Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

TITRASI SENYAWA VITAMIN C DENGAN

METODE IODIMETRI

Disusun oleh:

Nama : Jonatan Andika

NIM : 228114090

Golongan : B2

Penanggung jawab laporan : Syavitha Purry Wicaksono

Dosen Pengampu : Stephanus Satria Wira Waskita, M.Sc

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2023
TITRASI SENYAWA VITAMIN C DENGAN METODE

IODIMETRI

A. Tujuan
1. Mampu membuat dan membakukan larutan iodium yang merupakan baku sekunder.
2. Mampu menetapkan kadar vitamin C dengan metode iodimetri.
B. Dasar Teori
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan contoh dari senyawa yang bersifat asam.
Vitamin C berbentuk kristal putih yang dapat larut dalam air, terasa asam, tidak berbau, dan
termasuk asam organik. Vitamin C yang berada di dalam larutan akan mudah rusak jika
teroksidasi. Vitamin C akan lebih stabil apabila berada dalam bentuk kristal kering (Erwanto
dkk., 2018).
Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks. Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron
antara titran dengan analit. Metode titrasi iodimetri dapat digunakan untuk menentukan jumlah
vitamin C (Feladita dkk., 2018). Titrasi langsung dengan iodium dapat berlangsung apabila
iodium mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil
daripada iodium (Gandjar dan Rohman, 2012). Prinsip dasar dari metode titrasi iodimetri adalah
penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan kromium yang merupakan oksidator,
kemudian ionkromium inilah yang mengoksidasi ion iodida menjadi iod. Iod yang bebas
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Feladita dkk., 2018).
Oksidasi vitamin C atau asam askorbat dengan iodium menghasilkan asam dehidroaskorbat
sebagai berikut :

Iodium adalah senyawa oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar
+0,535 V. Iodium akan direduksi menjadi iodida pada saat reaksi oksidasi sesuai dengan
reaksi berikut :

(Gandjar dan Rohman, 2012).


Senyawa yang digunakan adalah Vitamin C (Asam Askorbat) karena Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodiumsehingga dapat dilakukan titrasi
langsung dengan iodium. Selain Vitamin C, dapat juga menggunakan senyawa lain untuk
metode iodimetri seperti Tiosulfat, Arsenit, Sulfit, Stibium (III), Timah (II), dan Ferosianida
(Setyowati dan Samsuarm, 2017). Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan
untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat
tercapainya titik akhir (Gandjar dan Rohman, 2012).
C. Alat dan Bahan
Alat :
a. Buret 50 mL
b. Corong
c. Erlenmeyer 250 mL
d. Labu takar 1000 mL
e. Batang pengaduk
f. Gelas beker
g. Pipet ukur
h. Gelas ukur
i. Pipet volume
j. Timbangan analitik
Bahan :
a. Vitamin C
b. Air bebas CO2
c. Iodium 0,1N
d. Kanji
e. Asam sulfat encer
f. Kalium iodide
g. Natrium bikarbonat
h. Asam klorida
i. Larutan kanji
j. NaOH 1 N
k. Arsentrioksida
l. Indikator jingga metil
D. Prosedur Kerja
• Pembuatan dan Pembakuan larutan iodium 0,1 N
Pembuatan Larutan kanji
0,5 g kanji (pati) dilarutkan dalam 100 mL air dalam gelas beker

Dipanaskan hingga larutan kanji menjadi bening.

Larutan kanji tetap dipanaskan sebelum dipakai sebagai indikator.
Pembuatan Larutan Iodium 0,1 N
9 g kalium iodida dilarutkan dalam 15 mL air dalam labu bertutup

Kurang lebih 6.35 g iodium ditimbang dan ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam
larutan kalium iodida pekat

Labu ditutup dan dikocok sampai seluruh iodium larut

Larutan tersebut didiamkan pada temperatur kamar, lalu ditambahkan air hingga 500mL
Pembakuan iodium 0,1 N
Lebih kurang 150 mg arsentrioksida ditimbang seksama

Dilarutkan dalam 20 mL NaOH 1 N, jika perlu dipanaskan

Diencerkan dengan 40 mL air, kemudian ditambakan 2 tetes jingga metil

HCl encer ditambahkan hingga warna kuning berubah menjadi jingga

2 g natrium bikarbonat ditambahkan sedikit demi sedikit hingga gas habis, diikuti
penambhan 20 mL air dan 3 mL larutan kanji

Larutan dititrasi dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna yang tetap.

