Anda di halaman 1dari 10

Karuniawan Nurahmansyah et al.

, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA FOTOGRAFI JURNALISTIK


YANG DI GUNAKAN TANPA HAK

LEGAL PROTECTION AGAINST COPYRIGHT JOURNALISTIC PHOTOGRAPHS USED


WITHOUT THE RIGHT

Karuniawan Nurahmansyah, Edi Wahjuni, Nuzulia Kumala Sari


Hukum Perdata Humas, Fakultas Hukum, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: Bundakuiswi62@gmail.com

ABSTRAK
Fotografi merupakan salah satu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang, yaitu Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentangHak Cipta.Namun dalam prakteknya sering kali terjadi
pelanggaran terhadap karya cipta fotografi jurnalistik yang merupakan hak milik dari seorang pencipta,
yang disebut pewarta atau jurnalis Yang dimana kebanyakan jurnalis sendiri tidak mengetahui dan
kurang memahami tentang Hak Cipta serta Undang-Undang yang mengaturnya. Umumnya, para jurnalis
tidak mengetahui bahwa karyanya dilindungi oleh Undang – Undang Hak Cipta dan dari itu tidak
pernah mendaftarkan ciptaannya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Permasalahan
yang timbul sekarang adalah bagaimana perlindungan hukum atas karya cipta fotografi jurnalistik yang
digunakan tanpa hak. Selanjutnya Upaya hukum yang dapat dilakukan pencipta karya fotografi
jurnalistik yang digunakan tanpa hak oleh orang lain apabila terjadi suatu sengketa.

Kata kunci : Perlindungan hukum, hak cipta, fotografi jurnalistik


ABSTRAK
Photography is one of the artifacts copyright protected by undang-undang , namely undang-undang number 28
years 2014 tentanghak cipta.namun in practice happened many times violation of the work of photography
journalistic copyright that is property rights of a creator , called pewarta or to journalists where most
journalist do not know and not understand on copyright and undang-undang on .Generally , journalists not
know that his work protected by the copyright act and it never to register his directorate general for intellectual
property . the problems emerging now is how legal protection for the copyright photography journalistic used
without right .Then legal remedy be made of photographs journalistic used without right by others if there is a
dispute
Keyword : legal protection , copyright , photography journalistic

PENDAHULUAN Khususnya foto jurnalistik adalah bagian penting


Keberadaan karya fotografi berkembang sejalan dengan dalam pemberitaan suatu informasi oleh media massa,
perkembangan dunia fotografi, yang pada saat ini dunia foto jurnalistik memegang peranan untuk
fotografi konvensional (menggunakan film) seiring dengan menyempurnakan informasi yang hendak disiarkan
kemajuan teknologi sekarang berkembang menjadi era dunia kepada masyarakat luas. Dikatakan demikian karena
fotografi digital. Fotografi sudah tidak lagi menggunakan kadangkala masyarakat kesulitan dalam memahami
media film sebagai alat untuk merekam gambar melainkan berita, sehingga dalam hal inilah foto jurnalistik dapat
sudah berbentuk file digital yang mana hal tersebut semakin menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat tersebut.
memudahkan setiap orang untuk meng-copy dan mencetak Terkait dengan pentingnya peran foto jurnalistik dalam
hasilnya. File digital tersebut sangat mudah untuk suatu pemberitaan, maka foto kerapkali menghadirkan
digandakan dan diambil oleh setiap orang untuk permasalahan sehubungan dengan hak kepemilikan dari
dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan tanpa foto tersebut. Biasanya pihak yang bertikai adalah
sepengetahuan pemiliknya, salah satu jenis HKI secara nyata pewarta foto dengan media. Jika ditarik garis lebih jauh,
adalah karya fotografi, Hal inilah yang dapat menimbulkan pangkal permasalahan itu kemungkinan besar adalah
masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan Hak mengenai keuntungan, biasanya dalam bentuk materiil.
Cipta.

