponen standar pelatihan inti untuk semua psikolog profesional.
Karena pentingnya isu-isu kesehatan dan perluasan batasan psikologi
klinis dan profesional, pelatihan dalam wilayah seperti
psikofarmakologi, neuropsikologi dan psikoneuroimunologi
dianggap penting.
Psikolog kesehatan di masa depan harus dilatih hingga mereka mampu
mendesain dan mengadakan studi untuk mengevaluasi outcome
kesehatan secara empiris.
Isu-isu Dalam Psikologi
Isu dalam Pergerakan Kesehatan mental
Adanya pergeseran paradigma dalam upaya memahami manusia dalam
ranah Psikologi Klinis dan Kesehatan, dahulu lebih mengutamakan
pemahaman akan makna penderitaan, kelemahan, dan gangguan yang
mungkin dialami manusia.
Muncul upaya untuk memahami etiologi gangguan mental hingga upaya
intervensinya, produknya berupa: DSM (Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorder).
Di sekitar tahun 2000, muncul pemahaman baru yang lebih
mengutamakan keseimbangan dan lengkapnya kehidupan manusia itu
sendiri sebagai subjek pembelajaran. Sehingga pandangan yang
berkembang adalah adanya dinamika kesehatan mental pada individu.
Pandangan ini menggali sisi positif manusia sebagai upaya: a).
memahami dinamika kehidupan manusia, b).
mengoptimalkan dan mencegah, c).
intervensi terhadap gangguan.
Isu-Isu Penting Dalam Psikologi Perkembangan
Bawaan dan Lingkungan (Nature Vs Nurture)
Apakah perkembangan utama yang terjadi pada tiap-tiap individu lebih
dipengaruhi oleh bawaan ataukah lebih dipengaruhi oleh lingkungan.
Paham “Bawaan”. Psikolog yang menganut paham “Bawaan”
mengatakan bahwa  manusia itu berkembang secara teratur sesuai
dengan gen yang dimiliki oleh tiap individu hingga mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kesamaan dengan gen
tersebut.
Paham “Lingkungan”. Berlawanan dengan paham bawaan tersebut,
pada paham kedua, psikolog lain mengemukakan bahwa
perkembangan pada tiap individu lebih dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar
pada perkembangan individu.
Kontinuitas dan Diskontinuitas. Bagaimana laju
perkembangan itu sendiri, apakah berjalan
secara kontinyu ataukah diskontinyu.
Paham “Kontinuitas”. Sebagian psikolog berpendapat bahwa
perkembangan manusia itu berjalan secara kontinyu. Maksud dari
kontinuitas perkembangan (continuity of development) adalah
pandangan bahwa perkembangan meliputi perubahan yang
berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, dari pembuahan hingga
kematian.
Paham “Diskotinuitas”. Paham kedua mengenai laju perkembangan
yakni diskontinuitas, yang memiliki pandangan yang bertentangan
dengan pandangan yang pertama. Diskontinuitas perkembangan
yaitu perkembangan yang meliputi tahapan-tahapan yang khas atau
berbeda dalam masa hidupnya. Dalam paham ini individu
digambarkan memiliki kemampuan lebih besar pada suatu
tahapan.
Stabilitas dan perubahan. Apakah perkembangan itu stabil
ataukah mengalami perubahan selama beberapa waktu.

Stabilitas perkembangan ialah perkembangan yang


terjadi pada diri individu sejak kecil hingga mencapai
usia yang lebih tua tidak mengalami perbedaan atau
tetap.
Paham perubahan mengatakan bahwa perkembangan
manusia itu mengalami perubahan pada diri individu
hingga mengakibatkan adanya perbedaan dengan
masa-masa sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan masa prenatal :