Tiap mL iodium 0,1 N setara dengan 4,916 mg arsentrioksida.
• Penetapan Kadar vitamin C
Ditimbang seksama vitamin C lebih kurang 400 mg

Dilarutkan dalam campuran 100 mL air bebas CO2 dan 25 mL asam sulfat encer

Segera dilakukan titrasi dengan iodium 0,1 N serta penambahan indikator kanji 1,0 mL

Titik akhir titrasi dicapai jika terjadi warna biru yang tetap selama 1 menit.

Tiap mL iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C

E. Perhitungan Data
1. Rumus
𝑚𝑔 𝐴𝑠2𝑂3
N I2 = 𝑚𝐿 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 ×𝐵𝑚 𝐴𝑠2𝑂3 × 4
𝑣𝑜𝑙 𝐼2 × 𝑁 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 × 8,806
Kadar = × 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 × 0,1
X1+X2+X3
Rata-rata = 3

∑ (𝑋𝑖−𝑋) 2
SD =√ 𝑛−1
𝑆𝐷
CV = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑥 −𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% kesalahan =| | × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑥
% akurasi = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

2. Perhitungan Normalitas I2
a. Replikasi Percobaan
• Replikasi 1
150
N I2 = × 4
31 × 197,841

N I2 = 0,0978 N
• Replikasi 2
149,85
N I2 = × 4
35 × 197,841

N I2 = 0,0865 N
• Replikasi 3
150,1
N I2 = × 4
29 × 197,841

N I2 = 0,1046 N

b. Rata-rata
• As2O3
150+149,85+150,1
Rata-rata = 3

Rata-rata = 149,983 mg
• Volume
31+35+29
Rata-rata = 3

Rata-rata = 31,667 mL
• Normalitas I2
0,0978+0,0865+0,1046
Rata-rata = 3

Rata-rata = 0,0963 N

3. Perhitungan Kadar Vitamin C


1. Kadar Vitamin C
• Replikasi 1
13 × 0,0963 × 8,806
Kadar = 400 × 0,1
× 100%

Kadar = 27,5605 %
• Replikasi 2
13 × 0,0963 × 8,806
Kadar = × 100%
401 × 0,1

Kadar = 27,4918 %
• Replikasi 3
12 × 0,0963 × 8,806
Kadar = × 100%
400 × 0,1

Kadar = 25,4405 %

2. Rata-rata
• Sampel
400+401+400
Rata-rata = 3

Rata-rata = 400,333 mg
• Volume
13+13+12
Rata-rata = 3

Rata-rata = 12,667 mL
• Kadar
27,5605+27,4918+25,4405
Rata-rata = 3

Rata-rata = 26,8309%

4. Nilai SD dan CV
2,9023
SD =√
3−1

2,9023
= √ 2

= √1,45115
=1,2046
1,2046
CV = 26,8309 × 100%

= 4,4963%

5. % Kesalahan dan % Akurasi Penetapan Kadar Vitamin C


26,8309 −28,60
% Kesalahan =| | × 100%
28,60

= 6,1856 %
26,8309
% Akurasi = × 100%
28,60

= 93,8144 %
F. Pembahasan
Percobaan penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri yang bertujuan untuk
membuat dan membakukan larutan iodium yang merupakan baku sekunder serta menetapkan
kadar vitamin C dengan metode iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi langsung yang
melibatkan iodium. Iodimetri termasuk titrasi redoks, dimana titrasi ini berdasarkan pada
perpindahan elektron antara titran dengan analit. Larutan baku iodium yang telah dibakukan
pada percobaan ini digunakan untuk membakukan vitamin C. Pada titrasi yang iodimetri ini,
digunakan indikator berupa amilum (Gandjar dan Rohman, 2012)
Prinsip dari percobaan iodimetri adalah iodium merupakan oksidator atau zat yang
mengoksidasi sehingga iodium mengalami reduksi karena potensial reduksinya lebih besar,
sedangkan vitamin C adalah reduktor atau zat yang mereduksi sehingga vitamin C mengalami
oksidasi. Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar
asam askorbat, natrium askorbat, metampiron atau antalgin dan natrium tiosulfat serta sediaan
injeksinya (Gandjar dan Rohman, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka metode yang
dilakukan untuk menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C pada praktikum atau
percobaan ini sudah tepat.
Titik ketika melakukan titrasi dimana titrasi yang diteteskan cukup untuk membuat reaksi
yang sempurna yang disebut titik ekuivalen yang ditandai oleh perubahan warna pada indikator.
Titik akhir titrasi merupakan titik pada saat indikator berubah warna. Titik akhir titrasi iodimetri
ditentukan ketika sudah tercapai warna biru (Gandjar dan Rohman, 2012). Warna biru tersebut
terbentuk dari reaksi antara iodium dengan amilum yang membentuk kompleks iod-amilum
(Rohmah dan Rini, 2020).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kadar normalitas dari
replikasi 1 sebesar 0,0978N, replikasi 2 sebesar 0,0865 N dan replikasi 3 sebesar 0,1046 N
kemudian dirata-rata dan didapatkan sebesar 0,0963 N, normalitas yang didapatkan ini