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 2

Karya foto jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan. kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; (r)
secara institusi, apabila wartawan bekerja pada suatu permainan video; dan (s) program komputer.
perusahaan media, hak cipta dipegang oleh media atau Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, Penulis
institusi tersebut. Segala karya jurnalistik yang diciptakan ingin mengkaji dan menuangkan hal tersebut dalam
selama mendapat tugas dari institusi tempat mereka bekerja, bentuk penulisan skripsi dengan judul : “Perlindungan
hak cipta dipegang oleh institusi. Kecuali bila ada perjanjian Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi Jurnalistik
lain antara jurnalis dengan media lain, yang artinya seorang Yang Digunakan Tanpa Hak.
jurnalis dan institusi sebagai pemegang hak cipta telah
melakukan perjanjian dengan media atau institusi lain untuk Rumusan Masalah
menggunakan karya foto tersebut agar mendapatkan nilai
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap hak
ekonomis dari karya tersebut. Keberadaan hak kekayaan
cipta karya fotografi jurnalistik yang digunakan tanpa
intelektual pada dasarnya memiliki nilai ekonomis, dalam hal
hak ?
ini nilai ekonomis tersebut dari media atau institusi. Melalui
2. Apakah upaya hukum yang dapat dilakukan
cara inilah HKI akan mendapatkan tempat yang layak
pencipta karya fotografi jurnalistik yang digunakan
sebagai salah satu bentuk hak yang memiliki nilai ekonomi
tanpa hak oleh orang lain ?
dan juga wartawan berhak atas hak moral dengan
mencantumkan nama atau kode wartawan tesebut di setiap
Tujuan Penelitian
karya ciptaannya.
Permasalahan yang berkembang saat ini adalah lemah Tujuan Umun
dan rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang Hak 1.Melengkapi salah satu tugas dan persyaratan
Cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan akademis guna mencapai gelar Sarjana Hukum pada
materiil. Salah satu pelanggaran Hak Cipta atas karya Fakultas Hukum Universitas Jember;
fotografi jurnalistik yang terjadi adalah antara media masaa
2.Menerapkan ilmu pengetahuan hukum yang telah
Portal Viva News dengan seorang pencipta karya fotografi
diperoleh di perkuliahan yang berifat teoritis dengan
jurnalistik yang menyatakan bahwa ia adalah pencipta
praktik yang terjadi di masyarakat;
atas karya tersebut dan merasa karya fotonya digunakan,
3.Memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan
dipublikasikan, diperbanyak tanpa seizin pencipta dan
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
tanpa sepengetahuan pemegang hak cipta ialah media tempat
dan untuk mahasiswa – mahasiswi Fakultas Hukum
pewarta tersebut bekerja dan tidak mencantumkan nama asli
serta Almamater.
dari pencipta atas karya fotografi tersebut.1
Seseorang apabila menggunakan sebuah karya foto
untuk suatu kepentingan tertentu tanpa meminta izin terlebih Tujuan Khusus
dahulu maka hal tersebut melanggar Undang – Undang 1.Untuk mengetahui dan memahami
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Ciptaan yang perlindungan hukum terhadap hak cipta karya
dilindungi khususnya karya fotografi terdapat dalam Pasal fotografi jurnalistik yang digunakan tanpa hak.
40 ayat 1 huruf (K) Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2014 yang menyebutkan sebagai berikut: 2.Untuk mengetahui d a n memahami u p a y a
Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang h u k u m yang dapat dilakukan pencipta karya
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas: (a) buku, fotografi jurnalistik yang digunakan tanpa hak oleh
pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua orang lain
hasil karya tulis lainnya; (b) ceramah, kuliah, pidato, dan Metode Penelitian
Ciptaan sejenis lainnya; (c) alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; (d).lagu Metodologi merupakan cara kerja bagaimana
dan/atau musik dengan atau tanpa teks; (e) drama musikal, menemukan atau memperoleh atau menjalankan
tari, koreografi, pewayangan, pantomim; (f) karya seni rupa suatu kegiatan, untuk meperoleh hasil yang konkrit.
dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, Penulisan suatu skripsi tidak akan lepas dari suatu
kaligrafi, seni pahat, patung,atau kolase; (g) karya seni metode penelitian, karena hal ini merupakan faktor
terapan; (h) karya arsitektur; (i) peta; (j) karya seni batik penting agar analisa terhadap objek yang dikaji
atau seni motif lain; (k) karya fotografi (l) potret; (m). karya dapat dilakukan dengan benar. Jika sudah demikian,
sinematografi; (n) terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, maka diharapkan kesimpulan akhir dari penulisan
basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain karya ilmiah tersebut dapat dipertanggung jawabkan
dari hasil transformasi; (o) terjemahan, adaptasi, aransemen, secara ilmiah.2
transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi
(p) kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang ini adalah suatu metode yang terarah dan sistematis
dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media sebagai cara untuk menemukan dan menguji
lainnya; (q) kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kebenaran. Jika sudah demikian, maka diharapkan

1
Dikutip dari www.kompasiana.com /portalvivanewsmenyadurfototanpaizin 2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi Cetakan
Diakses pada tanggal 02 juni 2015, pukul 13.00 Wib. ke 9 2014

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 3

kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini dapat catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.7
penelitian yang dimaksud meliputi empat aspek, yaitu Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam
tipe penelitian, pendekatan masalah, sumber bahan penulisan skripsi ini yang meliputi:
hukum, dan analisis bahan hukum 1.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang
PERS. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Tipe Penelitian 1999 Nomor
Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk 2.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, Hak Cipta. Lembaran Negara Republik Indonesia
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu Tahun 2014 Nomor
hukum yang dihadapi.Tipe penelitian yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah Yuridis Normatif Bahan Hukum Sekunder
(Legal Research). Pengertian penelitian tipe Yuridis Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi
Normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-
mengkaji dan menganalisa substansi peraturan dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi
perundang-undangan, literatur-literatur yang bersifat buku-buku teks, kamus-kamus hukum dan jurnal-
konsep teoritis atas pokok permasalahan atau isu jurnal hukum, dan komentar-komentar untuk
hukum dalam konsistensi dan kesesuaian dengan asas- mempelajari isi dari pokok permasalahan yang
asas dan norma hukum yang ada.3 dibahas. Bahan Hukum sekunder yang terutama
adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis,
Pendekatan Masalah dan disertai hukum dan jurnal-jurnal hukum.
Penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. disamping itu juga, kamus-kamus hukum,
Dengan pendekatan tersebut penelitian akan kegunaannya memberikan pengarahan dan petunjuk
mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai kepada penulis.8
isu yang sedang dicoba untuk dicari Bahan Non Hukum
jawabnya.4Pendekatan yang digunakan dalam penulisan Bahan non hukum merupakan penunjung dari
skripsi ini adalah pendekatan undang-undang (Statute bahan hukum primer dan bahan hukum sekundar.
Approach) dan Pendekatan Konseptual (Coneptual Adapun sumber bahan non hukum dapat berupa
approach). Pendekatan undang-undang (Statute buku-buku di luar ilmu hukum, akan tetapi masih
Approach) dilakukan dengan menelaah semua undang- ada kaitannya isi hukum yang dibahas. Selain itu
undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu sumber bahan non hukum juga dapat di peroleh
hukum yang sedang ditangani. Pendekatan konseptual melaui internet, kamus, atau pun buku pedoman
(conceptual approach) yang dilakukan dengan beranjak penulisan karya ilmiah. Bahan non hukum
dari pandangan – pandangan dan doktrin- doktrin yang dimaksudkan untuk memperkaya wawasan penulis,
berkembang dalam ilmu hukum, konsep – konsep dan namun bahan hukum internet jangan sampai
asas –asas hukum yang relevan dengan isu hukum. dominan sehingga peneliti kehilangan artinya sebagai
Hasil telaah tersebut merupakan suatu argument untuk penelitian hukum.9
memecahkan isu atau permasalahan yang sedang Analisa Bahan Hukum
dihadapai.5
Melakukan analisa bahan hukum merupakan
suatu metode atau cara yang digunakan oleh penulis
Bahan Hukum
dalam menentukan jawaban atas permasalahan yang
Bahan hukum tersebut merupakan sarana bagi suatu
dibahas. Untuk dapat menganalisis bahan yang telah
penulisan yang digunakan untuk memecahkan isu
diperoleh, maka penulis harus menggunakan
hukum sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa
beberapa langkah dalam penelitian hukum agar
yang seharusnya, diperlukan sumber-sumber penelitian.
menentukan hasil yang tepat untuk menjawab
Sumber penelitian hukum yang digunakan dalam
masalah yang ada. Langkah-langkah yang dilakukan
skripsi ini adalah sumber penelitian berupa bahan
dalam penulisan penelitian hukum, yaitu:
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non
Pertama, mengidentifikasi fakta hukum dan
hukum.6
mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk
menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan;
Bahan Hukum Primer
kedua, pengumpulan bahan-bahan hukum dan
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
sekiranya dipandang mempunyai relevansi juga
bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan
bahan-bahan non hukum; ketiga, melakukan telaah
hukum primer terdiri dari perundang-undangan catatan-
atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-
bahan yang telah dikumpulkan; keempat, menarik
3
Ibid. hlm. 60.
4
Ibid. 7
Ibid,
5
Ibid, 8
Ibid,
6
Ibid, 9
Ibid,

