DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................7
1.1 Gambaran Umum........................................................................................................7
1.2 Latar Belakang.............................................................................................................7
1.3 Maksud dan Tujuan.....................................................................................................9
1.4 Dasar Hukum.............................................................................................................10
1.5 Standar Teknis...........................................................................................................11
1.6 Pendekatan Desain.....................................................................................................11
1.7 Target dan Sasaran....................................................................................................12
1.8 Ruang Lingkup Kegiatan...........................................................................................12
1.9 Jangka Waktu Pelaksanaan........................................................................................13
1.10 Luaran Kegiatan........................................................................................................13
1.11 Lokasi Pekerjaan.......................................................................................................14
BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN STANDARISASI.....................................................15
2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................................15
2.1.1 Pengertian Konsep Perancangan Interior...........................................................15
2.1.2 Tujuan Konsep Desain Interior..........................................................................18
2.1.3 Pemetaaan Pola Pikir Desain.............................................................................21
2.1.4 Metode Pendekatan Desain................................................................................22
2.1.5 Skema Perancangan Metode Analitis.................................................................24
2.1.6 Perkembangan Konsep Desain...........................................................................24
2.1 Standarisasi Perancangan..........................................................................................26
2.1.1 Standarisasi Perancangan Kantor.......................................................................26
2.1.2 Teori Tata Ruang Kantor...................................................................................27
2.1.3 Asas Tata Ruang Kantor....................................................................................28
2.1.4 Standariasi Ergonomi & Antropometri Ruang...................................................33
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya Sehingga Laporan Pendahuluan Perencanaan Tata Ruang Gedung
Kantor Ditjen Industri Argo dapat disusun dan selesai dengan baik. Penyusunan laporan akhir
Perencanaan Tata Ruang Gedung Kantor Ditjen Industri Argo ini bertujuan bertujuan untuk
mengetahui data yang dapat dijadikan sumber informasi dalam membuat perencanaan,
tersedianya data valid yang dapat digunakan dalam merencanakan Model dan Konsep yang
akan di gunakan dalan tahap Perencanaan. Perencanaan Tata Ruang Gedung Kantor Ditjen
Industri Argo.
Konsultan perencana Mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak
dan Jajaran lingkungan kerja Direktorat Jendral Industri Agro Kementrian Perindustrian yang
mempermudah pihak konsultan dalam melakukan kegiatan pengambilan data dan survey
guna mempersiapkan proses Perencanaan Perencanaan Tata Ruang Gedung Kantor Ditjen
Industri Argo.
Demikian Laporan Pendahuluan Perencanaan Tata Ruang Gedung Kantor Ditjen
Industri Argo ini dibuat semoga Hasil dari laporan pendahuluan ini menjadi acuan bagi kami,
dan pihak guna melengkapi laporan antara, dan laporan akhir Perencanaan Tata Ruang
Gedung Kantor Ditjen Industri Argo yang akan direncanakan.
Tim Penyusun
BAB 1.
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
Tata ruang kantor atau biasa disebut juga layout adalah salah satu penunjang sistem
kerja yang harus diperhatikan dalam perkantoran. Di Indonesia, banyak sekali terdapat
perkantoran dengan skala produktivitas besar, menengah dan kecil dengan sistem tata ruang
yang sangat bervariasi, dimana masing-masing sistem saling berhubungan dalam menunjang
proses kerja.
Era perkantoran modern saat ini, Peranan tata ruang kantor memberi nilai tambah
bagi kelangsungan aktifitas perusahaan. Tata ruang merupakan pengaturan dan penyusunan
seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor serta perabot kantor pada tempat yang tepat,
sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak,
sehingga tercapai efisiensi kerja.
