Anda di halaman 1dari 21

Tahun 2022

TERM OF REFERENCE (TOR) EARLY


WARNING SYSTEM (EWS) DAN BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD)
KERANGKA ACUAN KERJA / TOR (TERM OF REFERENCE)
IN HOUSE TRAINING EARLY WARNING SCORE (EWS) & BHD
UNTUK MEDIS DAN NON MEDIS

Satuan Kerjaq : RS Permata Kuningan


Bidang : Keperawatan
Output : SDM Tim Mutu dan pihak terkait yang dapat
memahami dan melaksanakan Early Warning
Score (EWS), dan memberikan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) di lapangan.
Kegiatan : Inhouse training Early Warning Score (EWS),
dan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Satuan ukur/ jenis : Pelatihan/ workshop
kegiatan
Volume : 2 (dua) kegiatan

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan di Bidang Kesehatan
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.03.05/IV.3/3007/2013 tentang Standar Penyelenggaraan
Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2018

2. Gambaran Umum Kegiatan


a. Early Warning System (EWS)
Seiring berjalannya Akreditasi Rumah Sakit oleh LARSI telah
membawa pola pemikiran untuk penanganan pasien henti jantung
maupun nafas dengan baik. Hal ini dikarenakan dituntut adanya
sebuah tim reaksi cepat dalam menangani kejadian seperti ini, tim ini
biasanya dinamakan “Tim Code Blue”.
Tim Code Blue lebih banyak akan menangani pasien setelah
kejadian henti jantung, dengan mengedepankan reaksi cepat dan
melakukan resusitasi jantung paru dengan kualitas tinggi kurang dari
5 menit setelah code blue diaktifkan. Sebuah prinsip lebih baik
mencegah dari pada mengobati layak untuk diperhitungkan dalam
pengelolaan pasien henti jantung maupun henti nafas, hal ini
disebabkan pasien mengalami henti jantung sebenarnya tidak tiba-
tiba tetapi ada sebuah proses yang telah mendahuluinya dan
penderita ataupun kita lalai atau justru tidak memahaminya sebagai
tanda awal terjadinya henti jantung.
Tindakan pencegahan untuk terjadinya henti jantung di rumah
sakit sebenarnya telah dikembangkan pertama kali sejak tahun 1997
oleh tim di Rumah Sakit James Paget, Norfolk, Inggris, dan
dipresentasikan pada konferensi Mei 1997 dari Intensive Care
Society dengan diterbitkannya sebuah skoring Early Warning System
(EWS). SNARS edisi satu dalam salah satu elemen penilaian juga
menuntut adanya sistem EWS (Early Warning System) di sebuah
rumah sakit.
Early Warning Score (EWS) merupakan sebuah panduan
yang digunakan oleh petugas medis untuk menentukan dengan
cepat derajat sakitnya seorang pasien. Skoring EWS merupakan
langkah-langkah yang dilakukan untuk menilai kondisi fisiologis
pasien yang meliputi enam tanda vital yang sangat penting (laju
pernapasan, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah, nadi atau laju
jantung, respon kesadaran) secara langsung kepada pasien
sehingga akan diketahui perkembangan perburukan pasien lebih
awal termasuk pasien sepsis untuk dilakukan intervensi penanganan
secepatnya maupun sebuah keputusan untuk memindahkan pasien
ke ICU.
Manfaat berjalannya Sistem EWS di rumah sakit dapat
mencegah 50% pasien untuk tidak terjadi cardiac arrest atau aktifasi
code blue. Tindakan code blue dengan respon yang cepat dan high
quality CPR akan memberikan harapan hidup/ ROSC (Return of
Spontaneus Circulation). EWS memudahkan untuk deteksi awal
keburukan kondisi pasien dengan membagi tingkat keparahan
keadaan pasien dan menganjurkan tenaga medis untuk membuat
sebuah tinjauan medis dengan penggunaan perangkat komunikasi
yang terstruktur sambil mengikuti perencanaan lanjutan.
Penilaian skor peringatan dini (EWS) ini juga mengedapankan
SDM PPA (Profesional Pemberi Asuhan) untuk melakukan pencatan,
penilaian dan respon atau menanggapi perubahan parameter
fisiologis klinis secara rutin kepada pasien. Kata kunci yang
dibutuhkan adalah (a) deteksi dini (b) ketepatan waktu (c)
kompetensi klinis, sehingga tujuan EWS akan tercapai. Penggunaan
skor penilaian ini diharapkan akan memberikan pemahaman yang
sama dari masing-masing individu profesional pemberi asuhan
(PPA) dalam memahami dan menilai pasien, jadi tidak menimbulkan
persepsi yang berbeda-beda.

b. Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Bantuan Hidup Dasar adalah tindakan darurat untuk
membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan
mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu.
Bantuan hidup dasar bertujuan untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi
buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya sendiri secara normal.
Tindakan bantuan hidup dasar yang dilakukan oleh orang
yang berada di sekitar penderita segera setelah kejadian dapat
meningkatkan kelangsungan hidup penderita. Tindakan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) yang terlambat dan tidak sesuai dengan
prosedur, akan mengakibatkan gagalnya upaya penyelamatan
terhadap pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
251/Menkes/Pera/111/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit. Rumah Sakit perlu menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan paru
secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya
peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan menuju
rumah sakit yang bermutu serta mengutamakan kselamatan pasien,
Rumah Sakit Permata Kuningan harus menyediakan sumber daya
manusia terlatih baik medis dan non medis yang mampu
memberikan pertolongan pertama baik pada pasien maupun orang-
orang di sekitar pasien yang mengalami kegawatdaruratan. Oleh sebab
itu, Rumah Sakit Permata Kuningan harus menfasilitasi pegawainya
dalam meningkatkan keilmuan serta keterampilan dalam melakukan
pertolongan pertama atau bantuan hidup dasar (BHD).
Berdasarkan permasalahan diatas, dirasa perlu untuk
menyelenggarakan Pelatihan Kegawat Daruratan Medik (Code Blue)
dalam bentuk workshop untuk tenaga perawat (Rawat Inap dan
Poliklinik) dan dokter umum serta karyawan non-medis.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan pelatihan guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan karyawan RS Permata baik karyawan
medis maupun karyawan non medis tentang Early Warning Score
(EWS) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

2. Tujuan Khusus
a. Petugas memiliki pengetahuan mengenai Early Warning Score
(EWS)
b. Petugas memiliki pengetahuan mengenai Bantuan Hidup Dasar
(BHD).
c. Petugas mampu menjelaskan pengertian Early Warning Score
(EWS)
d. Petugas mampu mengetahui prinsip Bantuan Hidup Dasar (BHD).
e. Petugas mampu mengisi form EWS (bagi medis),
f. Petugas mampu mengetahui indikasi dilakukannya Bantuan Hidup
Dasar (BHD)
g. Petugas mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dengan
cepat tepat saat ditemukan kasus di lapangan.
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan tim
narasumber internal yang kompeten dibidang EWS, dan BHD dalam
bentuk pelatihan dan workshop. Metode dalam pelaksanaan kegiatan ini
yaitu:
a. Ceramah; dilakukan dengan pemaparan materi oleh narasumber
b. Diskusi; sesi tanya jawab serta diskusi peserta dengan narasumber
c. Skill station; peserta melakukan kegiatan yang dibimbing oleh
narasumber dan fasilitator.
2. Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Perencanaan kegiatan
b. Pengajuan kegiatan
c. Persiapan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi kegiatan

D. Waktu Dan Tempat Kegiatan


1. Waktu Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan selama 4 (empat) hari pada tanggal 1
sampai dengan 4 Agustus 2022 yang dibagi dalam empat gelombang,
yaitu:

No Tanggal Waktu Gel. Peserta


1 01 Agustus 2022 Pukul 08.00 s/d I Pegawai medis
selesai
2 02 Agustus 2022 Pukul 08.00 s/d II Pegawai medis
selesai
3 03 Agustus 2022 Pukul 08.00 s/d III Pegawai medis
selesai
4 04 Agustus 2022 Sesi I : Pukul 08.00 IV Pegawai non
s/d selesai medis
Sesi II : Pukul 13.00
s/d selesai

2. Tempat Kegiatan
Kegiatan ini bertempat di Aula Rumah Sakit Permata Kuningan
pukul 08.00 s/d selesai.

E. Biaya Yang Diperlukan


Perkiraan total biaya adalah Rp. 13.090.000,00 (Tiga Belas Juta
Sembilan Puluh Ribu Rupiah) Rincian biaya terlampir.