berpengaruh kepada persen kadar karena jika nilai normalitas melebihi 0,1 maka akan
mempengaruhi hasil persen kadar dan persen kesalahan yang besar. Nilai normalitas rata-rata
ini digunakan untuk mengukur kadar vitamin C. Dari data percobaan penetapan kadar vitamin
C, didapatkan nilai pada replikasi pertama sebesar 27,5605%, pada replikasi kedua sebesar
27,4918%, dan pada replikasi ketiga sebesar 25,4405%. Apabila dirata-rata maka diperoleh
kadar vitamin C sebesar 26,8309%. Kadar vitamin C yang didapatkan kemudian dibandingkan
dengan teori kadar vitamin C dilaboratorium sehingga menunjukan rata-rata kesalahan sebesar
6,1856% dan persen akurasi (recovery) yang didapatkan sebesar 93,8144%. Hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan teori, karena akurasi yang dilihat dari persen recovery adalah
90%-110% (Gandjar dan Rohman, 2012). Untuk % kesalahan merupakan presentase jumlah
penyimpangan nilai hasil pengukuran dibandingkan nilai sebenarnya. Perhitungan persen
kesalahan perlu dilakukan untuk mengukur berapa persen hasil yang telah dilakukan dimana
sesuai teori atau tidak. Persen kesalahan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah
6,1856%. Persen kesalahan yang baik berada dibawah 5% (Wibowo, 2018). Hasil persen
kesalahan yang didapatkan termasuk golongan yang tidak baik. Faktor yang mempengaruhi hal
tersebut adalah adanya kesalahan dalam pembuatan larutan baku, kesalahan dalam penimbangan
suatu bahan, praktikan kurang teliti dalam melakukan titrasi sehingga warnanya menjadi pekat
dan salah pembacaan volume titran.
Untuk parameter ketelitian penetapan kadar vitamin C kemudian dihitung nilai SD dan CV
untuk memberikan nilai presisi yang baik dan keakuratan hasil data. Pada perhitungan nilai CV
kadar vitamin C didapatkan hasil sebesar 4,4963% . Menurut teori suatu metode ketelitian yang
baik memiliki nilai CV <5% (Savitri dan Megantara, 2019). Sehingga nilai CV yang didapatkan
sesuai dengan nilai CV yang baik menunjukan presisi yang cukup tepat dan keakuratan data.
Simpangan baku atau standar deviasi (SD) digunakan untuk menentukan sebaran data dalam
sampel. Nilai SD dari Kumpulan data yang sama dengan nol menandakan bahwa semua nilai
dalam himpunan tersebut adalah sama sedangkan nilai SD yang lebih besar menunjukan bahwa
nilai yang didapatkan jauh dari nilai rata-rata (Hidayati dkk., 2019). Nilai SD yang diperoleh
sebesar 1,2046 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai SD tersebut menjauhi nilai nol yang
menyatakan bahwa sebaran data terlalu lebar dan tidak akurat dengan rata-rata.
Pada praktikum ini kelompok kami mengalami kegagalan dalam memperoleh hasil titrasi
yang tepat hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti adanya kesalahan dalam
pembuatan larutan baku dimana baku yang digunakan kurang pekat untuk dititrasi, kesalahan
dalam penimbangan suatu bahan, praktikan kurang teliti dalam melakukan homogenisasi
larutan. Hal lain dapat terjadi karena sampel yang digunakan sebab vitamin C dapat mengalami
oksidasi dengan udara sehingga hasil analisis dapat mengalami ketidaksesuaian serta
penyimpanan obat yang kurang baik dan tidak sesuai dengan anjuran sehingga vitamin c yang
akan dibuat sudah terdegradasi.
G. Diskusi
POST TEST
1. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Iodimetri
• Kelebihan :
a. Perbandingan stokiometri yang sederhana penggunaanya, praktis dan tidak banyak
masalah serta mudah. Iodimetri tidak tergantung sumber listrik dan biaya alat murah
(Iskandar, 2017).
b. Penelitian langsung lebih cepat, karena titrat dan titran langsung bereaksi (Rahman
dkk., 2015).
c. Penambahan kanji diawal titran warna titik akhir lebih mudah diamati dari tidak
berwarna menjadi warna biru (Rahman dkk., 2015).
d. Reaksi berlangsung lebih cepat karena titer dan titran langsung bereaksi (Adriani dkk.,
2019)
• Kekurangan :
a. Penitratnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preperasi. Pada saat dikhawatirkan
kehilangan ion-iod serta dalam keadaan asam. Larutan iod dapat teroskidasi oleh udara
(Iskandar, 2017).
b. Sangat mudah menguap dan kelarutannya di dalam air sangat sedikit (Sulistyarti dan
Mulyasuryani, 2021).
c. Dalam keadaan asam, larutan iodium dapat dioksidasi oleh udara (Adriani dkk., 2019).