Kegiatan ini merupakan rangka di dalam penerapan Peraturan Menpan RB atau
Permenpan RB Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Sistem Kerja Pada Instansi Pemerintah Untuk
Penyederhanaan Birokrasi, Direktorat Jenderal Industri Agro dalam melaksanakan tugas dan
fungsi unit organisasi pada Instansi Pemerintah akan melakukan proses desain ulang ruang
kerja yang bertujun untuk menyesuaikan sistem kerja.
sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak baik dari dari segi mutu, biaya
maupun kreiteria administrasi bagi suatu Bangunan Gedung (BG) adalah dengan jalan
meningkatkan fungsi perencanaan di setiap pelaksanaan kegiatan.
Peningkatan prasarana gedung perkantoran sangat diperlukan sejalan dengan semakin
pesatnya pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga
pembangunan prasarana gedung perkantoran sangat menentukan dalam menunjang
tercapainya laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan prasarana gedung perkantoran berupa
peningkatan atau perenovasian gedung harus sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan
pertambahan pelayanan ekonomi kepada masyarakat.
Mengingat pentingnya peranan gedung ini, maka perencanaan desain gedung
perkantoran harus ditinjau dari beberapa sisi. Hal tersebut antara lain peninjauan kelayakan
konstruksi gedung tersebut, dalam hubungannya denagan klasifikasi gedung perkantoran
sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuan dalam menerima beban. Dalam kaitannya
dengan keselamatan maka perlu diperhatikan juga tingkat keamanan dan kenyamanan dalam
pemakaian gedung perkantoran tersebut.
Perencanaan teknik layout tata ruang dan renovasi gedung ini merupakan salah satu
upaya meningkatkan fungsi dan peranan gedung tersebut, sehingga evaluasi kegunaan
gedung diperlukan sebagai langkah awal suatu perencanaan teknik yang cermat hingga
menghasilkan detail desain tara ruang perkantoran yang tepat dan efisien untuk memenuhi
standar yang ditetapkan.
Kegiatan rapat mingguan atau evaluasi terhadap hasil gambar ataui desain dilakukan
supaya sesuai dengan apa yang di minta oleh pihak owner atau pihak Kementrian
Perindustrian
g. Membuat laporan antara
h. Melaksanakan rapat finalisasi
i. Membuat laporan akhir
BAB 2.
KAJIAN LITERATUR DAN
STANDARISASI
a. Pengertian Kantor
Menurut Moekijat, 1997 (dalam Silvia Fransisca Anggada, Freddy H. Istanto, Rani
Prihatmanti, 2016), kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga tempat tersebut
Menyediakan tanaman atau elemen alam lainnya seperti taman indoor atau vertikal
garden dapat memberikan nuansa segar dan menenangkan di area lounge/istirahat.
Ruang hijau ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana
kerja yang positif.
Broadbent, 1973 dalam Mark I. Aditjipto, 2002). Semua proses ini bersandar pada suatu
prosedur kerja yang bertahap-tahap, secara linier atau melingkar, dengan atau tanpa umpan
balik. Dalam metode analitis ini hasil rancangan akan sangat dipengaruhi oleh proses yang
dilakukan sebelumnya. Proses tersebut meliputi penetapan masalah, pendataan lapangan,
literature, tipologi, analisis pemrograman, sintesis, skematik desain, penyusunan konsep dan
pewujudan desain. Dapat dilihat pada bagan berikut :
lapangan yang menjadi objek perancangan. Data tipologi ini berfungsi sebagai pembanding
atas data lapangan. Disamping itu data tipologi juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
untuk membantu kasus-kasus perancangan yang sulit dicari literaturnya. Setelah data
terkumpul lengkap maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis.
Tahap ini merupakan tahap pemrograman, yaitu membuat program-program
kebutuhan desain berdasarkan hasil-hasil analisis. Semakin data yang dihimpun lengkap
maka hasil analisis pun dapat semakin tuntas sehingga program-program kebutuhan yang
dimunculkan akan dapat menjadi acuan yang dapat dipenuhi. Hasil analisis program
merupakan dasar dalam menarik sintesis berupa simpulan-simpulan awal yang dapat
dijadikan alternatif-alternatif arah perancangan. Dari sinilah proses perancangan dapat
dipecah menjadi dua jalur yaitu membuat skema-skema pemecahan masalah perancangan
atau skematik desain dan disisi lain mulai memformulasikan konsep desain yang dijadikan
pengikat arah perancangan. Skematik desain dan konsep dasar desain ini dapat dievaluasi
sebelum dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah produk desain berupa gambar-gambar
penyajian.
Proses desain modern mengemukakan metode desain yang sistematis, terukur dan
objektif. Konsep sebagai pengembangan dari proses sintesis atau pengambilan keputusan
desain sementara, merupakan gabungan solusi desain yang dilaksanakan secara konvergen.
Keputusan tersebut memuat solusi awal dari seluruh permasalahan desain interior,
berdasarkan hasil identifikasi dan analisis sebelumnya. Proses selanjutnya dilaksanakan
secara divergen, dengan mengembangkan hasil proses konvergen dan mengaplikasikan ke
dalam setiap elemen desain interior. Sebagai sebuah solusi awal, konsep juga memuat reka
gagasan visualisasi gambaran akhir desain interior yang diharapkan lebih “baik” dari
eksisting sebelumnya. Menurut Ching & Binggeli (2012) menjelaskan bahwa desain interior
merupakan suatu proses kegiatan di dalam merencanakan, menata, dan merancang ruang
pada suatu bangunan arsitektural.
Konsep dalam proses desain interior mempunyai 2 tujuan baik secara umum dan juga
secara praktis, yaitu:
a. Tujuan Umum Konsep Desain Interior
Tujuan umum konsep desain interior merupakan tujuan akhir yang wajib dipenuhi
oleh desainer dalam pengembangan konsep, juga berhubungan dengan tujuan akhir
desain interior, secara umum meliputi pekerjaaan :
1. Memperbaiki fungsi ruang
2. Memperkaya nilai estetika dalam ruangan
3. Meningkatrkan aspek psikologis suatu ruangan
4. Meningkatkan kualitas hidup manusia
kuantitatif dan ketepatan pemecahan masalah akan diukur melalui kesesuaian wujud fisik
desain dengan program yang telah ditetapkan.
Melalui metode pendekatan ideologis maka olah desain didasarkan pada cita-cita yang
dipegang sebagai tujuan berdasar faham-faham tertentu yang diyakini sebagai sebuah
kebenaran mutlak. Hasil desain bersifat ideal menurut faham yang dianut dan ketepatan
pemecahan masalah diukur melalui kesesuaian dengan wujud-wujud yang dianggap mampu
merefleksikan nilai-nilai dari faham tersebut. Melalui metode pendekatan substansif maka
olah desain didasarkan pada hakikat atas apa yang dirancang. Hasil desain diarahkan untuk
menemukan kebenaran yang mendasar atau hakiki dan ketepatan pemecahan masalah diukur
melalui prinsip-prinsip kebenaran dasar tersebut. Kebenaran dasar tersebut ditemukan melalui
penjelajahan nilai-nilai filsafat.
Dari metode-metode pendekatan di atas maka penggunaan metode pendekatan
pragmatis, tipologis, analogis, dan sintaktis biasanya mampu menghasilkan desain yang dapat
diwujudkan secara nyata karena nilai-nilai yang dijadikan tolok ukur lebih bersifat konkrit.
Sementara itu penggunaan metode pendekatan ideologis dan substansif belum tentu dapat
menghasilkan desain yang aplikatif karena nilai-nilai yang dijadikan tolok ukur kadang lebih
bersifat abstrak. Semua metode pendekatan di atas merupakan bagian dari metode analitis
yang mengacu pada metolodogi desain yang sistematis (systematic design method).
Menurut Metode desain yang digunakan adalah Design Thinking, Berikut tahapan
pada metode perancangan yang akan digunakan menurut Ambrose & Harris, yaitu :
menyusun konsep desain interior yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, memenuhi
persyaratan teknis, mengikuti perkembangan trend, mudah diaplikasikan, efisien dan tepat
guna, belum banyak literature yang membantu desainer dalam menyusun konsep.
Tabel diatas merupakan standar besaran ruangan minimum yang dapat dijadikan
acuan terhadap besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan interior kantor. Besaran
ruang di atas dapat diterapkan pada ruang – ruang utama pada kantor.
khusus. Menurut Quible (2001) terdapat beberapa area khusus yang harus
diperhatikan dalam merencanakan layout suatu kantor, yaitu :
1. Reception Area
Ruang resepsionis berpengaruh dalam kesan pertama terhadap organisasi. Kesan
pertama yang baik akan berdampak secara positif pada relasi publik dan bahkan
mungkin dapat berakibat dalam meningkatkan laba untuk organisasi. Pegawai
sebagai pelanggan internal perushaan akan merasa nyaman kerja di kantor
sehingga produktivitas meningkat kepuasannya karena ruang lobby yang
representatif.
2. Ruang Konferensi
Ruangan ini sangat dibutuhkan karena penggunaan tim kerja yang semakin
meningkat akan membutuhkan tempat diskusi atau rapat yang representatif.
Kondisi seperti ini sejalan dengan makin mahalnya biaya penyediaan ruang
kantor sehingga keberadaan ruangan ini dapat dioptimalkan.
3. Ruang Komputer
Ruang komputer menitikberatkan pada pentingnya mempertimbangkan dengan
sungguh-sungguh sebelum merencanakan dalam mendesain ruang komputer.
Karena perangkat komputer berubah lebih cepat, ruang dengan diakurasikan
proyek untuk beberapa tahun kedepan. Spesifikasi fisik dari perlengkapan
komputer juga harus dianalisis dengan seksama dan diambil ke dalam
pertimbangan sebelum menentukan ukuran ruang. Perawatan ruangan ini harus
diperhatikan secara cermat karena harus terlindung dari bahaya kebakaran dan
menjaga agar hardware serta software yang dibeli aman dan dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
4. Ruang Persuratan
Ruang Persuratan atau Mailroom merupakan pusat komunikasi, bagian surat-surat
memiliki dampak signifikan pada efisiensi dengan mana informasi bergerak
masuk dan keluar organisasi. Sebagian besar tata ruang yang tepat dapat
meningkatkan efisiensi mailroom.
c. Asas Rangkaian Kerja
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang terbaik ialah
yang menempatkan para pegawai dan alatalat kantor menurut rangkaian yang sejalan
dengan urutan-urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. Asas ini merupakan
kelengkapan dari asas jarak terpendek. Jarak terpendek tercapai kalau para pekerja
atau alat-alat diletakan dideret-deret menurut urutan proses penyelesaian pekerjaan.
Menurut asas ini suatu pekerjaan harus senantiasa bergerak maju dari permulaan
dikerjakan sampai selesai, tidak ada gerak mundur atau menyilang. Hal ini tidak
berarti bahwa jalan yang ditempuh harus selalu berbentuk garis lurus, yang terpenting
ialah proses selalu mengarah maju ke muka menuju ke penyelesaian Gie (2004). Hal-
hal yang dapat mempengaruhi asas dalam rangkaian kerja yakni: pertama, arus kerja
atau work-flow mengacu pada pergerakan informasi dan tugas secara horizontal
(antara karyawan dari tingkat tanggung jawab yang sama) atau vertical (antara atasan
dan bawahan atau sebaliknya) terutama diperlukan dalam perancangan layout. Alur
kerja yang efisien tempat karyawan dan peralatan dalam sebuah pola yang
memfasilitasi aliran garis lurus
informasi, yang membantu menghilangkan kemunduran dan simpang siur pola kerja.