Kesehatan ibu
Gizi ibu
Pemakaian bahan-bahan kimiawi oleh ibu
(1). Obat-obatan
(2). Alkohol
(3). Nikotin atau Rokok
(4). Serta beberapa bahan
kimia lainnya.
Keadaan dan ketegangan emosi ibu.
Usia ibu (telalu tua atau terlalu muda)
Ibu terlalu percaya pada tahayul
Isu-Isu Kesehatan Remaja
Perilaku bermasalah remaja yang perlu mendapatkan
pelayanan khusus oleh orangtua, guru, dan masyarakat
pada umumnya.
1. Kenakalan, kejahatan, dan perkelahian: Banyak remaja
yang melakukan pelanggaran lalu lintas, perbuatan
perkosaan, perampokan, pembunuhan, atau penodongan.
Fromm (2001), misalnya, sebagai pengikut psikoanalisis
membahas perilaku agresif dari sudut pandang instinctive
drive. Perilaku agresif merupakan sesuatu yang bersumber
dari dunia dalam atau dari alam ketidaksadaran manusia.
Teori Perilaku Agresif
Teori biologis,  teori frustrasi, teori belajar sosial, dan teori
kognitif.
Secara biologis, faktor yang mendorong timbulnya perilaku
agresif berupa hormon dan temperamen
Perilaku agresif tidak disebabkan oleh faktor instinct,
tetapi oleh keadaan frustrasi. Frustrasi merupakan kejadian
ketika beberapa aktivitas untuk mencapai tujuan terhalang.
Perilaku agresif merupakan perilaku yang dipelajari (teori
belajar sosial), bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada
di dalam diri manusia (not innately given).
Karakteristik perilaku agresif merefleksikan perkembangan
kognitif manusia.
Teori Kognitif dan Pemrosesan Informasi
Sosial.
Dalam perspektif pemrosesan informasi, Dodge,
dalam Dunn & Brawn (1994) menyimpulkan dari
penelitiannya bahwa anak laki-laki cenderung lebih
agresif bila dihadapkan pada situasi yang mengancam.
 Ada proses kognitif, afektif, dan fisiologis secara
simultan yang menyertai setiap reaksi agresif anak
laki-laki tersebut.
Reaksi agresif dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk, yaitu
perilaku agresif langsung, agresif tidak langsung, agresif yang
dialihkan, dan berbagai reaksi yang tidak tampak agresif.
Perilaku agresif langsung. Reaksi agresif dapat
diekspresikan dalam tindakan langsung.Ada tiga bentuk
reaksi agresif langsung, yaitu (1) reaksi agresif verbal atau
simbolik, (2) penolakan atau pengabaian kebaikan, (3) agresif
fisik.
Perilaku agresif tidak langsung. Perilaku agresif tidak
langsung dilakukan dalam bentuk tertuju pada sasaran tetapi
melalui fihak lain. Dua bentuk perilaku agresif tidak
langsung yang biasanya dilakukan orang yaitu:
(1) memberitahu pihak ketiga untuk
membalas, (2) merusak sesuatu
yang memiliki nilai penting bagi sasaran perilaku agresif.
Perilaku Agresif…..lanjutan
Perilaku agresif yang dialihkan. Bentuk
ketiga dari perilaku agresif ditujukan pada
sasaran lain dari sasaran yang sebenarnya.
Ada dua macam perilaku agresif yang
dialihkan yaitu (1) perilaku agresif yang
dialihkan terhadap obyek bukan manusia,
dan (2) perilaku agresif dialihkan kepada
orang lain.
2.  Penyalahgunaan obat

