Anda di halaman 1dari 3

SINOPSIS NOVEL AMBA

Kinanthi merupakan anak dari Sudarminto yakni seorang Kepala Sekolah di Kadipura Jawa Tengah dan
ibunya bernama Naniek. Amba memiliki adik kembar dengan selisih usia dua tahun bernama Ambika
dan Ambalika.

Kisahnya dimulai pada tahun 2006. Saat itu Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari seseorang tercintanya,
yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur,
yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Kamp tahanan politik
sudah dibubarkan dan tapol dipulangkan, namun Bhisma tetap tidak kembali.

Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil
Jawa Tengah. “Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.”

Kehidupan Amba dimulai dari kampung halamannya, Kadipura. Amba yang berusia 18 tahun sama sekali
tidak memikirkan tentang menikah. Ia justru ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi. Namun penduduk sekitar dan kedua orang tua Amba berbeda. Mereka merasa khawatir ketika
Amba belum menikah.

Di tahun 1962, Sudarminto ayah Amba datang ke sebuah pertemuan yang digelar di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Gadjah Mada. Di acara tersebut ayah Amba bertemu dengan Salwani
Munir yang merupakan seorang dosen muda kala itu.

Ketertarikannya pada dosen muda tersebut kemudian muncullah ide untuk menjodohkan Salwani Munir
dengan Amba. Amba dapat menerima perjodohan tersebut dengan satu syarat yaitu menyelesaikan
kuliah terlebih dulu.

Amba akhirnya masuk sebagai salah satu mahasiswi jurusan Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada.
Kebetulan Salwani Munir juga mengajar di sana. Amba mulai terbiasa dengan lingkungan barunya
sebagai mahasiswa. Dari sana, ia mulai mencintai sastra sebagai bagian tidak terpisahkan dari
kehidupannya.
Akan tetapi, situasi tidak diharapkan harus dihadapi oleh Amba. Di tahun kedua studinya, Salwani Munir
harus pindah tugas ke Universitas Airlangga, Surabaya. Mengingat suasana politik yang sedang kacau,
Salwani Munir ingin segera menikah dengan Amba. Namun Amba menolaknya karena syarat yang telah
disetujui bahwa Amba harus menyelesaikan pendidikannya lebih dulu

Salwani Munir pun menuruti perkataan Amba dan pindah ke Surabaya. Di sisi lain, Amba diterima
menjadi seorang penerjemah di rumah Sakit Sono Walujo. Di sini dia bertugas untuk menerjemahkan
setiap dokumen medis yang berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

Pada saat itulah kisah cinta Amba dan Bisma, seorang dokter lulusan Jerman Timur, dimulai. Bisma
berhasil membuat Amba merasakan cinta yang sama sekali berbeda dengan apa yang diberikan oleh
Salwani Munir.

Amba dan Bisma kemudian memadu kasih secara sembunyi-sembunyi. Waktu demi waktu mereka jalani
bersama hingga Amba mengandung calon anak mereka. Namun, di tahun 1965 Bisma ditangkap karena
dianggap mempunyai keterlibatan dengan PKI. Penangkapan tersebut terjadi di Yogyakarta, pada saat
itu Bisma sedang menghadiri sebuah acara yang digelar oleh teman Bisma, Untarto.

Pada tahun 1971, Bisma diasingkan ke Pulau Buru tanpa sepengetahuan Amba. Amba merasa
kebingungan dan pergi ke Jakarta meninggalkan Salwani Munir juga keluarganya.

Di Jakarta, ia bertemu dengan Adelhard Eliers, seorang laki-laki berkebangsaan Amerika yang
berkeinginan untuk menikahi Amba. Waktu berlalu dan setelah 3 bulan melahirkan anaknya, Srikandi,
Amba pun mengirimkan surat pada orang tuanya. Di surat itu Amba memberitahu orang tuanya bahwa
ia telah menikah dan memiliki anak tetapi bukan dengan Salwani Munir.

Setelah Adelhard meninggal dunia, pada tahun 2006 Amba ingin menjawab rasa penasarannya dengan
pergi ke Pulau Buru. Amba juga menerima sebuah email mengenai kematian Bisma dan ia ingin
memastikannya langsung.

Sesampainya di Pulau tersebut, Amba menumpahkan semua perasaannya dan kenangan bersama
Bisma. Amba menemukan tabung bambu yang disimpan dibawah pohon meranti berisi surat-surat yang
Bisma tulis.
Bisma menyampaikan pesan kepada salah seorang penghuni asli Pulau Buru bernama Manalisa untuk
memberitahukan keberadaan surat tersebut pada Amba. Amba berhasil mendapatkan jawaban atas
kematian Bisma dalam surat-surat tersebut.

Beberapa tahanan politik memilih tinggal di Pulau Buru dan melanjutkan kehidupannya. Begitu juga
dengan Bisma. Ia menikahi anak seorang petinggi adat yang ada di Pulau Buru.

Di tahun 2011, Amba bertemu kembali dengan seseorang yang membantunya mencari Bisma di Pulau
Buru. Orang tersebut bernama Samuel. Amba pun mengenalkan Samuel pada anaknya yang telah
tumbuh dewasa, Srikandi.

Ketika pertemuannya dengan Samuel, Srikandi banyak menceritakan mengenai mimpinya yang mirip
seperti Samuel dan seorang laki-laki lainnya yang meninggal secara tragis. Samuel pun mengerti bahwa
mimpi Srikandi tersebut merupakan gambaran mengenai ayahnya yang meninggal di Pulau Buru.

Seiring berjalannya waktu, Samuel pun harus menyerah akan kecantikan Srikandi yang begitu mirip
seperti Amba ketika muda. Samuel dan Srikandi pun akhirnya menikah dan Amba kembali melanjutkan
kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai