PENGERTIAN HUKUM
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat
terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai
tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat
pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
TUJUAN HUKUM
Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan
prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap
orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA
Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum pidana merupakan hukum
publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan
bilamana masyarakat itu benar-benar memerlukan.
Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum Publik, dimana pelaksanaannya
sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan
(klacht-delicht). Yang memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar negara dapat
menerapkannya.
Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu bukanlah masalah utama, dengan perkataan
laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah
hubungan antara yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun hubungan itu ialah antara
orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana
ciri dari Hukum Publik.
Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil)
• Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang)
• Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja)
• Dalam bahasa asing diartikan :
a) Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht
b) Hukum perdata : Burgerlijkerecht
c) Hukum dagang : Handelsrecht
Contoh hukum Hukum Publik
• Hukum Tata Negara
• Yaitu mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan kekuasaan anatara lat-alat perlengkapan negara satu sama
lain dan hubungan pemerintah pusat dengan daerah (pemda)
• Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara),
• mengatur cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat perlengkapan negara;
• Hukum Pidana,
• mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa saja yang melanggar dan mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara ke muka pengadilan (pidana dilmaksud disini termasuk hukum acaranya juga). Paul Schlten dan
Logemann menganggap hukum pidana bukan hukum publik.
• Hukum Internasional (Perdata dan Publik)
a) Hukum perdata Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara warga negara suatu bangsa dengan
warga negara dari negara lain dalam hubungan internasional.
b) Hukum Publik Internasional, mengatur hubungan anatara negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan
Internasional.
Macam-macam Pembagian Hukum
1.Menurut sumbernya :
• Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.
• Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
• Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian Negara.
• Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.
• Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam
ilmu pengetahuan hukum.
2.Menurut bentuknya :
• Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan
• Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis,
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.
3.Menurut tempat berlakunya :
• Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
• Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia internasional.
4.Menurut waktu berlakunya :
• Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah
tertentu.
• Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.
• Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Menurut cara mempertahankannya :
• Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-
perintah dan larangan.
• Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material
6. Menurut sifatnya :
• Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.
• Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.
7.Menurut wujudnya :
• Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.
• Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang tertentu atau lebih. Disebut juga
hak.
8.Menurut isinya :
• Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada
kepentingan perseorangan.
Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya ata hubungan antara Negara
dengan warganegara.
Pengertian Hukum
Secara etimologis, kata ”hukum” berasal dari bahasa Arab {al hukmu}, recht (Belanda}, droit {Perancis}, recht {Jerman}, Jus
{latin}, diritto {Itali}, derecho (Spanyol} yang pada
intinya mempunyai arti: tuntunan, bimbingan, pedoman hidup bagi manusia.
Prof. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin menyatakanya dengan rumusan
yang memuaskan
Prof. E.M. Meyers, hukum adalah aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksankan tugasnya.
Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan
atau perizinan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan
masyarakat.
J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan- peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu .
Unsur-unsur hukum :
Berdasarkan pengertian dalam beberapa definisi tersebut
di atas, maka dapat diketahui bahwa hukum itu terdiri
dari beberapa unsur, yaitu:
1. Kaidah atau norma-norma kehidupan dalam
pergaulan hidup bermasyarakat.
2. Kaidah atau norma-norma kehidupan tersebut dibuat
oleh badan – badan resmi yang berwajib.
3. Kaidah atau norma-norma kehidupan tersebut bersipat memaksa. 4. Adanya sanksi bagi si pelanggar peraturan atau
kaidah-kaidah hukum yang dinyatakan secara tegas.
Isi kaidah hukum
Pada prinsipnya kaidah- kaidah hukum itu berisi tentang:
1. Perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, mis: ketentuan syarat sahnya
suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan, mis: mengambil barang milik
orang lain, menghukum seseorang tanpa salah, dsb.
3. Perkenanataukebolehan,yaituketentuanyangtidak
mengandung kata perintah dan larangan, melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak.