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 4

kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab diperuntukan bagi pencipta, sehingga tidak ada
isu hukum; dan yang kelima, memberikan preskripsi pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut
berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam tanpa izin pencipta. Pemegang hak cipta yang bukan
kesimpulan.10 pencipta hanya memiliki sebagian dari hak ekslusif
berupa hak ekonomi.
Kemudian langkah-langkah selanjutnya yang
dipergunakan dalam suatu penelitian hukum adalah Sedangkan pengertian pencipta menurut Undang –
melakukan telaah atas isu hukum yang telah Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
dirumuskan dalam rumusan masalah untuk menarik Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa seorang atau
kesimpulan berdasarkan bahan-bahan hukum yang beberapa orang yang secara sendiri sendiri atau
sudah terkumpul menggunakan metode analisa bahan bersama – sama menghasilkan suatu ciptaan yang
hukum deduktif yaitu berpangkal dari suatu bersifat khas dan pribadi.
permasalahan yang secara umum sampai dengan hal-
Untuk kategori pemegang hak cipta yakni
hal yang bersifat khusus.11Dengan demikian, maka
pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak
dapat dicapai tujuan yang diinginkan dalam penulisan
penerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain
skripsi, yaitu untuk menjawab isu hukum yang ada.
yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
Sehingga pada akhirnya penulis dapat memberikan
menerima hak tersebut. Dari pengertian pencipta
preskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan
dan pemegang hak cipta tersebut, maka hak-hak
dan dapat diterapkan
yang dimiliki dapat disebutkan antara lain13 :
PEMBAHASAN 1. Hak untuk mengumumkan ciptaan
2. Hak untuk memperbanyak ciptaan
1.Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta
3. Hak untuk memberi izin atau melarang orang
Karya Fotografi Juranalistik Yang Digunakan Tanpa
lain yang tanpa persetujuannya mengumumkan
Hak.
atau memperbanyak ciptaannya.
Bentuk Perlindungan Secara Preventif Hak Cipta yang diberikan perlindungan terhadap
ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi yang
Perlindungan Hukum Secara Preventif merupakan
dapat dilihat, dibaca , didengarkan dan sebagainya.
perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan
Hak Cipta tidak melindungi ciptaan yang masih
tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
berupa ide. Oleh karena itu agar suatu ciptaan dapat
pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan
dilindungi, maka ciptaan itu harus diekspresikan
perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah
terlebih dahulu dan telah diekspresikan dalam bentuk
suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu
yang khas dan bersifat pribadi, sejak saat itu pula
atau batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.
ciptaan itu sudah dilindungi. Pencipta memiliki hak
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum
moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan
keuntungan yang dihasilkan oleh keintelektualannya.
atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
Di samping itu, karena pencipta telah memperkaya
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah
masyarakat melalui ciptaanya, pencipta memiliki
mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum
hak untuk mendapatkan imbalan yang sepadan
preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan
dengan nilai sumbangannya. Jadi hak cipta memiliki
yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena
hak eksklusif atas suatu karya pencipta.
dengan karena dengan adanya perlindungan hukum
Penggunaan ciptaan yang digunakan pihak lain
yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
pada diskresi.12
atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
Dalam Kaitannya dengan pembahasan ini hak cipta kepentingan dari pencipta, dengan syarat bahwa
menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan,
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diartikan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut
otomatis berdasarkan prinsip deklarasi setelah suatu pemegang hak cipta apabila nama pencipta tidak
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa dicantumkan dalam ciptaannya. Suatu ciptaan tidak
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan boleh diubah walaupun hak ciptanya telah
peraturan perundang – undangan. Hak eksklusif ini diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan
diperoleh secara otomatis setelah suatu ciptaan persetujuan pencipta atau dengan persetujuan ahli
dilahirkan. Dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan warisnya dalam hal pencipta telah meninggal dunia.
Undang-Undang Hak Cipta, bahwa yang dimaksud Secara umum, hak moral mencakup hak agar
dengan hak eksklusif adalah hak yang hanya ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan,
10
Ibid
11
Ibid, 13
H.OK. Saidin, , Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,
12
Ibid, Semarang, Raja Grafindo, 2003