Kedua, jaringan komunikasi yakni suatu bentuk interaksi maupun media yang
digunakan untuk berkomunikasi (telepon, email, surat, tatap muka) yang dilakukan
oleh pegawai maupun departemen sangat membantu dalam perancangan layout
kantor.
d. Asas Kesesuaian Bentuk Ruangan
Secara tidak langsung asas ini tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata
ruang yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak terlampau sukar atau
tidak memakai biaya yang besar. Bentuk tataruang kantor Menurut Wylie ((1958)
dalam Gie (2007)), membedakann tataruang menjadi tiga macam yaitu tataruang
kantor terbuka, tataruang kantor tertutup dan tataruang kantor gabungan.
1. Tata ruang Kantor Terbuka (open plan offices)
Ruang pimpinan dan para pegawainya berada dalam satu ruangan terbuka tanpa
adanya sekat pemisah. Keuntungan dari tataruang ini yakni, memudahkan
perubahan layout ruangan tanpa perlu pembiayaan yang tinggi, memudahkan
komunikasi dan koordinasi kerja antara pegawai, menghemat penggunaan
membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memisahkan ruangan, lebih banyak
alat komunikasi (seperti telepon, komputer), penerangan, ventilasi, peralatan kntor
serta mempersulit perubahan layout kantor atau fleksibilits ruangan kantor kurang.
Adapun keuntungan penggunaan konsep ini :
Menjamin konsentrasi kerja.
Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia.
Menambah atau mejaga, status pimpinan sehingga
selalu terpelihara adanya kewibawaan pimpinan.
Menjamin keberhasilan kerja dan meras ikut bertanggung jawab seta
merasa ikut memiliki.
Adapun kerugian penggunaan konsep ini :
Komunikasi langsung antar pegawai tidak dapat lancar, sehingga
kesempatan untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang.
Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya, pemeliharaan ruangan,
pengaturan penerangan, dan biaya peralatan lainnya.
Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan dan
perkembangan organisasi.
Mempersulit pengawasan.
Memerlukan banyak luas lantai
3. Tata Ruang Kantor Berhias/Berpanorama (Landscape Offices)
Tata ruang kantor berhias adalah ruang kerja yang dihiasi oleh berbagai elemen
hias untuk mempercantik ruangan kantor. Beberapa elemen hias ini bisa berupa
tanaman hidup, tanaman sintetis, maupun bahan dekorasi lain seperti kain,
sterofoam, gabus dan lain sebagainya.
4. Tata ruang Kantor Gabungan (combine plan offices)
Kombinasi antara tataruang terbuka dan tertutup, untuk menjaga wibawa
pemimpin maka dibuatlah satu ruang kerja untuk seorang pimpinan. Adapun para
pegawai ditempatkan dalam saatu ruang kerja sehingga sistem pengawasan lebih
mudah untuk dilakukan. Tataruang kantor gabungan juga memiliki keuntungan
yaitu, pimpinan mudah mengawasi pegawai secara langsung yang berada di
ruangan terbuka meskipun pimpinan sendiri berada di ruang tertutup, serta
komunikasi dan hubungan kerja antara pegawai yang satu dengan yang lain dapat
terjalin dengan baik. Selain keuntungan dari tata ruang gabungan, bentuk
tataruang kantor gabungan juga memiliki kerugian antara lain, tingginya tingkat
kebisingan karena tata ruang kantor yang terbuka, biaya pemeliharaan lebih tinggi,
dan sulitnya pengamatan atas penataan ruangan terutama untuk tata ruang terbuka
karena disesuaikan dengan selera masing-masing pegawai.
5. Prinsip Layout yang Efektif
Ruang kerja yang efektif ruang kerja yang kondusif dan sesuai pada tempat dan
gunannya, Nuraida (2007). Tata ruang kantor disusun berdasarkan aliran
pekerjaan kantor sehingga perencanaan ruangan kantor dapat membantu para
pekerja dalam meningkatkan produktifitas. Tataruang yang efektif kan
memberikan manfaat yaitu: mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada secara
efektif, mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi para pegawai,
memberikan kesan yang positif terhadap pelanggan perusahaan, menjamin
efisiensi dari arus kerja yang ada serta mengantisipasi pengembangan organisasi di
masa depan dengan melakukan perencanaan layout yang fleksible. Selain itu
tataruang kantor yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan yakni,
mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena berjalan mondar-
mandir yang sebetulnya tidak perlu, mejamin kelancaran proses kegiatan yang
bersangkutan, memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien yakni satu
luas lantai tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya
serta mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan
memenuhi suatu bagian tertentu Gie (2007).