Sumber Hukum Formal
1. Undang-undang 2. Kebiasaan (Custom) 3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
Sistem Hukum
Keseluruhan kaidah-kaidah hukum positif yang tersusun sebagai suatu sistem, yang saling bertautan antara satu dengan lainnya,
dan tertata berdasarkan asas-asas tertentu dalam rangka tercapainya tujuan hukum.
Sistem Hukum Nasional Indonesia
Sistem hukum nasional Indonesia adalah sistem hukum yang berlaku di seluruh Indonesia yang meliputi unsur hukum
(seperti isi, struktur, budaya, sarana peraturan perundang-undangan dan semua sub unsurnya) yang antara yang satu
dengan yang lain saling bergantung dan yang bersumber dari Pembukaan dan Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar 1945
(Moh. Mahmud MD., 2006).
Klasifikasi Kaidah/Norma Hukum
• Norma Agama: kaidah yang berisi tentang perintah atau larangan yg bersumber dari ajaran Tuhan. Pelanggran terhadap
norma ini akan mendapat sanksi di akhirat.
• Norma Kesusilaan: Kaidah yang bersumber dari suara hati sanubari manusia Norma ini bersifat umum dan universil bagi
seluruh ummat manusia. Pelanggaran terhadap norma kesusilaan ini bersifat perasaan penyesalan.
• Norma Kesopanan: Norma ini disebut juga norma sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma ini bersumber dari
keyakinan masyarakat berupa kepatutan atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Pelanggaran
terhadap norma ini berakibat mendapat celaan dari masyarakat.
• Norma Hukum: Peraturan-peraturan yang dibuat oleh lembaga kekuasaan negara yang isinya mengikat
setiap orang. Pelaksanaannya dapat dipertahankan dan dipaksakan melalui alat-alat kekusaan negara. Keistimewaan dari
norma hukum ini adalah terletak pada sifatnya yang bersifat”memaksa”, dengan sanksi berupa hukuman pidana atau denda.
PENGGOLONGAN HUKUM
• Penggolongan hukum dapat dilakukan dengan mempergunakan ukuran-ukuran:
1) Sumber-sumberhukum
2) Bentukkaidahhukum
3) Waktu/masaberlakukaidahhukum
4) Caramempertahankankaidahhukum
5) Sifatkaidahhukum
6) Isikaidahhukum
SUMBER-SUMBER HUKUM
Secara sederhana, sumber hukum adalah tempat dimana kita dapat menemukan hukum.
Kata sumber hukum juga dapat juga dipakai dalam beberapa arti, yaitu: - Sebagai asas atau permulaan dari mana hukum itu
berasal.
- Menunjukan adanya hukum yang terdahulu yang memberi bahan kepada hukum yang sekarang berlaku.
- Sebagai sumber berlakunya yang memberi kekuatan secara formal berlakunya hukum, dan
- Sebagai sumber dari mana kita mengenal terjadinya hukum.
2. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu
sudah diterima oleh masyarakat, maka tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
perasaan hukum.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
1. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam masyarakat tertentu (syarat materiil) 2.
Adanyakeyakinanhukumdarimasyarakatyangbersangkutan(opinionecessitatis=bahwaperbuatantsb merupakan
kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual
3. Adanyaakibathukumapabilakebiasaanitudilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya.
Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving
voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat.
Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau
sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan
dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah
dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang
berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada
masyarakat tertentu.
1. Undang-Undang :
Undang-undang adalah suatu peraturan yang dibuat oleh lembaga negara yang sah.
Undang-Undang mulai berlaku setelah diundangkan dalam LN (Staatsblad). Dahulu oleh Mensesneg. Sekarang oleh
Menkuhham (UU No. 10 Tahun 2004).
Kekuatan berlakunya undang-undang.
Secara operasional. kekuatan berlakunya uu harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu: Kekuatan berlaku yuridis, sosiologis dan
fiolosofis.
Kekuatan berlaku yuridis (Juristische Geltung).
Uu mempunyai kekuatan juridis apabila persyaratan formal terbentuknya uu itu telah
terpenuhi.
Menurut Hans Kelsen, kaidah hukum mempunyai kekuatan berlaku apabila penetapannya didasarkan pada kaedah hukum
yang lebih tinggi tingkatannya secara hierarchies.