F. Narasumber dan Fasilitator


Narasaumber dan fasilitator dalam kegiatan ini yaitu
1. dr. Vidya Sulistyawan Sp. An
2. dr. Mohammad Arif Syah

G. Peserta
Peserta merupakan seluruh pegawai Rumah Sakit Permata
Kuningan baik medis dan non medis

Kuningan, 15 Juli 2022


Sekretaris Ketua Pelaksana

Pipin Novianti, S.Kep., Ners dr. Clavi Hanum Pratama D


RINCIAN ANGGARAN BIAYA
KEGIATAN PELATIHAN EARLY WARNING SYSTEM (EWS)
DAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

JUMLA
NO PEMBIAYAAN H/ RINCIAN HARGA
HARI
1 Honor pembicara 5 hari 1.000.000,00 Rp. 5.000.000,00
2 Snack 150 1 snack Rp. Rp. 900.000,00
6.000,00
3 Makan Siang 246 1 box Rp. Rp. 3.690.000,00
15.000,00
4
5 FC Materi Rp. 500.000,00
6 ATK dll Rp. 1.000.000,00
7 Sertifikat + Name 246 Rumah Sakit Permata Kuningan
tag peserta
8 Biaya tak terduga Rp. 2.000.000,00
9 Manekein Tersedia
Jumlah Rp 13.090.000,00
SUSUNAN PANITIA
KEGIATAN PELATIHAN EARLY WARNING SYSTEM (EWS)
DAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Ketua : dr. Clavi Hanum Pratama D


Wakil ketua : Nia Maria, A.Md.Kep
Sekretaris : Pipin Novianti, S.Kep., Ners

Bendahara : Enok Cucu Suciani, S.Kep., Ners


Seksi Acara : Nia Maria, A.Md., Kep
Asep Prianto, S.Kep., Ners
Aulia Pratiwi, S.Kep., Ners
Seksi Dokumentasi : Indi Auzini, S.Kep., Ners
Ibadurohman, A,Md, Kep
Seksi Peralatan : Selly Shindi M, A.Md, Kep
Yogi Triyoga, S.Kep., Ners
Seksi Konsumsi : Luthfiya Salsabila, S.Gz
Selvi Fauziyah, S.Kep., Ners
JADWAL KEGIATAN
PELATIHAN EARLY WARNING SYSTEM (EWS)
DAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Pegawai Medis

N Waktu Kegiatan PJ
o
Tanggal 01 – 03 Agustus 2022
1 Pukul 07.00 – Absensi Kedatangan
07.30 WIB
2 Pukul 07.30 – - Safety briefing
08.00 WIB - Pembukaan
 Kata Sambutan
1. Ketua Panitia: dr. Clavi Pratama.
2. Ketua Akreditasi: Saeful
Anwarudin, S.Kep., MMRS
3. Direktur Rumah Sakit Permata
Kuningan: dr. Herman Joyo
3 Pukul 08.00 – - Pemaparan materi
10.00 WIB  Materi EWS
 Materi BHD
(setiap materi disampaikan dalam waktu
60 menit, 15 menit untuk ice breaking)
5 Pukul 10.00 – Sesi Diskusi (Tanya Jawab) & Penutup
selesai
Pegawai Non Medis

N Waktu Kegiatan PJ
o
Tanggal 04 Agustus 2022 (Sesi Pagi)
1 Pukul 07.00 – Absensi Kedatangan
07.30 WIB
2 Pukul 07.30 – - Safety briefing
08.00 WIB - Pembukaan
 Kata Sambutan
4. Ketua Panitia: dr. Clavi Pratama.
5. Ketua Akreditasi: Saeful
Anwarudin, S.Kep., MMRS
6. Direktur Rumah Sakit Permata
Kuningan: dr. Herman Joyo
3 Pukul 08.00 – - Pemaparan materi
10.00 WIB  Materi BHD
(setiap materi disampaikan dalam waktu
60 menit, 15 menit untuk ice breaking)
4 Pukul 10.00 – Sesi Diskusi (Tanya Jawab) & Penutup
selesai