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 5

dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut. (a). penerbitan Ciptaan; (b). Penggandaan Ciptaan
Hak cipta di Indonesia mengenal konsep "hak ekonomi" dalam segala bentuknya; (c). penerjemahan Ciptaan;
dan "hak moral". Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 (d). pengadaptasian, pengaransemenan, atau
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, menjelaskan hak moral pentransformasian Ciptaan; (e).Pendistribusian
adalah hak yang melekat pada diri pencipta. Ciptaan atau salinannya; (f). pertunjukan Ciptaan;
Berdasarkan hak moral ini pencipta dari suatu karya (g). Pengumuman Ciptaan; (h). Komunikasi
cipta memiliki hak untuk14 : Ciptaan; dan (I) penyewaan Ciptaan. (2) Setiap
1)Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam Orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib
ciptaan atau salinannya dalam hubungan dengan mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak
penggunaan secara umum; Cipta. (3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta
2)Mencegah bentuk perubahan lain yang meliputi atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
pemutar-balikan, pemotongan, perusakan, penggantian Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
yang berhubungan dengan karya cipta yang ada pada Komersial Ciptaan.
akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta.
Direktoral jenderal hak kekayaan intelektual
Hak moral dari seorang pencipta dalam kaitannya
(Ditjen HKI) yang berada dibawah naungan menteri
dengan hal tersebut, mengandung 4 (empat) makna,
Hukum dan HAM menyelenggarakan pendaftaran
yaitu 15:
ciptaan dan mencatatat dalam daftar umum ciptaan.
1) Droit de publication : hak untuk melakukan atau Daftar umum ciptaan tersebut dapat dilihat oleh
tidak melakukan pengumuman hak ciptaannya; setiap orang tanpa dikenai biaya. Pendaftaran
2) Droit de repentier : hak untuk melakukan ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi
perubahan-perubahan yang dianggap perlu atas pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya
ciptaannya, dan hak untuk menarik dari peredaran, perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan ada
ciptaan yang telah diumumkan. atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini
3) Droit au respect : hak untuk tidak menyetujui berarti suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun
dilakukannya perubahan-perubahan atas ciptaannya tidak terdaftar tetap dilindungi.
oleh pihak lain;
Pendaftaran ciptaan dalam pasal 66 Undang –
4) Droit a la paternite : hak untuk mencantumkan
Undang Hak Cipta menjelasakan “ciptaan dilakukan
nama pencipta; hak untuk menyetujui perubahan atas
atas pemohonan yang diajukan pencipta atau oleh
nama pencipta yang akan dicantumkan; dan hak untuk
pemegang hak cipta atau oleh kuasanya.
mengumumkan sebagai pencipta setiap waktu yang
Permohonan diajukan kepada Ditjen HKI dengan
diinginkan.
surat rangkap dua yang ditulis dalam bahasa
Didalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28
indonesia dan disertai contoh ciptaan atau
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta hak moral tidak dapat
penggantinya dengan dikenai biaya.” Dan t Pasal 68
dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi
ayat (4) Undang – Undang Hak Cipta terhadap
pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan
permohonan tersebut, “Ditjen HKI akan memberikan
wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan
keputusan paling lama 9 ( sembilan) dihitung sejak
peraturan perundang – undangan setelah pencipta
tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.
meninggal. Jadi selama pencipta masih hidup hak moral
Kuasa yang dimaksud adalah konsultan HKI yang
yang melekat pada pencipta tidak dapat dialihkan, akan
terdaftar oleh Ditjen HKI.
tetapi dapat dialihkan dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan. Bentuk Perlindungan Secara Represif
Didalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun Perlindungan hukum represif merupakan
2014 Tentang Hak Cipta. Menjelaskan Hak ekonomi perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda,
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
ciptaan, hak cipta juga berhubungan dengan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan
kepentingan – kepentingan yang bersifat ekonomi. suatu pelanggaran, Perlindungan hukum yang
Adanya kepentingan – kepentingan yang bersifat represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
ekonomi didalam hak tersebut, merupakan suatu Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan
perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri yaitu ciptaan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia
yang merupakan hasil intelektual dari manusia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip
mempunyai nilai, karena ciptaan tersebut merupakan perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah
suatu bentuk kekayaan. Pasal 9 Undang-Undang bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta memiliki pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
hak ekonomi untuk melakukan : manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya
konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan
14
Anwar, C, Hak Cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan Perundang-
undangan Terbaru Hak Cipta Indonesia. 2002 terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
15
Iswi Hariani, , Prosedur mengurus HAKI yang Benar, Yogyakarta, pembatasan - pembatasan dan peletakan kewajiban
Penerbit Pustaka Yustisia.2010