Kaidah hukum itu merupakan norma dasar (Grundnorm) berlakunya system tata hukum. Kekuatan berlaku sosiologis
(Soziologische Geltung).
Pada intinya kekuatan berlakunya hukum dimasyarakat sudah merupakan kenyataan, lepas dari kenyataan apakah peraturan
hukum itu terbentuk menurut persyaratan formal atau tidak.
Menuurut teori (Machtstheorie), hukum mempunyai kekuatan berlaku secara sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh
penguasa, terlepas dari diterima atau tidak oleh warga masyarakat.
Kekuatan berlaku filosofis (Filoshofissche Geltung).
Hukum mempunyai kekuatan berlaku secara filosofis apabila kaedah hukum itu sesuai dengan cita-cita hukum (rechtsidee)
sebagai nilai positif yang tertinggi.
Asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan
Lex specialis derogat legi generali,
artinya: Asas hukum yang menyatakan peraturan atau UU yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan atau UU
yang umum. Kalau terjadi konflik/pertentangan antara undang-undang yang khusus dengan yang umum maka yang
khususlah yang berlaku.
Lex superior derogat legi inferior
artinya: kalau terjadi konflik/pertentangan antara peraturan perundang- undangan yang tinggi dengan yang rendah
maka yang tinggilah yang harus didahulukan.
Lex posteriori derogat legi priori
artinya: Asas hukum yang menyatakan peraturan atau UU yang terbaru mengesampingkan peraturan atau UU yang lama .
2. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu
sudah diterima oleh masyarakat, maka tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
perasaan hukum.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
1. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam masyarakat tertentu (syarat materiil) 2.
Adanyakeyakinanhukumdarimasyarakatyangbersangkutan(opinionecessitatis=bahwaperbuatantsb
merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual 3.
Adanyaakibathukumapabilakebiasaanitudilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya.
Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving
voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat.
Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau
sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan
dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah
dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang
berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada
masyarakat tertentu.
3. Yurisprudensi.
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar keputusan hakim lain terhadap suatu persoalan
atau peristiwa hukum tertentu (perkara yang sama).
Ada 2 jenis yurisprudensi :
Yurisprudensi tetap keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan dijadikan dasar atau
patokan untuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)
Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.
4. TRAKTAT (Treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu,
melainkan mengikat pula kepada warga negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh dua negara, misalnya perjanjian internasional yang diadakan antara
pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”. b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal
yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Erofa (NATO) yang
diikuti oleh beberapa negara Erofa.
5. Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkenal yang pendapatnya dapat dijadikan dasar atau
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
2) BENTUK KAIDAH HUKUM
Secara umum bentuk kaidah hukum dapat dibedakan ke dalam:
Hukum Tertulis (geschreven recht), yaitu hukum yang mencakup perundang-undangan dalam
berbagai bentuk yang dibuat oleh pembuat undang-undang, termasuk didalamnya traktat yang dihasilkan dari hubungan
hukum internasional.
Hukum Tidak Tertulis, yaitu hukum kebiasaan atau adat istiadat yang mempunyai akibat hukum dalam
masyarakat. Kebiasaan disini adalah kebiasaan yang diulang-ulang dengan cara dan tindak yang sama. Pada prinsipnya hukum
kebiasaan ini adalah merupakan hukum yang tertua yang dipengaruhi oleh teori kesadaran hukum (Von Savigny)..
3) WAKTU BERLAKU KAIDAH HUKUM
Waktu berlakunya kaidah hukum dibedakan menjadi:
1. Ius Constitutum: yaitu hukum positif yangg berlaku dalam suatu negara pada saat tertentu.
2. Ius Contituendum, yaitu hukum yang dicita-citakan berlakunya, belum merupakan undang-undang
Sistem Komunikasi
“Sekumpulan unsur atau orang-orang, yang mempu- nyai pedoman dan media dalam melakukan suatu kegiatan mengolah,
menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi
sumber informasi” (Nurudin, 2004)
Formula Laswell
Who
Says What
In Which Channel
To Whom With What Effect