2. Perbedaan Iodimetri dengan Iodometri


a) Titrasi Iodimetri (Titrasi langsung)
Iodimetri merupakan titrasi secara tak langsung, artinya titrasi terhadap larutan
analit dengan larutan iodin sebagai larutan standar (titran) dengan menggunakan
indikator amilum. Ada beberapa senyawa yang dapat dititrasi dengan larutan iodin
adalah tiosulfat ,arsen ,antimony ,sulfida ,sulfit , dan ferosianida . Larutan iodin ini
merupakan larutan standar sekunder, sehingga sebelum digunakan untuk titrasi harus
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer. Arsen trioksida merupakan
larutan standar primer yang dapat digunakan untuk strandarisasi larutan iodin. Senyawa
dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan
asam (Rohman dan Rini, 2020).
b) Titrasi Iodometri (Titrasi tidak langsung)
Titrasi Iodometri atau titrasi tak langsung karena merupakan titrasi terhadap larutan
analit dengan larutan natrium tiosulfat sebagai larutan standar (titran) dengan
menambahkan amilum (kanji) sebagai indikatornya serta digunakan untuk menetapkan
senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistem
iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Iodometri terjadi pada zat
yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin (Rohman dan Rini, 2020).
Perbedaan Iodometri dan Iodimetri
Iodometri Iodimetri
Termasuk kedalam reduktometri Termasuk kedalam oksidimetri
Penambahan indikator kanji disaat Penambahan indikator kanji saat awal
mendekati titik akhir. titrasi
Termasuk dalam titrasi tidak langsung Termasuk dalam titrasi langsung
Titrat sebagai oksidator Titrat sebagai reduktor
Titrasi dalam suasana asam Titrasi dalam suasana sedikit basa/netral
Titran sebagai reduktor Titran sebagai oksidator
TAT hingga berwarna bening TAT jika muncul warna ungu atau biru

(Rohman dan Rini, 2020).