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 6

masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang 1. Pencipta dan pelaku karena tidak mendapatkan
mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pembayaran sejumlah uang yang seharusnya mereka
pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan peroleh
dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak 2. Penerbit Media Massa, karena tidak mendapatkan
asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap keuntungan dari keahlian yang mereka tanamkan ;
hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan 3. tidak bersaing secara sehat dengan
dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum. pihak lain yang melakukan pelanggaran;
4. terjadinya pelanggaran hukum
Pelanggaran hak cipta karya foto jurnalistik yang
perpajakan oleh pelanggar hak cipta.
saat ini menjadi perhatian bukan lagi pelagiat melalui
media film atau kaset, melainkan melalui
Pengakuan terhadap Foto jurnalistik yang
perkembangan teknologi yang sangat akrab dengan
digunakan tanpa hak oleh media lain dalam hal ini
kehidupan masyarakat yaitu era digital. Sangat
merupakan pelanggaran hak kekayaan intelektual, di
mudanya untuk mengambil file yang merupakan sebuah
mana penulis memfokuskan terhadap pelanggaran
karya intelektual dengan cara copy – paste,
hak cipta foto jurnalisitik yang terjadi jalan
pelanggaran hak cipta di era saat ini sangat
mengambil ciptaan tersebut tanpa izin atau
memprihatinkan. Demikian halnya dengan karya cipta
sepengetahuan dari pencipta atau pemegang hak
foto jurnalisitik oleh fotografer yang digunakan tanpa
cipta dengan kemudian mengubah atau mengakui
hak oleh media lain dan tanpa seizin pemilik hak cipta.
karya foto jurnalistik tersebut mililknya. Ketika
Sejauh ini fotografer yang pernah merasa karya karya foto jurnalistik tanpa izin pemilik Hak Cipta
fotonya digunakan dan/atau disebarluaskan tanpa maka sesungguhnya yang terjadi adalah pelanggaran
seizin dan sepengetahuannya, dan dalam hal tersebut dan ada sanksi yang harusnya diterapkan untuk itu.
mengakibatkan sengketa mengenai ciptaan, dan cara Dalam Pasal 112 ayat (1) Undang Undang Nomor
pembuktiannya dapat dilakukan dengan cara 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditentukan bahwa
pembuktian melalui : siapapun yang dengan sengaja tanpa hak melakukan
pelanggaran terhadap Hak Cipta dikenakan sanksi
1.Resolusi dari foto tersebut yang mana resolusi besar
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
yang dinyatakan asli. Cara membedakan asli tidaknya
denda paling banyak Rp. 300.000.000,-(tiga ratus
foto tersebut dengan cara apabila dicetak hasil foto
juta rupiah).
akan pecah karena bisa saja pencipta sebelum meng-
Dengan demikian dalam kasus sengketa foto
upload fotonya, dia telah memperkecil resolusi dari
tersebut dilindungi dengan perlindungan hukum
foto tersebut sehingga apabila seorang yang ingin
secara preventif terhadap pencipta karya foto
mencetak foto tersebut dengan memperbesar
jurnalistik sebagaimana telah dikemukakan dalam
resolusinya maka hasilnya akan pecah atau kehilangan
salah satu elemen-elemen perlindungan hukum bagi
kejernihan;
rakyat terhadap pemerintah diarahkan kepada
2.File mentah (file raw), file asli dari foto yang penyelesaian sengketa antara rakyat dan pemerintah
diciptakan dan dapat diatur langsung melalui kamera Jalur ini ditempuh oleh pencipta dengan syarat,
yang dipakai oleh fotografer; bahwa pihak pemerintah dapat memulihkan nama
pencipta, memulihkan kerugian aktual (biaya yang
3.Pemberian watermark pada hasil karya cipta,
biasanya dibayar untuk penggunaan), dan
kebanyakan fotografer menempatkan watermark di
menghentikan semua kegiatan pelanggaran.
dalam tubuh gambar.
Berdasarkan hal tersebu, Penjiplakan atau biasa
4. Jenis kamera yang digunakan, kamera digital tidak
disebut dengan plagiat itu sudah jelas-jelas
memerlukan film untuk merekam hasil pemotretan.
perbuatan melanggar hukum, tapi anehnya masih
Hasil pemotretan berupa data digital disimpan dalam
banyak orang yang melakukan kegiatan plagiat dan
kartu memori (memory card). Keuntungan lain dari
tidak mau untuk mengakui bahwa apa yang dia
sebuah kamera digital adalah adanya layar untuk
lakukannya itu adalah sebuah plagiat. Sedangkan
melihat hasil pemotretan atau juga sebagai viewfinder
plagiat itu adalah sebuah pelanggaran terhadap hak
(pembidik);
cipta seseorang. Perlindungan yang didapatkan oleh
5. Mencantumkan nama, tanggal, dan ukuran pada sisi pembuat (author) adalah perlindungan terhadap
foto. penjiplakan (plagiat) oleh orang lain. Masih banyak
Pelanggaran yang terjadi dan dilakukan oleh pihak kendala khususnya dalam rangka memberikan
yang tidak bertanggung jawab tersebut tidak hanya perlindungan hukum hak cipta khususnya atas karya
mematikan kreatifitas pencipta, namun juga merugikan cipta foto jurnalisitik yang digunakan tanpa hak,
pemilik hak cipta, selain juga merugikan kepentingan sehingga membutuhkan keseriusan semua pihak.
umum. Pihak-pihak yang memiliki resiko kerugian Sebuah kegiatan penjiplakan karya cipta foto
akibat pelanggaran hak cipta, antara lain : jurnalisitik bisa berdampak buruk terhadap
seseorang jurnalis atau dalam hal ini si pemegang

