Anda di halaman 1dari 6

PERLINDUNGAN POTRET UNTUK PROMOSI TANPA IZIN PIHAK

TERKAIT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014


Oleh:
Nurtati Dwika 1),
Emmi Siregar 2),
dan Irda Pratiwi 3)
Universitas Asahan 1,2,3)
E-mail:
dwisuju48@gmail.com 1),
ramiwita_nst@ymail.com 2),
dan irdanasty@ymail.com 3)

ABSTRACT
Portraits are photography work with human objects and the portrait itself is regulated
by copyright law. If a portrait is taken without the consent of the photographed, the
photographer will be subject to law number 28 of 2014. if the portrait is used for
promotion or published without the must permission of the photographer or the heir, the
photographer must first ask permission of the photographer. If the photographer does
not have permission to the photographed or the heirs to carry out commercial uses,
procurement, distribution, etc., will be subject to article 115 of law number 28 of 2014
concerning copyright. The photographer will be charged with a maximum fine of IDR
500.000.000,00 (five hundred million rupiah). It would be better if a photographer who
would take someone’s portrait for promotion, asks permission of the portrait or ask
permission from the heirs first.
Keywords: portrait copyrighted works, legal protection, law no 28 of 2014.

ABSTRAK
Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia dan potret itu sendiri diatur oleh
undang-undang hak cipta. Jika potret diambil tanpa persetujuan dari yang difoto,
fotografer akan tunduk pada undang-undang nomor 28 tahun 2014. jika potret tersebut
digunakan untuk promosi atau diterbitkan tanpa izin dari fotografer atau ahli waris,
fotografer harus terlebih dahulu meminta izin fotografer. Jika fotografer tidak memiliki
izin untuk difoto atau ahli waris untuk melakukan penggunaan komersial, pengadaan,
distribusi, dll., Akan tunduk pada pasal 115 undang-undang nomor 28 tahun 2014
tentang hak cipta. Fotografer akan dikenai denda maksimum Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah). Akan lebih baik jika seorang fotografer yang akan mengambil potret
seseorang untuk dipromosikan, meminta izin potret atau meminta izin dari ahli waris
terlebih dahulu.
Kata kunci: karya cipta potret, perlindungan hukum, undang-undang no 28 tahun 2014.

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 1, Januari 2020 : 20-25 20


1. PENDAHULUAN menimbulkan keuntungan terhadap
orang yang memotret.
Hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis Contoh kasus yang sering
berdasarkan prinsip deklaratif setelah terjadi adalah kasus potret dari
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk pernikahan seseorang. Potret dari
nyata tanpa mengurangi pembatasan pengantin sering sekali disalah gunakan
sesuai dengan ketentuan peraturan oleh pihak photografer yang mana
perundang-undangan.( Undang-undang potret tersebut sering dijadikan promo
Nomor 28 Tahun 2014 pasal 1 Ayat (1) ) untuk studio photonya tanpa persetujuan
Dan hak cipta merupakan hak pihak pengantin tersebut sehingga
eksklusif bagi pencipta untuk menimbulkan kerugian terhadap orang
mengumumkan atau memperbanyak yang ada di dalam potret tersebut.
hasil ciptaannya dalam beberapa bidang Sehingga pasangan pengantin tersebut
seperti bidang ilmu pengetahuan, seni melaporkan sang photografer karena
dan sastra terdiri dari buku, program memakai potret mereka tanpa seizin
komputer, ceramah, kuliah, pidato serta mereka dan photografer tersebut
rekaman suara atau gambar pertunjukan dikenakan pasal 115 undang-undang
seseorang. (Tim Lindsey,. Et. All., 2011: nomor 28 tahun 2014 yang mana sang
6) photografer dipidana dengan pidana
denda paling banyak sebesar Rp
Tetapi, sering terjadi orang 500.000.00,00 (lima ratus juta rupiah).
yang mengambil karya orang lain tanpa
seizin penciptanya sehingga 2. METODE PENELITIAN
menimbulkan kerugian terhadap 1. Metode
pencipta aslinya. Maka disinilah sang Metode yang dipakai dalam
pencipta harus membuktikan hasil penelitian ini adalah penelitian yuridis
ciptaannya. Dan disinilah peran penting normatif, karena penelitian hukum
seorang yang harus mendaftarkan hasil sejenis ini mengkonsepkan suatu
ciptaannya sehingga bila terjadi kasus penelitian yang tertulis didalam
pencurian terhadap ciptaan sang peraturan perundang-undangan, atau
pencipta dapat membuktikan hasil norma yang menjadi patokan perilaku
ciptaannya dengan bukti pendaftaran manusia yang dianggap pantas.
hak ciptanya tersebut. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa
penelitian hukum normatif adalah
Peran masyarakat sangat penelitian hukum yang dilakukan
penting, karena banyak masyarakat dengan meneliti bahan pustaka atau data
yang tidak tahu bila suatu potret yang sekunder belaka. Penelitian hukum
diambil tanpa seizin pihak yang di normatif mencakup penelitian terhadap
potret atau ahli warisnya akan sistematika hukum, penelitian terhadap
menimbulkan akibat hukum. Apabila taraf sinkronisasi vertical dan
potret tersebut diambil untuk horizontal, perbandingan hukum dan
penggunaan secara komersial, sejarah hukum. (Soerjono Soekanto dan
penggadaan, pengumuman, Sri Mamudji, 199: 13).
pendistribusian, atau komunikasi atas
potret tanpa seizin yang dipotret akan 2. Sumber Bahan Hukum
menimbulan kerugian terhadap orang
yang dipotret dan sebaliknya akan Sumber bahan hukum terbagi 3
(tiga) yaitu bahan hukum primer,

