Lapres Titrasi Iodimetri 228114090
Lapres Titrasi Iodimetri 228114090
METODE IODIMETRI
Disusun oleh:
NIM : 228114090
Golongan : B2
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2023
TITRASI SENYAWA VITAMIN C DENGAN METODE
IODIMETRI
A. Tujuan
1. Mampu membuat dan membakukan larutan iodium yang merupakan baku sekunder.
2. Mampu menetapkan kadar vitamin C dengan metode iodimetri.
B. Dasar Teori
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan contoh dari senyawa yang bersifat asam.
Vitamin C berbentuk kristal putih yang dapat larut dalam air, terasa asam, tidak berbau, dan
termasuk asam organik. Vitamin C yang berada di dalam larutan akan mudah rusak jika
teroksidasi. Vitamin C akan lebih stabil apabila berada dalam bentuk kristal kering (Erwanto
dkk., 2018).
Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks. Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron
antara titran dengan analit. Metode titrasi iodimetri dapat digunakan untuk menentukan jumlah
vitamin C (Feladita dkk., 2018). Titrasi langsung dengan iodium dapat berlangsung apabila
iodium mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil
daripada iodium (Gandjar dan Rohman, 2012). Prinsip dasar dari metode titrasi iodimetri adalah
penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan kromium yang merupakan oksidator,
kemudian ionkromium inilah yang mengoksidasi ion iodida menjadi iod. Iod yang bebas
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Feladita dkk., 2018).
Oksidasi vitamin C atau asam askorbat dengan iodium menghasilkan asam dehidroaskorbat
sebagai berikut :
Iodium adalah senyawa oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar
+0,535 V. Iodium akan direduksi menjadi iodida pada saat reaksi oksidasi sesuai dengan
reaksi berikut :
E. Perhitungan Data
1. Rumus
𝑚𝑔 𝐴𝑠2𝑂3
N I2 = 𝑚𝐿 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 ×𝐵𝑚 𝐴𝑠2𝑂3 × 4
𝑣𝑜𝑙 𝐼2 × 𝑁 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 × 8,806
Kadar = × 100%
𝑚𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 × 0,1
X1+X2+X3
Rata-rata = 3
∑ (𝑋𝑖−𝑋) 2
SD =√ 𝑛−1
𝑆𝐷
CV = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑥 −𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% kesalahan =| | × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑥
% akurasi = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
2. Perhitungan Normalitas I2
a. Replikasi Percobaan
• Replikasi 1
150
N I2 = × 4
31 × 197,841
N I2 = 0,0978 N
• Replikasi 2
149,85
N I2 = × 4
35 × 197,841
N I2 = 0,0865 N
• Replikasi 3
150,1
N I2 = × 4
29 × 197,841
N I2 = 0,1046 N
b. Rata-rata
• As2O3
150+149,85+150,1
Rata-rata = 3
Rata-rata = 149,983 mg
• Volume
31+35+29
Rata-rata = 3
Rata-rata = 31,667 mL
• Normalitas I2
0,0978+0,0865+0,1046
Rata-rata = 3
Rata-rata = 0,0963 N
Kadar = 27,5605 %
• Replikasi 2
13 × 0,0963 × 8,806
Kadar = × 100%
401 × 0,1
Kadar = 27,4918 %
• Replikasi 3
12 × 0,0963 × 8,806
Kadar = × 100%
400 × 0,1
Kadar = 25,4405 %
2. Rata-rata
• Sampel
400+401+400
Rata-rata = 3
Rata-rata = 400,333 mg
• Volume
13+13+12
Rata-rata = 3
Rata-rata = 12,667 mL
• Kadar
27,5605+27,4918+25,4405
Rata-rata = 3
Rata-rata = 26,8309%
4. Nilai SD dan CV
2,9023
SD =√
3−1
2,9023
= √ 2
= √1,45115
=1,2046
1,2046
CV = 26,8309 × 100%
= 4,4963%
= 6,1856 %
26,8309
% Akurasi = × 100%
28,60
= 93,8144 %
F. Pembahasan
Percobaan penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri yang bertujuan untuk