N Waktu Kegiatan PJ
o
Tanggal 04 Agustus 2022 (Sesi Siang)
1 Pukul 12.30 – Absensi Kedatangan
13.00 WIB
2 Pukul 13.00 – - Pemaparan materi
15.00 WIB  Materi BHD
(setiap materi disampaikan dalam waktu
60 menit, 15 menit untuk ice breaking)
3 Pukul 15.00 – Sesi Diskusi (Tanya Jawab) & Penutup
selesai
SOAL PRETEST PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BHD NON-MEDIS

Nama :
Departemen :
Hari/ Tanggal :

Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang paling benar!


1. Yang dimaksud dengan BHD adalah ……..
a. Bantuan kehidupan pada korban yang mengalami sesat berat
b. Bantuan kehidupan pada korban dengan memberikan cairan infus
c. Bantuan kehidupan pada korban yang mengalami henti jantung dan henti
napas
d. Bantuan kehidupan dengan memberikan obat - obatan
2. BHD adalah singkatan dari……
a. Bantuan Hak Dasar
b. Bantuan Hidup Darurat
c. Bantuan Hidup Dasar
d. Bantuan Harus Darurat
3. Korban mengalami tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan
gawat darurat disebut …..
a. Henti jantung
b. Henti otak
c. Henti napas
d. Henti sirkulasi darah
4. Yang bukan indikasi dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah …….
a. Pasien dengan sumbatan jalan napas
b. Pasien dengan mengalami henti napas dan henti jantung
c. Pasien mengalami henti jantung
d. Pasien mnegalami sesak berat
5. BHD atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan bagian dari
pertolongan kepada pasien gawat darurat yang bertujuan untuk, kecuali…..
a. Mencegah terjadinya henti napas
b. Mencegah terjadinya henti jantung
c. Memastikan klien sudah meninggal
d. Memastikan klien selamat
6. Apa yang harus diperhatikan sebelum melakukan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) pada korban yang tiba – tiba tidak sadar, kecuali…….
a. Keamanan korban, lingkungan dan penolong
b. Memperkenalkan diri pada orang disekitar
c. Periksa korban, cek respon (panggil, tepuk bahu, diguncang-guncang)
d. Keamanan korban, korban sadar, tidak memperkenalkan pada orang
sekitar
7. Jika pasien telah dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), tiba – tiba
pasien bangun. Apa yang harus dilakukan?
a. Jangan rubah posisi, segera minta bantun
b. Posisikan korban setengah duduk, segera minta bantuan
c. Korban diberi makan dan minum, sgera mintabantuan
d. Korban diajak ngobrol, segera minta bantuan
8. Berapa kedalamam dalam melakukan kompresi dada (pijat jantung)?
a. Lebih dari 5 cm
b. 5 cm
c. Kurang dari 5 cm
d. Lebih dari 6 cm
9. Dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), dihentikan jika …
a. Lupa memenggil bantuan
b. Takut melakukan RJP
c. Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (korban bergerak
spontan)
d. Korban belum sadar
10. Berapa rasio kompresi dan napas buatan dalam melakukan Resusitasi
Jantung Paru (RJP)?
a. 10 : 2
b. 20 : 2
c. 30 : 2
d. 40 : 2
SOAL PRETEST PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BHD NON-MEDIS

Nama :
Departemen :
Hari/ Tanggal :

Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang paling benar!