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 7

hak cipta. Sebuah kegiatan plagiat secara tidak 2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon
langsung telah merugikan si jurnalis pemilik karya, kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan
seperti tenaga, pemikiran dan bahkan finansial, bagi penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang
pencipta tersebut. diperole dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan
ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang
2 Upaya Hukum Yang D apat D ilakukan P encipta
merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau
K arya Fotografi Jurnalistik Yang Digunakan Tanpa
produk hak terkait sebagaimana disebutkan dalam
Hak Oleh Orang Lain.
ketentuan Pasal 99 ayat (2) ;
Upaya Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Litigasi.
3) Selain gugatan sebagaimana yang sudah dijelakan
Dalam Bab XIV Undang – Undang Nomor 28 Tahun dalam ayat (1), pencipta, pemegang hak cipta atau
2014 Tentang Hak Cipta telah dijelaskan tentang tata pemilik hak terkait dapat memohon putusan provisi
cara penyelesaian sengketa dalam hak cipta. Pada Pasal atau putusan sela kepada pengadilan niaga untuk.
95 – Pasal 99 Undang-Undang Hak Cipta telah diataur meminta penyitaan ciptaan yang dilakukan
mengena siaapa yan berhak mengajukan tuntutan pengumuman atau penggandaan, ndan atau alat
perdata terhadap pelanggaran hak cipta. Berdasarkan pengganda yang digunakan untuk menghasilkan
Pasal 95 ayat (1) menjelaskan “penyelesaian sengketa ciptaan hasil pelanggaran hak cipta dan produk hak
hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif terkait. Menghentikan kegiatan pengumuman,
penyelesaian sengeketa, arbitrase, atau pengadilan” pendistribusian, komunikasi, dan atau penggandaan
dalam pasal 99 ayat (2) menjelasakan pengadilan yang ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta
berwenang ialah “pengadilan niaga”. Terkait dengan dan produk hak terkait sebagaimana disebutkan
kerugian materil gugatan ganti rugi sejumlah uang dalam ketentuan Pasal 99 ayat (3).
tertentu yang perhitungannya dengan sendirinya harus
Perlindungan hukum merupakan upaya yang
masuk akal dan harus dapat dipertanggung jawabkan.
diatur oleh Undang-undang guna mencegah
Dengan adanya pelanggaran pengambilan dan terjadinya pelanggaran Hak Cipta terhadap karya
pengumuman foto tanpa hak oleh media massa sanksi cipta fotografi jurnalistik yang di copy atau
perdata yang dikenakan selain dikenakan gugatan ganti diperbanyak melalui website media massa oleh orang
rugi, pihak yang merasa telah berhak atas pemulihan maupun perusahaan media yang tidak berhak. Jika
nama baik pencipta, pembatalan hak, dan berhak untuk terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus
menuntut penghentian semua kegiatan pelanggaran. diproses secara hukum dan bila terbukti melakukan
Dalam Pasal 96 ayat (1) Undang – Undang Hak Cipta pelanggaran akan dijatuhi hukuman sesuai dengan
menjelaskan “Pencipta, pemegang hak cipta atau ketentuan Undang Undang Hak Cipta mengatur jenis
pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang perbuatan serta ancaman hukumannya, baik secara
mengalami kerugian hak ekonomi berhak memperoleh Perdata maupun secara Pidana..
ganti rugi”.
Tata cara mengajukan gugatan ganti rugi atas
Fotografi Jurnalistik merupakan salah satu pelanggaran Hak Cipta serta pemeriksaannya
perwujudan karya ciptaan dalam bentuk karya cipta diatur dalam Pasal 100 dan Pasal 101 Undang –
pemberitaan dalam media massa. Fotografi jurnalistik Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
perlu mendapat perlindungan sebagai salah satu bentuk
Pasal 100 Undang – Undang Hak Cipta
apresiasi terhadap penciptanya sekalipun dalam
menegaskan bahwa :
praktiknya apresiasi dalam bentuk finansial lebih
menonjol dari pada apresiasi moral. Sebagaimana 1.Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan
telah disebutkan bahwasanya Fotografi jurnalistik perlu kepada Ketua Pengadilan Niaga. Selanjutnya,
untuk mendapatkan perlindungan hukum karena pada
2.Dicatat oleh panitera Pengadilan Niaga dalam
dasarnya merupakan karya cipta manusia dibidang
register perkara pengadilan pada taanggal gugatan
pemberitaan khususnya terhadap pencipta, karena
tersebut didaftarkan.
terhadap pencipta tersebut melekat hak moral dan hak
ekonomi. Apabila memperhatikan pada ketentuan 3.Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak terima tertulis yang ditandatangani pada tanggal
Cipta, dapat ditemukan beberapa bentuk perlindungan yang sama dengan tanggal pendafftaran.
hukum yang diberikan kepada pencipta, yaitu :
4.Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan
1)Pemegang Hak Cipta berhak untuk mengajukan permohonan gugatan kepada ketua Pengadilan
gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua) hari
pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait terhitung sejak tanggal gugatan didaftarkan.
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 99 ayat
5.Dalam waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung
(1) ;
sejak gugatan didaftarkan, Pengadilan Niaga
menetapkan Hari sidang.