membuat dan membakukan larutan iodium yang merupakan baku sekunder serta menetapkan
kadar vitamin C dengan metode iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi langsung yang
melibatkan iodium. Iodimetri termasuk titrasi redoks, dimana titrasi ini berdasarkan pada
perpindahan elektron antara titran dengan analit. Larutan baku iodium yang telah dibakukan
pada percobaan ini digunakan untuk membakukan vitamin C. Pada titrasi yang iodimetri ini,
digunakan indikator berupa amilum (Gandjar dan Rohman, 2012)
Prinsip dari percobaan iodimetri adalah iodium merupakan oksidator atau zat yang
mengoksidasi sehingga iodium mengalami reduksi karena potensial reduksinya lebih besar,
sedangkan vitamin C adalah reduktor atau zat yang mereduksi sehingga vitamin C mengalami
oksidasi. Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar
asam askorbat, natrium askorbat, metampiron atau antalgin dan natrium tiosulfat serta sediaan
injeksinya (Gandjar dan Rohman, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka metode yang
dilakukan untuk menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C pada praktikum atau
percobaan ini sudah tepat.
Titik ketika melakukan titrasi dimana titrasi yang diteteskan cukup untuk membuat reaksi
yang sempurna yang disebut titik ekuivalen yang ditandai oleh perubahan warna pada indikator.
Titik akhir titrasi merupakan titik pada saat indikator berubah warna. Titik akhir titrasi iodimetri
ditentukan ketika sudah tercapai warna biru (Gandjar dan Rohman, 2012). Warna biru tersebut
terbentuk dari reaksi antara iodium dengan amilum yang membentuk kompleks iod-amilum
(Rohmah dan Rini, 2020).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kadar normalitas dari
replikasi 1 sebesar 0,0978N, replikasi 2 sebesar 0,0865 N dan replikasi 3 sebesar 0,1046 N
kemudian dirata-rata dan didapatkan sebesar 0,0963 N, normalitas yang didapatkan ini
berpengaruh kepada persen kadar karena jika nilai normalitas melebihi 0,1 maka akan
mempengaruhi hasil persen kadar dan persen kesalahan yang besar. Nilai normalitas rata-rata
ini digunakan untuk mengukur kadar vitamin C. Dari data percobaan penetapan kadar vitamin
C, didapatkan nilai pada replikasi pertama sebesar 27,5605%, pada replikasi kedua sebesar
27,4918%, dan pada replikasi ketiga sebesar 25,4405%. Apabila dirata-rata maka diperoleh
kadar vitamin C sebesar 26,8309%. Kadar vitamin C yang didapatkan kemudian dibandingkan
dengan teori kadar vitamin C dilaboratorium sehingga menunjukan rata-rata kesalahan sebesar
6,1856% dan persen akurasi (recovery) yang didapatkan sebesar 93,8144%. Hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan teori, karena akurasi yang dilihat dari persen recovery adalah
90%-110% (Gandjar dan Rohman, 2012). Untuk % kesalahan merupakan presentase jumlah
penyimpangan nilai hasil pengukuran dibandingkan nilai sebenarnya. Perhitungan persen
kesalahan perlu dilakukan untuk mengukur berapa persen hasil yang telah dilakukan dimana
sesuai teori atau tidak. Persen kesalahan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah
6,1856%. Persen kesalahan yang baik berada dibawah 5% (Wibowo, 2018). Hasil persen
kesalahan yang didapatkan termasuk golongan yang tidak baik. Faktor yang mempengaruhi hal
tersebut adalah adanya kesalahan dalam pembuatan larutan baku, kesalahan dalam penimbangan
suatu bahan, praktikan kurang teliti dalam melakukan titrasi sehingga warnanya menjadi pekat
dan salah pembacaan volume titran.
