Anda di halaman 1dari 3

FINAL PEAPER MATA KULIAH ISLAM DAN SAINS

Teknologi Stem Cell Dalam Prespektif Hukum Islam


Farhat Zulham Salma (22105020044)
Program Studi S1 Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(Dosen Pengampu : Prof. Syafa’atun Almirzannah, PH.D, D.MIN.)
e-mail : farhatzulhamsalma2003@gmail.com

Abstrak- Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dewasa ini sangat
berkembang, salah satunya penemuan sel punca. Stem cell (sel punca) adalah sel yang
belum mengalami difrensiasi dan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang
menjadi banyak jenis sel yang berada di dalam tubuh. Walaupun sudah cukup banyak
publikasinya, namun penggunaan sel punca embrionik sampai saat ini masih menuai sebuah
kontroversi. Karena sebagian besar metode yang digunakan untuk mendapatkan sel punca
embrionik adalah dengan menghancurkan embrio. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penggunaan sel punca embrionik untuk
mengobati suatu penyakit. Penelitian ini menggunakan metode internet searching dengan
mengutip refrensi dari jurnal dan artikel. Penelitian ini disusun secara deskriptif kualitatif
terhadap masalah yang diteliti yaitu, kebijakan moral dan agama khususnya hukum Islam
dalam penggunaan sel punca embrionik serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah
tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sel punca tidak boleh berasal dari sel
punca embrionik. Penggunaan sel punca menurut hukum Islam pada dasarnya harus dapat
memelihara kepentingan hidup dengan menjaga dan memelihara kemaslahatan manusia.
Kata Kunci : Sel Punca Embrionik, Hukum Islam

Abstract- Advances in medical science and technology are currently developing rapidly, one
of which is the discovery of embryonic stem cells. Even though there have been quite a
number of publications, the use of embryonic stem cells is still controversial. Because most of
the methods used to obtain embryonic stem cells are by destroying the embryos. The purpose
of this study was to determine the views of Islamic law on the use of embryonic stem cells to
treat a disease. This study uses the internet searching method by citing references from
journals and articles. This research was structured in a qualitative descriptive manner on the
problems studied, namely, moral and religious policies, especially Islamic law in the use of
embryonic stem cells and matters relating to these problems. The results of this study
indicate that stem cells should not originate from embryonic stem cells. The use of stem cells
according to Islamic law basically must be able to maintain the interests of life by.
Keywords : Embryonic Stem Cells, Islamic Law
A. PENDAHULUAN
Al-Qura’an dan As-Sunnah merupakan sumber hukum utama dalam agama Islam, segala
hal yang menyangkut kehidupan termasuk kesehatan, sains dan teknologi secara umum
terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
‫َس ُنِر يِهْم َء اَٰي ِتَنا ِفى ٱْل َء اَفاِق َو ِفٓى َأنُفِس ِهْم َح َّتٰى َيَتَبَّيَن َلُهْم َأَّنُه ٱْلَح ُّقۗ َأَو َلْم َيْك ِف ِبَر ِّبَك َأَّن ۥُه َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء َش ِهيٌد‬
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu”. (QS Al-Fushilat : 53)1
Rasulullah s.a.w. bersabda:
‫ والفراُغ‬،‫ الصحُة‬:‫ِنْع َم َتاِن َم ْغ ُبوٌن فيهما كثيٌر من الناس‬

“Dua nikmat yang dilalaikan oleh banyak manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang”.
(Hadis Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Abbas).2
Hukum dalam prespektif Islam memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi tsubut, yakni
syariat yang bersifat universal dan menjadi asas pemersatu aktivitas umat Islam sedunia.
Kedua dimensi taghayyur yakni produk pemikiran manusia dalam memahami syari’at
(Ijtihad) yang disebut fiqh. Disinilah Ijtihad menjadi sebuah keniscayaan dalam arti upaya
menterjemahkan pesan-pesan universal syariat sehingga menjadi suatu konfigurasi hukum
yang mampu menjawab problematika hukum yang terus berkembang.3
Globalisasi dengan berbagai aspeknya menuntut hukum Islam untuk mampu
menjawab berbagai persoalan hukum yang sebelumnya tidak ada. Mentri Agama RI,
Suryadharma Ali menegaskan bahwa fatwa dapat menjadikan Islam shalihun li kuli
zaman wa makan (sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi). Terkait beberapa
fenomena perubahan sosial yang terjadi dan membutuhkan fatwa untuk memberikan
kepastian hukumnya, fatwa akan selalu hadir tepat waktu dengan substansi yang sesuai
kebutuhan masyarakat Muslim. Para ulama telah menyusun seperangkat metodologi
untuk menafsirkan ayat-ayat dan hadis dalam upaya lebih mendekatkan pada maksud-
maksud pensyariatan hukum di satu pihak dan mendekatkan hasil penalaan dengan
kenyataan yang ada di tengah manusia di pihak lain.
Salah satu sumber yang dipermasalahkan adalah sel embrionik. Sel punca embrionik
dapat tumbuh menjadi berbagai tipe sel di dalam tubuh, kecuali sel telur dan sperma.
Dengan kemampuannya, sel punca embrionik merupakan jenis yang paling fleksibel
untuk digunakan. Namun, penelitian sel punca embrionik dianggap melanggar batas etika

3
Maskun, Problematika Aplikasi Produk Pemikiran Hukum Islam di Indonesia, dalam Jurnal Bulanan Mimbar
Hukum N0. 49, Al Hikmah Ditbinbapera Islam, Jakarta, 2000, hlm 38.
karena untuk memulai membuat galur sel punca maka biasanya akan mengorbankan
embrio manusia.4

Referensi : https://tafsirweb.com/9035-surat-fussilat-ayat-53.html
Referensi : https://tafsirweb.com/9035-surat-fussilat-ayat-53.html

4
Alya Tursina, Terapi Transpalasi Sel Punca Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan Di Indonesia Dalam
Prespektif Hukum Kesehatan Dan Huum Islam, Aktualia, Vol.2 No.1 (Juni) 2019 hal.59-86

Anda mungkin juga menyukai