PERLINDUNGAN POTRET UNTUK PROMOSI TANPA IZIN PIHAK TERKAIT


21 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014
Nurtati Dwika 1), Emmi Siregar 2), dan Irda Pratiwi 3)
sekunder dan tersier. Adapun sosiologis, tunduk pada cara analisis
penjelasannya sebagai berikut: data ilmu - ilmu sosial. Untuk
menganalisis data, tergantung sungguh
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan pada sifat data yang dikumpulkan oleh
hukum yang mengikat terdiri atas: peneliti (tahap pengumpulan data). Jika
sifat data yang dikumpulkan hanya
1. kitab undang-undang hukum
sedikit, bersifat monografis atau
perdata.
berwujud kasus-kasus sehingga tidak
2. Undang-Undang No. 28 Tahun
dapat disusun ke dalam suatu struktur
2014 Tentang Hak Cipta.
klasifikasi analisis yang di pakai adalah
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan kualitatif. Jadi dalam hal ini penulis
hukum yang memberikan penjelasan mengunakan analisis bahan hukum
terhadap bahan hukum primer, yaitu: dengan metode kualitatif.
(Amiruddin,dan Zainal Asikin, 2004,
1. Hasil penelitian pakar hukum hlm. 167-168).
tentang hak cipta.
2. Jurnal dan artiket tentang hak 3. HASIL dan PEMBAHASAN
cipta.
1. Bentuk perlindungan hukum atas
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan potret berdasarkan undang-
hukum yang memberi petunjuk dan undang nomor 28 tahun 2014
penjelasan terhadap bahan hukum tentang Hak Cipta.
primer dan sekunder, yaitu:
Suatu potret atau foto yang
1. Kamus dibuat seizin dari orang yang terdapat
2. Ensklopedia didalam potret, jika akan digunakan
untuk kepentingan komersial,
3. Prosedur Pengumpulan Bahan penggadaan, pengumuman,
Hukum. pendistribusian dan komunikasi atas
potret akan lebih baik mendapat izin
Di dalam prosedur pengumpulan dari orang yang akan di potret atau ahli
bahan hukum, penulis melakukan warisnya dalam jangka waktu 10
dengan cara mencari buku-buku dan (sepuluh) tahun setelah orang yang
literatur yang didapat baik melalui dipotret telah meninggal dunia terlebih
website ataupun manual yang terkait dahulu.
dengan masalah yang ada, baik berupa Suatu potret bila memuat
jurnal, majalah ilmiah, yang mendukung gambar 2(dua) orang atau lebih maka
penyelesain masalah yang ada, harus terlebih dahulu meminta izin
kemudian dikumpulkan dengan cara kepada masing-masing orang yang ada
membagi berdasarkan tema ataupun didalam potret tersebut, dan harus
judul yang sama. Setelah dikumpulkan mendapatkan izin ahli waris masing-
dan di seleksi baru kemudian penulis masing pihak dalam jangka waktu 10
menganalisis bahan-bahan hukum yang (sepuluh) tahun setelah orang yang
ada. dipotret meninggal dunia terlebih
4. Analisis Bahan Hukum dahulu. Apabila suatu potret tidak dapat
izin dari pihak terkait itu dapat
Menurut Amirudin dan Zainal merugikan dirinya sendiri walaupun
Asikin bahwa dalam pengolaan dan pemegang hak cipta potet tersebut
analiss data pada peneliti hokum adalah sang photografer.