Untuk parameter ketelitian penetapan kadar vitamin C kemudian dihitung nilai SD dan CV
untuk memberikan nilai presisi yang baik dan keakuratan hasil data. Pada perhitungan nilai CV
kadar vitamin C didapatkan hasil sebesar 4,4963% . Menurut teori suatu metode ketelitian yang
baik memiliki nilai CV <5% (Savitri dan Megantara, 2019). Sehingga nilai CV yang didapatkan
sesuai dengan nilai CV yang baik menunjukan presisi yang cukup tepat dan keakuratan data.
Simpangan baku atau standar deviasi (SD) digunakan untuk menentukan sebaran data dalam
sampel. Nilai SD dari Kumpulan data yang sama dengan nol menandakan bahwa semua nilai
dalam himpunan tersebut adalah sama sedangkan nilai SD yang lebih besar menunjukan bahwa
nilai yang didapatkan jauh dari nilai rata-rata (Hidayati dkk., 2019). Nilai SD yang diperoleh
sebesar 1,2046 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai SD tersebut menjauhi nilai nol yang
menyatakan bahwa sebaran data terlalu lebar dan tidak akurat dengan rata-rata.
Pada praktikum ini kelompok kami mengalami kegagalan dalam memperoleh hasil titrasi
yang tepat hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti adanya kesalahan dalam
pembuatan larutan baku dimana baku yang digunakan kurang pekat untuk dititrasi, kesalahan
dalam penimbangan suatu bahan, praktikan kurang teliti dalam melakukan homogenisasi
larutan. Hal lain dapat terjadi karena sampel yang digunakan sebab vitamin C dapat mengalami
oksidasi dengan udara sehingga hasil analisis dapat mengalami ketidaksesuaian serta
penyimpanan obat yang kurang baik dan tidak sesuai dengan anjuran sehingga vitamin c yang
akan dibuat sudah terdegradasi.
G. Diskusi
POST TEST
1. Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Iodimetri
• Kelebihan :
a. Perbandingan stokiometri yang sederhana penggunaanya, praktis dan tidak banyak
masalah serta mudah. Iodimetri tidak tergantung sumber listrik dan biaya alat murah
(Iskandar, 2017).
b. Penelitian langsung lebih cepat, karena titrat dan titran langsung bereaksi (Rahman
dkk., 2015).
c. Penambahan kanji diawal titran warna titik akhir lebih mudah diamati dari tidak
berwarna menjadi warna biru (Rahman dkk., 2015).
d. Reaksi berlangsung lebih cepat karena titer dan titran langsung bereaksi (Adriani dkk.,
2019)
• Kekurangan :
a. Penitratnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preperasi. Pada saat dikhawatirkan
kehilangan ion-iod serta dalam keadaan asam. Larutan iod dapat teroskidasi oleh udara
(Iskandar, 2017).
b. Sangat mudah menguap dan kelarutannya di dalam air sangat sedikit (Sulistyarti dan
Mulyasuryani, 2021).
c. Dalam keadaan asam, larutan iodium dapat dioksidasi oleh udara (Adriani dkk., 2019).