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 2. 7 Desain tata meja untuk ruangan rapat (Human Dimension)
Fleksibel
Istilah fleksibel mengacu pada perencanaan kantor, dimana hampir setiap
“free standing” furnitur dan perlengkapan dapat dipindah untuk memberikan
pelayanan di beberapa bagian kantor. Luas area dimungkinkan
penggunaannya untuk beberapa fungsi pokok kantor antara lain ruang kerja,
ruang staf, dan ruang direksi.
Padat
Kepadatan kantor berarti bahwa ada pola yang baik dimana pengguna bias
bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa gangguan. Bentuk kepadatan
gedung adalah kubus. Kubus pada dasarnya hasil dari desain modular,
dimana lantai dibuat persegi, struktur sederhana dan fungsifungsi
perpustakaan secara keseluruhan terhubung dengan baik. Jarak dibuat
seminimal mungkin, antara pintu masuk, pusat gedung, koleksi, staf dan
klien sehingga secara ekonomi penggunaan energy dan cahaya focus disemua
arah tanpa gangguan;
Mudah diakses
Kemudahan akses gedung dan isinya adalah faktor penting. Ada 2 poin yang
harus dipertimbangkan, yaitu akses dari luar ke dalam gedung dan akses ke
koleksi di dalam kantor. Dua-duanya harus bias diakses secara mudah;
Luas untuk pengembangan ke depan
Perkembangan koleksi yang cepat di perpustakaan universitas menjadi
problem terbesar bagi kapasitas / luas kantor. Prediksikan bahwa 10 sampai
15 tahun koleksi menjadi 2 kali lipat. Selain itu era teknologi 14 informasi
memberikan dimensi baru yang sulit diprediksi. Ini harus diantisipasi dengan
kantor yang luas, tanpa mengabaikan fungsi-fungsi kantor saat ini;
Variasi Ruangan
Variasi ruang sangat penting. Harus ada ruang yang bervariasi untuk
mencakup kebutuhan pengguna yang memiliki tujuan yang berbeda di
kantor. Pengguna kantor juga punya pilihan yang berbeda. Ada beberapa
yang senang ramai, sementara yang lain lebih suka sendiri, sebagian suka
pemandangan, dan sebagainya. Untuk mengantisipasi hal ini, disediakan
b. Lantai
Lantai harus kuat memikul beban dan tidak terlalu bergetar orang/barang lewat.
Terutama bila lantai sekaligus berfungsi sebagai dinding/langit-langit pemisah antara
ruang bawah dengan ruang di atasnya (Pamudji Suptandar, 1982:13). Lantai dapat
menunjang fungsi dan kegiatan yang terjadi dalam ruang, dapat memberikan karakter
dan dapat memperjelas sifat ruang misalnya dengan memberikan permainan pada
permukaan lantai (Pamudji Suptandar, 1982:2). Lantai menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) lantai adalah bagian bawah (alas dsar) suatu ruangan atau
bangunan (terbuat dari papan, semen, ubin, dan sebagainya) atau tingkatan pada
gedung bertingkat. Beberapa jenis lantai dalam buku yang ditulis oleh gatut Susantra
yaitu, Lantai GRC, cat epoxy, karpet, vinil, ubin PC / tegel, dan parket. Dapat dilihat
pada gambar berikut.
c. Plafond
Plafon atau langit-langit sebagai penutup ruang bagian atas harus dapat memberikan
kesan kokoh, kuat sebagai media penyerap bunyi, tempat berlindung instalasi, bidang
penempatan titik lampu, dan elemen dekoratif. (Y.B. Mangunwijaya, 1990). Diambil
dari buku yang berjudul Ragam Desain Plafon yang diterbitkan oleh Penebar Swaday,
bahan penutup plafon yang bersifat bidang mengharuskan berbahan rata, tipis, ringan,
mudah dikerjaakan dan tahan air. Pemasangan penutup plafon pada rangkanya
memiliki berbagai cara yaitu dipaku, sekrup, dipantek, dijepit, atau di selipkan. Jenis
bahan yang sering digunakan yaitu kayu, GRC, papan gypsum, metal atau logam.