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 1, Januari 2020 : 20-25 22


Didalam undang-undang hak bangunan, gambar rancangan
cipta menjelaskan jenis-jenis ciptaan bangunan, gambar teknis bangunan,
yang dilindungi sebagaimana diatur dan model atau maket bangunan.
didalam penjelasan pasal 40 undang- 7. Yang dimaksud dengan “ peta”
undang nomor 28 tahun 2014 tentang adalah suatu gambaran dari unsur
hak cipta adalah: alam dan/atau buatan manusia yang
1. Yang dimaksud dengan berada diatas ataupun dibawah
“perwajahan karya tulis” adalah permukaan bumi yang digambarkan
karya cipta yang lazim dikenal pada suatu bidang datar dengan
dengan “typholographical skala tertentu, baik melalui media
arrangement”, yaitu aspek seni pada digital maupun non digital
bentuk penulisan karya tulis. Hal 8. Yang dimaksud dengan “karya seni
ini mencangkup antara lain format, batik” adalah motif batik
hiasan, komposisi warna dan kontemporer yang bersifat inovatif,
susunan atau tata letak huruf indah masa kini, dan bukan tradisional.
yang secara keseluruhan Karya seni tersebut dilindungi
menampilkan wujud yang khas. karna mempunyai nilai seni, baik
2. Yang dimaksud “alat peraga” dalam kaitanya dengan gambar,
adalah ciptaan yang berbentuk 2 corak, maupun komposisi warna.
(dua) ataupun 3 (tiga) dimensi yang Yang dimaksud dengan “karya seni
berkaitan dengan geografi, motif lain” adalah motif yang
topografi, arsitektur, biologi, atau merupakan kekayaan bangsa
ilmu pengetahuan lain. indonesia yang terdapat di berbagai
3. Yang dimaksud “lagu atau musik daerah, seperti seni songket, motif
dengan atau tanpa teks” diartikan tenun ikat, motif lapis, motif ulos,
sebagai satu kesatuan karya cipta dan seni motif lain yang bersifat
yang bersifat utuh. kontemporer, inovatif, dan terus
4. Yang dimaksud dengan “gambar” dikembangkan.
adalah motif, diagram, seketsa, 9. Yang dimaksud dengan “karya
logo, unsur-unsur warna dan bentuk fotografi” meliputi semua foto yang
huruf indah. Sedangkan “kolase” dihasilkan dengan menggunakan
adalah komposisi artistik yang kamera
dibuat dari berbagai bahan, 10. Yang dimaksud dengan “karya
misalnya kain, kertas, atau kayu sinematografi” adalah ciptaan yang
yang ditempelkan pada permukaan berupagambar bergerak (moving
sketsa atau media karya. images) antara lain film
5. Yang dimaksud dengan “karya seni dokumenter, film iklan, reportase
terapan” adalah karya seni rupa atau film cerita yang dibuat dengan
yang dibuat dengan menerapkans skenario, dan film kartun. Karya
seni pada suatu produk sehingga sinematografi dapat dibuat dalam
memiliki kesan estetis dalam pita seluloid, pita vidio, piringan
memenuhi kebutuhan praktis, vidio, cakram optik dan/atau media
antara lain penggunaan gambar, lain yang memungkinkan untuk
motif, atau ornamen pada suatu dipertunjukan untuk dipertunjukan
produk. di bioskop, layar lebar, televisi,
6. Yang dimaksud dengan “karya atau media lainnya. Sinematografi
arsitektur” adalah wujud fisik merupakan salah satu contoh
bangunan, penataan letak audiovisual.