3. Reaksi apa yang terjadi

(Sowmnya et al., 2020)

Reaksi yang terjadi antara kanji dan air


Air akan menghidrolisis kanji, prinsip reaksi ini didasari pada reaksi hidrolisis
Reaksi kalium iodida dan iodium
K + − I− + I − I− → KI + I2
Iodium akan menyerang kalium sehingga iodium akan melepaskan ikatan dengan kalium,
karena kalium hanya bisa berikatan dengan satu unsur oleh karena itu kalium di letakkan
pada tabel perodik dengan golongan IA. Lalu iodium yang telah lepas akan berikatan
dengan iodium yang memiliki ke elektronegatifan.
Reaksi Arsen trioksida dengan 6NaOH
As2 O3 + 6𝑁𝑎𝑂𝐻 → 2Na3 AsO3 + 3H2 O
Arsentrioksida akan menyerang natrium sehingga membuat OH menjadi elektronegatif,
kemudian akan menghasilkan air.
Reaksi Na2 AsO3 + I2 + 2NaHCO3
Na2AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 + H2O
Dari reaksi tersebut, dapat diketahui bahwa tiap mol As2O, bereaksi dengan NaOH
menghasilkan 2 mol natrium arsenit (Na,ASO,), dan tiap mol Na,ASO, setara dengan 1 mol
iodium sehingga setiap mol As₂O, setara dengan 2 mol 1, dimana tiap mol I, setara dengan
2 elektron sehingga valensi As₂O, adalah 4 (Rohman, 2022).

4. Faktor penyebab tidak sesuai dengan teori


• Vitamin C dapat mengalami oksidasi dengan udara sehingga hasil analisis dapat
mengalami ketidaksesuaian jika tidak dianalisis dengan cepat
• Penyimpanan obat yang kurang baik dan tidak sesuai dengan anjuran penyimpanan karena
kurangnya kontrol suhu baik di ruang penyimpanan maupun selama proses distribusi.
• Asam askorbat tidak stabil bahkan pada suhu kamar dimana peningkatan suhu dan
kelembaban dapat mempercepat proses degradasinya. Kecepatan degradasi dari asam
askorbat yang tidak terlindungi umumnya meningkat dua kali lipat setiap peningkatan
suhu 10Oc
• Pengaruh suhu pada saat pengujian tidak tepat.
• Kesalahan akibat human eror oleh praktikan dalam melakukan kerja seperti pemipetan
atau saat titrasi.
(Mustofa dan Setyawati, 2017).