Seperti pada gambar berikut.
yaitu transport tanpa menggunakan mesin berupa tangga atau ramp. Sistem mekanis
yaitu transport yang menggunakan mesin contohnya escalator, konveyor, lift. Karena
menggunakan mesin maka dibutukannya biaya operaisonal setiap bulan bahkan
perharinya dan juga biaya perawatannya.
2.1.8 Layout
Tata letak merupakan satu bagian yang penting dari suatu desain ruang. Dalam sebuah
pola desain, seluruh bagian saling bergantung satu sama lain dalam memberikan pengaruh
visual, fungsi dan arti yang luas.
a. Sirkulasi
Peletakan pintu mempengaruhi pola-pola gerakan manusia dari satu ruang ke ruang
lain dan juga gerakan di dalam ruang tersebut. Sifat pola-pola ini harus sesuai dengan
pemakaian dan kegiatan-kegiatan yang ditampung di dalam ruang tersebut. (D.K.
Ching, 1987:220). Ruang harus disediakan untuk kenyamanan pergerakan manusia
dan kemudahan dalam pengoperasian pintu. Bersamaan dengan itu pula ruang harus
tersedia satu porsi yang mencukupi dan sesuai untuk peletakan perabot. Secara umum
dapat dikatakan ruangan harus mempunyai sedikit mungkin pintu dan jalur-jalur yang
menghubungkan diantara mereka harus sependek dan selangsung mungkin, tanpa
mengganggu area-area kegiatan yang berada di dalam ruang. (D.K. Ching, 1987:224).
b. Zoning
Dalam melakukan tata usaha suatu faktor penting yang turut menentukan
kelancarannya ialah penyusunan tempat kerja dan alat perlengkapan kantor dengan
sebaik-baiknya. (The Liang Gie, 1979:160).
c. Orientasi
Lubang bukaan antara bidang-bidang dinding memungkinkan kontiunitas dan gerak
sirkulasi fisik kita diantara ruang-ruang tersebut, sekaligus sebagai jalan masuk
cahaya, penghawaan, suara. (D.K. Ching, 1987:).
d. Suasana
Suasana nyaman sudah tentu dibatasi oleh aktivitas yang sedang kita laksanakan
lamanya kegiatan, pencahayaan, penghawaan, elemen pendukung interior dan bahkan
kondisi pikiran kita. (D.K. Ching, 1987:242).
e. Fasilitas
Tata ruang itu juga akan memperlancar pelaksanaan kerja perkantoran apapun
bilamana perabotnya memenuhi syarat-syarat efisiensi ruang dan bentuk yang tepat.
Perabot perkantoran pada umumnya dipilih berdasarkan dua pertimbangan:
1. Sebagai sebuah komponen fungsional, perabot dipilih berdasarkan kemampuan
dan harga.
2. Sebagai sebuah elemen estetis, maka perabot dipilih berdasarkan keistimewaan
desain dan bentuk.
3. Furniture Secara umum persyaratan perabotan adalah fungsional, nyaman
dipakai, ketahanan baik, memiliki karakter dan skala yang tepat, sesuai dengan
keadaan tertentu, tetapi setiap keadaan memiliki perbedaan-perbedaan yang halus
(Arnold Friedman, 1977 : 215) Menghindari penggunaan bahan-bahan furnitur
yang menyudut tajam. (Y.B.Mangunwijaya, 1980:279). Penampilan adanya
kecocokan dengan standar yang telah diterapkan dan kesesuaian dengan karakter
kantor identitas dengan tema dan atmosfir yang diinginkan. (Lawson, 1976:114)
BAB 3.