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 8

6.Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak
dilakukan oleh juru sita dalam waktu paling lama 7 termohon kasasi menerima memori kasasi.
(tujuh) Hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.
4.Panitera Pengadilan Niaga wajib menyampaikan
qSelanjutnya dalam Pasal 101 Undang – Undang Hak kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi dalam
Cipta menegaskan bahwa waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
panitera Pengadilan Niaga menerima kontra memori
1. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama
kasasi
90 (sembilan puluh) hari setelah gugatan
didaftarkan dan, Pasal 104 Undang – Undang Hak Cipta
menjelaskan
2. Dapat diperpanjang paling Iama 30 (tiga puluh) hari
atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. 1.Dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung
sejak Mahkamah Agung menerima permohonan
3.Harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
kasasi, Mahkamah Agung menetapkan Hari sidang.
4.Putusan pengadilan Niaga, harus disampaikan oleh
2, Putusan kasasi harus diucapkan paling lama 90
juru sita kepada para pihak paling 14 (empat belas)
(sembilan puluh) Hari terhitung sejak tanggal
hari terhitung sejak putusan diucapkan.
permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
Upaya Hukum dalam Undang – Undang Nomor 28
3.Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menegaskan bahwa
salinan putusan kasasi kepada panitera Pengadilan
Upaya Hukum dalam Hak Cipta diatur dalam Pasal
Niaga paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
1 0 2 - 1 0 5 Undang-Undang Hak Cipta.
putusan kasasi diucapkan.
Pasal 102 Undang – Undang Hak Cipta menjelaskan ;
4.Juru sita Pengadilan Niaga wajib menyampaikan
1.Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana
salinan putusan kasasi kepada pemohon kasasi dan
dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) hanya dapat
termohon kasasi dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
diajukan kasasi.
Hari terhitung sejak panitera Pengadilan Niaga
2. diajukan paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung menerima putusan kasasi.
sejak tanggal putusan Pengadilan Niaga diucapkan
Pasal 105 Undang – Undang Hak Cipta menjelaskan
dalam sidang terbuka atau diberitahukan kepada para
;
pihak.
“Hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas
3.didaftarkan pada Pengadilan Niaga yang telah
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait tidak
memutus gugatan tersebut dengan membayar biaya
mengurangi Hak Pencipta dan/atau pemilik Hak
yang besarannya ditetapkan oleh pengadilan.
Terkait untuk menuntut secara pidana.”
4.Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan
Hak-hak untuk mengajukan gugatan-gugatan
permohonan kasasi pada tanggal permohonan diajukan
perdata seperti diatur Undang-Undang Hak Cipta
dan memberikan tanda terima yang telah
tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan
ditandatanganinya kepada pemohon kasasi pada
tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta.
tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
Sebelum menjatuhkan putusan akhir, Pengadilan
5.Panitera Pengadilan Niaga wajib menyampaikan Niaga diberikan hak dan kewenangan untuk
permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat menerbitkan surat penetapan sementara Pengadilan
Niaga. Mengenai penetapan sementara (injunction)
6. kepada termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) Hari
guna mencegah berlanjutnya pelanggaran,
terhitung sejak permohonan kasasi didaftarkan.
berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta
Pasal 103 Undang – Undang Hak Cipta menjelaskan sebagaimana diatur diatur dalam Pasal 106 sampai
dengan Pasal 109. Putusan ini dikeluarkan oleh
1.Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi
Pengadilan Niaga atas permintaan dari pihak yang
kepada panitera Pengadilan Niaga dalam waktu paling
haknya dilanggar.
lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak tanggal
permohonan kasasi didaftarkan. Dalam suatu proses pengadilan niaga, dapat
mengeluarkan penetapan sementara, Pasal 106
2.Panitera Pengadilan Niaga wajib mengirimkan
Undang – Undang Hak Cipta menyebutkan di
memori kasasi sebagaimana kepada termohon kasasi
antaranya :
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
panitera Pengadilan Niaga menerima memori kasasi. a) Mencegah masuknya barang yang diduga hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait ke jalur
3.Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori
perdagangan;
kasasi kepada panitera Pengadilan Niaga dalam waktu

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 9

b) Menarik dari peredaran dan menyita serta 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau
menyimpan sebagai alat bukti yang berkaitan dengan tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
pelanggaran hak cipta atau hak terkait tersebut; melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
c) Mengamankanbarang bukti dan mencegah
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
penghilangannya oleh pelanggar.;
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
d) Menghentikan pelanggaran guna menjcegah (satu miliar rupiah).
kerugian besar..
4. Setiap Orang yang memenuhi pembajakan,
Kewenangan penetapan sementara dilakukan oleh dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
Pengadilan Niaga, para pihak akan diberitahukan (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
dengan segera mengenai hal itu termasuk mengenai hak banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
untuk didengar bagi pihak yang dikenai penetapan
Dari ketentuan tersebut maka dengan pembuktian
sementara tersebut. Pengadilan Niaga juga diharuskan
yang cukup, aparat penegak hukum sudah dapat
memutuskan apakah akan mengubah, membatalkan
menentukan tindakan terhadap pelanggaran karya
atau menguatkan surat penetapan sementara paling
cipta atas fotografi jurnalistik yang digunakan tanpa
lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya
hak oleh orang lain
penetapan sementara tersebut. Apabila dalam jangka
wakt 3 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanaka Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Diluar
ketentuan yan dimaksud, penetapan sementara Pengadilan (Non Litigasi)
Pengadilan Niaga tersebut tidak mempunyai kekuatan
Penyelesaian sengketa pelanggaran Hak Cipta,
hukum.
selain dapat diselesaikan dengan cara litigasi atau
Undang-Undang Hak Cipta merumuskan ancaman melalui Pengadilan Niaga, menurut Pasal 95 Undang
pidana dan denda secara minimal di samping secara – Undang Hak Cipta juga dapat diselesaikan melalui
maksimal. Kemudian mengadakan ketantuan baru Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
mengenai ancaman pidana atas pelanggaran Hak terkait Penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui Alternatif
dan terhadap perbanyakan secara tidak sah dan Penyelesaian Sengketa dapat dilakukan melalui
melawan hukumDalam Pasal 112 Undang-UndangHak negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain yang
Cipta menyatakan bahwasanya “Setiap orang yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan Undang-
dengan tanpa hak melakukan perbuatan untuk Undang yang berlaku yang mengatur mengenai
penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana Alterhatif Penyelesaian Sengketa. Dengan demikian,
penjara paling lama dua (2) tahun atau pidana denda penyelesaian sengketa Hak Cipta juga dapat
paling banyak Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta diselesaikan diluar pengadilan melalui jalur
Rupiah).” arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau cara
lain yang dipilih oleh para pihak.
Pelanggaran mengenai Hak Cipta karya
fotografi.khususnya karya fotgrafi jurnlistik yang Namun selain bentuk-bentuk penyelesaian dengan
mengandung nilai berita. Dengan adanya pelanggaran jalur hukum sebagaimana disebutkan di atas, dalam
tersebut ancaman pidana diharapkan mampu perkembangannya penyelesaian sengketa atas
mendorong upaya penanggulangan tindak pidana perbanyakkan dan pengakuan atas karya cipta tanpa
dibidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya Hak hak terhadap karya cipta foto jurnalistik yang telah
Cipta karya fotografi jurnalistik yang sering terjadi di gunakan dan disebarluaskan tanpa izin oleh media
Berkaitan dengan masalah pelanggaran tersebut di massa bukan pemegang hak cipta, dapat melalui
dalam Undang-Undang Hak Cipta, Pasal 113 Undang – jalur alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
Undang Hak cipta menegaskan bahwa ; Sengketa Alternatif (Alternative Dispute Resolution)
dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagaimana
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
yang diatur dalam undang – Undang Nomor 30
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud untuk
Tahun 1999 berikut ini akan diuraikan secara
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
singkat Penyelesaian Sengketa Alternatif :
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta Arbitrase, Negosiasi (Negotiation) , Mediasi
rupiah). (Penengahan) ,Konsoliasi (Permufakatan),
Konsultasi Good Office (Jasa Baik), Summary Jury
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
Trial (Pemeriksaan Juri Secara Sumir), Mini Trial
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
(Persidangan Mini), Rent a Judge (Menyewa Hakim
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
Pengadilan), Mediasi Arbitrase (Med-Arb)
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana Berdasarkan beberapa bentuk alternatif
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus penyelesaian sengketa sebagaimana telah diuraikan
juta rupiah). di atas, bentuk negosiasi dapat dikatakan bentuk