H. Kesimpulan
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar vitamin C dengan metode iodimetri yang
merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif, titrasi iodimetri juga termasuk ttitrasi
langsung karena vitamin C sebagai analit langsung bereaksi dengan titran I 2 dimana titik akhir
tercapai dengan terbentuknya warna biru pada sampel uji dengan menggunakan indikator nya
yaitu kanji. Dilakukan pembuatan dan pembakuan larutan kemudian menetapkan kadar senyawa
vitamin C dengan metode titrasi langsung. Normalitas larutan Iodium yang diperoleh pada
pembakuan rata-rata adalah 0,0963 N. Pada penetapan kadar didapatkan rata-rata kadar sampel
vitamin C dari 3 kali replikasi yaitu sebesar 26,8309%, sedangkan kadar berdasarkan teori
adalah 28,60%. Hasil ini menunjukkan persentase kesalahan sebesar 6,1856% dan persentase
akurasi atau persen recovery adalah 93,8144%. Hasil ini dapat dikatakan sudah sesuai dengan
teori karena akurasi yang dilihat dari persen recovery harusnya adalah dalam rentang 90%-110%
namun % kesalahan yang didapatkan tidak baik karena > 5%. Pada perhitungan kadar sampel,
juga didapatkan SD bernilai 1,2046 dan dan CV bernilai 4,4963%. Nilai CV yang didapatkan
sudah sesuai dengan teori yaitu < 5% sehingga nilai CV yang didapatkan sesuai dengan nilai
CV yang baik menunjukan presisi yang cukup tepat dan keakuratan data. Namun nilai SD yang
didapatkan menjauhi nol makan dapat dinyatakan bahwa sebaran data terlalu lebar dan tidak
akurat dengan rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A., Fauziah, Silviana, E., 2019. The Comparison Of Potassium Iodate Concentration In
Jangka Salt Of Matang Glumpang Dua Production From The Cooking And Natural Drying
Proces By Iodometri Method. Lantanida Journal, 7 : 136-138.
Erwanto, D., Utomo, Y. B., Fiolana, F. A., Yahya, M., 2018. Pengolahan Citra Digital untuk
Menentukan Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal
Ilmiah Multitek Indonesia, 12 : 73.
Feladita, N., Primadiamanti, A., Antika, D. Y., 2018. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar
Vitamin C Buah Semangka (Citrullus vullgaris, Schand) Daging Buah Berwarna Merah
dan Daging Buah Berwarna Kuning Secara Iodimetri. Jurnal Analisis Farmasi, 3:287.
Gandjar, I. G., Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar Indonesia, Jakarta.
Hidayati, R. N., Sabri, L. M. Awaludin, M., 2019. Analisis Desain Jaring GNSS Berdasarkan
Fungsi Presisi (Studi Kasus : Titik Geoid Geometri Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip,
8: 50-51.

Iskandar, D., 2017. Perbandingan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan Iodimetri dalam
Penentuan Asam Askorbat sebagai Bahan Ajar Kimia Analitik Mahasiswa Jurusan
Teknologi pertanian Berbasis Open-Ended Experiment dan Problem Solving. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 10 : 67-68.

Mustofa, M. A., Setyawati, H., 2017. Analisis Kadar Vitamin C Kelopak Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) Muda dan Tua yang dikoleksi Dari Berbagai Ketinggian Tempat yang
Berbeda. Biogenesis : Jurnal Ilmiah Biologi, 5 : 99-103.

Rahman, N., Ofika, M., Said, I., 2015. Analisis Kadar Vitamin C Mangga Gadung (Mangifera
sp) dan Mangga Golek (Mangifera indica L) Berdasarkan Tingkat Kematangan dengan
Menggunakan Metode Iodimetri. Jurnal Akademika Kimia, 4 : 35.

Rohman, A., 2022. Kimia Farmasi Analisis Untuk Mahasiswa. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rohman, J., Rini, C. S., 2020. Buku Ajar Kimia Analisis. Umsida Press, Sidoarjo.
Savitri, A., Megantara,S., 2019. Metode KLT-Densitometri Sebagai Penetapan Kadar Bahan Aktif
Sediaan Farmasi. Farmaka, 17 : 455-463.
Setyowati, M., Samsuarm, M.F., 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) Sebagai Pemutih pada Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) yang Beredar di Lampung. Jurnal Farmasi Lampung, 6 : 18.
Sowmya, P., Sudhir, A., Rai, K., 2020. Iodometric determination of ascorbic acid in bulk and
Vitamin-C tablets using Potassium Iodate. Pharmacy and Pharmacology International
Journal, 8 : 159-161.

Sulistyarti, H., Mulyasuryani, A., 2021. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar. UB Press, Malang.

Wibowo, A. M., 2018. Multikulturalisme Peserta Didik Muslim di Yogyakarta. Edukasi, 16: 44.

Anda mungkin juga menyukai