Semakin banyak anak muda menggunakan obat-obat


terlarang.
Semakin banyak anak muda yang minum minuman
beralkohol. Semakin tinggi usia remaja semakin
banyak yang terlibat. Bahkan semakin tinggi usia
disinyalir minum minuman beralkohol sehari-hari.
Semakin banyak anak-anak muda yang menghisap
rokok sejak anak-anak usia SMP bahkan disinyalir
banyak yang sudah mengkonsumsi rokok.
3.  Perilaku seksual beresiko  
Hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesi
menunjukkan peningkatan perilaku seksual para remaja.
Sebagian dari remaja Indonesia(persentasi bervariasi) mulai
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis sebelum
menikah. Walaupun belum separah di Amerika yang
menunjukkan angka 80% laki-laki dan 70% perempuan
telah melakukan hubungan seksual sebelum nikah.
Mulai muncul kasus-kasus remaja melahirkan anak di luar
nikah.
Ditemukan sejumlah penyakit seksual yang sebagian diidap
oleh kaum remaja.
Sejumlah peristiwa kehidupan remaja yang mengarah ke keadaan
yang memprihatinkan, antara lain: perbuatan agresif,
penyimpangan seksual, dan pergeseran nilai-nilai pergaulan.
Berkaitan dengan penyimpangan perilaku seksual, kondisi-kondisi
penyimpangan perilaku ini semakin memprihatinkan, sebab bersamaan
dengan isu tersebut muncul isu penyebaran HIV/AIDS di berbagai kalangan.
Hasil-hasil penelitian, menunjukkan bahwa perilaku seksual merupakan
sumber pokok dari penyebaran HIV/AIDS (Melchert dan Burnett, 1990;
Nevid, 1993).
Penderita HIV/AIDS di Indonesia kebanyakan usia produktif, antara 19
sampai 49 tahun dan kebanyakan dialami oleh kaum wanita (Pali, dkk,
1997).  
Hal ini berarti bahwa (1) HIV telah terjangkit lebih awal dari usia di atas, (2)
kemungkinan besar hubungan seksual telah diawali pada usia remaja, dan
(3) wanita merupakan kelompok yang rentan akan penularan HIV/AIDS.
4.  Masalah Emosional  
Lebih dari 15% anak muda mengalami
masalah-masalah emosional serius yang
memerlukan treatment khusus.
Sekitar 20% remaja mengalami gangguan
depresi.
Lebih dari 20% remaja putri mengalami
gangguan perilaku makan,  dan sebagian
daripadanya mengalami anorexic.
5. Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari kata bahasa
Yunani “euthanatos” yang berarti kematian
mudah.
Euthanasia adalah tindakan sengaja untuk
mengakhiri hidup seseorang yang sangat
sakit dan menderita — yang diliputi oleh
rasa sakit yang tak tertahankan dan tak bisa
disembuhkan — dengan cara yang relatif
cepat dan tanpa rasa sakit, untuk alasan
kemanusiaan.
Tipe-tipe Euthanasia
1). Euthanasia aktif: seseorang (profesional kesehatan)
bertindak secara langsung dan aktif, sengaja
menyebabkan kematian pasien — misalnya, dengan
menyuntikkan obat penenang dalam dosis besar.
2). Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan
tidak secara langsung bertindak dalam
mengakhiri nyawa pasien, mereka hanya
memungkinkan pasien untuk meninggal dunia 
dengan alpanya  kehadiran fasilitas medis — misalnya,
memberhentikan atau menahan opsi pengobatan.
Tipe-tipe Authanasia…..lanjutan
3). Euthanasia volunter: terjadi atas permintaan pasien kompeten.
Pasien sepenuhnya menyadari kondisi penyakitnya/sudah
diinformasikan, mengerti apa kemungkinan masa depan dari
penyakitnya, menyadari manfaat dan risiko yang terkait dengan pilihan
pengobatan penyakitnya, dan dapat mengkomunikasikan keinginan
mereka dengan jelas tanpa di bawah pengaruh siapapun, dan meminta
bantuan profesional medis untuk mengakhiri nyawanya.
4). Euthanasia non-volunter: terjadi ketika pasien berada dalam kondisi
tidak sadar atau tidak mampu untuk membuat pilihan otonomik antara
hidup dan mati (misalnya, bayi yang baru lahir atau seseorang dengan
intelegensi rendah, pasien dalam koma panjang atau mengalami
kerusakan otak parah), dan keputusan dibuat oleh orang lain yang
berkompeten atas nama pasien, mungkin sesuai dengan dokumen
warisan tertulis mereka, atau pasien sebelumnya pernah menyatakan
secara verbal keinginan untuk mati.
Tipe-tipe Authanasia…lanjutan
5). Euthanasia involunter: alias paksaan, terjadi saat
pihak lain mengakhiri nyawa pasien melawan
pernyataan keinginan asli mereka. Misalnya, meski si
pasien ingin terus bertahan hidup meski dengan
kondisi menderita, pihak keluarganya meminta dokter
untuk mengakhiri hidupnya. Euthanasia involunter
hampir selalu dianggap sebagai pembunuhan.
Beberapa negara yang memperbolehkan
pelaksanaan euthanasia adalah:
1. Di Belanda, euthanasia dan tindakan bunuh diri yang
dibantu tenaga medis (physician-assisted suicide, atau
PAS) diizinkan oleh hukum, asal mengikuti protokol
hukum yang jelas.
2. Di Oregon, Amerika Serikat, PAS diperbolehkan negara
dengan menggunakan obat resep.
3. Di Washington DC, Amerika Serikat, dokter diizinkan
untuk memberikan suntik mati atau mendampingi PAS
dengan memungkinkan overdosis obat yang berujung
kematian pada pasien yang meminta.
Lanjutan