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13
Karuniawan Nurahmansyah et al., Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Fotografi … 10

yang sederhana dan dapat dimanfaatkan dalam upaya serta dosen penguji skripsi Ibu Iswi Hariyani S.H.,
menyelesaikan sengketa, karena berjalan di atas prinsip M.H. dan Bapak Firman Floranta Adonara, S.H.,
musyawarah untuk mufakat diantara para pihak yang M.H. yang telah memberikan inspirasi dan
bersengketa. Negosiasi merupakan proses komunikasi 2 bimbingan kepada penulis hingga terselesaikan
(dua) arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan artikel ilmiah ini.
pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang
sama maupun berbeda, tanpa melibatkan pihak ketiga DAFTAR PUSTAKA
sebagai penengah. Negosiasi, adalah istilah lain dari BUKU
musyawarah untuk mufakat.
Anwar, C, Hak Cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan
KESIMPULAN
Perundang-undangan Terbaru Hak Cipta
Berdasarkan uraian pada bab – bab sebelumnya, Indonesia. 2002
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai H.OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan
berikut : Intelektual, Semarang, Raja Grafindo, 2003
1. Peraturan hukum dan Perundang-undangan Iswi Hariani, 2010, Prosedur mengurus HAKI yang
Indonesia telah memberikan perlindungan hukum Benar, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Yustisia.
terhadap pencipta atau pemegang Hak Cipta atas Peter Mahmud Marzuki, 2014 Penelitian Hukum
karya fotografi, dengan berlakunya Undang-Undang (edisi revisi), Jakarta, Kencana Prenada Media.
No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Perlindungan
Hak Cipta atas karya fotografi dapat dilakukan INTERNET
dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan secara preventif
yaitu perlindungan yang diberikan pemerintah dengan Dikutip dari www.kompasiana.com
tujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran dengan /portalvivanewsmenyadurfototanpaizin Diakses
melakukan pendaftaran Hak Cipta ke Direktorat pada tanggal 02 juni 2015, pukul 13.00 Wib.
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Selain itu,
perlindungan hukum dengan cara represif yaitu
perlindungan yang diberikan pemerintah dengan
tujuan untuk menyelesaikan sengketa apabila terjadi PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
pelanggaran terhadap Hak Cipta atas karya fotografi
dengan cara mengajukan gugatan ke Pengadilan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Niaga. Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
2. Dalam kasus penyelesaian sengketa dapat dilakukan Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
dengan 2 (dua) jalur, yaitu jalur non litigasi dan litigasi. Pers
Jalur non litigasi merupakan penyelesaian secara Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
musyawarah antara pihak yang bersengketa. Hak Cipta
Penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui jalur non
ligitasi diselesaikan melalui arbitrase, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, konsultasi, good office (jasa baik),
summary jury trial (pemeriksaan juri secara sumir),
mini trial (persidangan mini), rent a judge (menyewa
hakim pengadilan), serta Mediasi arbitrase. Sedangkan
jalur litigasi penyelesaiannya berdasarkan Undang-
Undang Hak Cipta, yang mengatur tentang ketentuan –
ketentuan yang cukup memadai tentang penyelesaian
sengketa secara perdata maupun pidana dengan
mangajukan gugatan ganti rugi oleh pemengang Hak
Cipta atas pelanggaran Hak Ciptanya kepada
Pengadilan Niaga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT.
atas rahmat dan hidayahnya, kedua orang tua, kelurga
besar penulis, serta para sahabat-sahabatku yang telah
mendukung, mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis selama ini. Dan tidak lupa pula penulis
menyampaikan terima kasih kepada dosen-dosen
Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember terutama
dosen pembimbing skripsi Ibu Edi Wahjuni S.H.,
M.Hum. dan Ibu Nuzulia Kumala Sari S.H., M.H.

JURNAL ILMU HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2015 Oktober 2015, hlm 1-13

Anda mungkin juga menyukai