METODOLOGI PELAKSANAAN DAN
RENCANA KERJA
Kelima tahapan kegiatan tersebut merupakan tahapan dengan aspek bahasan yang
berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang terkait
secara intens. Dengan demikian, dalam pelaksanaannya, semua aspek itu ditinjau secara
menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.
Pada skema di atas sebuah proses desain meliputi 3 tahap yaitu Input, Sintesa/
Analisis, dan Output. Input merupakan informasi yang didapatkan melalui beberapa
rangkaian pengumpulan data-data (data lapangan, data sosial,literatur, wawancara) yang
nantinya akan digunakan dalam penyusunan rumusan masalah. untuk berfikir kreatif dalam
mengembangkan konsep desain, mencari beberapa solusi alternatif desain dan memutuskan
alternatif desain sehingga menghasilkan keputusan desain dari beberapa alternatif yang
masuk ke dalam skema. Dengan menggunakan teknik analisis interaktif, keputusan desain
yang muncul antara lain:
a. Aktivitas dalam ruang;
b. Kebutuhan ruanh (besaran dan kapasitas ruang);
c. Hubungan antar ruang, organisasi ruang, grouping zoning dan sirkulasi dan
d. transformasi desain;
e. Layout (tata letak furnitur);
f. Penciptaan tema / suasana / citra / atmosfhere;
g. Unsur pembentuk ruang (lantai, dinding dan ceilling);
h. Unsur pengisi ruang (furniture dan elemen estetis / dekoratif);
i. Pengkondisian ruang (pencahayaan, penghawaan dan akustik);
Data dan informasinya dapat diperoleh dengan melakukan pengumpulan data primer
atau data sekunder melalui wawancara, diskusi dan studi literatur.
Setiap personil tenaga ahli memiliki tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di kantor dan di lapangan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap personil
adalah sebagai berikut :
a. Team Leader (Arsitektur)
Tugas dan tanggung jawab Team Leader sebagai berikut :
1. Mengikuti petunjuk–petunjuk dan persyaratan yang telah ditentukan, terutama
sehubungan dengan Pengertian yang benar tentang Spesifikasi, metode
pelaksanaan untuk tiap jenis pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
2. Sebagai pemimpin team lapangan konsultan perencana dalam mengarahkan dan
mengkoordinir anggota team konsultan di lapangan, agar dapat bekerja secara
maksimal sesuai dengan pedoman perencanaan yang berlaku.
3. Melakukan koordinasi secara aktif dengan Pemilik Kegiatan dan pejabat-pejabat
yang berkompeten dengan permasalahan perencanaan yang ditangani sehingga
akan terjalin komunikasi yang baik.
4. Sebagai panutan yang perlu dicontoh dari anggota team yang bertugas dilapangan
sehingga terjalin komunikasi antar team dan melakukan koordinasi antar team
guna menghindari terjadinya konflik internal team.
5. Memeriksa dan mengarsipkan semua berkas-berkas Kegiatan termasuk
koordinator dalam pembuatan Final Report / Laporan Akhir perencanaan yang
ditanganinya.
BAB 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dengan langkah-langkah dan rencana kerja yang tersusun dengan baik sesuai dengan
unsur-unsur yang terkait termasuk kaidah perencanaan yang benar, diharapkan kegiatan ini
mendapatkan output yang sesuai dengan tujuan yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan
Kerja yang ada.
4.2 Saran
Saran yang mungkin dapat kami sampaikan dalam laporan pendahuluan ini adalah
sebagai berikut:
1. Diperlukan adanya komunikasi yang berkelanjutan dalam upaya menyamakan
persepsi terhadap hasil kerja perencanaan dengan melakukan rapat-rapat rutin
selama masa pelaksanaan agar produk yang ada sesuai dengan keinginan dan
harapan yang telah tertuang dalam KAK.