H. Kesimpulan
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar vitamin C dengan metode iodimetri yang
merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif, titrasi iodimetri juga termasuk ttitrasi
langsung karena vitamin C sebagai analit langsung bereaksi dengan titran I 2 dimana titik akhir
tercapai dengan terbentuknya warna biru pada sampel uji dengan menggunakan indikator nya
yaitu kanji. Dilakukan pembuatan dan pembakuan larutan kemudian menetapkan kadar senyawa
vitamin C dengan metode titrasi langsung. Normalitas larutan Iodium yang diperoleh pada
pembakuan rata-rata adalah 0,0963 N. Pada penetapan kadar didapatkan rata-rata kadar sampel
vitamin C dari 3 kali replikasi yaitu sebesar 26,8309%, sedangkan kadar berdasarkan teori
adalah 28,60%. Hasil ini menunjukkan persentase kesalahan sebesar 6,1856% dan persentase
akurasi atau persen recovery adalah 93,8144%. Hasil ini dapat dikatakan sudah sesuai dengan
teori karena akurasi yang dilihat dari persen recovery harusnya adalah dalam rentang 90%-110%
namun % kesalahan yang didapatkan tidak baik karena > 5%. Pada perhitungan kadar sampel,
juga didapatkan SD bernilai 1,2046 dan dan CV bernilai 4,4963%. Nilai CV yang didapatkan
sudah sesuai dengan teori yaitu < 5% sehingga nilai CV yang didapatkan sesuai dengan nilai
CV yang baik menunjukan presisi yang cukup tepat dan keakuratan data. Namun nilai SD yang
didapatkan menjauhi nol makan dapat dinyatakan bahwa sebaran data terlalu lebar dan tidak
akurat dengan rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, A., Fauziah, Silviana, E., 2019. The Comparison Of Potassium Iodate Concentration In
Jangka Salt Of Matang Glumpang Dua Production From The Cooking And Natural Drying
Proces By Iodometri Method. Lantanida Journal, 7 : 136-138.
Erwanto, D., Utomo, Y. B., Fiolana, F. A., Yahya, M., 2018. Pengolahan Citra Digital untuk
Menentukan Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal
Ilmiah Multitek Indonesia, 12 : 73.
Feladita, N., Primadiamanti, A., Antika, D. Y., 2018. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar
Vitamin C Buah Semangka (Citrullus vullgaris, Schand) Daging Buah Berwarna Merah
dan Daging Buah Berwarna Kuning Secara Iodimetri. Jurnal Analisis Farmasi, 3:287.
Gandjar, I. G., Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar Indonesia, Jakarta.
Hidayati, R. N., Sabri, L. M. Awaludin, M., 2019. Analisis Desain Jaring GNSS Berdasarkan
Fungsi Presisi (Studi Kasus : Titik Geoid Geometri Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip,
8: 50-51.
Iskandar, D., 2017. Perbandingan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan Iodimetri dalam
Penentuan Asam Askorbat sebagai Bahan Ajar Kimia Analitik Mahasiswa Jurusan
Teknologi pertanian Berbasis Open-Ended Experiment dan Problem Solving. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 10 : 67-68.
Mustofa, M. A., Setyawati, H., 2017. Analisis Kadar Vitamin C Kelopak Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) Muda dan Tua yang dikoleksi Dari Berbagai Ketinggian Tempat yang
Berbeda. Biogenesis : Jurnal Ilmiah Biologi, 5 : 99-103.
Rahman, N., Ofika, M., Said, I., 2015. Analisis Kadar Vitamin C Mangga Gadung (Mangifera
sp) dan Mangga Golek (Mangifera indica L) Berdasarkan Tingkat Kematangan dengan
Menggunakan Metode Iodimetri. Jurnal Akademika Kimia, 4 : 35.
Rohman, A., 2022. Kimia Farmasi Analisis Untuk Mahasiswa. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rohman, J., Rini, C. S., 2020. Buku Ajar Kimia Analisis. Umsida Press, Sidoarjo.
Savitri, A., Megantara,S., 2019. Metode KLT-Densitometri Sebagai Penetapan Kadar Bahan Aktif
Sediaan Farmasi. Farmaka, 17 : 455-463.
Setyowati, M., Samsuarm, M.F., 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) Sebagai Pemutih pada Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) yang Beredar di Lampung. Jurnal Farmasi Lampung, 6 : 18.
Sowmya, P., Sudhir, A., Rai, K., 2020. Iodometric determination of ascorbic acid in bulk and
Vitamin-C tablets using Potassium Iodate. Pharmacy and Pharmacology International
Journal, 8 : 159-161.
Sulistyarti, H., Mulyasuryani, A., 2021. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar. UB Press, Malang.
Wibowo, A. M., 2018. Multikulturalisme Peserta Didik Muslim di Yogyakarta. Edukasi, 16: 44.