PERLINDUNGAN POTRET UNTUK PROMOSI TANPA IZIN PIHAK TERKAIT


23 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014
Nurtati Dwika 1), Emmi Siregar 2), dan Irda Pratiwi 3)
11. Yang dimaksud dengan “bunga a. Arbitrase
rampai” meliputi ciptaan dalam Sengketa Alternatif Arbitrese
bentuk buku yang berisi kompilasi biasanya dipilih untuk menyelesaikan
karya tulis pilihan, himpunan lagu masalah dengan cara berdamai antara
pilihan, dan komposisi berbagai orang yang memotret dan pihak yang
karya tari pilihan yang direkam dipotret tanpa harus terjadi sengketa di
dalam kaset, cakram optik, atau pengadilan. Biasanya arbitrase dipilih
media lain. Yang dimaksud dengan karena dilakukan dengan cara berdamai
“ basis data” adalah kompilasi data antara pemotret dengan yang dipotret.
dalam bentuk apapun yang dapat Dan ini menempatkan agar penyelesain
dibaca oleh komputer atau sengketa perdata itu dapat diselesaikan
kompilasi dalam bentuk lain, yang dengan cara cepat, murah dan biaya
karena alasan pemilihan atau ringan sesuai dengan asas peradilan
pengaturan atas isi data itu yang dianut oleh sistem peradilan
merupakan kreasi intelektual. perdata Indonesia.
Pelindungan terhadap basis data b. Pengadilan
diberikan dengan tidak mengurangi
hak para pencipta atas ciptaan yang Bagi orang yang mengamil
dimaksud dalam basis data tersebut. potret orang lain tanpa seizin pihak yan
dipotret apa lagi menggunakan potret
Bentuk perlindungan terhadap tersebut untuk keperluan promosi tanpa
karya cipta potret merupakan suatu persetujuan pihak yang dipotret maka
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk akan dikenakan pasal 115 Undang-
mencegah terjadinya kasus pengambilan Undang nomor 28 tahun 2014 tentang
potret orang lain tanpa persetujuan hak cipta. Ia dikenakan pasal tersebut
pihak yang dipotret yang tertera dalam karena telah menggunakan potret orang
undang-undang nomor 28 tahun 2014 lain tanpa seizin pihak yang diporet, Ia
tentang Hak Cipta. Walaupun dengan dipidana dengan denda pidana paling
dibuatnya undang-undang tersebut banyak sebesar Rp 500.000.000,00
masih saja ada orang atau photografer (lima ratus juta rupiah).
yang mengambil potret orang lain tanpa
persetujuan untuk penggunaan secara 4. KESIMPULAN dan SARAN
komersial, penggadaan, pengumuman,
Kesimpulan
pendistribusian, atau komunikasi atas
potret tanpa seizin yang dipotret. Bahwa kesimpulan yang didapat
dari urain yang telah dipaparkan adalah:
2. Akibat Hukum Photografer Yang
Mengambil Potret Orang Lain 1. Pemilik hak cipta potret menurut
Tanpa Izin. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 adalah orang yang termuat
Akibat hukum bagi photografer
wajahnya dalam potret tersebut
yang mengambil potert orang lain tanpa
adalah pemegang hak cipta potret
izin pihak terkait diupayakan
tersebut. sebuah potret apabila
penyelesain sengketanya melalui 2
dibuat atas permintaan orang yang
(dua) alternatif sengketa yaitu arbitrase
dipotret maka pemegang hak
atau pegadilan.
ciptanya adalah orang pribadi
tersebut, tetapi apabila potret
tersebut dibuat atas keinginan
fotografer maka pemegang hak

JURNAL RECTUM, volume I, Nomor 1, Januari 2020 : 20-25 24


nya adalah sang fotografer masyarakat yang mengetahui
tersebut tetapi apabila potret bila potret nya diambil tanpa
tersebut digunakan untuk seizin nya tetapi tidak
penggunaan secara komersial, melaporkannya, meski ia tidak
penggadaan, pengumuman, setuju bila potret tersebut
pendistribusian, atau komunikasi dipublikasikan.
atas potret,
tanpa meminta izin terlebih dahulu 5. DAFTAR PUSTAKA
maka photografer bisa dikenakan Buku
sanksi sesuai undang-undang
nomor 28 tahun 2014. Amiruddin,dan Zainal
2. Potret yang dibuat untuk pribadi Asikin,Pengantar Metode
tidak boleh digunakan oleh Penelitian Hukum, (Jakarta:PT
khalayak ramai karena hanya Raja Grafindo Persada, 2004),
diperuntunkan untuk pribadi. hlm. 167-168.
Apabila sebuah potert digunakan
untuk kepentingan lain, maka Soekanto soerjono dan Sri Mamudji,
merugikan pihak yang dipotret Penelitian Hukum Normatif,
sehingga hak moril dan hak (Jakarta : Rajawali press,1995),
ekonominya mengalami kerugian. hlm. 13
3. Akibat hukum dari photografer
yang menggunakan foto seseorang
Tim Lindsey,.et.all.,,Hak Kekayaan
tanpa izin adalah dengan
intelektual Suatu Pengantar,
dikenakan pidana dengan pidana
Bandung, P.T. Alumni, 2011.
denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta Peraturan Perundang-Undangan
rupiah) sesuai dengan pasal 115
undang-undang no 28 tahun 2014 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang hak cipta. Tentang Hak Cipta.

Saran
Saran yang akan diberikan adalah:
1. Perlunya Peran pemerintah
untuk memberikan sanksi yang
tegas kepada pelanggar hak cipta
potret, kerena kurangnya sanksi
yang tegas dari pemerintah
sebuah karya cipta potret sering
kali diambil dari sang pemegang
hak cipta potret tanpa izin
terlebih dahulu.
2. Perlunya sosialisai kepada
masyarakat bahwa sebuah potret
yang diambil tanpa seizin pihak
terkait dapat menimbulkan
kerugian pada pemilik potret dan
ahli warisnya. Dan banyak juga

PERLINDUNGAN POTRET UNTUK PROMOSI TANPA IZIN PIHAK TERKAIT


25 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014
Nurtati Dwika 1), Emmi Siregar 2), dan Irda Pratiwi 3)

Anda mungkin juga menyukai