1. Yang dimaksud dengan BHD asalah
a. Bantuan kehidupan kepada korban dengan memberikan pertolongan
memakan obat – obatan
b. Bantuan kehidupan kepda korban yang mengalami sesak berat
c. Bantuan kehidupan kepda korban yang mengalami henti jantung atau
henti napas
d. Bantuan kehidupan kepda korban yang memasang cairan infus
2. Apabila melakukan tindakan BHD, saat ada korban henti napas dan henti
jantung, berapa korban akan berkurang setiap menitnya?
a. Korban berkurang 10% - 12 % tiap menit
b. Korban berkurang 12% - 15 % tiap menit
c. Korban berkurang 3% - 4 % tiap menit
d. Korban berkurang 4% - 5 % tiap menit
3. Jantung mengalami kematian otan dan kematian permanen, bila tidak
mendapatkan O2 selama…..
a. 6 – 7 menit c. 8 – 10 menit
b. 7 – 8 menit d. 7 – 10 menit
4. Bila nadi karotis tidak teraba, tindakan apa yang akan dilakukan…
a. Bantuan pernapasana
b. Pasang masker 2 – 5 lpm
c. Bagging
d. RJP
5. Berapa rasio kompresi dan napas buatan dengan penolong 2 orang….
a. 5 kompresi dengan 1 kali meniup
b. 30 kompresi dengan 1 kali meniup
c. 30 kompresi dengan 3 kali meniup
d. 30 kompresi dengan 2 kali meniup
6. Menekan jantung, paru dan meningkatkan tekanan rongga dada, disebut…
a. Dekompresi c. dekompresi da kompresi
b. Kompresi d. kompres
7. Pengebab utama terjadinya sumbatan jalan napas, kecuali:
a. Lidah
b. Benda asing
c. Ludah, darah lender
d. Tanpa suara tambahan
8. Untuk menilai airway pada orang tidak sadar, antara lain:
a. Tidak sesak
b. Bisa bicara dengan baik
c. Lihat dengan dan rasa
d. Tidak ada darah
9. Pengisian jantung paru, menurunkan ringga dada, pengisian penuh,
disebut….
a. Kompresi
b. Dekompresi dan kompresi
c. Dekompresi
d. Dekompensasi
10. Komplikasi RJP dapat berupa…..
a. Cedera pada tulang iga dan patah tul;ang sternum dan clavicula
b. Patah tulang iga dan patah tulang humerus
c. Patah tulang sternum dan patah tulang patella
d. Patah tulang musculus prontalis
11. Dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), dihentikan jika …
a. Lupa memenggil bantuan
b. Takut melakukan RJP
c. Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (korban bergerak
spontan)
d. Korban belum sadar
12. Berapa kedalamam dalam melakukan kompresi dada (pijat jantung)?
a. Lebih dari 5 cm
b. 5 cm
c. Kurang dari 5 cm
d. Lebih dari 6 cm
13. Apa yang harus diperhatikan sebelum melakukan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) pada korban yang tiba – tiba tidak sadar, kecuali…….
a. Keamanan korban, lingkungan dan penolong
b. Memperkenalkan diri pada orang disekitar
c. Periksa korban, cek respon (panggil, tepuk bahu, diguncang-guncang)
d. Keamanan korban, korban sadar, tidak memperkenalkan pada orang
sekitar
14. Bila jantung masih berdenyut dan penderita tidak bernapas, tindakan yang
dilakukan….
a. RJP
b. Pasang O2 4 – 5 lpm
c. Bantuan pernapasan
d. Minta pertolongan
15. Menepuk atau mengguncang bahu dan memanggil – manggil nama korban
cara untuk mengetahui, kecuali…..
a. Cek respon korban
b. Cek keadaan korban
c. Cek sebelum melakukan tindakan RJP
d. Cek identitsas korban
DAFTAR NAMA PESERTA
PELATIHAN EARLY WARNING SYSTEM (EWS)
DAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Hari/ Tanggal : Senin, 01 Agustus 2022


Pukul : 08.00 WIB s.d selesai
Agenda : Pelatihan Early Warning System (EWS) dan Bantuan
Hidup Dasar (BHD)
Pemateri : dr. Vidya Sulistyawan, Sp. An
dr. Muhamad Arif Syah
Peserta : Karyawan Rumah Sakit Permata Kuningan
Tempat : Aula Rumah Sakit Permata Kuningan

No Nama Departement
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200

Anda mungkin juga menyukai