4. Di Belgia, “membunuh atas nama medis dan belas


kasih” diizinkan oleh hukum baik untuk orang dewasa
yang kompeten, anak-anak, dengan pedoman terinci dan
jelas yang harus diikuti. Orangtua harus setuju dengan
keputusan tersebut.
5. Di Swiss, PAS diperbolehkan, di bawah undang-undang
yang aktif lebih dari 600 tahun. Pasien, termasuk
pengunjung dari negara lain, dapat dibantu oleh anggota
dari organisasi Dignitas untuk mengakhiri hidup mereka.
6. Untuk waktu singkat, euthanasia dan PAS diizinkan di
Australia Utara dan tujuh orang mengakhiri hidup
mereka dengan cara ini, sebelum Pemerintah Federal
Australia membatalkan hukum tersebut.
Syarat dan ketentuan meminta Euthanasia
Prosedur euthanasia boleh dilakukan pada pasien yang
menderita sebuah penyakit terminal (fase akhir
penyakit di mana peluang kematian muncul sangat
besar sehingga fokus bergeser dari terapi
menyembuhkan penyakit menjadi menyediakan
perawatan paliatif/meringankan rasa sakit).
Belanda : PAS (physician-assisted suicide), euthanasi
legal untuk ‘kasus terminal’, terminal digambarkan
sebagai suatu kondisi yang “dalam penilaian wajar,
akan menghasilkan kematian dalam waktu enam
bulan.”
Lanjutan……
Deklarasi World Federation of Right to Die Societies
tahun 1998 Zurich menyatakan bahwa orang-orang
“yang menderita kesengsaraan yang melumpuhkan”
memenuhi syarat untuk meminta asistensi bunuh diri.
Lembaga ini percaya bahwa seseorang tidak perlu
mengidap penyakit terminal agar memenuhi syarat
menjalani euthanasia atau PAS,
asalkan “penderitaannya tidak tertahankan”.
Belgia menyatakan bahwa “pasien yang meminta
euthanasia harus berada dalam situasi medis putus asa
dan terus-menerus menderita secara fisik atau
psikologis.”
Alasan-alasan Euthanasia
Diperbolehkan : tubuh adalah hak prerogatif
pemiliknya sendiri, dan kita harus diizinkan untuk
melakukan apa yang kita inginkan dengan tubuh kita
sendiri.
Dilarang : Argumen dari badan agama untuk
melawan euthanasia adalah bahwa kehidupan diberikan
oleh Tuhan, dan hanya Tuhan yang harus memutuskan
kapan untuk mengakhirinya. Lainnya khawatir jika
euthanasia dibuat legal, undang-undang yang mengatur
hal itu akan disalahgunakan, dan orang-orang yang
sebenarnya tidak benar-benar ingin mati (atau masih bisa
mendapatkan pertolongan medis lanjutan) justru diakhiri
nyawanya.
Euthanasia di Indonesia
Pasal 344 KUHP:
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan
hati diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun”.
euthanasia paling mungkin (atau mendekati) dianggap
sebagai pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP),
 pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP),
penganiayaan dengan bahan berbahaya (Pasal 356 [3] KHUP),
atau kelalaian yang berujung kematian (Pasal 304 dan Pasal
306[2]).
 Dengan demikian, tindakan medis ini tetap digolongkan
sebagai tindak pidana.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai